You are on page 1of 52

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak-anak tidak hanya sekedar orang dewasa kecil.Anatomi dan fisiologi
mereka juga akan mengalami perkembangan sebelum mencapai umur dewasa
sehingga pasien anak memiliki parameter khusus dalam pemberian obat yang
berbeda dengan orang dewasa. Disitribusi obat ke paru memperhitungkan saluran
pernapasan yang lebih kecil dan kecepatan aliran udara inspirasi yang lebih
rendah. Karakterisktik yang mendasar ini mempengaruhi deposisi partikel di
saluran pernapasan dan kinerja obat itu sendiri.(1)
Penghantaran obat melalui paru-paru merupakan rute yang potensial untuk
menghantarkan obat secara lokal ke paru-paru dan juga secara sistemik.Obat-obat
yang dihantarkan mencakup rentang terapi yang sangat luas meliputi antibiotik,
antibodi, peptida, protein, dan oligonukleida. Inhalasi adalah proses pengobatan
dengan cara menghirup obat agar dapat langsung masuk menuju paru-paru
sebagai organ sasaran.(2)
Awalnya, terapi inhalasi diterapkan di India pada 4000 tahun yang lalu,
dimana penderita batuk menghirup daun Atropa belladona. Pada awal abad 19
ditemukan metode nebulisasi cairan, suatu pengembangan metode baru dalam
farmakoterapi.Pada tahun 1920-an adrenalin diperkenalkan sebagai larutan
nebulisasi.Tahun 1925 nebulisasi insulin diteliti untuk penanganan penyakit
diabetes, dilanjutkan tahun 1945 penggunaan penisilin untuk infeksi paru-paru.
Kemudian pada tahun 1950-an diperkenalkan penggunaan steroid untuk
pengobatan asma sehingga digunakan secara luas.(2)
Pada dasarnya ada tiga jenis alat untuk terapi inhalasi diantaranya Nebulizer,
MDI (metered dose inhaler) dan DPI (dry powder inhaler). Keefektifan aliran
obat aerosol tergantung pada umur pasien, kemampuan fisik dan kognitif pasien,
2

proses distribusi, dan tatap muka dengan pasien. Kemampuan fisik yang
dimaksud adalah di mana pasien mampu menggunakan peralatan terapi inhalasi
secara spesisfik, misalnya dalam hal volume dan aliran udara insipirasi,
koordinasi tangan dan pernapasan saat menggunakan alat inhalasi, atau pasien
mampu menggunakan sungkup mulut.Kemampuan kognitif menunjukkan bahwa
pasien mengerti tentang bagaimana dan kapan menggunakan alat dan pengobatan
inhalasi.Ukuran saluran napas, laju pernapasan, laju aliran udara inspirasi dan
pola pernapasan juga merupakan hambatan keefektifan distribusi
aerosol.Sementara itu, sebagian besar alat-alat untuk terapi inhalasi dapat
digunakan di semua umur, namun perlu diperhatikan terutama pada anak-anak
karena mereka tidak bisa melakukan langkah-langkah yang rumit yang memang
dibutuhkan untuk mendapatkan hasil terapi inhalasi yang adekuat. Sungkup mulut
mungkin bisa digunakan oleh pasien yang berumur 3 tahun, sementara face mask
direkomendasikan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan sungkup mulut.(3)
Dalam makalah ini, penulis bermaksud menjelaskan lebih lanjut mengenai
bagaimana langkah-langkah dalam mengoperasikan alat-alat untuk terapi inhalasi
terutama pada anak serta berbagai hal yang kiranya berhubungan dengan terapi
inhalasi itu sendiri sehingga didapatkan hasil terapi yang efektif.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
diantaranya sebagai berikut :
1. Apa definisi dari terapi inhalasi pada anak?
2. Apa saja jenis-jenissistem penghantaran obat secara inhalasi pada anak?
3. Apa saja macam obat yang digunakan dalam terapi inhalasi pada anak?
4. Apa indikasi diberikannya terapi inhalasi pada anak?
5. Bagaimana tata cara pemberian terapi inhalasi pada anak?
6. Bagaimana cara pemantauan terapi inhalasi pada anak?
3

7. Apa saja keuntungan dan kerugian dari terapi inhalasi pada anak?
8. Apa komplikasi yang dapat terjadi akibat pemberian terapi inhalasi pada
anak?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Dalam penulisan makalah ini penulis bermaksud untuk menjelaskan lebih
lanjut mengenai terapi inhalasi khususnya pada anak-anak.

2. Tujuan Khusus
Selain penjelasan mengenai terapi inhalasi pada anak secara umum, penulis
juga bermaksud mengkhususkannya lagi yaitu untuk mengetahui, diantaranya :
a. Untuk mengetahui definisi dari terapi inhalasi pada anak.
b. Untuk mengetahui jenis-jenissistem penghantaran obat secara inhalasi
pada anak.
c. Untuk mengetahui obat-obat yang digunakan pada terapi inhalasi pada
anak.
d. Untuk mengetahui indikasi pemberian terapi inhalasi pada anak.
e. Untuk mengetahui tata cara pemberian terapi inhalasi pada anak.
f. Untuk mengetahui pemantauan lebih lanjut pemberian terapi inhalasi
pada anak.
g. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dari terapi inhalasi pada
anak.
h. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat pemberian
terapi inhalasi pada anak.

1.4 Manfaat
4

Dengan disusunnya makalah ini penulis mengharapkan agar makalah ini dapat
menambah pengetahuan penulis sendiri mengenai terapi inhalasi terutama pada
anak-anak serta dapat digunakan nantinya oleh petugas-petugas kesehatan sebagai
informasi tambahan serta dapat diimplementasikan dalam praktek sehari-hari.
5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Terapi Inhalasi pada Anak


Inhalasi adalah proses pengobatan dengan cara menghirup obat agar dapat
langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran.(2) Aerosol adalah
suspensi dari zat padat atau cair dalam bentuk gas. Efektivitas terapi aerosol
bergantung secara langsung pada deposisi obat yang mana pada saat tertentu akan
secara langsung berhubungan dengan ukuran partikel yang dihasilkan. Umumnya
partikel tersebut ukurannya lebih kecil dari 5 m disimpan di saluran pernapasan
distal, sedangkan partikel yang ukurannya lebih kecil dari 0,5 m cenderung akan
dihembuskan selama ekspirasi. Namun pada pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronik ukuran partikel idealnya berkisar antara 2-3 m.(4)
Ada beberapa hal yang mempengaruhi distribusi aerosol baik pada pasien
anak ataupun dewasa diantaranya rentang ukuran partikel yang optimal (1-5 m
diameter aerodinamik), endapan minimal pada oropharing dan instrument inhalasi
yang sederhana, terjangkau dan mudah digunakan.Namun, pasien anak juga
memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan.Volume tidal yang lebih rendah
pada anak-anak jelas menurunkan distribusi dosis obat.Bayi dan anak-anak juga
memiliki pola pernapasan yang sangat bervariasi.Inspiratory flow rate mereka
berkisar antara 0-40 L/menit.Selain itu, bayi tidak bisa mengadopsi setiap pola
pernapasan yang diinstruksikan untuk terapi inhalasi, bayi hanya bisa bernapas
biasa lewat hidung.Oleh karena itu bayi memerlukan masker untuk distribusi
aerosol. Anak-anak umur 2,5 3 tahun sudah bisa menggunakan corong mulut
(mouthpiece). Namun jika bayi atau anak marah dan menangis, maka distribusi
obat juga akan terganggu. Pola pernapasan akan berubah dan inspiratory flow rate
6

akan meningkat, yang akan menyebabkan peningkatan endapan partikel pada


jalan napas proksimal. Penutup facemask juga akan menjadi lebih longgar jika
anak menangis dan menyebabkan kebocoran aerosol. Masalah-masalah tersebut
perlu dipertimbangkan saat akan memberikan terapi inhalasi guna
mengoptimalkan distribusi obat pada anak-anak.(1)

2.2. Jenis-jenis Sistem Penghantaran Obat secara Inhalasi pada Anak


Ada tiga jenis sistem penghantaran obat secara inhalasi yaitu Nebulizer, MDI
(metered dose inhaler) dan DPI (dry powder inhaler). Berikut akan dijelaskan
secara lebih rinci mengenai masing-masing sistem penghantaran obat secara
inhalasi tersebut.
1. Nebulizer
Nebulizer merupakan perangkat aerosol yang paling sering digunakan
pada anak-anak karena pasien dapat bernapas seperti biasanya tanpa perlu
mengikuti aturan tertentu.(1) Nebulizer berupa obat yang dilarutkan atau
disuspensikan ke dalam pelarut yang polar, umumnya air dan diubah
menjadi bentuk gas atau aerosol. Aerosol adalah dispersi suatu obat
berupa cairan atau zat padat dalam suatu gas.Nebulizer mengaerosolisasi
larutan obat dalam air atau suspensi obat dalam air. Alat yang digunakan
dapat berupa jet nebulizer atau ultrasonic nebulizer. Nebulizer bukanlah
produk yang portable, tidak dapat dijinjing dan pemberian obatnya
membutuhkan waktu yang lama, minimal 15 menit.Nebulisasi terutama
ditujukan untuk anak-anak dan lansia penderita asma yang kesulitan
menggunakan MDI atau DPI. Biasanya digunakan di rumah sakit dan saat
ini penggunaannya semakin berkurang.(2)
Sudah sejak lama nebulizer menjadi pilihan pertama untuk kodisi dan
situasi yang darurat dan bersifat akut.Di samping itu, nebulizer juga lebih
sering digunakan untuk pasien bayi, anak-anak kecil, dan orang tua yang
biasanya tidak terlalu kooperatif jika diinstruksikan perintah
7

tertentu.Namun, nebulizer juga memiliki beberapa kekurangan khususnya


dalam hal portabilitas, berat badan, kebisingan, biaya dan lama
penggunaan nebulizer itu sendiri. Berikut akan dijelaskan mengenai
keuntunngan dan kerugian nebulizer.(5)

