Professional Documents
Culture Documents
Di susun oleh :
Desi Mei Daning Astuti
2. Imam Syafii
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AN-NUR PURWODADI
TAHUN AJARAN 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai
demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama
sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama
demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah
pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah
flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan
Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di
Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang
menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi
antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah
berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya.
Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara
konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius
pada banyak negara tropis dan sub tropis.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien DHF ( Dengue Haemorraghic
Fever ).
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. Definisi penyakit DHF pada anak.
2. Etiologi penyakit DHF pada anak.
3. Manifestasi klinik penyakit DHF pada anak.
4. Patofisiologi penyakit DHF pada anak.
5. Komplikasi penyakit DHF pada anak.
6. Klasifikasi penyakit DHF pada anak.
7. Pemeriksaan Penunjang DHF pada anak.
8. Penatalaksanaan penyakit DHF pada anak.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.( Hendarwanto;
417; 2004 )
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus ( arthropodbora virus ) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah;
341; 1997 )
DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus disertai demam akut,
perdarahan, tedensi syok. ( Suryanah; 191; 1996 )
B. ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam family / suku / grup Flaviviridae, virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4 (virus dengue tipe 1-4). Infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas
yang menetap terhadap infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun,
hanya memberikan imunitas yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya.Wabah
dengue juga telah disertai Aedes albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess scuttellariss tetapi
vector tersebut kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak
terdapat didaerah perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes aegypti banyak tinggal di
sekitar pemukiman penduduk.
D. PATOFISIOLOGI
Fenemona patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang
ekstraseluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah verimia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa ( splenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
( syok ).
Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran ( perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penerita DHF sangat dianjurkan
untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemikonsentrasi
yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan
dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apanila tidak seger adiatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda tanda perdarahan hampir diseluruh alat
tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar
denga perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.
( Effendy; 1; 1995 )
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
Terjadi trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif. Pada pemeriksaan
kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum
dan pH darah mungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah.
2. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminaria ringan.
3. Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi.
4. Serologi
a. Serum ganda : pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue sebanyak
minimal 4 kali. Uji peningkatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
b. Serum tunggal : ada atau tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig
M antidengue.
5. Isolasi virus
Bahannya adalah darah pasien, jaringan jaringan baik dari pasien hidup melalui biopsi , dari
pasien yang meninggal melalui otopsi ( Hendarwanto; 422; 2004 )
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit :
a. Tirah baring
b. Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 2 liter
dalam 24 jam ( susu, air dengan gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik
golongan asetaminofen, eukinia atau diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya
pendarahan.
d. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
2. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infuse dan dipertahankan selama 12 48 jam setelah renjatan diatasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht
tiap 4 6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat
ringer yang dipertahankan selama 12 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak
pernaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemase,
sejumlah 15 29 ml/kg berat beban dan dipertahankan selama 12 48 jam setelah renjatan
teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfuse
darah. ( Mansjoer; 432; 2001 )
G. PATHWAY
Virus Dengue
Viremia
Meningkat
Anoreksia Manifestasi
- Muntah perdarahan
Kehilangan plasma
Hipovolemia
Dari kebutuhan
ascites
Hemokonstrasi
syok
A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif :
a. Lemah
b. Panas atau demam
c. Sakit kepala
d. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
e. Nyeri ulu hati
f. Nyeri pada otot dan sendi
g. Pegal pegal pada seluruh tubuh
h. Konstipasi
2. Data Obyektif :
a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan ( flushing )
b. Mukosa mulut kering, perdarah gusi, lidah kotor tampak bintang merah pada kulit ( petekie ), uji
tourniquet positif, epitaksis, akimosis, hematoma, hematemesis, melena
c. Hyperemia pada tenggorokan
d. Nyeri tekan pada epigastrik
e. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
f. Pada renjatan ( derajat IV ), nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis
perifer, napas dangkal ( Effendy; 10; 1995 )
B. FOKUS INTERVENSI
1. Peningkatan suhu tubuh ( hipertermia ) b/d proses penyakit ( viremia )
KH : - Suhu tubuh normal ( 36 37 C )
- Pasien bebas dari demam
Intervensi :
- Kaji saat timbulnya demam
- Beri makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim dan dihidangkan saat masih hangat
- Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat dengan bahasa dan kata kata yang
mudah dipahami
- Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien
- Berikan kesempatan pada pasien / keluarga untuk menanyakan hal hal yang ingin diketahui
sehubungan dengan penyakit yang dialami pasien
- Gunakan leaflet atau gambar dalam memberikan penjelasan
4. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut b/d trombositopenia
KH : - Tidak terjadi tanda - tanda perdarahan lebih lanjut
- Jumlah trombosit meningkat
Intervensi :
- Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda
tanda dan konsul
- Berikan penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada pasien
- Bantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari hari sesuai dengan tingkat keterbatasan
pasien
- Bantu pasien untuk mandiri dengan perkembangan kemajuan fisik
- Beri penjelasan tentang hal hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik
- Anjurkan pada pasien / keluarga untuk segera melapor jika ada tanda tanda perdarahan
- Beri terapi cairan intravena dan transfuse jika terjadi perdarahan ( kolaborasi dokter )
- Berikan obat obatan untuk mengatasi perdarahan sesuai dengan program dokter
- Jawab semua pertanyaan pasien / keluarga dengan jujur dan benar. ( Effendy; 29; 1995 )
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah
nyamuk Aedes aegypti , maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk memutuskan
rantai penyakit:
Tanpa insektisida:
bersarang.
