You are on page 1of 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF

Di susun oleh :
Desi Mei Daning Astuti
2. Imam Syafii
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AN-NUR PURWODADI
TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai
demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama
sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama
demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah
pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah
flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan
Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di
Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang
menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi
antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah
berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya.
Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara
konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius
pada banyak negara tropis dan sub tropis.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien DHF ( Dengue Haemorraghic
Fever ).
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. Definisi penyakit DHF pada anak.
2. Etiologi penyakit DHF pada anak.
3. Manifestasi klinik penyakit DHF pada anak.
4. Patofisiologi penyakit DHF pada anak.
5. Komplikasi penyakit DHF pada anak.
6. Klasifikasi penyakit DHF pada anak.
7. Pemeriksaan Penunjang DHF pada anak.
8. Penatalaksanaan penyakit DHF pada anak.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.( Hendarwanto;
417; 2004 )
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus ( arthropodbora virus ) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah;
341; 1997 )
DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus disertai demam akut,
perdarahan, tedensi syok. ( Suryanah; 191; 1996 )

B. ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam family / suku / grup Flaviviridae, virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4 (virus dengue tipe 1-4). Infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas
yang menetap terhadap infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun,
hanya memberikan imunitas yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya.Wabah
dengue juga telah disertai Aedes albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess scuttellariss tetapi
vector tersebut kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak
terdapat didaerah perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes aegypti banyak tinggal di
sekitar pemukiman penduduk.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Derajat I ( ringan ) : demam mendadak 2 7 hari, uji tourniquet positif, kepala pusing, badan
mulai pegal pegal, batuk, muntah, suhu tubuh 38 39 C.
2. Derajat II ( sedang ) : perdarahan gusi, hematemesis / melena, ujung jari dan hidung teraba
dingin, gelisah, muntah, gangguan aliran darah perifer, ganguan rasa aman dan nyaman.
3. Derajat III ( berat ) : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun ( kurang dari 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit yang dingin
dan lembab, gelisah.
4. Derajat IV ( syok ) : anak syok dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur. ( Hendarwanto; 423; 2004 )
Menurut WHO ( 1986 ) :
Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai
gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah nyeri pada punggung, tulang, persendian, kepala:
a. Manifestasi perdarahan :
1) Uji tourniquet positif
2) Petekia, purpura, ekimosis
3) Epitaksis, perdarahan gusi
4) Hematemesis, melena
b. Pembesaran hati yang nyeri tekan tanpa ikterus
c. Dengan / tanpa renjatan
Renjatan biasanya terjadi saat demam menurun. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya
mempunyai prognosis buruk.
d. Kenaikan nilai hematokrit / hemokonsentrasi

D. PATOFISIOLOGI
Fenemona patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang
ekstraseluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah verimia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa ( splenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
( syok ).
Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran ( perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penerita DHF sangat dianjurkan
untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemikonsentrasi
yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan
dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apanila tidak seger adiatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda tanda perdarahan hampir diseluruh alat
tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar
denga perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.
( Effendy; 1; 1995 )

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
Terjadi trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif. Pada pemeriksaan
kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum
dan pH darah mungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah.
2. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminaria ringan.
3. Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi.
4. Serologi
a. Serum ganda : pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue sebanyak
minimal 4 kali. Uji peningkatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
b. Serum tunggal : ada atau tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig
M antidengue.
5. Isolasi virus
Bahannya adalah darah pasien, jaringan jaringan baik dari pasien hidup melalui biopsi , dari
pasien yang meninggal melalui otopsi ( Hendarwanto; 422; 2004 )

F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit :
a. Tirah baring
b. Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 2 liter
dalam 24 jam ( susu, air dengan gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik
golongan asetaminofen, eukinia atau diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya
pendarahan.
d. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
2. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infuse dan dipertahankan selama 12 48 jam setelah renjatan diatasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht
tiap 4 6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat
ringer yang dipertahankan selama 12 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak
pernaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemase,
sejumlah 15 29 ml/kg berat beban dan dipertahankan selama 12 48 jam setelah renjatan
teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfuse
darah. ( Mansjoer; 432; 2001 )
G. PATHWAY