No. Keuntungan Kerugian


Dapat mengaerolisasi banyak Lama perawatan sekitar 5-15
1
formulasi obat menit
Dapat mengaerolisasi
Peralatan yang diperlukan
campuran obat (> 1 obat) jika
2 berukuran besar dan tidak
komponen obat kompatibel
praktis
satu sama lain
Memerlukan sumber daya
Kerjasama dan koordinasi
3 misalnya listrik, baterai atau
dengan pasien minimal
compressed gas
Dapat digunakan pada pasien
Berpotensi mendistribusikan
anak-anak, lansia, dan pasien
4 obat ke mata jika
yang lemah serta dalam
menggunakan facemask
kondisi kritis
Konsentrasi dan dosis obat Karakterisik kinerja alat yang
5 dapat dibatasi dan diubah- bervariasi dalam berbagai tipe,
ubah merk dan modelnya
Perlu dibersihkan secara rutin.
Dalam penggunaannya
Dapat terkontaminasi jika
6 pasien dapat bernapas secara
penanganan obat tidak tepat
normal
dan higienitasnya kurang
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Nebulizer
Ada tiga jenis nebulizer yaitu jet nebulizer, ultrasonic nebulizer dan
mesh nebulizer.

a. Jet Nebulizer
8

Jet nebulizer adalah jenis tertua yang menggunakan gas


terkompresi atau oksigen untuk mengaerolisasi obat yang
berbentuk cair. Lama penggunaannya kurang lebih 5-15 menit.
Dengan ukurannya yang besar, jet nebulizer biasanya
digunakan di rumah atau di rumah sakit. Ukuran tetesan dan
output obat tergantung pada model nebulizer dan pola
pernapasan.(1)
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penetrasi dan
distribusi obat inhalasi pada jet nebulizer diantaranya :
1) Tekanan dan aliran gas, mengoperasikan jet
nebulizer pada aliran gas yang rendah akan
meningkatkan ukuran partikel. Contoh, jet nebulizer
yang dirancang untuk bekerja pada aliran udara 6-8
L/menit pada tekanan 50 psi akan menghasilkan
partikel yang lebih besar jika didorong oleh
kompresor yang dengan tekanan 13 psi. Akibatnya,
jet nebulizer harus disesuaikan dengan sumber
kompresor atau aliran gas yang sesuai dengan
desain jet nebulizer tersebut.
2) Volume pengisian dan volume residu. Peningkatan
volume pengisian dapat meningkatkan efisiensi jet
nebulizer. Jet nebulizer tidak akan berfungsi dengan
baik dengan volume pengisian yang kecil misalnya
2 mL atau kurang, karena volume tersebut dekat
dengan batas volume residu (gas dalam paru yang
masih tertinggal saat akhir ekspirasi maksimal).
Oleh karena itu, dianjurkan untuk menggunakan
volume pengisian sebanyak 4-5 mL kecuali jika jet
9

nebulizer memang dirancang khusus untuk volume


pengisian yang lebih kecil. Dengan volume
pengisian yang kecil akan mengurangi efek obat
sehingga dosis obat perlu ditingkatkan dan waktu
pemberian juga lebih lama. Semakin besar volume
residu, semakin sedikit obat yang dinebulisasi.
3) Densitas gas. Densitas gas yang digunakan untuk
menjalankan jet nebulizer dapat berdampak pada
endapan aerosol dengan cara mempengaruhi output
aerosol dan ukuran partikel. Misalnya, jet nebulizer
dijalankan dengan Heliox (campuran gas helium
dan oksigen) dapat meningkatkan endapan di paru-
paru sebanyak 50%. Dengan menggunakan Heliox
pada laju aliran yang sama dengan udara atau
oksigen dapat menurukan ukuran partikel dan
output aerosol, sehingga akhirnya akan
meningkatkan waktu pemberian. Akibatnya, aliran
dengan heliox sebaiknya ditingkatkan 1.5 2 kali
untuk menghasilkan ukuran partikel dan output
aerosol seperti yang dihasilkan dengan udara atau
oksigen.
4) Kelembaban dan Suhu. Kelembaban dan suhu juga
dapat mempengaruhi ukuran partikel dan volume
residu. Penguapan air selama terapi aerosol dan
menurunkan suhu aerosol yang mengakibatkan
peningkatan viskositas larutan dan penurunan
output obat nebulizer.
10

5) Pola pernapasan. Pola pernapasan mempengaruhi


endapan aerosol di saluran pernapasan bawah.
Pasien hendaknya diinstruksikan untuk bernapas
dalam secara teratur selama terapi aerosol.
6) Terapi aerosol dapat diberikan baik dengan
mouthpiece (corong) atau facemask (masker).
Idealnya yang baik digunakan adalah mouthpiece.
Hidung cenderung menyaring lebih banyak aerosol
daripada mulut, sehingga lebih menggunakan
mouthpiece jika memungkinkan. Mouthpiece tidak
bisa digunakan pada bayi dan anak-anak. Selain itu,
penggunaan mouthpiece untuk terapi aerosol dalam
waktu lama mungkin kurang nyaman. Penggunaan
masker dapat meningkatkan jumlah endapan
aerosol pada wajah, mata dan hidung. Baik
mouthpiece atau masker, sangatlah penting untuk
menginstruksikan pasien untuk bernafas lewat
mulut selama terapi aerosol. Ukuran dan bentuk
masker yang sesuai dapat mengomptimalkan dosis
inhalasi dan mengurangi endapan aerosol pada
mata.(5)

Gambar 2.1 Jet Nebulizer dan Ultrasonic Nebulizer


11

b. Ultrasonic Nebulizer
Nebulizer ultrasonik memiliki ukuran yang lebih kecil dari
nebulizer jet.Alat ini menghasilkan aerosol melalui osilasi
frekuensi tinggi dari piezo-electric crystal yang berada dekat
larutan dan cairan memecah menjadi aerosol. Keuntungan jenis
nebuliser ini adalah tidak menimbulkan suara bising dan terus
menerus dapat mengubah larutan menjadi aerosol sedangkan
kekurangannya alat ini mahal dan memerlukan biaya
perawatan lebih besar.(5)

c. Mesh Nebulizer
Mesh nebulizer menggunakan listrik untuk menghasilkan
aerosol melalui plat yang berlubang atau ultrasonic horn.
Diameter mesh atau lubang plat menentukan ukuran partikel
yang dihasilkan.(3)
Mesh nebulizer sangat efisien dan menghasilkan volume
residual yang minimal (0,1-0,5 mL). Mesh nebulizer
menggunakan dua mekanisme dasar, yaitu active vibrating
mesh dan passive mesh. Nebulizer dengan active vibrating
mesh memliki lapisan lubang yang jumlahnya 1000-4000
lubang yang berbentuk corong yang digetarkan oleh elemen
piezo-ceramic yang mengelilingi lapisan lubang tersebut.
Aeroneb Go and Solo (Aerogen, Galway, Ireland), Akita II
(Inamed, Germany) dan eFlow (PARI, Midlothian, VA)
merupakan tipe nebulizer dengan active vibrating
mesh.Sedangkan passive mesh nebulizer menggunakan
gelombang ultrasonik untuk mendorong cairan melalui mesh
(saringan).I-neb AAD System (Philips Respironics) dan
NE-U22 (Omron Healthcare)adalah beberapa tipe passive
12

mesh nebulizer. Passive mesh nebulizer generasi ketiga Adaptif


Aerosol Delivery (AAD) memiliki sistem seperti I-neb
dengan ukuran yang lebih kecil, hemat baterai, dan tidak bising
yang didesain untuk mendistribusikan dosis obat yang tepat.(5)

Gambar 2.2 Active Vibrating Mesh Nebulizer

2. Meter Dose Inhaler (MDI)


MDI adalah alat terapi inhalasi dengan dosis yang terukur yang
disemprotkan dalam bentuk gas ke dalam mulut dan dihirup.Dalam
menyemprotkannya didorong menggunakan propelan.MDI mulai
diperkenalkan pada tahun 1956. Obat dalam MDI dapat berupa larutan
atau suspensi dalam propelan. Dapat ditambahkan eksipien khusus untuk
meningkatkan stabilitas fisika atau untuk meningkatkan kelarutan
obat.Penggunaan MDI memerlukan teknik tersendiri, dimana diperlukan
koordinasi yang tepat antara tangan menekan alat MDI (aktuasi) dan
mulut menghirup obat. Cara penggunaan yang keliru dapat menyebabkan
hasil klinis yang tidak optimal.Teknik ini masih sering digunakan secara
tidak tepat oleh penderita asma sehingga perlu dilatih. Namun hal ini
dapat dikoreksi dengan penggunan spacer.(2)
Spacer merupakan sebuah tube berukuran panjang antara 10 sampai 20
cm yang disambungkan ke inhaler MDI. Spacer ini bertindak sebagai
wadah pemegang yang menjaga agar obat tidak terbang ke udara. Pada
13

spacer, di bagian ujung yang berdekatan dengan mulut terdapat katup yang
menjaga agar obat tidak keluar dari spacer kecuali bila dihisap. Katup
tersebut akan terbuka bila pasien menghisap spacer. Melepaskan obat ke
wadah tersebut memungkinkan penderita asma untuk menghirupnya lebih
perlahan. Spacer juga akan memperbaiki penghantaran partikel halus obat
ke paru-paru hingga 22%.(2)

