Professional Documents
Culture Documents
5) Norma
Norma merupakan standar ;perilaku dalam kelompok artinya harapan
bagaimana kelompok harus berperilaku ke depannya berdasarkan
pengalaman yang lalu dan sekarang. Norma kelompok dapat
mempengaruhi kualitas komunikasi dan perilaku kelompok. Ketaatan
terhadap norma berdampak pada penyesuaian perilaku anggota kelompok.
Norma dapat dikomunikasikan secara eksplisit atau tulisan atau secara
implisit atau lisan . Norma dalam terapi kelompok sangat penting, norma
dapat susun bersama dengan anggota kelompok yang lain. Norma dibentuk
pada awal sesi dari terapi kelompok, norma ini berisi aturan-aturan yang
disepakati oleh semua anggota kelompok demi kepentingan bersama .
Dalam terapi kelompok sangat dibutuhkan norma kelompok, norma ini
yang akan membantu leader dalam mengatur semua anggota kelompok
sehingga iklim kelompok yang terapeutik dapat dipelihara. Norma
kelompok ini idealnya dibentuk pada awal sesi.
6) Kohesif
Kohesif merupakan kekuatan anggota dalam bekerjasama untuk mencapai
tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk bertahan dalam
kelompok, mempengaruhi penampilan anggota dan kepuasan yang
diperoleh dari kelompok. Kekohesifan adalah dasar kelompok karena
berpengaruh terhadap keberlangsungan dan kesuksesan kelompok antara
lain perjanjian anggota dalam mencapai tujuan, keatraktifan hubungan
antara anggota, tingkat kepuasan kebutuhan anggota, kemiripan anggota
dan harapannya gaya kepemimpinnan . Leader mempunyai peran penting
dalam membangun dan memelihara sebuah iklim dalam kelompok yang
terapeutik yang sering disebut dengan kohesifenes. Kohesif ini mempunyai
hubungan yang positif dalam keberhasilan pencapaian tujuan dari terapi
kelompok terapeutik . Dari pendapat-pendapat di atas, sebuah kelompok
memerlukan kohesifitas di dalamnya, hal ini menjadi tugas leader untuk
menciptakannya. Leader dapat membangun dan memelihara iklim yang
terapeutik untuk menjaga keberlangsungan kelompok, karena melalui
kohesifitas kelompok yang terpelihara, maka hasil dari terapi kelompok ini
juga akan semakin baik.
7) Perkembangan kelompok
a) Fase pra kelompok
Faktor penting dalam mempertimbangkan dimana memulai kelompok
untuk tujuan yang baik. Tujuan kelompok sangat mempengaruhi
perilaku leader. Tujuan primer dari screening interview adalah
kelayakan anggota kelompok, tujuan sekunder selama screening
interview adalah kepandaian termasuk mengikuti: mulai perkembangan
hubungan antaraleader dan anggota, menentukan motivasi anggota
yang mungkin, menentukan tujuan kandidat dengan persetujuan
anggota kelompok, pendidikan calon tentang sifat kelompok,
menentukan tipe pengalaman kelompok dan keinginan orang di masa
lalu, tepat memulai review kontrak dan calon. Persiapan kelompok
atau disebut dengan pre kelompok merupakan bagian penting dalam
kelompok. Pre kelompok dapat menunjukkan berhubungan dengan
kohesif kelompok dan berhubungan dengan kepuasan anggota
kelompok . Fase pre kelompok sangat dibutuhkan, ini untuk
mempersiapkan anggota kelompok sehingga kohesif kelompok dapat
semakin baik pada saat fase kerja. Fase ini tidak masuk dalam fase
dalam terapi kelompok, akan tetapi merupakan bagian yang tidak boleh
ditinggalkan dalam pembentukan kelompok.
b) Fase awal kelompok
Fase initial termasuk meeting dimana anggota kelompok mulai turun
untuk kerja. Tahap ini terdiri dari: 1) Tahap orientasi: anggota
kelompok konsen dengan orientasi. Aktivitas interpersonalnya menguji
hubungan, memeprkenalkan batasan interpersonal, hubungan dependen
dengan leader, anggota kelompok yang lain atau menetapkan standar
yang ada sebelumnya. 2) Tahap konflik: anggota kelompok
memberikan hambatan tugas yang mempengaruhi kelompok. 3) Tahap
kohesif: kekuatan kelompok menguasai anggota, adopsi peran baru,
menyusun standar baru dengan perasaan kelompok, kepaduan
perkembangan. Dalam fase ini leader dan anggota kelompok
bekerjasama dalam menetapkan aturan dalam membangun kelompok.
