You are on page 1of 11

Home

Bahasa Indonesia

6 Contoh Teks Drama Pendek (Naskah)

6 Contoh Teks Drama Pendek (Naskah)


Refsa Nanda Juli 28, 2016 Bahasa Indonesia Tidak ada Komentar

Halo sobat, kali ini admin akan memberikan kalian 6 contoh teks drama pendek dan singkat. Dari sekian
contoh teks drama, naskah-naskah drama tersebut diantaranya ada yang bertema persahabatan,
komedi dan juga lainnya. Naskah teks drama tersebut ada untuk 5 orang ataupun 6 orang.

Apa itu Teks Drama?


Drama adalah suatu cerita yang dipentaskan di atas panggung (disebut teater) atau tidak
dipentaskan di atas panggung (drama radio, telivisi, film). Drama secara luas dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk sastra yang isinya tentang hidup dan kehidupan yang disajikan atau
dipertunjukkan dalam bentuk gerak.

Daftar Isi Artikel [Sembunyikan]

1 Contoh Teks Drama


o 1.1 Naskah Drama 1
o 1.2 Naskah Drama 2
o 1.3 Naskah Drama 3
o 1.4 Naskah Drama 4
o 1.5 Naskah Drama 5
o 1.6 Naskah Drama 6

Contoh Teks Drama

Naskah Drama 1

Skenario: Didalam skrip drama ini pemain berjumlah 6 orang. Drama ini menceritakan sekelompok
pemuda dari keluarga kaya yang tidak mementingkan perasaan orang lain dan selalu menganggap
materi adalah yang terpenting. Berikut adalah alur skenario dari drama tersebut.
Sinopsis: 1. Tema : Arti Kehidupan

2. Ritme :

a) Eksposisi

Brandon

Tommy

Elsa

Anna

Ivan

Helen

b) Permasalahan

Brandon, Tommy, Anna dan Ivan menyingkirkan Elsa begitu saja semenjak gadis itu menjadi miskin.

c) Komplikasi

Elsa berencana untuk bunuh diri karena orang tuanya bangkrut dan teman-temannya meninggalkan
dirinya.

d) Catatan 1

Ivan dan Anna menyakiti hati Elsa dengan perkataan mereka.

e) Catatan 2

Helen, kakak Elsa, berbesar hati memaafkan mereka dan itu membuat mereka menyadari kesalahannya.

f) Kesimpulan

Brandon, Tommy, Anna dan Ivan sadar tentang arti kehidupan karena Helen dan kematian Elsa.

3. Karakter:

Brandon (Antagonis)
Ivan (Antagonis)
Helen (Prontagonis)
Tommy (Tritagonis)
Elsa (Tritagonis)
Anna (Tritagonis)
4. Latar

1. Tempat : Cafe dan Rumah Sakit


2. Waktu : Siang Hari

Skenario (Dialog)
Brandon : Pesen yang banyak deh! Nanti aku yang bayar. Pokoknya kalian harus makan sampe kenyang.

Tommy : Baru gajian ya? Kok royal banget sih?

Brandon : Bawel ah! Mau ditraktir nggak nih?

Anna : Ya jelas mau lah! Hari ini kan giliran kamu yang keluar duit.

Tidak lama kemudian Elsa datang menghampiri meja dimana mereka duduk. Ia baru pamit dari toilet
untuk menerima telepon.

Anna : Elsa kenapa? Kok sedih? Pamali loh sabtu-sabtu murung gitu!

Ivan : Iya kenapa sih, Sa? Dompetmu hilang?

Brandon dan Tommy tertawa menimpali lelucon Ivan tesebut.

Elsa : Mamaku barusan telepon. Dia bilang papaku bangkrut. Semua rumah, mobil dan tabungan di
bank ludes. (Terisak pelan) kami harus pindah ke tempat tinggal yang lebih kumuh. Parahnya lagi semua
kebangkrutan ini karena papa terlibat kasus korupsi dan sekarang dia menjadi buronan polisi (Menangis)

Brandon : HAH? Yang bener?!

Ivan : Berarti kamu anak buronan?!

Anna : Kamu jatuh miskin sekarang, Sa?

Brandon, Ivan, Anna dan Tommy memasang raut muka tegang dan memandang hina kepada Elsa yang
sedang menangis.

Elsa : Aku sudah nggak punya apa-apa sekarang, tapi kalian masih mau kan temenan sama aku? Kita kan
bersahabat sejak lima tahun lalu.

Anna menjauhkan kursinya yang tadinya berada di dekat kursi Elsa. Ia merapat kearah Brandon yang
berada disebelahnya.