Berikut adalah tipe-tipe spacer yang digunakan pada MDI

Type Nama Alat Keterangan Volume


Holding Plastic - Perangkat bervolume besar 750 ml
chambers Volumatic - Kompatibel dengan semua
GlaxoSmithKline merek MDI
14

misalnya . Ventolin , Serevent,


Flixotide, Seretide dan juga Clenil
Modulite
- Juga tersedia dengan sungkup muka
pediatrik
Plastic - Terbuat dari polikarbonat, dilengkapi 350 ml
Babyhaler dengan inlet dan laju katup
- Ruang antara inspirasi dan katup
ekspirasi adalah 40 ml .
- Penurunan tekanan yang dibutuhkan
untuk membuka katup inspirasi adalah
10 Pa pada laju alir 151 / min. Katup
ekspirasi terbukake arah eksterior dan
menutup secara spontan di aliran nol.
spacer yang dilengkapi dengan sungkup
muka silikon Laerdal.
AeroChamber - Plastik anti-statik menurunkan partikel 145 ml
Plus, adhesi
AeroChamber - Jika pasien menghirup terlalu cepat,
MAX akan terdengar suara peringatan
- Ruang yang jelas
- Aerochamber MAX dilengkapi dengan
masker dan indikator aliran inspirasi
Plastic - Katup tidak aktif , telah 700 ml
Nebuhaler direkomendasikan sebagai perangkat
lebih sederhana untuk bayi
- Terdiri dari polikarbonat
- Sistem katup tidak aktif oleh gravitasi
karena spacer aktif pada sudut 450 ke
arah horisontal , sehingga volume
spacer berfungsi sebagai kantong
rebreathing .
- Dilengkapi dengan masker wajah
kerucut sederhana berbentuk elastomer
termoplastik , sebanding dengan desain
aerochamber .
Easivest - Jika pasien menghirup terlalu cepat , 140 ml
alarm akan berbunyi
- Ruang yang jelas
Lite Aire - Karton VHC 158 ml
- Desain popup
- Nonbulky
15

- Tidak ada masker tersedia


- Digunakan hanya untuk 1 minggu

E-Z Spacer - Versi Nonbulky collapsible 700 ml


- Ruang jelas
- Tidak ada masker tersedia
- Mudah untuk membersihkan

Optichamber - Jika pasien menghirup terlalu cepat , 218 ml


alarm akan berbunyi
- Ruang yang jelas
- Tersedia masker Multiple pediatric
Open tube InspirEase - Alaram akan berbunyi jika menghirup 650 ml
terlalu cepat
- Memiliki kantong yang dapat dilipat
- Reverse-flow
- Ganti kantong setiap 3 sampai 4 minggu
Microchamber - Sistem yang memperlambat partikel 198 ml
besar
Microspacer - Nonbulky 20 ml
- Sistem yang memperlambat partikel
besar
Reverse Aerosol Cloud - Jika pasien menghirup terlalu cepat , 170 ml
flow Enhancer maka alarm akan berbunyi
(ACE) - Masker umum untuk anak-anak
InspirEase - Jika pasien menghirup terlalu cepat , 750 ml
maka alarm akan berbunyi
- Ganti kabtong setiap 34 minggu
OptiHaler - Nonbulky 45 ml
- Tabung MDI dapat disimpan di dalam
spacer
- Jika pasien menghirup terlalu cepat ,
maka alarm akan berbunyi

Spacer sederhana yang melekat pada MDI meningkatkan pengiriman


aerosol dengan mengurangi kecepatan partikel dan jumlah partikel besar,
sehingga mengurangi endapan aerosol pada orofaring. Spacer tanpa katup
membutuhkan koordinasi antara inhalasi dan aktuasi sehingga tidak cocok
16

untuk pasien dengan koordinasi tangan dan inhalasi yang sulit misalnya
pasien bayi, anak-anak umur < 5 tahun, lansia ataupun pasien dengan
kondisi gawat darurat.(3) Penggunaan MDI dengan aturan inhalasi-aktuasi
sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, jika digunakan pada anak
berumur 5 tahun ke atas dapat menyebabkan asma anak lebih terkontrol,
mengurangi kemungkinan rawat inap dan mengurangi konsumsi obat
tambahan.(3)

Gambar 2.3 MDI dan MDI dengan Spacer

3. Dry Powder Inhalation (DPI)


DPI atau inhalasi serbuk kering yang diperkenalkan pada awal tahun
1970-an adalah alat dengan obat dalam bentuk serbuk dihantarkan secara
lokal atau sistemik melalui rute paru-paru. Perkembangan DPI dimotivasi
dengan adanya keinginan besar mencari alternatif pengganti MDI yang
terkenal tidak ramah lingkungan karena mengandung propelan CFC.(2)
Berbeda dengan MDI, DPI dirancang dalam berbagai macam
tipe.Semuanya bervariasi bergantung pada tipe formulasi dan bentuk
sediaan.DPI mengatasi kesulitan dalam penggunaan MDI yang seringkali
sukar menyelaraskan antara aktuasi alat inhalasi dan pernapasan.Namun
pada DPI diperlukan energi untuk menggerakkan serbuk mengikuti aliran
udara pernapasan dan memecah formula serbuk menjadi partikel kecil.Pada
penggunaan DPI diperlukan hirupan yang cukup kuat agar obat masuk ke
17

saluran pernapasan. Kinerja DPI tergantung dari teknik dan kemampuan


pasien dalam menghirup udara dan kecepatannnya.(2)
DPI digolongkan berdasarkan disain dosis dan desain alat.Berdasarkan
disain dosis dibagi menjadi tiga kategori.Yang pertama single-dose DPI,
secara individual berisi kapsul yang mengandung satu dosis
pengobatan.Kedua, multiple unit-doseDPI mendispersikan dosis tunggal
yang telah diukur dosisnya dalam blister obat yang sudah diatur dari
pabriknya. Yang ketiga, multiple-doseDPI, dengan pengukuran dosis dari
blister atau strip dari pabrik obat untuk menghantarkan dosis ulangan.(2)
Multiple unit-doseadalah DPI yang mengandung 4 atau 8 delapan dosis
serbuk dalam satu disk. Dosis dijaga secara terpisah dalam blister
aluminium sampai sebelum dihirup. Salah satu contoh multiple unit-dose
DPI adalah Diskhaler. Digunakan untuk menghantarkan zanamivir untuk
terapi infeksi yang disebabkan oleh virus, yaitu wadah berbentuk melingkar
yang mengandung empat atau delapan obat. Masing-masing blister
mempunyai mekanisme sendiri, memungkinkan obat dapat dihisap melalui
mulut.Ketika menggunakan Diskhaler, alur pernapasan puncak pasien harus
lebih besar dari 30 liter/menit agar obat dapat mencapai paru-paru.
Multiple-dose DPI, mengukur dosis obat dari reservoir.Contoh yang
paling umum adalah Twisthaler, Flexhaler dan Diskus.Twisthaler
mengandung bahan aktif mometason furoat, sedangkan Flexhaler
mengandung bahan aktif budesonid, keduanya anti inflamasi, digunakan
sebagai preventer pada penderita asma.Diskus menghantarkan salmeterol,
flutikason atau kombinasi keduanya.Diskus mengandung dosis dalam
pengemas berupa strip.
Berdasarkan desain alat maka DPI dapat diklasifikasikan menjadi tiga
generasi.Yang termasuk dalam generasi pertama adalah single dose DPI
yang diaktivasi oleh pernapasan pasien seperti Spinhaler yang
18

menghantarkan sodium kromoglikat sebagai pengontrol asma dan Rotahaler.


Penghantaran obatnya terkait dengan ukuran partikel dan deaglomerasi obat
dengan pembawa (carrier) atau campuran obat carrier yang dihantarkan oleh
aliran inspirasi. Kekurangan generasi pertama ini termasuk dosis tunggal,
sehingga penggunaannya membutuhkan waktu yang lama.(1)

Gambar 2.4 DPI Generasi Pertama


DPI generasi kedua menggunakan teknologi yang lebih baik, mencakup
multi-unit dose (pendispersian dosis individu yang sudah terukur di dalam
blister, disk, dimple, tube, dan strip dari pabriknya) dan multi-dose DPI
(pengukuran dosis dari reservoirserbuk). Semuanya mempunyai komponen
esensial yang terdapat pada alat tersebut seperti drug holder, air
inlet,kompartemen deaglomerasi, dan mouthpiece. DPI didesain sedemikian
rupa agar dapat menginduksi turbulensi dan tabrakan antar partikel yang
mampu untuk menghasilkan pelepasan partikel obat dari permukaan
carrieratau deaglomerasi partikel bahan aktif dari partikel pembawa besar
yang teraglomerasi.Contoh generasi kedua ini adalah Diskhaler.
19

Gambar 2.5 DPI Generasi Kedua


DPI generasi ketiga dikenal juga sebagai alat DPI aktif, yang
menggunakan gas bertekanan atau impeller yang digerakkan oleh motor
untuk mendispersikan obat. Alat ini lebih rumit dalam perancangannya
namun user-friendly.Karena adanya sumber energi, presisi dosis dan
produksi aerosol pada alat DPI aktif tidak bergantung pada kekuatan
pernapasan pasien.Contohnya Diskus dan Accuhaler. Diskus mengandung
60 dosis dan penggunaan serta pengaturan dosisnya lebih mudah daripada
Rotahaler dan Diskhaler.(2)

Gambar 2.6 DPI Generasi Ketiga


DPI memiliki beberapa keunggulan dibandingkan MDI dan Nebulizer.
Keunggulan DPI antara lain penggunaannya layaknya bernapas biasa
sehingga tidak dibutuhkan koordinasi antara penekanan alat dengan
pernapasan, formulanya lebih stabil daripada MDI dan Nebulizer,
20

kemasannya kecil sehingga mudah dibawa, penggunaannya cepat dan ramah


lingkungan. Namun memiliki kekurangan yaitu stabilitasnya dipengaruhi
kelembaban, rentang dosisnya terbatas dan efisiensinya bergantung pada
aliran pernapasan pasien.(2)
DPI adalah inhaler pasif yang memerlukan usaha insipirasi pasien untuk
mendispersikan bubuk inhalasi.DPI tidak dianjurkan untuk anak-anak
dengan umur < 4 tahun, karena mereka tidak bisa menghasilkan aliran udara
yang cukup tinggi ke dalam alat DPI.
Panduan penggunaan alat penghantar terapi inhalasi sesuai sesuai umur
anak, adalah sebagai berikut :
Aerosol Generator Umur
Nebulizer dengan masker 3 tahun
Nebulizer dengan mouthpiece 3 tahun
MDI dengan spacer dan
< 4 tahun
masker
MDI dengan spacer 4 tahun
Dry Powder Inhaler 4 tahun
Metered Dose Inhaler 5 tahun
Breath-actuated MDI (contoh
5 tahun
Autohaler
Breath-actuated Nebulizer 5 tahun
Tabel 2.2 Penggunaan alat penghantar terapi inhalasi sesuai dengan
umur anak.

