You are on page 1of 7

Modul Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Objective

1. Peserta didik dapat menjelaskan jenis IUD


2. Peserta didik dapat menjelaskan prinsip kerja IUD
3. Peserta didik dapat menjelaskan keuntungan dan kerugian IUD
4. Peserta didik dapat melakukan pemasangan IUD

Memasukan benda-benda atau alat-alat kedalam uterus untuk tujuan mencegah terjadinya
kehamilan, telah dikenal sejak jaman dahulu kala. Penggembala-penggembala unta Bangsa Arab
dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini dengan memasukan batu kecil yang bulat dan
licin ke dalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan
jarak jauh.

Tulisan ilmiah tentang AKDR untuk pertama kali di buat oleh Richter dari Polandia tahun
1909. Pada waktu ia menggunakan bahan yang di buat dari benang sutra. Gravenberg pada tahun
1928 melaporkan pengalaman nya dengan AKDR yang di buat dengan benang sutra yang di pilin
dan di ikat satu sama lain , sehingga berbentuk bintang bersegi enam. Kemudian, bahan pengikat
nya ditukar dengan benang perak yang halus agar dapat dengan mudah dikenali dengan sonde
uterus atau dengan sinar rontgen. Oleh karena AKDR bentuk segi enam mudah keluar maka
kemudian ia membuat nya cincin dari perak. Ia melaporkan angka kehamilan pada AKDR dari
cincin perak ini hanya 1,6 % dari 2000 kasus. Usaha-usaha gravenbreg ini banyak sekali
mendapat tantangan dari duinia kedokteran pada waktu itu,oleh karena di anggap memasukan
benda asing ke daam rongga uterus dapat menimbul kan infeksi berat,seperti
salpingitis,endometritis,parametritis dll. Ota dari jepang pada tahun 1934 untuk pertama kalinya
membuat AKDR dari plastik yang berbentuk cincin. Mula-mula ia membuat AKDR dari cincin
yang di buat dari benang sutra yang di pilin,kemudian dari logam yang mudah dibengkok-
bengkokan. Olehkarena sukar memasang cincin logam maka ia membuat cincin dari plastic.

Oppenheimer dari Israel dan Issyhama pada tahun 1959 menerbitkan tulisan tentang
pengalaman mereka dengan AKDR. Sejak tulisan itu dan di temukan nya antibiotika yang
mengecilkan resiko infeksi, akseptor AKDR makin meningkat antara tahun 1955-1964
bermacam-macam bentuk AKDR diciptakan antara lain margullies
spiral,zipper,lipesloop,benberg bow,cincin housetoon. Di indinesia AKDR telah dipergunakan
secara umum dalam program KB, AKDR yang mula-mula dipakai ialah lippes loop yang pada
waktu itu di sponsori oleh PERKUMPULAN KELUARGA BERENCANA INDONESIA.

Pada tahun 60an mulai diakukan penyelidikan terhadap AKDR yang mengadung bahan-bahan
seperti tembaga, seng, magnesium, timah, progesterone. Maksud penambahan itu ialah untuk
mempertinggi efektifitas AKDR. Penyelelidikan AKDR jenis ini, yang di beri nama AKDR
bioaktif, sampai sekarang berlangsung terus.

MEKANISME KERJA AKDR

Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang
terbanyak ialah bahwa AKDR dalam cavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium
yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan sperma. Pada pemeriksaan
cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali di jumpai pula sel-sel makrofag ( fagosit) yang
mengandung spermatozoa.

Kar dkk, selanjutnya menemukan sifat-sifat dan isi cairan uterus mengalami perubahan-
perubahan pada pemakai AKDR, yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus,
walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya
kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan
oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita tersebut.
Pada AKDR bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan pada AKDR biasa,
juga oleh karna ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion tembaga (Cu),
pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logan makin lama makin berkurang