Anna : Ya, kamu tahu sendiri lah, Sa kita ini sekumpulan pemuda-pemuda kaya. Jadi, mana mungkin
kamu bisa menuruti gaya hidup kita?

Tommy : Mending kamu pulang dan tengok keadaan orang tuamu, Sa.
Ivan dan Brandon hanya memandang dingin kearah Elsa. Elsa pun menatap mereka dengan tatapan
yang sangat sedih.

Elsa : Kupikir persahabatan kita selama lima tahun ini berarti. Tetapi kita aku jatuh miskin, kalian
menempakku begitu saja!

Brandon : Sudahlah, Sa. Pulanglah. Betul tadi apa kata Tommy. Sudah bagus makananmu kubayari!

Elsa bangkit berdiri dari kursinya kemudian menatap sedih keempat temannya. Kemudian ia
meninggalkan mereka dan keluar dari cafe.

Ivan : Gila si Elsa, masa kita disuruh anggep dia teman sih. Sementara dia udah melarat. Aku jadi nggak
nafsu makan.

Brandon : Sama nih, ya udah minta bill aja deh!

Tiba-tiba Anna yang sudah hampir sampai ke mobilnya, berlari menghampiri Brandon dan Ivan.

Anna : Guys! Barusan aku dapat kabar kalo ada seorang gadis yang ciri-cirinya mirip Elsa hendak lompat
dari fly over!

Ivan : Serius?!

Anna : Masa kayak gini bohong? Coba cek handphone kalian!

Brandon dan Ivan mengecek handphone masing-masing dan menerima kabar yang sama dari pesan
broadcast.

Brandon : Yuk, kita langsung ke fly over itu! Kamu bareng kita aja, Anna! Hubungi Tommy, suruh dia
langsung kesana.

Anna, Ivan dan Brandon masuk kedalam mobil. Brandon mengemudikan mobil kearah fly over tempat
dimana Elsa hendak bunuh diri. Tiba-tiba di separuh perjalanan, handphone Ivan berbunyi dan raut
muka Ivan berubah menjadi sangat tegang.

Ivan : Guys. Kita terlambat. Elsa melompat dari fly over tersebut dan ia tewas.

Brandon langsung menghentikan mobilnya. Anna menangis tersedu-sedu di jok belakang mobil.

Ivan : Kita langsung ke Rumah Sakit Permata Biru aja, jenazah Elsa dibawa kesana.

Brandon menarik nafas panjang kemudia mengemudikan mobilnya kearah rumah sakit itu.

Sesampainya disana, mereka bertiga berlari dan didepan ruang jenazah sudah ada ibu dan Helen, kakak
Elsa yang duduk membisu.

Anna berlari memeluk Helen.


Anna : Kak, maafkan kami. Ini semua salah kami. Kalau kami kasih support ke Elsa, pasti jadinya tidak
akan begini. Tetapi kami malah meninggalkan Elsa begitu saja saat ia membutuhkan kami.

Helen membalas pelukan Anna dan mengusap punggung Anna dengan lembut. Helen tidak dapat
menahan air matanya.

Helen : Sudahlah, kami sudah memaafkan kalian. Ini semua sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa.
Aku Cuma memohon agar kalian terus mendoakan Elsa agar ia tenang disana.

Brandon dan Ivan terkesiap menatap Helen yang tidak marah kepada mereka dan malah
memaafkannya.

Ivan : Kami mohon maaf sebesar-besarnya, Kak. Kami pasti terus mendoakan Elsa.

Helen : Tidak perlu minta maaf terus menerus, Van. Elsa hanya tidak kuat menerima kenyataan bahwa
kami semua jatuh miskin. Aku sangat mengerti karena sejak kecil ia hidup dengan bergelimang harta.

Brandon, Ivan dan Anna takjub akan kebesaran hati Helen dan semenjak itu mereka bertekad untuk
lebih menghargai orang lain dan tidak menggunakan uang sebagai tolak ukur.

Naskah Drama 2

Sinopsis: Tema kesehatan memang pantas untuk selalu diangkat, mengingat banyak orang yang
melepaskan dunia dengan mengalami sakit parah. Hal ini tentu memberikan kita perhatian, sebab
dampak ditinggalkan orang terkasih melalui serangan penyakit. Tentunya memiliki nilai trauma
tersendiri bagi orang terdekat yang ditinggalkan.