2.3. Obat-Obat yang Digunakan dalam Terapi Inhalasi pada Anak


21

Beberapa obat aerosol tersedia dalam lebih dari satu formulasi.Obat lainnya
(sering pada obat baru) tersedia dalam satu formulasi obat.(6)
Antimicrobials
- Tobramycin solution for inhalation (TSI)
- Tobramycin inhalation powder (TIP)
- Aztreonam lysine (Cayston)
- Colistin
- Ciprofloxacin (dry powder and liposomal)
- Liposomal amikacin
- Levofloxacin (digunakan dengan eFlow)
Mucoactive Medications
Mucolytics
- Dornase alfa (Pulmozyme)
- Thymosin beta 4
Expectorants/hydrators
- Hypertonic saline
- Mannitol (dry powder)
Proteins and Peptides
- Insulin
- Human growth hormone
- Gene therapy (complementary DNA with vector)
Anti-inflammatory Drugs
- Glutathione
- Alpha-1 protease inhibitor
- Secretory leukoprotease inhibitor (sLPI)
- Cyclosporine analogues
Prostacyclin Analogues for Pulmonary Hypertension
- Epoprostenol, iloprost
22

Medications for Pain and Dyspnea Therapy


- Ergotamine
- Morphine
Short Acting 2-agonis (SABA) sebagai bronkodilator
- Salbutamol (Albeterol)
- Terbutalin
- Pirbuterol
- Bitulterol
Long Acting 2-agonis (LABA) sebagai bronkodilator
- Salmeterol
- Formoterol
Antikolinergik
- Ipatropium bromida
- Tiopropium bromida
Kortikosteroid
- Beklometason
- Budesonida
- Flutikason
- Flunisolida
-
2.4. Indikasi Pemberian Terapi Inhalasi pada Anak
1. Terapi Inhalasi untuk Asma
- Tata laksana asma mencakup edukasi terhadap pasien dana tau
keluarganya tentang penyakit asma dan penghindaran terhadap factor
pencetus serta medikamentosa. Medikamentosa yang digunakan
dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu Pereda (reliver) dan
pengendali (controller). Contoh obat pereda adalah 2 agonis short acting
(Salbutamol, Terbutalin, Pirbuterol, Bitulterol), antikolinergik (Ipatropium
23

bromide, Tiopropium bromide), teofilin short acting, aminofilin, dan


adrenalin. Sedangkan contoh obat pengendali adalah 2 agonis long acting
(Salmeterol, Formoterol), steroid inhalasi/oral, antileukotrien, teofilin
sustained release, dan sodium kromoglikat.
Tatalaksana asma dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu pada saat
serangan (asma akut) dan di luar serangan (asma kronis). Di luar serangan,
pemberian obat controller tergantung pada derajat asma. Pada asma
episodic jarang, tidak diperlukan controller, sedangkan pada asma
episodic dan asma persisten memerlukan obat controller.
Pada serangan asma akut yang berat :
- Berikan oksigen
- Nebulisasi dengan -agonis antikolinergik dengan oksigen, 4-6 kali
pemberian
- Koreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit bila ada.
- Berika steroid intravena secara bolus, tiap 6-8 jam.
- Berikan Amynophylline intravena :
Bila pasien belum mendapatkan Aminophylline sebelumnya,
berikan Amoniphylline dosis awal 6 mg/kgBB dalam dextrose
atau NaCl sebanyak 20 ml dalam 20-30 menit.
Bila pasien telah mendapatkan Aminophylline (kurang dari 4
jam, dosis diberikan separuhnya.
Bila mungkin kadar Aminophylline diukur dan dipertahankan
10-20 mvg/ml
Selanjutnya berikan Aminophylline dosis rumatan 0,5-1
mg/kgBB/jam
- Bila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24
jam, dan pemberian steroid dan Aminophylline dapat per oral.
24

- Bila dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan
dibekali obat -agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam
selama 24-48 jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien
kontrol ke klinik rawat jalan dalam 24-48 jam unturk reevaluasi tata
laksana.

2. Antibiotik Aerosol
Mengingat bahwa pneumonia, COPD, dan cystic fibrosis merupakan infeksi
saluran napas, dimana antibiotik telah diberikan dengan inhalasi selama lebih
dari 60 tahun. Antibiotik yang diberikan dengan inhalasi umumnya memiliki
efek toksik pada dosis sistemik tinggi dan memiliki efek kinetik tergantung
konsentrasi. Contoh kuinolon dan aminoglikosida. Aerosolisasi antibiotik
dapat menjadikan konsentrasi ke saluran napas proksimal meningkat, dengan
penyerapan sistemik yang minimal atau memiliki sifat toksisitas. Pasien yang
paling mungkin memerlukan antibiotik aerosol adalah mereka yang
memerlukan terapi kursus yang sering, dengan pengobatan infeksi bakteri
yang sulit. Aerosol antibiotik tidak dapat menembus ke bagian paru terdalam,
terutama ketika saluran udara penuh nanah, seperti pada Cystic Fibrosis. Oleh
karena itu, meskipun konsentrasi antibiotik tinggi berada di saluran napas
proksimal, Konsentrasi ini akan menurun bertahap di jalan napas terdalam dan
saluran udara transisi, dimana konsentrasi antimikroba tidak cukup tinggi
untuk membunuh organisme resisten; hal ini akan mendorong terjadinya
resistensi antibiotik. Aerosol juga bisa menyebabkan iritasi dan menghasilkan
bronkospasme dan batuk.(6)
Antimikroba pertama kali yang digunakan sebagai aerosol adalah
aminoglikosida. Ketika diberikan secara sistemik, ada risiko disfungsi ginjal
dan gangguan pendengaran. antibiotik pertama yang tersedia secara komersial
untuk aerosol adalah tobramycin (TOBI), dirokemendasikan untuk terapi
25

penyakit Cystic Fibrosis paru-paru. Tobramycin dengan jet nebulization pada


dosis 300 mg dua kali sehari meningkatkan fungsi paru, mengurangi risiko
eksaserbasi infeksi, dan mengurangi waktu rawat di rumah sakit. Mengingat
dapat terjadi resistensi antibiotik, maka penggunaan aerosol telah berakhir
pada siklus 28-hari, sehingga akan lebih kecil kemungkinannya bakteri untuk
resistensi. Namun demikian, kejadian resistensi antimikroba terus meningkat,
tetapi resistensi akan dapat dihindari jika obat dihentikan pada durasi yang
cukup lama. saat ini telah dikembangkan dan disediakan antibiotik aerosol
termasuk tobramycinsolusi untuk inhalasi, aztreonam, colistin (yang secara
luasdigunakan di Eropa), dan beberapa agen antivirus. Termasukkuinolon
ciprofloxacin dan levofloxacin, aminoglikosida, gentamisin dan neomisin,
agen anti-jamur,dan lain-lain. Tracheitis ventilator-associated dan ventilator-
associated pneumonia (VAP) dapat menjadi masalah bagi pasien yang
membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis. Dalam dekade terakhir telah
diupayakan pengurangi prevalensi infeksi yang diperolehdi ICU, dengan
menggunakan bundel VAP yang mencakup sikap tegak,kebersihan mulut,
penyedotan tertutup, dan bijaksana dalam penggunaan antibiotik. Penggunaan
antibiotik inhalasi termasuk terapi tambahan untuk pengobatan resisten luas
pada tuberkulosis, penggunaan aerosol pentamidin untuk mengobati
pneumonia jiroveci, dan pengembangan antivirus baruuntuk pencegahan dan
pengobatan influenza musiman.(6)

