You are on page 1of 8

ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN

NEONATAL
PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER

ATIK SUNARTI RITONGA


1905005

AKADEMI KEBIDANAN NAMIRA MADINA


PANYABUNGAN
TAHUN AJARAN 2017
SHARING PENGALAMAN
MENGENAI PERDARAHAN PRIMER

Cerita yang saya bagikan ini tentang pengalaman saya selama berada di klinik bidan atau
rumah bidan.Banyak kasus-kasus kebidanan yang saya temui mulai dari yang fisiologi menjadi
patologi,terutama tentang pendarahan postpartum primer misalnya atonia uteri,robekan jalan
lahir,resentio plasenta dan sebagainya.
Dalam hal ini kasus yang saya jumpai yaitu tentang robekan jalan lahir ,yaitu robekan
perineum sehingga harus di lakukan hacting oleh bidan di klinik tempat saya PKL.robekan
perineum ini bisa hingga derajat III, penangannya kurang lebih sebagai berikut :
Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan.
Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic
Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat
diserap
Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian yang paling distal terhadap operator.
Khusus pada rutura perineum komplit ( hingga anus dan sebagian rektum) dilakuakan
penjahitan lapis demi lapis.

Pendarahan yang saya takutkan ketika PKL yaitu pada saat plasenta tidak lepas setelah 30
menit ,sehingga ibu bidan melakukan manual plasenta dan setelah berjuan keras mengeluarkan
plasenta ,akhirnya plasenta lahir dengaan kotiledon yang tidak berbentuk lagi,disana terjadi
perdarahan pada Ny.A tersebut ,selain penanganan medis pun,seperti pemberian Amoxilin,Vit
K,dan Asmef dan dengan infuse yang masih terpasangjuga di berikan es batu yang dibalutkan
gurita di perutnya .Memang pada dasarnya es batu dapat mencegahan perdarahan .
PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER

ATONIA ROBEKAN SISA


UTERI JALAN LAHIR PLASENTA

Keadaan lemahnya
Perdarahan dalam keadaan di mana plasenta tetap tertinggal dalam
tonus/konstraksi rahim yang
plasenta telah lahir lengkap dan uterus 30 menit setelah anak lahir.
menyebabkan uterus tidak
kontraksi rahim baik, dapat Plasenta yang sukar dilepaskan
mampu menutup perdarahan
dipastikan bahwa perdarahan dengan pertolongan aktif kala III
terbuka dari tempat
tersebut berasal dari perlukaan jalan dapat disebabkan oleh adhesi yang
implantasi plasenta setelah
lahir. Robekan jalan lahir biasanya kuat antara plasenta dan uterus. Bila
bayi dan plasenta lahir
akibat episiotomy, robekan spontan sebagian kecil plasenta masih
perineum, trauma forceps, dan tertinggal dalam uterus disebut rest
ekstraksi. plasenta dan dapat menimbulkan
PPP primer atau sekunder
STANDAR 21 : PENANGANAN PERDARAHAN
POSTPARTUM PRIMER