Jenis-jenis AKDR

Sampai sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis AKDR, yang paling banyak digunakan
dalam program keluarga berencana di Indonesia ialah AKDR jenis lippes loop. AKDR dapat
dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang termasuk
dalam golongan bentuk terbuka dan linear antara lain adalah lippes loop, saf-T coil, multi load
250, Cu-7,Cu-T, Cu T 380A, spring coil, marguiles spiral, dll. Sedang yang termasuk dalam
golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, antigon F,
Ragab ring, cincin grafenberg, cincin hall stone, birnberg bow, dll.
Keuntungan-keuntungan AKDR

AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kntrasepsi yang lain karena:


1. Umumnya hanya memerlukan 1 kali pemasangan dan dengan demikian 1 kali motivasi

2. Tidak menimbulkan efek sistemik

3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara masal

4. Efektivitas cukup tinggi

5. Reversibel

Efek samping AKDR

a) Perdarahan

Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat berhenti.
Kalo pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan
diketahui oleh akseptor. Keluhan yang sering pada pemakai AKDR ialah menoragia,
spooting,metroragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR
di keluarkan dan diganti dengan AKDR yang berukuran kecil. Jka perdarahan sedikit-sedikit,
dapat diusahakan mengatasinya dengan pengobatan konservatif. Pada perdarahan yang tidak
berhenti dengan tindakan-tindakan tersebut diatas, sebaiknya AKDR diangkat, dan digunakan
cara kontrasepsi lain.

b) Rasa nyeri dan kejang di perut

Rasa nyeri dan kejang diperut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR, biasanya rasa
nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan
dengan member analgetika. Jika keuhan berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan
diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran lebih kecil.

c) Gangguan pada suami

Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu coitus. Ini disebabkan
oleh benang AKDR yang keluar dari portio uteri yang terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk
mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang AKDR yang terlalu panjang dipotong
sampai kira-kira 2-3 cm dari portio, sedang jika benang AKDR terlalu pendek, sebaiknya AKDR
nya diganti. Biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang.

d) AKDR tertanam dalam endometrium atau miometrium.


e) Benang AKDR hilang,terlalu panjang atau terlalu pendek.

e. Komplikasi AKDR

a) Infeksi

AKDR itu sendiri, atau benangnya yg berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan
infeksi jika alat-alat yang digunakan distreilkan, yakni tabung penyalur, pendorong dan AKDR.
Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan sudah adanya infeksi yang sub akut atau
menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.

b) Perforasi

Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula kemudian.
Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan
dengan adanya kontraksi uterus, AKDR terdorong ebih dalam menembus dinding uterus,
sehingga akhirnya sampai kerongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan
apabila pada pemeriksaan speculum benang AKDR tidak kelihatan. Dalam hal ini pada
pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan AKDR dalam rongga uterus.
Jika ada kecurigaan kuat tentang terjadi perforasi, sebaiknya dibuat foto Roentgen, dan jika
tampak foto AKDR dalam rongga panggul, hendaknya dilakukan histrography untuk
menentukan apakah AKDR terletak didalam atau diluar kavum uteri. Dewasa ini dapat dilakukan
dengan USG transvaginal dan transabdominal.

Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, AKDR harus dikeluarkan dengan segera oleh
karena dikawatirkan terjadinya ileus, begitu pula dengan AKDR yang mengandung
logam.pengeluaran AKDR dapat dilakukan dengan laparoskopi. Laparotomi hanya dilakukan
jika laparoskopi tidak berhasil, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR menyebabkan perforasi itu
jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan
segera.
c) Kehamilan

Jika timbul kehamian dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh karena
AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in
situ tinggi. Jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya AKDR dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah AKDR itu
dikeluarkan lebih kecil dari pada AKDR dibiarkan terus dalam rongga uterus. Jika benang
AKDR tidak kelihatan, sebaiknya AKDR dibiarkan saja dalam uterus.

f. KONTRA INDIKASI PEMASANGAN AKDR

Kontra indikasi pemasangan AKDR dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu kontra indikasi yang
relative dan kontra indikasi yang mutlak.