3. Obat Mukoakif
Istilah " obat mukoaktif " menggambarkan obat yang mempengaruhi sekresi
lendir atau mukus clearance. Mukolitik adalah jenis obat mukoaktif yang
memecah polimerikatan mucins atau polimer DNA sekunder dan berserabut
(F-) aktin (mukolitik peptida). Dasar pemikiran untuk menggunakan
mukolitik adalah keyakinan bahwa mengurangi viskositas lendir akan
26

meningkatkan clearance. Ketika lendir melekat pada epitel bersilia, efek


mukolitik dapat menipiskan lapisan dan meningkatkan silia sehingga dapat
mengurangi batuk.Tetapi sekret yang kental lebih mampu meresponuntuk
aliran udara kecepatan tinggi yang sangat penting untuk batuk efektif.
mukolitik Klasik seperti N acetylcysteine dapat mengurangi ikatan disulfida
secara linear sehingga oligomerize membentuk monomer mucin. Namun,
aerosol N-acetylcysteine tidak terbukti efektif untuk pengobatan segala
bentuk penyakit paru-paru. Studi acak terkontrol di COPD atau Cystic
Fibrosis menunjukkan tidak ada manfaat dari menggunakan asetilsistein.
Sputum Cystic Fibrosis mengandung sedikit mucin utuh dan lebih seperti pus.
Acetylcysteine bisamerusak jalan napas penderita Cystic Fibrosiskarena
mucin penting bagimelindungi permukaan saluran napas.Hal ini menyebabkan
batuk sehingga tidak menguntungkan. Acetylcysteine oral adalah antioksidan,
tetapi tidak memiliki sifat mukolitik, karena mudah tidak aktif di permukaan
saluran napas. Dornase alfaadalah peptida yang dianjurkan sebagai
mukolitikuntuk pengobatan Cystic Fibrosis. Dornase mengganggu polimer
DNAyang membentuk DNA sekunder dan jaringan polimer F-aktindi sputum
Cystic Fibrosis. Dornase telah tersedia selama lebihdari satu dekade dan dapat
meningkatkan fungsi paru dan mengurangi frekuensi agen Cystic
Fibrosisdepolymerizing exacerbations. aktin juga dapat mengurangi jaringan
polimer sekunder. Ada beberapa komponen yang bersinergi dengan dornase.
Di antaranya adalah thymosin-4, yangbertindak tidak hanya sebagai mukolitik
tetapi memiliki sifat antiinflamasi. Ada beberapa polimer DNApada asma,
PPOK, bronkitis plastik, atau pneumonia berdahak, sehingga dornase tidak
diindikasikan untuk mengobati penyakit inidan belum terbukti efektif.
Ekspektoran dan mucokinetics termasuk obat yang kadang disebut sebagai
"hidrator napas." Obat ini bertindak dengan meningkatkan transportasi ion
dan air diepitel, dan juga menginduksi sekresi musin danmerangsang ciliary
27

beating.Kemungkinan bahwa stimulasi mucin dan batuk yang lebih penting


untuk kebersihan jalan napasdari efek hydrating. Obat-obat ini termasuk
garam hiperosmolardan dry-powder mannitol. Studi menunjukan garam yang
hipertonik mungkin tidak seefektif dornase alfa dalam meningkatkan FEV1
pada orang dengan Cystic Fibrosis. Hiperosmolar salinedapat mengiritasi
saluran napas dan menyebabkan bronkospasme, sehinggabiasanya diberikan
bersama dengan agonis . Inhaleddry-powder mannitol telah terbukti efektif
dalam meningkatkan fungsi paru pada orang dengan Cystic Fibrosisdan lebih
toleran disbandingkan hiperosmolar saline. Peningkatan fungsi paru dengan
mannitol muncul dipertahankan selama setidaknya 18 bulan.(6)

4. Surfaktan Aerosol
Pada penyakit saluran napas seperti Cystic Fibrosis, ARDS, aspirasi
mekonium,dan asma berat, terdapat surfaktan yang signifikan mengalami
kerusakan. Surfaktan memobilisasi sekresi sebagai mucokineticatau abhesive,
dan bukan sebagai mukolitik. Ada beberapa data klinis pada penggunaan
aerosol surfaktan, yaitu sulitnya nebulizing cairan surfaktan ke dalam saluran
napas. Dengan aliran udara-kecepatan tinggi, busa surfaktan cairdan memiliki
viskositas tinggi. Dalam studi vitro menunjukkanbahwa surfaktan dan
perfluorokarbon dapat menjadi aerosol menggunakan inhalasi catheter.
Surfaktan juga dapat menstabilkan saluran udara dan mungkin memiliki sifat
anti-inflamasi. Cystic Fibrosisdengan sputum tidak menjadi sangat tebal atau
kental,tapi sangat lengket. Hal ini disebabkan kandungan DNAdan mungkin
penurunan hidrasi. Degradasi surfaktan pada saluran napas penderita Cystic
Fibrosis juga dapat mengurangi penggumpalan mukosiliar. Surfaktan dapat
mengurangi penggumpalan dahak, dan aerosolisasi surfaktan telah terbukti
meningkatkan fungsi paru pada pasien dengan COPD. Surfaktan mungkin
efektif untuk mobilisasi sekresi pada diintubasi dan berventilasi pasien.(6)
28

5. Obat Anti-inflamasi
Yang paling umum digunakan adalah obat anti-inflamasi kortikosteroid
inhalasi (ICS) untuk pengobatan asma. Sejumlah obat lain sebagai aerosol,
termasuk leukoprotease sekretori rekombinaninhibitor, elastase anti-neutrofil,
dan alpha-1 antiprotease. Ini dapat menurunkan aktivitas protease serin,seperti
elastase neutrofil, peradang napas kronis. Antioksidan seperti glutathione dan
rekombinan superoksida dismutase juga telah diberikan sebagai aerosol.
Glutathione aerosol saat ini sedang dipelajari sebagai terapi adjuvant untuk
pengobatan penyakit Cystic Fibrosisparu-paru. Siklosporin dapat menjadi
nebulized yang efisien dan dapat melindungi terhadap peradangan saluran
napas dan alergi. Cyclosporine aerosol juga mungkin memiliki peran dalam
pemeliharaan transplantasi paru.(6)

6. Aerosol Peptida dan Protein


Peptida sebagai aerosol yang baik untuk mengobati penyakir saluran napas
dan sistemik proteinosis alveolar paruadalah penyakit langka yang disebabkan
oleh kegagalan makrofag alveolaruntuk menelan dan menurunkan surfaktan.
Pada orang dewasa, antibodi yang dihasilkan terhadap faktor stimulasi koloni
granulosit makrofag, sitokin yangpenting untuk pematangan dan fungsi
makrofag. Dengan faktor stimulasi koloni granulosit makrofag, makrofag
dapat menelan surfaktan faktor stimulasi koloni granulosit makrofagdapat
mengobati penyakit inidengan mengatasi antibodi atau kelainan reseptordan
memicu maturasi makrofag. Protein juga telah diberikan pada aerosol untuk
transport sistemik. Untuk ini protein menjadi efektif harus memiliki sifat
aerodinamis yang memungkinkan untuk tersimpan dialveolus, di mana dapat
menyeberangi penghalang bloodairway yang sangat tipisdan masuk ke
29

sirkulasi sistemik. Hal ini melibatkan produksi partikel yang sangat halus
menggunakan aliran-diatur inhalasi yang memaksimalkan deposisi alveolar.(6)

7. Analog Prostasiklin untuk Hipertensi Paru


Ada sejumlah obat yang tersedia untuk mengobati hipertensi pulmonal,
termasuk obat-obatan yang meningkatkan nitric oksida, menghambat
endothelin, atau mengaktifkan phosphodiesterase. Di antaranya adalah Analog
prostasiklin yaitu epoprostenol dan iloprost, yang diterima dengan baik
sebagai obat nebulasi untuk mengobati hypertension.paru yang berat. Iloprost
inhalasi menunjukkan keamanan yang lebih besar daripada intravena dengan
vasodilatasi preferensial pada sirkulasi paru-paru. Kelemahan dari iloprost
inhalasi adalah efek hemodinamik pendek sehingga memerlukan dosis yang
sering.Prostasiklin analog dengan waktu paruh (misalnya, treprostinil) dan
formulasi pelepasan terkontrol telah dikembangkan.(6)

8. Obat untuk Mengobati Rasa Nyeri dan Dyspnea


Migrain telah menjadi penyakit yang diderita banyak orang.Ergotamin
adalah ergopeptine, strukturnya mirip dengan neurotransmiter seperti
serotonin dan dopamin. Vasokonstriktor ini efektif untuk mengobati serangan
migrain akut; Namun, kurang umum digunakan sebagai penghilang migrain
jenis lain karena memiliki efek merugikan, termasuk iritasi saluran
gastrointestinal-, angina, mengantuk, pusing, dan sakit kepala yang berulang.
ergotamine telah disampaikan sebagai aerosol menggunakan
breathsynchronized inhaler baru dan dalam uji klinis untuk pengobatan
migrain. Morfin telah digunakan pada nebulization sebagai pengobatan
dyspnea berat dan batuk keras, terutama pada orang dengan kanker yang
menerima perawatan paliatif. Morfin aerosol dapat memperburuk
30

hipoventilasi dan karbon dioksida retensi, sehingga harus diberikan dengan


hati hati sama halnya dengan opioids sistemik.(6)

2.5. Tata Cara Pemberian Terapi Inhalasi pada Anak


1. Jet Nebulizer
Saat menggunakan jet nebulizer, pasien hendaknya melakukan hal-hal
berikut :(5)
a. Pasang tabung, nebulizer cup dan mouthpiece (atau masker).
b. Masukkan obat ke dalam nebulizer cup.
c. Pasien dalam posisi tegak.
d. Hubungkan nebulizer dengan sumber listrik.
e. Pasien bernapas dengan normal, dan sesekali pasien bernapas dalam
sampai akhir nebulisasi.
f. Pastikan posisi nebul tetap vertical selama pengobatan.
g. Bilas nebulizer dengan air destilasi atau air steril dan biarkan sampai
kering.

2. Mesh dan Ultrasonic Nebulizer(5)


Langkah-langkah dalam menggunakan mesh dan ultrasonic nebulizer :
a. Mempersiapkan perangkat nebulizer.
b. Jika memungkinkan, ikuti petunjuk penggunaan untuk pemakaian
pertama kali atau setelah desinfeksi sehingga dapat dioperasikan secara
lebih maksimal.
c. Tuangkan obat yang dalam bentuk solutio ke tempat obat yang sudah
disediakan. Jangan melebihi volume yang direkomendasikan.
d. Pasien dalam posisi duduk tegak.
e. Nyalakan alatnya.
f. Posisikan nebulizer seperti yang diinstruksikan.
31

g. Ikuti petunjuk teknik pernapasan.


h. Jika selama perawatan, harus dilakukan suatu tindakan, matikan alat
untuk sementara untuk mengurangi jumlah obat yang terbuang.
i. Saat perawatan sudah selesai, lepas dam bersihkan alat.
j. Pada mesh nebulizer, jangan menyentuh jaring (mesh) saat dibersihkan.
Hal ini akan dapat merusak alat.
k. Sekali atau 2 kali seminnggu, desinfeksi nebulizer. (5)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menghindari penurunan


dosis obat atau tidak ada dosis obat sama sekali pada semua jenis nebulizser,
diantaranya :(5)
a. Baca dan ikuti petuntuk penggunaan.
b. Pastikan nebulizer tersusun secara benar dan tepat.
c. Pastikan nebulizer dalam keadaan bersih dan kering tiap kali pemakaian.
d. Saat penggunaan nebulizer, pastikan alat berada pada posisi yang tepat.