Dengan insektisida:
Abate untuk membunuh jentik nyamuk dengan cara ditabur pada bejana- bejana tempat
penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.
SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi dengan DHF ini
dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan.
Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Carpenito, Lynda Jual-Moyet.(2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :
EGC.
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta ; EGC
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Anak ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu
memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah Keperawatan
Anak ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Siti Aisyah
Nur, S.Kepyang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah
menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri
sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dengue haemoragi fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkanoleh virus dengue yaitu virus
yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
agypty dan alborictus. DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa serta seringkali
menyebabkan kematian bagi penderita.
Penyakit dangue merupakan penyakit endemic di Indonesia tetapi dalam jarak 5-10 tahun
dapat mengakibatkan letusan epidemi. Dengue pertama kali di I ndonesia dicurigai terjangkit di
Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologikma baru diperolah pada tahun 1970
Di Indonesia dipengaruhi oleh musim terhadap demam berdarah dengue tidak begitu
jelas, tetapi dalam garis besar dapat dikemukakan bahwa jumlah penderita berkisar pada bulan
maret-mei. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara laki laki dan perempuan tetapi
seringkali menyerang perempuandari pada laki laki.
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawtan anak pada klien DHF (Dengue haemoragi
fever)
1. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit DHF (Dengue haemoragi fever) itu sendiri
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.
B. ETIOLOGI
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan
natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC. Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di
Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.
1. C. Manifestasi Klinis
6. Sakit kepala
9. Tanda tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah)
1. D. Patofisiologi
1. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui
endotel dinding itu.
1. E. Komplikasi
1. Perdarahan luas
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran
F. Anatomi fisiologi
Berikut adalah anatomi fisiologi yang berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah
sistem sirkulasi.
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus
dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk
membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan
tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung,
pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung.
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-paru, agak
lebih kearah kiri.
2. Pembuluh Darah
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh darah arteri yang
penting:
1) Arteri koronaria
Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila.
3) Arteri Brachialis
4) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
5) Arteri karotis
6) Arteri temporalis
7) Arteri facialis
8) Arteri femoralis
Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke belakang lutut 8
9) Arteri Tibia
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus dari arteri
sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh
jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih
besar yang disebut vena
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax, dan
ekstremitas atas.
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.
3) Vena jugularis
4) Vena pulmonalis
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut plasma dan
bagian padat yang disebut sel darah (Evelyn.P, 2002). Darah adalah suatu jaringan tubuh yang
terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah (Syaifudin, 1997). Darah adalah suatu
cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton, 1992).
Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah yang
cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah yang befungsi sabagai transfer makanan
bagi sel.
Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat
badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung
pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai
berat jenis 1.041 1.067 dengan temperatur 380C dan PH 7.37 1.45
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat anti racun.
Fungsi khususnya lebih lanjut di terangkan lebih banyak di struktur atau bagian dari masing-
masing sel darah dan plasma darah.
Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu: sumsum tulang,
hepar dan limpa.
a. Sumsum Tulang
1) Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur bentuknya dan saling
berhubungan, sehingga tulang belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan
penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus
(badan ruas tulang belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga. Bagian yang
menjorok dari korpus di belakang disebut arkus neoralis (Lengkung Neoral) yang dilewati
medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke semua bagian tubuh. Pada arkus terdapat
bagian yang menonjol pada vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan tulang
belakang yang dinamakan prosesus spinosus.
Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang kosta dan klavikula. Sternum
terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni, dan processus xipoideus.
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang costa vertebio condralis dan
2 pasang costa fluktuantes.
Costa dibagian posterior tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat
pada tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada yang sama sekali
tidak melekat.
b. Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia. Organ ini terletak
di bagian kanan atas abdomen di bawah diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus
dextra dan ductus hepatikus sinestra, keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus comunis.
Ductus hepaticus comunis menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledakus.
c. Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan berwarna kemerahan,
limpa adalah organ berkapsula dengan berat normal 100 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi
sebagai organ limfaed dan memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga
berfungsi menghancurkan sel darah merah yang rusak.
F. Cara pencegahan
1.
1. Untuk mencegah dhf, nyamuk penularannya harus diberantas, sebab vaksin untuk
mencegahnya belum ada
3. Lkarena tempat perkebangannya biasa di rumah rumah dan tempat tempat umum,
maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD
G. Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti
peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system
sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan
penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan
yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
H. Penatalaksanaan penyakit
a. Tirah baring
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate
merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter ,
K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
I. Pemeriksaan diagnostic
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
7) NA dan CL rendah
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu
makan, nyeru ulu hari, nyeri otot dan sendi, tanda tanda renjatan(denyut nadi cepat dan lemah),
hipotensi, kulit dingin lembab, terutama pada ekstemitas, sianosis, gelisah dan penurunan
kesadaran
B. Diagnose Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada
nafsu makan.