Tujuan kelompok dibangun dan diperkenalkan pada masing-masing
anggota kelompok. Leader diharapkan mengorientasikan proses
kelompok secara spesifik, mendorong anggota untuk berpartisipasi,
meningkatkan lingkungan yang kondusif. Masing-masing anggota
kelompok membangun hubungan saling percaya satu sama lain . Fase
initial dalam sebuah kelompok sangat vital, karena ini merupakan fase
dimana anggota kelompok akan bertemu yang bertama kali
membangun tujuan kelompok, membuat normal kelompok dan
mengambil keputusan untuk mendiskusikan isu-isu atau masalah-
masalah yang mereka hadapi.
c) Fase kerja kelompok
Berkreatif memecahkan masalah, timbul solusi, secara langsung
kelompok menyelesaikan tugas). Selama fase kerja, kohesifenes telah
menetap / mapan di antara kelompok. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan terjadi diantara anggota kelompok, pada saat
ini kelompok sudah matang. Konfrontasi, pertentangan sudah dapat
diselesaikan. Leader berharap memfasilitasi selama fase kerja dan
membantu menyelesaikan konflik jika terjadi konflik diantara anggota
kelompok. Anggota kelompok telah mempunyai hubungan saling
percaya yang mapan antara anggota kelompok, mereka masing-masing
menerima kritik dan membangun perubahan . Dari penjelasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa fase kerja ini adalah fase inti dalam terapi
kelompok terapeutik. Leader membantu memfasilitas anggota
kelompok berdiskusi tentang masalah atau isu-isu yang muncul
diantara anggota kelompok, membantu menyelesaikan masalah dan
konflik yang terjadi selama fase kerja. Dalam fase kerja ini diharapkan
anggota kelompok masing-masing menerima saran dan kritik juga
saling membangun perilaku baru yang diharapkan.
d) Fase terminasi
Terminasi dapat dilakukan pada akhir setiap sesi atau beberapa sesi
yang merupakan suatu paket dengan memperhatikan pencapaian
tujuan. Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan
pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada
kehidupan sehari-hari. Dua tipe terminasi yaitu terminasi kelompok
dan terminasi anggota atai individu. Terminasi prematur berarti
kelompok berakhir sebelum tugas komplet atau anggota kelompok
tinggal sebelum bekerja selesai. Pada fase ini kelompok telah eksis dan
sangat sulit untuk dilakukan terminasi, antara anggota kelompok sudah
saling suka dan merasa akrab. Terminasi tetap harus dilakukan,
perasaan kehilangan dan berduka sering kali dirasakan oleh masing-
masing anggota kelompok oleh karena itu leader harus hati-hati dalam
melakukan terminasi . Dari pendapat tersebut di atas, maka leader
harus berperan besar dalam melakukan pengakhiran terhadap
kelompok atau melakukan terminasi dengan baik dan tepat. Leader
harus memfasilitas fase terminasi ini tanpa menimbulkan dampak
bersedih, kehilangan dan berduka. Leader dapat mengingatkan kembali
tujuan pembentukan kelompok.
C. Tujuan
Klien dapat mengidentifikasi kemampuannya dalam menyapu lantai bersama
kelompok
Klien dapat memperagakan cara menyapu lantai bersama kelompok
Klien mampu mengenali kemampuan positif yang dimiliki dalam menyapu
lantai bersama anggota kelompok yang lain
D. Indikasi
Terapi aktivitas kelompok ini lebih tepat diterapkan pada :
Klien dengan masalah keperawatan harga diri rendah yang sudah kooperartif,
Klien yang sehat secarafisik.