Virus Dengue
Viremia

Hipertermi hepatomegali depresi Permebilitas


Sum-sum tulang kapiler

Meningkat

Anoreksia Manifestasi
- Muntah perdarahan

Kehilangan plasma

Perubahan Resti kekurangan volume cairan


Nutrisi kurang

Hipovolemia
Dari kebutuhan

Resiko syok resiko terjadi efusi pleura


Hipovolemia perdarahan

ascites

Hemokonstrasi

syok

perubahan perfusi jaringan


Perifer
kematian
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif :
a. Lemah
b. Panas atau demam
c. Sakit kepala
d. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
e. Nyeri ulu hati
f. Nyeri pada otot dan sendi
g. Pegal pegal pada seluruh tubuh
h. Konstipasi
2. Data Obyektif :
a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan ( flushing )
b. Mukosa mulut kering, perdarah gusi, lidah kotor tampak bintang merah pada kulit ( petekie ), uji
tourniquet positif, epitaksis, akimosis, hematoma, hematemesis, melena
c. Hyperemia pada tenggorokan
d. Nyeri tekan pada epigastrik
e. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
f. Pada renjatan ( derajat IV ), nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis
perifer, napas dangkal ( Effendy; 10; 1995 )

B. FOKUS INTERVENSI
1. Peningkatan suhu tubuh ( hipertermia ) b/d proses penyakit ( viremia )
KH : - Suhu tubuh normal ( 36 37 C )
- Pasien bebas dari demam
Intervensi :
- Kaji saat timbulnya demam

- Observasi TTV setiap 3 jam

- Anjurkan pasien untuk banyak minum 2,5 L/24 jam

- Berikan kompres dingin

- Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

- Berikan therapy intravena dan obat obatan sesuai program dokter


2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah, anoreksia dan
sakit saat menelan
KH : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi
yang diberikan
Intervensi :
- Kaji keluhan yang dialami pasien

- Beri makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim dan dihidangkan saat masih hangat

- Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering

- Catat jumlah / porsi yang dihabiskan pasien

- Berikan nutrisi parental ( kolaborasi dengan dokter ), obat obat antasida

- Ukur BB pasien setiap hari


3. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat b/d kurang imformasi
KH : Pengetahuan tentang proses penyakit meningkat dan pasien / keluarga mampu menceritakan
kembali
Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan pasien / keluarga tentang DHF

- Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat dengan bahasa dan kata kata yang
mudah dipahami
- Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien
- Berikan kesempatan pada pasien / keluarga untuk menanyakan hal hal yang ingin diketahui
sehubungan dengan penyakit yang dialami pasien
- Gunakan leaflet atau gambar dalam memberikan penjelasan
4. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut b/d trombositopenia
KH : - Tidak terjadi tanda - tanda perdarahan lebih lanjut
- Jumlah trombosit meningkat
Intervensi :
- Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda
tanda dan konsul
- Berikan penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada pasien

- Monitor jumlah trombosit setiap hari

- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

- Berikan penjelasan pada pasien / keluarga untuk segera melapor jika


ada tanda perdarahan lebih lanjut
- Jelaskan obat obat yang diberikan dan manfaat serta akibatnya

- Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan


5. Gangguan aktivitas sehari hari b/d kondisi tubuh yang lemah
KH : - Kebutuhan aktivitas sehari hari terpenuhi
- Pasien mampu mandiri setelah bebas demam
Intervensi :
- Kaji keluhan pasien

- Bantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari hari sesuai dengan tingkat keterbatasan
pasien
- Bantu pasien untuk mandiri dengan perkembangan kemajuan fisik

- Beri penjelasan tentang hal hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik

- Letakkan barang barang ditempat yang mudah terjangkau oleh pasien

- Siapkan bel didekat pasien


6. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d mekanisme patoligis
KH : - Rasa nyaman pasien terpenuhi
- Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
- Kaji tingkat nyeri pasien

- Kaji faktor faktor ynag mempengaruhi reaksi terhadap nyeri

- Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang

- Berikan teknik relaksasi dan distraksi

- Berikan obat analgetik ( kolaborasi dokter )


7. Potensial terjadi syok hipovolemik b/d perdarahan
KH : - tidak terjadi shock hipovolemik
- TTV dalam batas normal
- KU baik
Intervensi :
- Monitor KU pasien

- Observasi TTV tiap 2 3 jam

- Monitor tanda tanda perdarahan

- Anjurkan pada pasien / keluarga untuk segera melapor jika ada tanda tanda perdarahan