C. Intervensi
Awasi tanda tanda vital dan bandingan dengan keadann normal pasien sebelumnya
perkiraan kasar
Rasionalnya : sokong terhadap dada dan otok abdominal membuat batuk lebih efektif
Awasi pemasukan diit / jumlah kalori, berikan makanan sedikit tapi dengan frekuensi sering
Rasionalnya : merunkan rasa penuh pada abdomen dan dapa meningkatkan pemasukan
D. Implementasi
Monitor tanda tanda kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun ubun cekung, dan
produksi urine menurun
Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekxtremitas seperti dingin, nyeri
dan kaki membengkak
Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap stimulasi stress
Tanya pada keluarga apa yang bisa membuat anak merasa lebih baik
E. Evaluasi
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.
Cara pencegahan :
1. Untuk mencegah dhf, nyamuk penularannya harus diberantas, sebab vaksin untuk
mencegahnya belum ada
2. Untuk mengatasinya maka jentik jentiknya harus diberantas atau sarang sarangnya hrus
diberantas
3. karena tempat perkebangannya biasa di rumah rumah dan tempat tempat umum, maka
setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD
II. SARAN
1. apabila kita memiliki keluarga yang panas, hal yang terpenting dilakukan adalah
memberikan perhatian secara sungguh sungguh. Kemudian mengamati aspek yang
berkaitan dengan panasnya maupun hal yang mnyertainya dan apabila ditemuai tanda
tanda dengue, maka segeralah dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat segingga
penangannya tidak sampai terlambat
DAFTAR ISI
Suriadi, Skp. MSN & Rita Yuliani, Skp. M.Psi. (2010) Asuhan Keperawatan Pada Anak , Edisi
2. Jakarta
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan,
Jakarta : EGC.
Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE
A. PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies
aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri
otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).
B. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF
ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan
serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini
dan renjatan.
dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang
terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.
Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan
fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan
terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan
diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan
hebat.
C. KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif,
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan
nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 120/100 120/110 90/70
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung 140x/mnt ) anggota gerak teraba
adalah :
- Asites
- Isolasi virus
menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
F. PENATALAKSANAAN
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit
1. Grade I dan II :
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50
ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau
susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering
mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai
dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15
Dengan Renjatan ;
2. Grade III
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi
kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi
dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan
cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24
jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh
plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan
dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai
dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun
lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita
tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau lainnya ) sebanyak 10
Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.1 Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa
( Effendy, 1995 )
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit
DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi
DSS
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III
dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena.
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing,
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
2.2 Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke ekstravaskuler
2.3 Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
2.4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
2.5 Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah
( trombositopeni )
2.6 Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan
Intervensi :
b. Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak
d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih
sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat
Akral hangat
Intervensi :
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
DP. 3 Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Intervensi :
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok /
syok
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera
diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan
DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
Intervensi :
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga
mencegah distensi gaster.
Intervensi :
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang
pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan
spt : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila
terjadi perdarahan.
e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,
berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Umur : 9 thn
Agama : Kristen
Pendidikan :
Nama Ayah : Tn S
Pendidikan : SMA
2. Keluhan Utama :
Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Rabu malam anak
tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Kamis jam 03 pagi keluar
darah dari hiding pada waktu bersin, keluhan pusing, mencret air, dibawa ke IRD.
4. Riwayat penyakit dahulu
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit
DBD.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil,
sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai,
bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang
yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah
disemprot.
7. Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg, ibu tidak tahu
mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat
imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
8. Pengkajian Persistem
a. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum tidak suka, harus
dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak terjadi. Terdapat nyeri tekan
daerah hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.
b. Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris,
kekuatan otot baik.
c. Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur, BAB dari
malam belum ada.
d. Sistem Respirasi.
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian
tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan
tidak terdengar.
e. Sistem Cardiovaskuler
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap. Refill <
3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak terlihat,
hanya tanda pethike bekas rumple leed.
f. Sistem Neurosensori
g. Sistem Endokrin
h. Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat perdarahan
spontan pada kulit.
9. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11.8
Leko : 5,5
Trombo : 133
PCV : 0,30
10. Terapi
Minum manis
Vit B compleks / C 3 x 1
Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.
Nasi 3 x sehari
Susu : 3 x 200 cc
B. ANALISA DATA
S
1 : Klien mengatakan badanya terasa Proses infeksi virus dengue Peningkatan
panas, pusing suhu tubuh
O : Akral dingin
Viremia
Panas hari ke 2 panjang.
TD : 100/60, N ; 98x/mnt.
O : KU lemah
C. DiAGNOSA KEPERAWATAN :
3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
D. PERENCANAAN
Rencana Intervensi ;
Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran urine
guna pembuangan panas lewt urine.
Pulsasi kuat
Akral hangat
Rencana Intervensi ;
Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ diduga
dehidrasi.
Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya hipovolemik syok.
3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
Rencana Intervensi :
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah.
Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat kurang.