Tema : Pendidikan

Judul : Kesehatan Sang Ibu

Pemeran :

1. Ibu
2. Fensa
3. Noftavia
4. Dokter

Baca Juga : 7 Contoh Teks Eksposisi Singkat tentang Lingkungan, Pendidikan dan Kesehatan Beserta
Strukturnya

Naskah
Suatu ketika handphone Fensa bergetar di pagi hari, suatu hal yang tidak lumrah sebab nomor yang
etrtera adalah nomor kakanya, Noftavia. Merasakan ada hal yang aneh, di pagi buta sudah menelfon
padahal biasanya cukup mengirimkan pesan singkat. Fensa langsung mengangkat pada deringan yang
pertama.

Fensa:Halo.. Assalamualaikum..

Noftavia:Waalaikumsalam.. Dek, bisa pulang ke rumah sekarang?

Fensa:Ada apa mbak?

Noftavia:Pulang bisa pagi ini juga?

Fensa:Ada apa dulu, aku harus berangkat kerja. Kalau alasan tidak masuk tidak jelas bisa dikeluarkan!

Noftavia:Ibu dek, ibu masuik rumah sakit. Diabetesnya ternyata belum sembuh total. Pulang dulu,
tengok ibu. Siapa tahu keadaanya bisa lebih baik.

Seketika tumpah air mata Fensa medengar sang ibu, yang merupakan pecutnya bekerja dengan giat. Kini
terbaring di rumah sakit, ketakutan itu seketika muncul. Namun fensa berusaha menepis dengan kuat.

Fensa:Iya, aku pulang sekarang!

Telepon ditutup segera, Fensa langsung menymbar tas punggungnya ia masukkan sepasang baju yang
mudah diraih. Membawa barang seperlunya, dan bergegas menuju ke halte bus terdekat. Sepanjang
perjalanan, air mata tak bis adibendung seperti air bah banjir Jakarta yang turun dari wilayah Bogor.
Fensa sudah tidak peduli dengan sekeliling yang terus mengamati, sebab dalam benaknya hanya ada ibu,
ibu, dan ibu. Tidak ada yang lain lagi.

Setelah tiga jam perjalanan yang melelahkan dan panjang, akhirnya Fensa sampai di rumah sakit di
kabupaten kota kelahirannya. Ia bergegas memencet nomor kakaknya, Noftavia menanyakan ruang
rawat sang ibu.

Noftavia:Di ruang manggis, kamar no 4 ya dek. Disini ada dokter yang masih memeriksa ibu..

Fensa:Iya kak..

Sampailah Fensa di kamar sang ibu, di samping ranjang ada dokter dan perawat serta kakanya
tersayang. Sementara di ranjang pesakitan, kini terbaring tubuh malaikat penyemangatnya selama ini.
Kaget Fensa melihat keadaan ibunya, namun sang ibu bukannya terlihat sakit tak berdaya. Justrus eulas
senyum tersungging penuh ikhlas dan penawar rasa khawatir.

Fensa:Ibu wajahnya kok bisa begini?

Ibu:Tidak apa-apa..

Fensa:Dok, ibu kok bisa begini kenapa?


Dokter:Ada komplikasi yang cukup rumit dari diabetes yang diderita ibu anda.

Fensa:Apa itu?

Dokter:Ada komplikasi di saluran pencernaan, yakni usus dan lambung. Paling para komplikasi di ginjal.
Sehingga membuat ibu anda sukar membuang sampah dlaam tubuhnya mbak.

Noftavia:Sudah 2 hari kemarin ibu tidak bisa buang air kecil maupun besar, tidak juga bisa keluar
keringat dek..

Dokter:cairan yang tidak bisa keluar, baik keringat maupun air seni karen aginjal yang terganggu.
Mengakibatkan kulit ibu anda menggembung berisi cairan. Untuk sementara mengguankan infus khusus
agar bisa kencing dan berkeringat.

Fensa:Apakah bisa diatasi dok?

Dokter:Untuk sementara bisa dengan infus ini. Namun selebihnya semoga diberikan kemudahan dari-
Nya!

Noftavia:Saya masih bingung dok, apa penyebab komplikasi ginjal ini?

Dokter:Dari hasil pemeriksaan, ibu saudara sepertinya sering mengkonsumsi minuman instan. Padahal
tidak baik bagi penderita diabetes, penumpukan ini berakibat pada ginjal ibu anda.

Terkejut sudah pasti, namun tetap saja hanya bisa tabah dan berusaha menjalani cobaan ini dengan
selalu berhusnuzdon pada-Nya. Sang dokter meninggalkan ruangan, beserta perawatanya.

Noftavia:Tadinya ingin rawat jalan saja agar lebih hemat, tapi dokter tidak mengijinkan. Kondisi ibu
tidak stabil dek, obat infus ini mahalnya luar biasa. Ibu juga tidak mau makan nasi, hanya mau makan
buah. Itupun tidak seberapa jumlahnya.