- Beri terapi cairan intravena dan transfuse jika terjadi perdarahan ( kolaborasi dokter )

- Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan

- Cek Hb, Ht, trombosit

- Perhatikan keluhan pasien

- Berikan obat obatan untuk mengatasi perdarahan sesuai dengan program dokter

- Baringkan pasien terlentang atau posisi datar


8. Koping individu yang tidak efektif b/d perawatan di rumah sakit
KH : - Pasien dapat mengidentifikasikan kekuatan dirinya, koping yang efektif dan memanfaatkan
sumber sumber eksternal, menetapkan cara mengatasi masalah selama dirawat di Rumah Sakit
Intervensi :
- Berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien melindungi pasien dari
situasi stress
- Berikan kesempatan dan dorongan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan dan
persepsinya
- Bantu pasien mengkaji dan mengidentifikasi situasi dan masalah yang timbul

- Diskusikan dan bantu pasien mengidentifikasi koping yang efektif

- Libatkan pasien dan keluarganya dalam perawatan diri


9. Potensial terjadi reaksi transfuse b/d pemberian transfuse
KH : - reaksi transfusi tidak terjadi
Intervensi :
- Pesan darah / komponen darah sesuai dengan instruksi medis

- Gunakan blood set untuk pemberian transfuse

- Observasi TTV pasien

- Jelaskan tanda tanda reaksi transfuse

- Anjurkan keluarga / pasien melapor tanda tanda reaksi transfusi


10. Kecemasan b/d kondisi pasien yang memburuk
KH : - Kecemasan berkurang
Intervensi :
- Kaji rasa cemas yang dialami pasien / keluarga

- Tunjukkan sikap empati

- Beri kesempatan pada pasien / keluarga untuk mengungkapkan rasa cemasnya

- Gunakan komunikasi terapeutik

- Jawab semua pertanyaan pasien / keluarga dengan jujur dan benar. ( Effendy; 29; 1995 )
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah

nyamuk Aedes aegypti , maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk memutuskan

rantai penyakit:

Tanpa insektisida:

Menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu sekali.

Menutup penampungan air rapat- rapat.

Membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan nyamuk

bersarang.

Dengan insektisida:

Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan fogging/pengasapan.

Abate untuk membunuh jentik nyamuk dengan cara ditabur pada bejana- bejana tempat

penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.

SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi dengan DHF ini

dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan.

Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Carpenito, Lynda Jual-Moyet.(2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :

EGC.

Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka

Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta ; EGC

Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF edisi 1. Jakarta : EGC


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GANGGUAN DHF
Posted on October 15, 2012 by rikayuhelmi116
Standard

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Anak ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu
memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah Keperawatan
Anak ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Siti Aisyah
Nur, S.Kepyang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah
menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
menyempurnakan makalah ini.

Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri
sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Padang, Oktober 2012

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELA KANG

Dengue haemoragi fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkanoleh virus dengue yaitu virus
yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
agypty dan alborictus. DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa serta seringkali
menyebabkan kematian bagi penderita.

Penyakit dangue merupakan penyakit endemic di Indonesia tetapi dalam jarak 5-10 tahun
dapat mengakibatkan letusan epidemi. Dengue pertama kali di I ndonesia dicurigai terjangkit di
Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologikma baru diperolah pada tahun 1970

Di Indonesia dipengaruhi oleh musim terhadap demam berdarah dengue tidak begitu
jelas, tetapi dalam garis besar dapat dikemukakan bahwa jumlah penderita berkisar pada bulan
maret-mei. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara laki laki dan perempuan tetapi
seringkali menyerang perempuandari pada laki laki.

Penderita DHF yang tidak mendapatkanpengobatan dan perawatan akan menimbulkan


dampak seperti perdarahan pada semua organ, ensepalopati dan penurunan kesadaran, maka dari
itu sangat diperlukan peran perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif
untuk mencegah komplikasi yang terjadi.
1. II. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawtan anak pada klien DHF (Dengue haemoragi
fever)

1. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit DHF (Dengue haemoragi fever) itu sendiri

BAB II

PEMBAHASAN

I. TINJAUAN SECARA TEORITIS

A. DEFENISI

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).

(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. ETIOLOGI

a. Virus dengue sejenis arbovirus.


b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2
ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4
ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954.

Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan
natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC. Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di
Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.

1. C. Manifestasi Klinis

1. Demam tinggi selama 5-7 hari

2. Perdarahan, terutama perdarahan di bawah kulit : ptechie,ekhimosis, hematoma.

3. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri

4. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare konstipasi,

5. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati

6. Sakit kepala

7. Pembekakan sekitar mata

8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening

9. Tanda tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah)

1. D. Patofisiologi

1. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui
endotel dinding itu.

2. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor


koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

3. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding


pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi ,
trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.
4. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic
dan kematian.

1. E. Komplikasi

1. Perdarahan luas

2. Shock atau renjatan.

3. Effuse pleura

4. Penurunan kesadaran

F. Anatomi fisiologi

Berikut adalah anatomi fisiologi yang berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah
sistem sirkulasi.

Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus
dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk
membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan
tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung,
pembuluh darah, dan darah.

1. Jantung.

Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-paru, agak
lebih kearah kiri.

2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah ada 3 yaitu:

a. Arteri (Pembuluh Nadi)

Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh darah arteri yang
penting:

1) Arteri koronaria

Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung


2) Arteri subklavikula

Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila.

3) Arteri Brachialis

Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas

4) Arteri radialis

Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari

5) Arteri karotis

Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak

6) Arteri temporalis

Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga

7) Arteri facialis

Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah

8) Arteri femoralis

Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke belakang lutut 8

9) Arteri Tibia

Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki

10) Arteri Pulmonalis

Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.

b. Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus dari arteri
sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh
jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih
besar yang disebut vena

c. Vena (pembuluh darah balik)

Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.


Beberapa vena yang penting:

1) Vena Cava Superior.

Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax, dan
ekstremitas atas.

2) Vena Cava Inferior

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.

3) Vena jugularis

Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung

4) Vena pulmonalis

yang mengembalikan darah kotor ke jantung Vena dari paru-paru. 9

3. Darah

Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut plasma dan
bagian padat yang disebut sel darah (Evelyn.P, 2002). Darah adalah suatu jaringan tubuh yang
terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah (Syaifudin, 1997). Darah adalah suatu
cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton, 1992).

Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah yang
cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah yang befungsi sabagai transfer makanan
bagi sel.

Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat
badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung
pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.

Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai
berat jenis 1.041 1.067 dengan temperatur 380C dan PH 7.37 1.45

Fungsi Darah Secara Umum Terdiri Dari:

a. Sebagai Alat Pengangkut

1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.

2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.


3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh
jaringan/alat tubuh.

4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal.

b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat anti racun.

c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

Fungsi khususnya lebih lanjut di terangkan lebih banyak di struktur atau bagian dari masing-
masing sel darah dan plasma darah.

Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu: sumsum tulang,
hepar dan limpa.

a. Sumsum Tulang

Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:

1) Tulang Vertebrae

Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur bentuknya dan saling
berhubungan, sehingga tulang belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan
penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus
(badan ruas tulang belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga. Bagian yang
menjorok dari korpus di belakang disebut arkus neoralis (Lengkung Neoral) yang dilewati
medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke semua bagian tubuh. Pada arkus terdapat
bagian yang menonjol pada vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan tulang
belakang yang dinamakan prosesus spinosus.

2) Sternum (tulang dada)

Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang kosta dan klavikula. Sternum
terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni, dan processus xipoideus.

3) Costa (Tulang Iga)

Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang costa vertebio condralis dan
2 pasang costa fluktuantes.

Costa dibagian posterior tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat
pada tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada yang sama sekali
tidak melekat.
b. Hepar

Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia. Organ ini terletak
di bagian kanan atas abdomen di bawah diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus
dextra dan ductus hepatikus sinestra, keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus comunis.
Ductus hepaticus comunis menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledakus.

c. Limpa

Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan berwarna kemerahan,
limpa adalah organ berkapsula dengan berat normal 100 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi
sebagai organ limfaed dan memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga
berfungsi menghancurkan sel darah merah yang rusak.

F. Cara pencegahan

1.