STANDAR 21 : PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER


TUJUAN
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu
yang mengalami perdarahan postpartum primer/ atonia uteri
PERNYATAAN STANDAR
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihab dalam 24 jam pertama setelah
persalinan ( perdarahan postpartum primer ) dan segera melakukan pertolongan pertama
kegawatdaruratan untuk mengendalikan perdarahan
HASIL
Penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum primer
Meningkatnya pemanfaatan pelayanan bidan
Rujukan secara dini untuk ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer ke tempat
rujukan yang memadai ( rumah sakit atau puskesmas )
PRASYARAT
Bidan terlatih dan teramoil dalam mengenali perdarahan postpartum termasuk pemberian obat
oksitosika dan cairan IV, kompresi uteri bimanual dan kompresi aorta
Tersedinya peralatan perlengkapan penting yang diperlukan dalam kondisi DTT/ steril (
misalnya klem arteri, alat untuk penjahitan, benang jahit, set infus dengan jarum berukuran 16
atau 18 G, alat suntik sekali pakai, cairan IV, sarung tangan, kateter urine dari karet ) dalam
keadaan siap pakai
1. Tersedianya obat antibiotika dan oksitosika, serta tempat penyimpanan yang memadai
2. Tersedianya saran pencatatan : kartu ibu, partograf
3. Tersedianya transportasi untuk merujuk ibu direncanakan
4. Sistem rujukan yan efektif untuk perawatan kegawatdaruratan obstetric dan fasilitas bank
darah berfungsi dengan baik untuk merawat ibu yang mengalami perdarahan postpartum
PROSES
Bidan harus :
1. Periksa gejala dan tana perdarahan postpartum primer. Perdarahan dari vagina sesudah
bayi lahir yang lebih dari 500cc, atau perdarahan seberapapun dengan gejala dan tanda-
tanda syok, dianggap sebagai perdarahan postpartum. Keadaan ini perlu segera dirujuk ke
rumah sakit
2. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan masase uterus supaya
berkontraksi ( maksimal 15 detik ), untuk mengeluarkan gumpalan darah, sambil
melakukan masase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan
plasent utuh dan lengkap
3. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum memberikan
perawatan. Gunakan sarung tangan DTT/ steril untuk semua periksa dalam, dan gunakan
sarung tangan bersih kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh
4. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik :
4.1 berikan 10 nit oksitosin IM
4.2 jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, dengan menggunakan teknik aseptic,
pasang kateter ke dalam kandung kemih ( menggunakan kateter karet steril/
DTT )
4.3 Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama
menggunakan lampu yang terang, jika sumber perdarahan sudah
diidentifikasi. Klem dengan forsep klem arteri dan jahit laserasi dengan
menggunakan anestesi local ( lidocain 1% ) menggunakan teknik aseptic.
Lihat standar 12 ( laserasi adalah penyebab perdarahan postpartum paling
umum nomor 2 )
5. Jika uterus mengalami atoni, atau perdarahan terus terjadi :
5.1 berikan 10 unit oksitosin IM
5.2 Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi
apakah plasenta utuh dengan teknik aseptic, menggunakan sarung tangan
DTT/ steril, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan
plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal
5.3 Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, gunakan teknik aseptic untuk
memasang katater ke dalam kandung kemih ( menggunakan katater karet
steril/ DTT )
5.4 Gunakan saung tangan DTT/ steril, lakukan kompresi bimanual internal
maksimal 5 menit atau hingga perdarahan bisa dikendalikan dan uters
berkontraki dengan baik ( mana yang terjadi terlebih dulu ). Lihat kotak di
bawah ini untuk mengkaji teknik yang tepat.
5.5 Anjurkan keluarga untuk mulai mempersiapkan kemungkinan rujukan
5.6 Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering
melakukan masase uterus untuk memeriksa atoni, mengamati
perdarahan dari vagina, tekanan darah dan nadi
5.7 jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu
lima menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus :
instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksterna
keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
jika tidak ada tanda hipertensii pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM
Mulai IV RL 500cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum lubang
besar ( 16 atau 18 G ) dengan teknik aseptic
Berikan 500cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan IV RL_
20 unit oksitosin yang kedua
Jika uterus tetap ataoni dan / perdarahan terus berlangsung :
Ulangi kompresi bimanual internal
Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan
pantau kal emapt persalinan dengan cermat
Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera dimana operasi bisa
dilakukan
Damping ibu ke tempat rujukan. Teruskan infus IV dengan kecepatan
500cc/ jam hingga ibu mendapatkan total 1,5 L dan kemudian
turunkan kecepatan hingga 125cc/ jam
6. Jika ibu menunjukkan tanda dan gejala syok, rujuk segera dan lakukan tindakan berikut
ini :
o Jika IV belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi seperti
tercantum di atas
o Pantau dengan cermat tanda-tanda vital ibu ( nadi, tekanan
darah, pernafasan ), setiap 15 menit pada saat perjalanan ke
tempat rujukan
o Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan pernafasan ibu
tetap terbuka dan meminimalkan risiko aspirasi jika ibu muntah
o Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuat ibu
kepanasan
o Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah
yang kembali ke jantung
7. Bila perdarahan tetap berlanjut dan kontrksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan
terjadi rupture uteri. ( syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang Nampak keluar,
abdomen teraba keras, dan fundus mulai naik ). Hal ini juga memerlukan rujukan segera ke
rumah sakit
8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta. Cara ini
dilakukan pada keadaan darurat, sementara penyebab perdarahan sedang dicari
9. Perkirakan jumlah darh yang keluar dan cek dengan teratur denyu nadi, pernafasan, dan
tekanan darah
10. Buat catatan yang seksama tentang semua penilaian, semua tindakan yang dilakukan,
dan semua pengobatan yang diberikan. Termasuk saat pencatatan
11. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera dirujuk. Keterlambatan akan berbahaya
12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk tanda dan
gejala infeksi. Berikan antibiotika jika terjadi tanda-tanda infeksi. ( gunakan antibiotika
berspektrum luas, misalnya ampisilin 1 gr IM, diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam ditambah
metronidazole 400-500 mg per oral setiap 8 jam selama 5 hari )

You might also like