Klien yang tidak mengalami tuli, buta, atau tidak bias mengecap rasa dan
mempunyai fisik yang lemah tidak bias dilibatkan
Sebaiknya klien telah mengikuti latihan keterampilan positif menyapu lantai
secara individual atau pernah mempunyai kemampuan menyapu lantai di
rumah
E. Kontra indikasi
Klien yang mempunyai masalah fisik seperti tuli, buta, tidak bisa mengecap
rasa dan mempunyai masalah fisik yang lemah( misalnya: Diare, usia lanjut
dan berpenyakit TBC )
Klien ada riwayat metal retardasi (MR) atau keterbelakangan mental
Tidak bersedia mengikuti Terapi aktivitas kelompok
F. Sasaran
Klien dengan masalah keperawatan harga diri rendah yang masih dirawat inap di
Wisma Arimbi RSJ Dr. Soeroyo Magelang, yang berjumlah 10 orang antara lain
1. Nn. A
2. Ny. B
3. Ny.C
4. Nn. D
5. Nn. E
6. Nn. F
7. Nn. G
8. Nn. H
9. Nn. I
10. Ny. Y
G. Rencana Pelaksanaan TAKSP
Hari, tanggal : 20/7/2017
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Makan Ruang Arimbi
Lama TAKSP : 45 menit
H. Pengorganisasian
1. Leader : WINARNI
Uraian Tugas
Memastikan persiapan sarana, prasarana dan tempat yang dibutuhkan
selama TAK ada
Menjelaskan tujuan TAK secara umum
Menjelaskan topik yang akan dilatih dan akan didikusikan
Memperkenalkan anggota kelompok dan terapis
Menjelaskan aturan main TAK
Melakukan kontrak waktu
Memimpin TAK
Menutup dan menyimpulkan hasil TAK
2. CoLeader : RANI
Uraian Tugas:
Membantu leader dalam memimpin TAK
Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang, baik dalam topik yang
dilatih maupun waktu pelaksanaannya
Membantu leader mengatur alur komunikasi antar anggota kelompok,
leader dan fasilitator
Menggantikan posisi leader memimpin TAKSP ketika leader tidak bisa
melanjutkan TAKSP (misalnya: tiba-tiba sakit atau kehabisan ide untuk
bicara/blocking)
3. Fasilitator: FAJAR
ANGGOTA : RANI, INGGRIT, NOVI, TITIK
Uraian Tugas:
Memberikan motivasi kepada anggota kelompok yang ada disebelah
kanan atau kirinya untuk aktiv dalam kegiatan TAKSP
Bersama leader memberikan reinforcement positif yang sesuai dengan
umur, tingkat pendidikan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh klien
Membantu anggota sebelah kanan dan kirinya untuk mau mencoba
memberikan pendapat tentang topik TAKSP dan tanggapan atas jawaban
dari anggota kelompok yang lain
4. Observer: FAJAR
Uraian Tugas :
Mengobservasi dan Mengevaluasi proses pelaksanaan dari terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi menggunakan format atau barang yang telah
disediakan
Mengobservasi dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi (kemampuan klien dalam menyapu lantai)
menggunakan format atau barang yang telah disediakan
Menyimpulkan hasil dari evaluasi proses dan hasil kemudian menyusun
rencana tindak lanjut yang akan disampaikan kepada tim terapis dan
anggota kelompok (klien)
Menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan /proses dan hasil pencapaian
target dari kemampuan masing-masing anggota kelompok kepada terapis
I. Setting
Klien bersama perawat di Ruang makan
Ruangan nyaman dan tenang
= Klien
= Leader
= Fasilitator
= Observer
= Mejamakan
Setting tempat
J. Alat
Alat alat kebersihan (sapu, ikrak, tempat sampah)
Jadwal kegiatan harian
Spidol atau bollpoint, papan tulis, dan kertas flipchart
Buku catatan
K. Metode
Dinamika kelompok
Bermain peran
L. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai indikasi, pasien dengan masalah gangguan
konsep diri harga diri rendah.