Tangisan kini berderai makin deras, Fensa tidak kuasa untuk tidak menahannya. Merasa bersalah,
membiarkan ibunya memperburuk kesehatan yang sudah kurang baik sedari dulu oleh diabetes. Sang
ibu memang gemar minum minuman yang manis, apalagi jika minum minuman instan yang praktis cara
membuatnya. Namun nasi sudah menjadi bubur, berharap ibunya bisa bertahan dan melalui ini semua
adalah jalan yang terbaik.

Fensa:Soal biaya nanti dipikirkan, sekarang biar ibu sehat dulu.

Noftavia:Iya dek, tapi mau dapat uang darimana? Seharusnya kita ikutkan ibu asuransi kesehatan agar
tidak tunggang langgang begini.

Fensa:Sudah kak, jangan disesali. Kalau sudah rezeki tidak akan kemana, toh ini ibu kita, ibu yang baik.
Dan selalu beramal dengan sesamanya. Pasti kita diberikan jalan.

Noftavia:Semoga saja
Siang ini kedua saudara saling menguatkan satu sama lain, saling berjanji saat ibu sudah sehat mereka
akan memperhatikan hal remeh sekalipun. Tanpa terkecuali perihal minuman yang dianggap sepele.

Ibu:Kapan sampai sa?

Fensa:Barusan bu.. ibu kenapa tidak mau makan? Nanti gak bisa minum obat, kapan sembuhnya?

Ibu:gak apa-apa.

Fensa:Ibu selalu saja bilang gak apa-apa. Yang sakit apa bu? Perutnya sakit kalau makan?

Pertanyaan ini hanya dijawab dengan gelengan, Fensa semakin sedih. Wajah dan sekujur tubuh ibunya
terlihat penuh keriput. Karen akulit yang tadinya menggembung karena penumpukan cairan kini tepah
kempis dan meinggalkan bekas. Bekas yang sangat menyakitkan, mencerminkan penderitaan ibunya
yang tidak perbah diungkapkan kepada kedua putrinya.

Setelah seminggu di rumah sakit, akhirnya sang ibu boleh pulang. Namun setelah melakukan
permohonan dengan sangat kepada tim dokter. Sebab keterbatasan biaya, yang membuat merawat di
rumah sakit menjadi amat sangat berat. Keputusan yang diambil sudah bulat, ibu akan dirawat di rumah
oleh Noftavia. Sebab fensa harus ebkerja untuk mencari biaya berobat sang ibu setiap bulannya.
Semakin hari keadaan ibu memang semakin membaik, meskipun sejak keluar dari rumah sakit. Sang ibu
suda tidak pernah lagi berpijak di tanah dengan kedua kakinya. Kesehatan itu mahal harganya, sakit
berat seharusnya tetap dijaga asupan konsumsi hariannya.

Naskah Drama 3

Suatu ketika disaat keadilan sudah menjadi kata yang punah. Sedang diadakannya ujian semester. Adi
dan Banu duduk sebangku, Sita dan Dini duduk sebangku di depannya, sedangkan Budi duduk sendiri
disamping Banu.

Mata pelajaran yang sedang di ujiankan adalah matematika, semua murid terlihat kebingungan dan
kewalahan melihat soalnya. Dan terjadi lah percakapan antara 5 sekawan, Adi, Budi, Banu, Sita dan Dini.

Dialog

Banu: Din, aku minta jawaban soal nomor 5 dan 6!

Dini: A dan C

Sita: kalau soal nomor 10,11 dan 15 jawabannya apa Ban?

Banu: 10 A, 11 D, nomor 15 aku belum

Adi: Huss, jangan kencang-kencang nanti gurunya dengar

Sita: soalnya sulit sekali, masih banyak yang belum aku kerjakan
Mereka berempat saling contek-mencontek seperti pelajar lainnya. Tapi tidak dengan Budi, ia terlihat
rileks dan mengerjakan soal ujian sendiri tanpa mencontek.

Banu: Bud,kamu sudah selesai?

Budi: Belum, tinggal 3 soal lagi

Banu: Aku minta jawaban nomor 15 sampai 20 Bud!

Budi: Tidak Bisa Ban,

Banu: Kenapa? Kita sahabat bud, kita harus kerjasama

Dini: Iya Bud, kita harus kerja sama

Adi: Iya, kamu kan yang paling pintar disini bud

Budi: tapi bukan kerjasama seperti ini teman-teman

Sita: Kenapa memang Bud? Hanya 5 soal saja!