3. Metered Dose Inhaler (MDI)


Langkah-langkah penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) tanpa Spacer
:(5)
1. Inhaler dikocok lebih dahulu agar obat homogeny
2. Tutup inhaler dibuka inhaler dipegang tegak
3. Pertahankan dagu tetap tegak dan posisi inhaler tegak lurus
4. Dilakukan maksimal ekspirasi pelan-pelan mulut inhaler diletakandi
antara kedua bibir
5. Mulut canister diletakkan diatara bibir, lalu bibir dirapatkan danlakukan
inspirasi perlahan sampai maksimal
6. Pada waktu yang sama kanester ditekan untuk mengeluarkan
obattersebut dan penarikan napas diteruskan sedalam-dalamnya
32

7. Menahan napas sampai 10 detik atau dengan menghitung hitungan10


hitungan pada inspirasi maksimal
8. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30 detik sampai 1 menitkemudian
tergantung dosis yang diberikan oleh dokter.
9. Setelah proses selai jangan lupa berkumur untuk mencegah
efeksamping.

Gambar 2.7 Penggunaan MDI tanpa spacer

Masalah yang sering terjadi saat penggunaan MDI tanpa spacer, diantaranya :(5)
1. Ketidakmampuan mengkoordinasi aktivasi dengan inhalasi
2. Gagal untuk menahan nafas selama waktu yang diperlukan
3. Aktuisi yang banyak tanpa menunggu atau mengocok alat pada saat diantara
dosis
4. Posisi inhaler yang salah atau terbalik
33

5. Tidak cocok bagi pasien dengan PPOK yang parah di mana mereka
memiliki inspiratory flow rate yang rendah

Tips penggunaan MDI :(5)


1. Semua pasien yang menggunakan MDI untuk obat kortikosteroid inhalasi
sebaiknya menggunakan spacer. Pasien dengan kelemahan tangan atau
osteoarthritis yang kesulitan menggunakan MDI mungkin akan lebih baik
dengan alat haleraid
2. Pertahankan dagu tetap tegak dan posisi inhaler tegak lurus

Langkah-langkah penggunaan Metered Dose Inhaler dengan Spacer :(5)


1. Siapkan spacer
2. Buka tutup inhaler
3. Pegang inhaler tegak lurus dan kocok tabung inhaler
4. Pasang inhaler tegak lurus dengan spacer
5. Letakkan mouthpiece diantara gigi tanpa menggigigitnya dan tutup bibir
hingga mouthpiece tertutup rapat
6. Bernafas dengan pelan
7. Pertahankan posisi spacer dan tekan canister satu kali
8. Inhalasi dengan pelan dan dalam lalu tahan nafas sekitar 10 detik atau
selama yang disanggupi ATAU inhalasi ekshalasi secara normal untuk 4-6
kali nafas. Bernafas lebih dari satu kali (tidal breathing) digunakan untuk
anak-anak dan selama akut eksaserbasi dimana bernafas dalam satu kali
tidak dapat dilakukan.
9. Keluarkan spacer dari mulut
10. Ekshalasi dengan pelan
11. Buka inhaler dari spacer
12. Jika dibutuhkan dosis ekstra, tunggu 1 menit dan ulangi langkah 3
34

sampai 11
13. Tutup kembali inhaler dan simpan spacer.

Gambar 2.8 Penggunaan MDI dengan spacer pada anak


Masalah-masalah yang sering terjadi pada penggunaan MDI dengan spacer :(5)
1. Terganggunya pengiriman obat ke paru-paru disebabkan oleh electrostatic
charge, yang menyebabkan kerusakan (sticky valve), atau dengan
aktuisi yang berkali-kali.
2. Aktuisi yang banyak tanpa menunggu atau mengocok alat pada saat diantara
dosis
3. Penundaan diantara aktuisi dan inhalasi bisa menyebabkan tidak ada obat
yang dihirup
4. Pasien dengan gangguan kognitif mungkin tidak mampu
untuk menutup mouthpiece dengan rapat
5. Kesalahan banyak terjadi pada pasien yang hanya menggunakan MDI tanpa
spacer
35

Tips penggunaan MDI dengan spacer :(5)


1. Pemeliharaan spacer dan kebersihan yang terjaga bisa meningkatkan
efisiensi kerja alat
2. Gunakan masker spacer untuk anak-anak atau pada pasien yang tidak
mampu untuk menutup bibir dengan rapat

Langkah-langkah penggunaan Autohaler: (5)


1. Buka tutup inhaler
2. Pegang inhaler tegak lurus dan kocok
inhaler*
3. Tekan lever keatas
4. Ekshalasi pelan jauh dari mouthpiece
5. Letakkan mouthpiece diantara gigi tanpa menggigigitnya dan tutup bibir
hingga mouthpiece tertutup rapat
6. Inhalasi pelan dan dalam.
7. Tetap inhalasi sampai terdengar suara click
8. Tahan nafas sekitar 10 detik atau selama yang disanggupi
9. Ketika menahan nafas, keluarkan inhlaler dari mulut
10. Ekshalasi pelan jauh dari mouthpiece
11. Tekan lever kebawah
12. Jika dibutuhkan dosis ekstra, ulangi langkah 2 sampai 10
13. Tutup kembali inhaler

Masalah yang sering terjadi pada penggunaan Autohaler :(5)


1. Posisi inhaler yang salah
2. Aktuisis yang banyak tanpa mengocok terlebih dahulu pada
36

saat diantara dosis*


3. Berhenti inhalasi pada saat terdengar suara click
4. Terlalu banyak air dari udara/ pada saat bernafas ke dalam alat sehingga
menjadi lembab

Tips penggunaan Autohaler :(5)


1. Pertahankan dagu tetap tegak dan posisi inhaler tegak lurus
2. Selalu angkat lever sebelum menggunakan inhaler
3. Selalu tutup kembali inhaler setelah digunakan

3. Dry Powder Inhaler (DPI)(5)


Dalam menggunakan single dose-DPI pasien harus diinstruksikan untuk :
1. Melepaskan penutup mouthpiece
2. Pegang dasar inhaler dan putar mouthpiece berlawanan jarum jam
3. Pindahkan kapsul dari foil blister segera sebelum digunakan
4. Tempatkan kapsul ke dalam kotak yang terdapat di dasar inhaler.
5. Pegang dasar inhaler dan putar searah jarum jam
6. Secara bersamaan tekan kedua tombol sehingga menembus kapsul
7. Posisikan kepala dalam keadaan tegak
8. Jangan menghembuskan nafas ke dalam alat
9. Pegang alat secara horizontal, dengan tombol di sebelah kiri dan kanan
10. Letakkan mouthpiece ke dalam mulut dan bibir dalam keadaan
mengatup sehingga menempel dengan mouthpiece.
11. Tarik napas secepat dan sedalam mungkin
12. Pindahkan mouthpiece dari mulut dan tahan napas selama 10 detik (atau
selama yang pasien bisa lakukan).
13. Jangan menghembuskan napas ke dalam alat.
37

14. Periksa apakah masih tersisa bubuk dalam kapsul, jika masih tersisa
bubuk maka ulangi proses inhalasi.
15. Setelah digunakan, pindahkan dan buang kapsul. Jangan menyimpan
kapsul di dalam Aerolazer.
16. Tutup mouthpiece dang anti penutupnya.
17. Simpan alat pada tempat yang kering dan tidak lembab.(5)

Cara menggunakan Multiple Unit Dose-DPI (Diskhaler) :(5)


1. Buka penutup dan pastikan alat mouthpiece dalam keadaan bersih.
2. Perpanjang penampan dan dorong untuk memindahkan penampan.
3. Letakkan disk obat pada bagian yang beputar.
4. Tarik catridge dan kemudian dorong sampai disk obat terlihat pada
indikator dosis. Dosis obat tersebut menjadi dosis pertama yang
diberikan kepada pasien.
5. Posisikan alat dalam keadaan datar dan angkat bagian belakang sampai
terlihat blister obat.
6. Kembalikan ke posisi semula sampai terdengar suara klik.
7. Pindahkan Diskhaler dari mulut dan hembuskannapas semaksimal
mungkin.
8. Letakkan mouthpiece antara gigi dan mulut serta pastikan lubang pada
mouthpiece tidak tersumbat.
9. Tarik napas secepat dan sedalam mungkin
10. Pindahkan Diskhaler dari mulut dan tahan napas selama 10 detik atau
selama mungkin.
11. Hembuskan napas perlahan.
12. Jika diperlukan dosis tambahan, tarik catridge lalu dorong kembali
untuk memindahkan blister berikutnya. Ulangi langkah 4-12.
38

13. Tutup kembali mouthpiece setelah penggunaan. Pastikan sisa blister


tertutup sampai inspirasi untuk melindunginya dari kelembaban.