b. Mengumpulkan pasien di ruang makan, kemudian membuat kontrak
dengan pasien
c. Mempersiapkan alat serta tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat memberikan salam kepada klien (misalnya selamat pagi atau
selamat siang)
Perawat menyarankan pasien memakai papan nama yang telah dibuat
di dada
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan kemampuan atau aspek positif yang dimiliki klien dan
belum diceritakan sebelumnya, memberi kesempatan pada semua
anggota kelompok untuk mengutarakan aspek positif yang belum
diceritakan
Memberikan reinforcement positif atas kemampuan pasien atau
anggota kelompok
Mengingatkan kembali topik atau kemampuan yang akan dipelajari
atau dilatih hari ini
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu melatih menyapu lantai
Menjelaskan aturan main
3. Tahap kerja
a. Setelah perawat menjelaskan terapi aktivitas
kelompok yang akan dilakukan, perawat menanyakan pada pasien
tentang kemampuannya dalam menyapu lantai
b. Perawat memberikan kesempatan pada salah satu
pasien untuk menjelaskan pengertian cara menyapu lantai
c. Perawat memberikan reinforcement positif atas
keberhasilan pasien menjelaskan
d. Perawat membantu pencatat jawaban pasien/anggota
kelompok dalam papan atau kertas flipchart
e. Perawat memberikan kesempatan pada anggota
kelompok yang lain memberikan tanggapan dengan jawaban anggota
kelompok sebelumnya
f. Perawat menambahkan jawaban anggota kelompok
yang lain dalam papan atau kertas flipchart dan memberikan
reinforcement positif
g. Perawat menyimpulkan jawaban dan tanggapan dari
anggota kelompok yang lain tentang pengertian cara menyapu lantai
h. Perawat memberikan kesempatan pada salah satu
pasien untuk menjelaskan tujuan dan manfaat punyai kemampuan
menyapu lantai
i. Perawat memberikan reinforcement positif atas
keberhasilan pasien menjelaskan
j. Perawat membantu pencatat jawaban pasien/anggota
kelompok dalam papan atau kertas flipchart
k. Perawat memberikan kesempatan pada anggota
kelompok yang lain memberikan tanggapan dengan jawaban anggota
kelompok sebelumnya
l. Perawat menambahkan jawaban anggota kelompok
yang lain dalam papan atau kertas flipchart dan memberikan
reinforcement positif
m. Perawat menyimpulkan jawaban dan tanggapan dari
anggota kelompok yang lain tentang tujuan dan manfaat punyai
kemampuan menyapu lantai
n. Perawat memberikan kesempatan pada salah satu
pasien untuk menjelaskan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam
menyapu lantai
o. Perawat memberikan reinforcement positif atas
keberhasilan pasien menjelaskan
p. Perawat membantu pencatat jawaban pasien/anggota
kelompok dalam papan atau kertas flipchart
q. Perawat memberikan kesempatan pada anggota
kelompok yang lain memberikan tanggapan dengan jawaban anggota
kelompok sebelumnya
r. Perawat menambahkan jawaban anggota kelompok
yang lain dalam papan atau kertas flipchart dan memberikan
reinforcement positif
s. Perawat menyimpulkan jawaban dan tanggapan dari
anggota kelompok yang lain tentang bahan dan alat yang dibutuhkan
dalam menyapu lantai
t. Perawat memberikan kesempatan pada salah satu
pasien untuk menjelaskan langkah-langkah dalam menyapu lantai
u. Perawat memberikan reinforcement positif atas
keberhasilan pasien menjelaskan
v. Perawat membantu pencatat jawaban pasien/anggota
kelompok dalam papan atau kertas flipchart
w. Perawat memberikan kesempatan pada anggota
kelompok yang lain memberikan tanggapan dengan jawaban anggota
kelompok sebelumnya, kemudian Perawat menambahkan jawaban
anggota kelompok yang lain dalam papan atau kertas flipchart dan
memberikan reinforcement positif
x. Perawat menyimpulkan jawaban dan tanggapan dari
anggota kelompok yang lain tentang langkah-langkah dalam menyapu
lantai
y. Perawat menjelaskan ulang dan memperagakan cara
menyapu lantai:
siapkan alat alat kebersihan
menyapu mulai dari sudut sudut ruangan
kemudian kumpulkan debu kotoran ke tengah ruangan
angkut kotoran dengan ikrak
buang kotoran ke tempat sampah
Bereskan alat-alat
z. TAK sesi atau pertemuan ini dapat dilakukan sesuai