1. Untuk mencegah dhf, nyamuk penularannya harus diberantas, sebab vaksin untuk
mencegahnya belum ada

2. Untuk mengatasinya maka jentik jentiknya harus diberantas atau sarang


sarangnya hrus diberantas

3. Lkarena tempat perkebangannya biasa di rumah rumah dan tempat tempat umum,
maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD

G. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti
peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system
sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan
penderita gelisah.
d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan
yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

H. Penatalaksanaan penyakit

a. Tirah baring

b. Pemberian makanan lunak .

c. Pemberian cairan melalui infus.

Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate

merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter ,
K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,

e. Anti konvulsi jika terjadi kejang

f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).

g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

I. Pemeriksaan diagnostic

a. Darah

1) Trombosit menurun.

2) HB meningkat lebih 20 %

3) HT meningkat lebih 20 %

4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

5) Protein darah rendah


6) Ureum PH bisa meningkat

7) NA dan CL rendah

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

1) Rontgen thorax : Efusi pleura.

2) Uji test tourniket (+)

1. II. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS


A. Pengkajian

Kaji riwayat keperawatan

Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu
makan, nyeru ulu hari, nyeri otot dan sendi, tanda tanda renjatan(denyut nadi cepat dan lemah),
hipotensi, kulit dingin lembab, terutama pada ekstemitas, sianosis, gelisah dan penurunan
kesadaran

B. Diagnose Keperawatan

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,


perdarahan, muntah dan demam.

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada
nafsu makan.

Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya


informasi

Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

C. Intervensi

Awasi tanda tanda vital dan bandingan dengan keadann normal pasien sebelumnya

Rasionalnya : perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan untuk

perkiraan kasar

Berikan cairan / darah sesuai indikasi


Rasionalnya : penggantian cairan tergantung pada derajat hipovalemia dan

dan lamanya perdarahan

Catat intake dan output

Rasionalnya : mengukur masukan dan pengeluaran dapat melihat deficit

Kaji pasien adanya nyeri tekanan bila batuk

Rasionalnya : sokong terhadap dada dan otok abdominal membuat batuk lebih efektif

Awasi pemasukan diit / jumlah kalori, berikan makanan sedikit tapi dengan frekuensi sering

Rasionalnya : makan banyak sulit mengatsi bila pasien anoreksian

Anjurkan makan dalm posisi duduk tegak

Rasionalnya : merunkan rasa penuh pada abdomen dan dapa meningkatkan pemasukan

Kaji saat terjadinya demam

Rasionalnya : untuk mengkaji pola demam klien

Berikan kompres dingin pada saat panas

Rasionalnya : kompres akan membantu menurunkan suhu tubuh

D. Implementasi

Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan

Mengabsobsi tanda tanda fital paling sedikit setiap 4 ajm

Monitor tanda tanda kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun ubun cekung, dan
produksi urine menurun

Absobsi intake dan output

Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, bj urin, dan serum ulbumin

Monitor catatan berat badan

Perfusi jaringan yang adekuat

Mengkaji dan mencatat tanda tanda fital


Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekxtremitas

Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekxtremitas seperti dingin, nyeri
dan kaki membengkak

Kebutuhan nutrisi adekuat

Ijinkan anak memakan makanan yang dapat ditoleransi anak

Berikan makanan dengan suplei nutrisi agar nutrisi tercapai

Menimbang berat badan setiap hari dengan waktu yang sama

Mempertahankan kebersihan mulut pasien

Suport kuping keluarga adaptif

Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap stimulasi stress

Ijinkan keluarga untuk memberika suport panjang lebar

Identifikasi koping yang biasa digunakan dalam mengatasi keadaan

Tanya pada keluarga apa yang bisa membuat anak merasa lebih baik

Mempertahnankan susu tubuh normal

Ukur tanda tanda vital suhu

Ajarkan keluarga dalam pengukluran suhu

Tingkatkan ntak ecairan

Berika terapi untuk menurunkan suhu

Lakukan tepid sponge (dengan air biasa )

E. Evaluasi

v Suhu tubuh dalam batas normal.

v Intake dan out put kembali normal / seimbang.

v Pemenuhan nutrisi yang adekuat.


v Perdarahan tidak terjadi / teratasi.

v Pengetahuan keluarga bertambah.

v Shock hopovolemik teratasi

BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).

(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.