Budi: Mencontek atau pun memberi contek adalah hal buruk, yang dosa nya sama. Aku tidak mau
mencotek karena dosa, begitu pula member contek ke kalian. Aku minta maaf

Sita: Tapi saat ini, sangat mendesak Bud

Dini: Iya Bud, bantu kami

Budi: tetap tidak bisa

Adi: yasudah, biarkan. Urus saja dirimu sendiri Bud, dan kami urus diri kami sendiri. (marah
dan kesal)

Banu: biarkan, kita lihat di buku saja

Banu lalu mengeluarkan buku dari kolong bangkunya secara diam-diam, kemudian melihat rumus dan
jawaban di dalamnya. Lalu Sita menanyakan hasilnya.

Sita: Bagaimana Ban? Ada tidak?

Banu: ada, kalian dengar ya. 15 A, 16 D, 17 D, 18 B, 19 A, 20 C

Karena suara Banu yang agak terdengar keras, Guru pun mendengarnya dan menghampiri mereka
berempat.

Guru: Kalian ini, mencontek terus. Keluar kalian

Mereka berempat di hukum di lapangan untuk menghormati tiang bendera.


Banu: Aku tidak menyangka akan seperti ini

Dini: Aku juga tidak menyangka, akan dihukum

Sita: Seharusnya kita belajar ya

Adi: Iya, Budi benar

Banu: Disaat seperti ini, baru kita menyadarinya yah!

Sita: Aku menyesal!

Adi,Dini&Banu: Aku juga bersama

Setelah itu Budi keluar dari kelas dan menghampiri mereka. Kemudian Budi ikut berdiri hormat seperti
yang lain.

Dini: kenapa bud? Kamu di hukum juga?

Budi: Tidak, aku ingin menjalani hukuman kalian juga.

Kita sahabat kan? Aku ingin kita bersama

Sita: aku berharap ini menjadi pelajaran kita semua

Dini: dan tidak kita ulangi lagi

Adi: Kita sahabat sejati

Lalu mereka semua menjalani hukuman dengan penuh senyum dan tawa. Persahabatan akan
mengalahkan segala keburukan.

Naskah Drama 4

Judul : patuh pada orangtua.

Tema : sosial.

Jumlah pemeran : Drama 3 orang.

1. Tomy

2. Lisa

3. Sinta

Sinopsis drama
Tomy sedang ngobrol dengan Lisa disebuah taman yang tidak jauh dari rumah mereka. Tomy dan Lisa
adalah dua remaja yang sangat patuh pada orangtua. Tidak lama kemudian datanglah Sinta. Sinta adalah
sosok remaja yang kurang memperhatikan perintah orangtua dan sering melanggarnya.

Sinta : Eh.. ada apa kok kelihatannya lagi pada serius gitu?

Tomy :Eh kamu Sinta.. nggak kok, Lisa cerita ke aku kalau dia kemarin disuruh Ibunya untuk beli barang
kebutuhan dapur, tapi dia kelupaan.

Lisa : Iya, Sinta.

Sinta : Terus? Kenapa gitu aja kok kayak jadi masalah serius gitu buat kamu Lisa?

Lisa : Ya iya dong, itu namanya kan aku nggak ngendahin perintah Ibu aku. Kan nggak baik kalau seorang
anak sering nggak memperhatikan perintah orangtuanya.

Tomy : Betul tu.. harusnya Lisa nggak suka lupa gitu.

Sinta : Yea elah.. kalau cuman gutu aja mah aku sering. Ngapain juga urusan kecil gitu aja kalian pikir
ampe segitunya.

Tomy : Kok kamu seperti itu sih Sinta? Ya sudah seharusnya dong Lisa menyesal, kan itu nggak bagus
namannya. Nggak memperdulikan perintah orangtua.

Sinta : Kalau aku sih, bukan sekali-dua kali saja begituan. Lagian yang namanya nggak ingat mau gimana
lagi. Masak setiap orangtua nyuruh kita harus dipenuhin, nggak juga kan?

Lisa : Ya harus dong Sinta. Yang namanya orangtua kalau udah nyuruh kita yang kita harus kerjakan.

Tomy : Ah.. aku sih kalau sempat yang aku kerjain, kalau nggak yang nggak.

Lisa : Itu nggak baik Sinta. Itu namanya kamu anak yang tidak patuh pada perintah orangtua. Kamu harus
bisa merubah sikap kamu, ntar kamu jadi anak yang durhaka lagi.

Tomy : Betul kata Lisa itu Sinta. Kamu harus berubah. Jangan membiasakan diri meremehkan perintah
Ibu/Ayah kamu. Nggak baik itu.

Sinta : Iya deh.. aku ngerti.

You might also like