Yang termasuk kedalam kontra indikasi relative ialah:

1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus

2. Insufisiensi servik uteri

3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi mioma, dan
sebagainya
4. Kelainan yang jinak serviks uteri, seperti erosion porsio

Yang termasuk kontra indikasi mutlak ialah:

1. Kehamilan

2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis

3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis

4. Adanya metroragia yang belum disembuhkan

g. Prosedur Pemasangan AKDR

AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut:

1. Sewaktu haid sedang berlangsung

Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau pada
hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini antara lain ialah,
pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek,
rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak
seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil
tidak ada
2. Sewaktu post partum

Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan secara dini (immediate insertion)
yaitu AKDR dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah
sakit, secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam masa 3 bulan
setelah partus atau abortus, secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR
dipasang sesudah masa 3 bulan setelah partus atau abortus atau pemasangan AKDR pada
saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus. Bila pemasangan
AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin, menurut beberapa
sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 8 minggu post partum oleh karena jika
pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam seteah partus,
bahaya perforasi atau expulsi lebih besar.

3. Sewaktu post abortum


Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan
psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontra
indikasi.
4. Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang bersenggama sebelum
AKDR dipasang. Sebelum pemasangan AKDR dilakukan, sebaiknya diperlihatkan
kepada akseptor bentuk AKDR yang dipasang, dan bagaimana AKDR tersebut terletak
dalam uterus setelah dipasang. Perlu dijelaskan kemungkinan terjadinya efek samping
seperti perdarahan, rasa sakit, AKDR keluar sendiri (ekspulsi).

Untuk memilih AKDR yang akan dipasang, terlebih dahulu ditentukan panjangnya
rongga uterus. Selalu diusahakan untuk memasnag AKDR yang mempunyai ukuran
sebesar mungkin, oleh karena dengan menggunakan AKDR kegagalan dan kecendrungan
ekspulsi akan berkurang. Sebaliknya, ukuran yang lebih kecil sebaiknya dipasang pada
akseptor yang banyak mengaami perdarahan dan rasa sakit.

Sebelum pemasangan AKDR, semua alat-alat dan tabung peyalur harus disterilkan
terlebih dahulu. Untuk mensterilkan alat-alat dapat digunakan beberapa cara seperti,
AKDR beserta tabung direndam terlebih dahulu dalam larutan zephirol (benzelkonim
chloride) dalam air dengan perbandingan 1:500 samapai 1:1000, AKDR beserta tabung
penyalur direndam dalam larutan detol 5% selama 20 menit.

h. Tekhnik pemasangan AKDR

Karena dalam program Keluarga berencana di Indonesia digunakan AKDR jenis lippes loop,
disini diterangkan cara pemakaian AKDR tersebut. Setelah kandung kencing dikosongkan,
akseptor dibaringkan diatas meja ginekologi atau posisi litotomi. Kemudian, dilakukan
pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk dan besar uterus. Speculum dimasukan
kedalam vagina, dan servik uteri debersihkan dengan larutan antiseptic (sol.betadine/tingtura
jodii). Sekarang dengan cunam servik dijepit bibir depan portio uteri dan dimasukan sonde
kedalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum
uteri. AKDR dimasukan kedalam uterus melalui OUE sambil mengadakan tarikan ringan pada
cunam servik.

Tabung penyalur digerakan didalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai
tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan sonde uterus.
Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-lahan pendorong (plunger),
menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga
dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2 -3 cm keluar dari ostium
uteri, dan akhirnya speculum diangkat

i. Pemeriksaan lanjutan (Follow Up)

Pemeriksaan sesudah AKDR dipasang, dilakukan 1 minggu sesudahnya, pemeriksaan kedua 3


bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan. Tidak ada consensus berapa lama AKDR jenis
lippes loop boleh ditinggalkan dalam uterus, akan tetapi demi efektifitasnya, AKDR cooper 7
atau cooper T diganti tiap 3 tahun.

j. Cara Mengeluarkan AKDR

Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang keluar dari
OUE dengan 2 jari, dengan pinset atau dengan cunam. Kadang-kadang benang AKDR tidak
tampak di OUE.

Tidak terlihatnya benang AKDR ini dapat disebabkan oleh akseptor menjadi hamil, perforasi
uterus, expulsi yang tidak disadari oleh akseptor, perubahan letak AKDR, sehingga benang
AKDR tertarik kedalam rongga uterus seperti ada mioma uterus.

You might also like