Cara pencegahan :

1. Untuk mencegah dhf, nyamuk penularannya harus diberantas, sebab vaksin untuk
mencegahnya belum ada

2. Untuk mengatasinya maka jentik jentiknya harus diberantas atau sarang sarangnya hrus
diberantas

3. karena tempat perkebangannya biasa di rumah rumah dan tempat tempat umum, maka
setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD

II. SARAN

1. apabila kita memiliki keluarga yang panas, hal yang terpenting dilakukan adalah
memberikan perhatian secara sungguh sungguh. Kemudian mengamati aspek yang
berkaitan dengan panasnya maupun hal yang mnyertainya dan apabila ditemuai tanda
tanda dengue, maka segeralah dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat segingga
penangannya tidak sampai terlambat

DAFTAR ISI

Suriadi, Skp. MSN & Rita Yuliani, Skp. M.Psi. (2010) Asuhan Keperawatan Pada Anak , Edisi
2. Jakarta
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan,
Jakarta : EGC.

Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

A. PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies

aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri

otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

B. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala

karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi

ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial

seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan

karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF

ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan

serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini

berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi

dan renjatan.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan

dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang

terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,

asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.
Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan

fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan

terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan

diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system

koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan

hebat.

C. KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :

Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif,

trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,

ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan

nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 120/100 120/110 90/70

80/70 80/0 0/0 )

Derajat IV

Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung 140x/mnt ) anggota gerak teraba

dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

D. TANDA DAN GEJALA


Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dangejala lain

adalah :

- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

- Asites

- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )

- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

E. PEMERIKSAAN DAN DIGNOSIS


- Trombositopeni ( 100.000/mm3)

- Hb dan PCV meningkat ( 20% )

- Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )

- Isolasi virus

- Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder


- Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah

menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

F. PENATALAKSANAAN
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :

- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.

- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit

keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.

- Panas disertai perdarahan

- Panas disertai renjatan.

Belum atau tanpa renjatan:

1. Grade I dan II :

a. Oral ad libitum atau

b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50

ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau

susu secukupnya.

Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering

mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai

dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :

100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15

cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Dengan Renjatan ;

2. Grade III

a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi

kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi

dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan

cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24

jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24

jm diperhitungkan sebagai berikut :

100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.

60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.


b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur

kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh

plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan

dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai

dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk

dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun

lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita

tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau lainnya ) sebanyak 10

Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

1.1 Identitas

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa

( Effendy, 1995 )

1.2 Keluhan Utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

1.3 Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada

waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

1.4 Riwayat penyakit terdahulu


Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

1.5 Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit

DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas,

tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

1.7 Riwayat Tumbuh Kembang

1.8 Pengkajian Per Sistem

1.8.1 Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi

sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

1.8.2 Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi

DSS

1.8.3 Sistem Cardiovaskuler

Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III

dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan

jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

1.8.4 Sistem Pencernaan


Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran

hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat

hematemesis, melena.

1.8.5 Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing,

kencing berwarna merah.

1.8.6 Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,

terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. Diagnosa Keperawatan

2.1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

2.2 Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke ekstravaskuler

2.3 Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

2.4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

2.5 Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah

( trombositopeni )

2.6 Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan

2.7 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan.

DP : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 37

Nyeri otot hilang

Intervensi :

a. Beri komres air kran

Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi

b. Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak

merangsang peningkatan suhu tubuh.

d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih

sering.

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit

dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat

khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.

DP 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan

Kriteria : Input dan output seimbang


Vital sign dalam batas normal

Tidak ada tanda presyok

Akral hangat

Capilarry refill < 3 detik

Intervensi :

a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering

Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler

b. Observasi capillary Refill

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.

d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )

Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral

e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

DP. 3 Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal

Intervensi :

a. Monitor keadaan umum pasien


Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat

segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok

b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih

Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok /

syok

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan

Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera

diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.

d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.

e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan

melakukan tindakan lebih lanjut.

DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Menunjukkan berat badan yang seimbang.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien


Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga
mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.

Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

DP. 5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan


darah ( trombositopeni )

Tujuan : Tidak terjadi perdarahan

Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat

Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat

Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang
pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

b. Monitor trombosit setiap hari

Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.

c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )


Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.

d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan
spt : hematemesis, melena, epistaksis.

Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila
terjadi perdarahan.

e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,
berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E.C

DENGAN DHF GRADE II

DI RUANG MENULAR ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama : An. E.C

Umur : 9 thn

Alamat : Tambak Asri 23/27 Surabaya

Agama : Kristen

Nama Ibu : Ny. T

Pendidikan :

Nama Ayah : Tn S

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan swasta

Diagnosa Medik : DBD Grade II

Pengkajian tanggal : 13 Desember 2001

2. Keluhan Utama :

Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.