dengan jumlah anggota kelompok, sehingga setiap anggota kelompok
dapat mencobanya secara mandiri, kemudian sarankan klien untuk
mencatat kemampuannya menyapu lantai dalam jadual kegiatan sehari-
hari di rumah
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Perawat menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan terapi
aktivitas kelompok
Minta salah satu pasien untuk menyebutkan cara menyapu lantai
Perawat memberikan pujian pada semua klien atas keberhasilan
kelompok
b. Tindak lanjut
Perawat meminta pasien mempraktikkan menyapu lantai jika sudah
pulang
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati terapi aktivitas kelompok yang akan datang, yaitu
melatih hal positif diri memasak air dan membuat kopi/teh
Bersama klien menyepakati waktu dan tempat Terapi aktivitas
kelompok yang lain pada waktu yang akan datang
Nama klien
no Aspek yang dinilai
1. Menyebutkan pengertian menyapu
lantai
2. Menyebutkan tujuan dan manfaat
mempunyai kemampuan menyapu
lantai
3. Menyebutkan alat yang dibutuhkan
dalam menyapu lantai
4. Menyebutkan langkah-langkah
menyapu lantai
5. Menyebutkan kemampuan dalam
Menyapu lantai
6. Memperagakan cara membereskan
alat-alat setelah selesai menyapu
lantai
7. Menuliskan kemampuannya
menyapu lantai dalam jadual
kegiatan sehari-hari
8. Mampu terlibat serta aktif dalam
kelompok
Jumlah
Persentase
Evaluasi proses:
Lembar Observasi Evaluasi Proses kegiatan TAKSP: menyapu lantai
Tanggal : 20/7/2017
Leader :WINARNI
Kualitas
No Indikator Yang diobservasi
Ya Tidak
1. Persiapan bahan, alat dan sarana TAK
2. Pasien dipersiapan sesuai rencana
3. Ruang dipersiapan dengan baik
4. Leader mampu berbicara dengan jelas dan
sistematis
5. Leader memberikan reinforcement positif setiap
mampu melakukan sesuai anjuran
6. Leader menjelaskan aturan dan tata tertib TAK
7. Fasilitator berfungsi dengan baik
8. Waktu dimanfaatkan dengan baik
9. Kegiatan dilakukan evaluasi secara proses
maupun hasil
10. Program antisipasi dilakukan dengan baik
Total
Brabender, V. A., Fallon, A. E., & Smolar, A. I. (2004). Essentials of Group Therapy.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Copel, L. C. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat
(Akemat, Trans. 2 ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Delucia-Waack, J. L., Gerrity, D. A., Kalodner, C. R., & Riva, M. T. (2004).
Handbook of Group Counseling and Psychotherapy. California: Sage
Publications, Inc.
Findlay, L. (2001). Groupwork Occupational Therapy. United Kingdom: Standley
Thornes Publisher, Ltd.
Fontaine, K. L. (2009). Mental Health Nursing (6th ed.). New Jersey: Pearson
Publisher, Inc.
Isaacs, A. (2005). Panduan Belajar Keperawatan Jiwa & Psikiatrik (D. P.
Rahayuningsih, Trans. 3 ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jacobs, E. E., Masson, R. L., Harvill, R. L., & J.Schimmel, C. (2012). Group
Counseling Strategies and Skills (Seventh ed.). Belmont: Ceange Learning.
Keliat, B. A., &Akemat. (2010). Terapi Aktivitas Kelompok: Teori dan Aplikasinya.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
MacKenzie, K. R. (1997). Time-managed Group Psychotherapy. Washington:
American Psychiatric Press, Inc. .
Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2005). Pinciples and Practice of Psychiatric Nursing
(8 ed.). Missouri: Mosby, Inc.
Tomb, D. A. (2004). Buku Saku Psikiatri (M. Wiwie, Trans. 6 ed.). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Townsend, M. C. (2009). Schizophrenia and Other Psychotic Disorder Psychiatric
Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-Based Practice (Sixth
ed.). Philadelphia: F A Davis Company.
Townsend, M. C. (2011). Schizophrenia and Other Psychotic Disorder Essentials of
Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care In Evidence-Based
Practice (Fifth ed.). Philadelphia: F A Davis Company.
Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (R. Komalasari & A. Hani,
Trans.). Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Penerbit PT Refika Aditama.
Lampiran 1
Lembar observasi Evaluasi Perkembangan kelompok
Tanggal
NO Nama
Paraf Paraf Paraf Paraf Paraf Paraf