Cara menggunakan Multiple-dose DPI (Diskus) :(5)


1. Buka alat
2. Geser lever dari kiri ke kanan.
3. Hembuskan napas seperti biasa, jangan menghembuskan napas ke dalam
alat.
4. Letakkan mouthpiece dalam mulut dan tempelkan bibir pada
mouthpiece.
5. Pastikan alat dalam posisi horizontal/mendatar saat menghirup dosis
obat dengan kecepatan napas yang cepat dan stabil.
6. Pindahkan mouthpiece dari mulut dan tahan napas selama 10 detik atau
selama mungkin.
7. Pastikan pasien tidak bernapas ke dalam alat.
8. Simpan alat pada tempat yang kering dan tidak lembab.
9. Periksa tempat yang menunjukkan sisa dosis obat dan ganti jika sudah
waktunya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saan menggunakan DPI diantaranya :(5)
1. Baca dan ikuti petunjuk cara merakit alat dengan benar.
2. Pastikan DPI tetap bersih dan kering.
3. Tempatkan DPI dalam posisi yang benar selama penggunaan.
4. Pastikan kapsul dan blister pack benar-benar tertusuk.
5. Jangan menghembuskan napas ke dalam DPI.
6. Pastikan inspiratory flow pasien adekuat.
7. Periksa dosis yang tersisa dalam DPI.
39

Gambar 2.9 Penggunaan


Multi-dose DPI (Diskus)

Nebulizer dan MDI dengan spacer


saat ini merupakan sistem pengiriman obat secara inhalasi yang paling efisien
untuk anak-anak.Sebaliknya, DPI dan breath-actuated MDI tidak digunakan pada
anak-anak.

2.6. Pemantauan Terapi Inhalasi pada Anak(3)


Selama proses pemberian terapi inhalasi ada beberapa hal yang harus
dipantau dari pasien. Hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
1. Mengamati teknik pernapasan spontan pasien yang dapat menggunakan
terapi aerosol secara mandiri.
a. Periode napas dalam yang teratur dengan jeda saat inspirasi atau
menahan napas saat inspirasi biasanya dilakukan saat terapi
menggunakan nebulizer. Hindari terjadinya hiperventilasi dan pasien
harus diamati untuk memastikan bahwa tetesan aerosol benar-benar
dihirup.
b. Aktuasi MDI dilakukan di awal inhalasi, diikuti dengan inspirasi yang
pelan dan menahan napas selama 10 detik.
c. Pasien mampu melakukan inhalasi yang cepat untuk mengaktivasi
sepenuhnya dan juga melepaskan DPI.
40

2. Minta paisen dan/atau anggota keluarga pasien dalam megikuti intruksi dan
demontrasi tentang terapi inhalasi.(2)
a. Pemahaman yang benar dan mendemonstrasikan kembali alat inhalasi
serta kelengkapannya harus diamati.
b. Pemahaman yang benar dan persiapan terapi juga diamati.

3. Mengamati respon terhadap terapi secara subjektif (misalnya pemeriksaan


fisik) danobjektif ( misalnya pengukuran fungsi paru-paru), assessment
(penilaian) dan teknik diagnosis lain yang sesuai dengan terapi spesifik yang
digunakan.
a. Pastikan volume obat untuk terapi nebulizer melebihi jumlah yang
seharusnya jika digunakan untuk Large Volume Nebulizer (LVN). (2)
4. Dokumentasi (Pencatatan)
a. Pelatihan yang benar mengenai terapi inhalasi pada pasien dan/atau
anggota keluarga pasien dicatat dalam rekam medis pasien.
b. Perawatan terapi yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan dicatat
di dalam rekam medis pasien, termasuk informasi mengenai dosis,
frekuensi, respon dan efek samping terapi.(2)

2.7. Keuntungan dan Kerugian Terapi Inhalasi pada Anak


Ada beberapa keuntungan dan kerugian dari masing-masing sistem
penghantaran obat secara inhalasi, antara lain sebagai berikut :(5)
No Alat Keuntungan Kerugian
.
1 Nebulize Bisa digunakan untuk semua Tidak praktis, bising, kurang
r rentangan usia efisien
Dapat melakukan pernapasan biasa Memerlukan sumber listrik
(tidal breathing)
Konsentrasi dan dosis obat dapat Resiko kontaminasi bakteri
41

dibatasi dan diubah-ubah

Dapat digunakan dengan facemask Memiliki ukuran yang besar


Mahal
2 MDI Alat berukuran kecil, mudah Koordinasi tangan-mulut yang
dibawa rumit
Cepat Tidak dianjurkan untuk anak-
anak
Dosis obat yang bervariasi
3 Breath- Alat berukuran kecil, mudah Deposit obat di orofaring
actuated dibawa banyak yang disebabkan
MDI kecepatan aerosol yang tinggi
Cepat Membutuhkan inspirasi yang
dalam
Tidak diperlukan koordinasi Tidak dianjurkan untuk anak-
tangan-mulut anak dengan usia < 7-8
tahun
Diperlukan kecepatan inspirasi
yang tinggi
4 MDI Bisa digunakan untuk semua Ukuran spacer yang besar
dengan rentangan usia
spacer Dapat melakukan pernapasan biasa Sangat mengutamakan
(tidal breathing) prosedur penggunaannya
Dapat digunakan dengan facemask
Cepat
Deposit obat di orofaring yang
rendah sehingga memiliki efek
samping yang lebih rendah
5 DPI Alat berukuran kecil, mudah Membutuhkan inspiratory flow
dibawa rate yang tinggi
Cepat Tingkat efisiensinya tergantung
dari kekuatan pasien
42

Tidak diperlukan koordinasi Tidak dianjurkan untuk anak-


tangan-mulut anak dengan usia < 7-8
tahun
Bebas Profelan
Deposit obat di orofaring yang
rendah sehingga memiliki efek
samping yang lebih rendah
Tabel 2.3Keuntungan dan Kerugian Sistem Penghantaran Obat secara
Inhalasi(5)

Keuntungan dari obat aerosol inhalasi antara lain :(5)


1. Dosis obat aerosol inhalasi lebih rendah dari dosis obat sistemik
2. Onset obat aerosol lebih cepat dibandingkan dengan onset obat yang
diberikan secara oral.
3. Obat didistrubusikan secara langsung ke paru-paru dengan efek sampinng
yang minimal.
4. Efek sistemik lebih jarang dan lebih ringan dibandingkan dengan distribusi
obat secara sistemik.
5. Terapi inhalasi tidak menimbulkan keluhan nyeri seperti misalnya
pemberian obat secara injeksi dan pasien cenderung merasa lebih nyaman.

Sedangkan kerugian dari obat aerosol inhalasi antara lain :(5)


1. Endapan (deposit) obat di dalam paru cenderung lebih rendah dari total
dosis yang diberikan.
2. Beberapa variable (pola pernapasan yang benar, penggunaan alat) dapat
mempengaruhi deposit dan dosis obat di dalam paru-paru.
3. Rendahnya pengetahuan tentang cara penggunaan terapi aerosol yang benar
dan tepat baik oleh pasien maupun pelaku kesehatan dapat menurunkan
keefektifan terapi aerosol itu sendiri.
43

4. Dengan berbagai jenis alat terapi aerosol dapat membingungkan pasien


maupun petugas kesehatan dalam menggunakan terapi aerosol tersebut.

2.8. Komplikasi dari Pemberian Terapi Inhalasi pada Anak(3)


Komplikasi dari pemberian terapi inhalasi pada anak dapat ditimbulkan
oleh aerosol delivery, nebulizer, MDI ataupun DPI.
1. Aerosol delivery
a. Saat generator aerosol terkontaminasi bakteri, hal ini dapat
meningkatkan resiko infeksi pada pasien dengan penyakit saluran napas.
b. Petugas kesehatan memiliki resiko infeksi akibat menghirup patogen.
Jika kemungkinan terpapar infeksi tinggi, maka petugas kesehatan
hendaknya menggunakan alat pelindung diri.
c. Paparan aerosol di tempat kerja dapat meningkatkan resiko asthma-like
symptoms dan menyebabkan occupational asthma.
d. Kerusakan alat dan/ teknik yang kurang tepat dapat meningkatkan
ataupun menurunkan dosis obat.
e. Jenis-jenis obat tertentu misalnya golongan adrenergic dapat
menyebabkan efek samping seperti sakit kepala, insomnia, takikardi,
tremor, dan rasa gugup, efek topikal local dengan golongan
antikolinergik, reaktivitas saluran napas dengan antibiotic, salin
hipertonik, kortikosteroid inhalasi dann bronkodilator, efek
sistemik/local kortikosteroid serta gangguan pengecapan akibat obat
golongan mukolitik dan salin hipertonik.
f. Bronkospasme dapat disebabkan karena administrasi aerosol yang
dingin dan aerosol dengan kerapat yang tinggi pada pasien dengan
penyakit paru.
g. Resep penggunaan perangkat aerosol di rumah dapat disalahgunakan
jika yang menggunakan perangkat aerosol belum terlatih.
44

1. Nebulizer
a. Terdapat kemungkinan adanya peningkatan konsentrasi obat dalam cup
nebulizer di akhir perawatan saat menggunakan jet atau ultrasonik
nebulizer.
b. Nebulizer dapat terkontaminasi dan menjadi sumber infeksi.

2. Metered Dose Inhaler (MDI)


a. Cara penggunaan yang salah dapat menyebabkan overdosis obat atau
bahkan tidak mencapai dosis yang diinginkan.
b. Reaksi propelan dan zat-zat aditif lainnya seperti batuk dan mengi
kemungkinan dapat terjadi.
c. Deposit aerosol pada orofaring dapat mengakibatkan efek samping local
seperti kandidiasis.
d. Imersi tabung di dalam air dapat menyebabkan penyumbatan katup.

3. Dry Powder Inhaler (DPI)


a. Iritasi jalan napas dan disfonia dapat disebabkan oleh bubuk kering pada
DPI.
b. Deposit kortikosteroid pada orofaring dapat menyebabkan efek samping
local seperti resiko infeksi jamur pada rongga mulut, sehingga perlu
untuk berkumur setelah menggunakan alat inhalasi.