3. Riwayat penyakit sekarang :

Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Rabu malam anak
tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Kamis jam 03 pagi keluar
darah dari hiding pada waktu bersin, keluhan pusing, mencret air, dibawa ke IRD.
4. Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.

5. Riwayat penyakit keluarga

Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit
DBD.

6. Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil,
sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai,
bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang
yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah
disemprot.

7. Riwayat kehamilan

Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg, ibu tidak tahu
mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat
imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.

8. Pengkajian Persistem

a. Sistem Gastrointestinal

Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum tidak suka, harus
dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak terjadi. Terdapat nyeri tekan
daerah hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.

b. Sistem muskuloskeletal :

Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris,
kekuatan otot baik.

c. Sistem Genitourinary

BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur, BAB dari
malam belum ada.
d. Sistem Respirasi.

Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian
tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan
tidak terdengar.

e. Sistem Cardiovaskuler

TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap. Refill <
3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak terlihat,
hanya tanda pethike bekas rumple leed.

f. Sistem Neurosensori

Tidak ada kelainan

g. Sistem Endokrin

Tidak ada kelainan

h. Sistem Integumen.

S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat perdarahan
spontan pada kulit.

9. Pemeriksaan Penunjang

Hb : 11.8

Leko : 5,5

Trombo : 133

PCV : 0,30

10. Terapi

Infus D saline 1600 cc/24 jam

Minum manis

Vit B compleks / C 3 x 1
Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.

Nasi 3 x sehari

Susu : 3 x 200 cc

B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

S
1 : Klien mengatakan badanya terasa Proses infeksi virus dengue Peningkatan
panas, pusing suhu tubuh

O : Akral dingin
Viremia
Panas hari ke 2 panjang.

TTV : S : 376, Nadi 98x/mnt, Thermoregulasi


TD : 100/60, RR 25x/mnt.

S : Klien mengatakan tidak suka Cairan tubuh


Peningkatan suhu tubuh
minum dan perut terasa
kenyang minum terus. Ektravasasi cairan

O : Turgor kulit baik Intake kurang

Mukosa bibir kering

Urine banyak warna kuning Volume plasma berkurang


pekat

Panas hari ke 2 panjang
Penurunan volume cairan tubuh
Trombosit ; 133.000

TD : 100/60, N ; 98x/mnt.

S : Klien menyatakan tidak mau


Nutrisi
makan, tetapi tidak mual. Nafsu makan menurun

O : KU lemah

Makan pagi hanya mau 3 Intake nutrisi tidak adekuat


sendok

Nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh

C. DiAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


ekstravaskuler

3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.

D. PERENCANAAN

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal

Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal ( 365 375 )

Membran mukosa basah.

Rencana Intervensi ;

1. Observasi TTV setiap 1 jam

Rasional : Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan


2. Berikan kompres air biasa / kran

Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.

3. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 2000 ml

Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran urine
guna pembuangan panas lewt urine.

4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyengat keringat.

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas

5. Observasi intake dan out put

Rasional : Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.

6. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik

Rasional : Antipireik berguna bagi penurunan panas.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria : TD 100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt

Pulsasi kuat

Akral hangat

Rencana Intervensi ;

1. Observasi Vital sign setiap jam atau lebih.

Rasional : Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi fluktuasi cairan intra vaskuler.

2. Observasi capillary refill


Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.

3. Observasi intake dan output, catat jumlah, warna / konsentrasi urine.

Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ diduga
dehidrasi.

4. Anjurkan anak untuk banyak minum 1500-2000 mL

Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan ciran tubuh

5. Kolaborasi pemberian cairan intra vena atau plasma atau darah.

Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya hipovolemik syok.

3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi

Kriteria : Nafsu makan meningkat

Porsi makan dihabiskan

Rencana Intervensi :

1. Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan

Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.

2. Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna

Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan gastrointestinal.

3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.

Rasional : Menghindari mual dan muntah

4. Hindari makanan yang merangsang : pedas, asam.

Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah.

5. Beri makanan kesukaan klien

Rasional : Memungkinkan pemasukan yang lebih banyak


6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral

Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat kurang.

You might also like