BAB III
PENUTUP
45

3.1. Kesimpulan
Penyakit pada pernapasan menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak-anak, serta kasus kedaruratan pada anak-anak. Penyakit pada
pernafasan yang sering seperti asma, bronkiolitis, dan penyakit lain dengan
gejala mengi berulang. Terapi inhalasi adalah dasar pengobatan tidakhanya untuk
pasien dengan asma, tetapi juga untuk bayi dengan mengi baik dalam episode
akut atau saat terapi pemeliharaan. Pada dasarnya ada tiga jenis alat untuk
inhalasi: nebulizers, dry powder inhalers (DPI), metered-dose inhalers (MDI).
Pada anak-anak usia lebih dari 4 tahun, dry powder inhalers lebih disarankan
untuk terapi pemeliharaan, namununtuk keadaan darurat, metered-dose inhaler
lebih cocok untuk digunakan. (2)

3.2. Saran
1. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang terapi inhalasi pada anak,
jenis-jenis sistem penghantaran, macam obat, indikasi diberikannya terapi
inhalasi pada anak, tata cara pemberian terapi inhalasi pada anak, cara
pemantauan terapi inhalasi pada anak, keuntungan dan kerugian dari terapi
inhalasi pada anak, serta komplikasi yang dapat terjadi akibat pemberian
terapi inhalasi pada anak
2. Diperlukan pengkajian lebih lanjut terapi inhalasi pada anak, termasuk jenis-
jenis system penghantar yang semakin efektif menurut indikasi pemberian.
46

HASIL TANYA JAWAB DISKUSI

1. Kapan nebulizer paling tepat digunakan dalam terapi inhalasi?


Jawab : Nebulizer baik digunakan pada kondisi dan situasi yang darurat dan
bersifat akut. Juga lebih sering digunakan untuk pasien bayi, anak-anak kecil dan
orang tua yang biasanya tidak terlalu kooperatif jika diinstruksikan perintah
tertentu pada penggunaan alat terapi inhalasi yang lain, misalnya MDI dan DPI.
47

2. Mana yang lebih optimal penggunaan obat dengan inhalasi atau per oral pada
pasien dengan asma?
Jawab : Penggunaan secara inhalasi lebih optimal, karena efeknya bersifat lokal ke
saluran pernapasan saja (topical), dibandingkan dengan pemberian terapi per oral
(sistemik) yang dapat menghasilkan efek yang lebih lama serta dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

3. Jika dilihat dari rentang umur, mana yang lebih efktif antara MDI atau DPI?
Yang lebih efektid adalah MDI. Karena MDI sendiri dapat digunakan dengan
spacer yang membantu pasien bisa bernapas normal seperti biasa tanpa mengikuti
instruksi tertentu. Sedangkan DPI memerlukan aliran udara yang cukup tinggi
dalam penggunaanya, dan anak-anak < 4 tahun tidak menghasilkan aliran udra
yang cukup tinggi ke dakam alat DPI, karena inspiratory flow rate anak-anak tidak
sama dengan orang dewasa.
4. Apa komplikasi yang bisa ditimbulkan dari masing-masing jenis system
penghantaran obat secara inhalasi?
Jawab :
A. Nebulizer
a. Terdapat kemungkinan adanya peningkatan konsentrasi obat dalam cup
nebulizer di akhir perawatan saat menggunakan jet atau ultrasonik
nebulizer.
b. Nebulizer dapat terkontaminasi dan menjadi sumber infeksi.

B. Metered Dose Inhaler (MDI)


a. Cara penggunaan yang salah dapat menyebabkan overdosis obat atau
bahkan tidak mencapai dosis yang diinginkan.
b. Reaksi propelan dan zat-zat aditif lainnya seperti batuk dan mengi
kemungkinan dapat terjadi.
48

c. Deposit aerosol pada orofaring dapat mengakibatkan efek samping local


seperti kandidiasis.
d. Imersi tabung di dalam air dapat menyebabkan penyumbatan katup.

C. Dry Powder Inhaler (DPI)


a. Iritasi jalan napas dan disfonia dapat disebabkan oleh bubuk kering pada
DPI.
b. Deposit kortikosteroid pada orofaring dapat menyebabkan efek samping
local seperti resiko infeksi jamur pada rongga mulut, sehingga perlu
untuk berkumur setelah menggunakan alat inhalasi.

5. Apabila komplikasi berupa candidiasis sudah terjadi, apakah sebaiknya terapi


inhalasi tetap dilanjutkan?
Jawab : Setiap penggunaan alat inhalasi misalnya MDI dan DPI, selalu disertai
dengan petunjuk penggunaan yang telah sesuai dengan standar, termasuk petunjuk
tentang keharusan untuk berkumur setelah menggunakan terapi inhalasi, yang
tujuannya adalah untuk menghindari komplikasi di orofaring akibat deposit obat,
salah satunya adalah candidiasis. Namun, apabila komplikasi berupa candidiasis
tersebut telah terjadi sebaiknya terapi dihentikan untuk sementara, karena hal ini
dapat menimbulkan efek yang lebih jauh mengenai saluran pernapasan yang lebih
bawah. Komplikasi tersebut hendaknya diobati dulu, setelah sembuh terapi dapat
dilanjutkan dengan catatan menggunakan alat inhalasi sesuai dengan petunjuk
yang sudah ada.

6. Mengapa penggunaan terapi inhalasi harus dalam posisi tegak?


Jawab : Hal ini bertujuan agar partikel-partikel aerosol dapat terdeposisi di saluran
napas bagian bawah yang mana hal ini berhubungan dengan gaya gravitasi.
49

Terutama partikel yang memiliki ukuran 0,5 5 mm yang akan mengendap secara
sedimentasi akibat adanya gaya gravitasi tersebut.

7. Berapa persentase deposit obat aerosol pada salauran napas bawah, orofaring dan
alat inhalasi?
Jawab : DPI menditribusikan kurang lebih 10-40% dosis obat ke dalam bronkus.7

Untuk MDI dapat dilihat pada grafik. Grafik tersebut menunjukkan bahwa jenis
propelan yang digunakan pada MDI dapat mempengaruhi jumlah deposit obat
dalam seluruh lapang paru, pada orofaring, pada actuator (alat inhalasi) dan yang
dihembuskan (ekshalasi). Di mana jenis propelan HFA 134a cenderung dapat
meningkatkan deposit aerosol pada paru-paru.
50

Selain jenis propelan, diameter pipa MDI juga berpengaruh terhadap jumlah
deposit aerosol yang mencapai paru-paru. Dari grafik di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa semakin kecil diameter tabung maka semakin banyak deposit
obat yang dapat mencapai paru-paru.
Jenis Propelan pada MDI Diameter Pipa (mm) Deposit dalam paru
CFC MDI 0,5 5,2%
HFA MDI 0,25 46,6%
CFC MDI 0,25 23,2%

Grafik di atas menunjukkan bahwa jenis propelan HFA dengan diameter pipa paling
kecil dapat mendistribusikan deposit obat paling besar ke dalam paru-paru.

8. Bagaimana pola pernapasan saat menggunakan MDI ataupun DPI?


Jawab : Penggunaan MDI memerlukan pola pernapasan yang pelan dan dalam,
dengan sebelumnya ekspirasi maksimal, kemudian saat mouthpiece diletakkan di
antara gigi, tanpa menggigit mouthpiece, tutup bibir sehingga mouthpiece tertutup
rapat. Bersamaan dengan ditekannya canister, pasien mulai menarik napas pelan
dan dalam, kemudian tahan napas sekitar 10 detik sambil mengeluarkan inhaler
dari mulut, kemudian setelah 10 detik menahan napas, pasien menghembuskan
(ekshalasi) dengan pelan dari mulut. Sedangkan penggunaan dengan DPI, saat
51

meletakkan mouthpiece ke dalam mulut dengan bibir dalam keadaan mengatup,


pasien diminta menarik napas secepat dan sedalam mungkin. Lalu tahan napas
selama 10 detik sambil mengeluarkan mouthpiece dari mulut. Setelah 10 detik,
pasien menghembuskan napas seperti biasa, penting untuk tidak menghembuskan
napas ke dalam alat. Pernapasan yang cepat dan dalam pada penggunaan DPI
bertujuan agar serbuk yang dihirup dapat lebih maksimal dan menghindari deposit
yang berlebih pada orofaring.

DAFTAR PUSTAKA
52

1. Kwok, P. dan Chan, H. Delivery of Inhalation Drugs to Children for Asthma and
Other Respiratory Diseases. Department of Pharmacology and Pharmacy.
2014.
2. Milala, Alsen. S,. Inhalasi Serbuk Kering sebagai Sistem Penghantaran Obat
Pulmonar. Nephrology & Hypertension Division, Department of Internal
Medicine, FacLaboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya. 2013; 26(2) : 39-46.
3. Ari, Arzu dan Ruben, D., Aerosol Delivery Device Selection for Spontaneously
Breathing Patients 2012. AARC Clinical Practice Guideline. 2012 ; 57(4) : 13-
626.
4. Muchao, F. dan Ribeiro, L. Advances in inhalation therapy in pediatrics. Journal
de Pediatria. 2012 ; 86(5) : 367-375.
5. Gardenhire, D., Arzu Ari, Dean Hess, dan Timothy R. A Guide to Aerosol
Delivery Devices for Respiratory Therapists, 3rd Edition. American Association
for Respiratory Care. 2013.
6. Bruce K Rubin Md Mengr Mba Faarc. 2014. Pediatric Aerosol Therapy: New
Devices And New Drugs. September 2011 Vol 56 No 9
7. Elizabeth Sprigge, B.Eng. 2014. Non uniform deposition of pMDI aerosol in a
large volume spacer. Ottawa-Carleton Institute for Mechanical and Aerospace
Engineering, Department of Mechanical Engineering, Carleton University Ottawa,
Ontario

You might also like