Professional Documents
Culture Documents
KLIEN PNEUMONIA
KELOMPOK 13:
KURNIATI
RARAS RAHAYU
IRNAWATI
FAHRIANI
DESY NURFADILLAH
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Kelompok 13
Daftar isi
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
A. Definisi.............................................................................................................................................. 6
B. Etiologi.............................................................................................................................................. 7
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang
sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika.Meskipun sudah ada kemajuan dalam bidang
antibiotic, pneumonia tetap merupakan penyebab keatian keenam di Amerika
Serikat.Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan 5 tahun, pada usia dibawah 2
bulan pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga
disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam.Pada usia 2 bulan sampai
kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali/menit dan pada usia 1 tahun
sampai kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali/menit.Pneumonia berat
ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas
bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi.Kasus terbanyak terjadi pada
anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia kurang dari 2
bulan.Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di puskesmas atau balai
pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama antibiotik yang
sesuai.Munculnya orhanisme nosokomial, yang resisten terhadap antibiotic, ditemukannya
organism- organisme baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang lemah
daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spectrum dan
derajat kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa
pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok.Bayi dan anak kecil lebih
rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mererka masih belum berkembang
dengan baik.Pneumonia pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik
tertentu.Pasien peminum alcohol, pasca bedah dan penderita penyakit pernapasan kronik atau
infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini. Hamper 60% dari pasien-pasien yang kritis
di ICU dapat menderita pneumonia, dan setengah dari pasien-pasien tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA ) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) , dan aspirasi substansi asing, berupa
radang paru-paru yang disertai eksudat dan konsolidasi. (Nurarif & Khusuma, 2013)
Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya infeksi
melalui droplet sering disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui selang infuse oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh
dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat.
C. Gambaran Klinis
Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram
negative pada
pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta Kardiopolmonal/
jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum luas
Pneumonia nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit, adanya resiko untuk jenis
pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia
Factor utama untuk pathogen tertentu
Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan toksik,
akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru, dan
obstruksi mekanik simple oleh bahan padat dan sering disebabkan oleh bakteri anaerob.
1. Umur> 65 tahun
2. Tinggal dirumah perawatan tertentu( panti jompo)
3. Alkoholismus: menigkatkan resiko kolonisasi kuman, mengganggu reflex batuk,
mengganggu transport mukosiliar dan gangguan terhadap pertahanan system seluler
4. Malnutrisi: menurunkan immunoglobulin A dan gangguan terhadap fungsi makrofag
5. Kebiasaan merokok juga mengganggu transport mukosiliar dan system pertahanan seluler
dan humoral
6. Keadaan kemungkinan terjadinya aspirasi misalnya gangguan kesadaran, penderita yang
sedang di intubasi
7. Infeksi saluran nafas bagian atas: +1/3 1/ 2 pneumonia di dahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas/ infeksi virus
Faktor resiko pneumonia yang didapat dari rumah sakit dan didapat dari komunitas
Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45. Kematian sering kali
berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan penekanan susunan saraf
pusat , maka penting untuk dilakukan pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan
asma basa dengan baik, pemberian O2 yang adekuat untuk menurunkan perbedaan O2
di alveoli arteri, dan mencegah hipoksia seluler. Pemberian O2 sebaiknya dalam
konsentrasi yang tidak beracun untuk mempertahankan PO2 arteri sekitar 60-70 mmhg
dan juga penting mengawasi pemeriksaan analisa gas darah.
Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk
mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara umum. Bronkodilator seperti
aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki drainase secret dan diatribusi ventilasi.
Kadang kadang mungkin timbul dilatasi lambung mendadak, terutama jika pneumonia
mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan hipotensi.
1. Chest X-ray : teridentifikasi adanya penyebaran misal: lobus dan bronchial); dapat
juga menunjukkan multiple abses/ infiltrate, empiema (staphylococcus); penyebaran
atau lokasi infiltrasi ( bacterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrate (sering
kali viral), pada pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
2. Analisis gas darah dan pulse oximetry: abnormalitas mungkin timbul tergantung dari
luasnya kerusakan paru-paru
3. Pewarnaan gram/ culture sputum dan darah: di dapatkan dengan needle biopsy,
aspirasi trantrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsy paru-paru terbuka untuk
mengeluarkan organism penyebab. Lebih dari satu tipe organism yang dapat
ditemukan, seperti diplococcus pneumonia, staphylococcus aureus, A. hemolytic
streptococcus dan hemophilus influenza
4. Periksa darah lengkap: leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan
darah putih rendah pada infeksi virus
5. Tes serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada organism secara spesifik
6. Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume mungkin menurun( kongesti dan kolaps
alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun,
hipoksemia
7. Efusi pleural jika ada, sebaiknya dialirkan keluar dan cairan dianalisis untuk
membuktikan adanya infeksi di dalam ruang pleural.
8. Aspirasi transtrakeal sekresi trakeobronkial atau bronskopi dengan penyikatan dan
pembasuhan bisa dilakukan untuk mendapatkan bahan pulasan dan kultur
I. Komplikasi
1. Bakteremia
Bakteremia adalah suatu kondisi di mana ada sejumlah besar bakteri hadir dalam
aliran darah. Indikasi bakteri dalam darah terdeteksi oleh pemeriksaan darah rutin dan
pemeriksaan fisik. Bakteremia biasanya dicurigai jika pasien menunjukkan tanda-tanda
gejala seperti demam tinggi, batuk lendir hijau atau kuning, kelemahan ekstrim dan
timbulnya syok septic. Bakterimia harus ditangani dengan cepat atau infeksi dapat
menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh dan menyebabkan organ utama mati.
2. Efusi pleura
Efusi pleura terjadi ketika penumpukan kelebihan cairan dan dahak pada lapisan
dinding dada, alveolus dan ruang-ruang diataranya. Ini adalah komplikasi umum yang
muncul dari pneumonia dan mungkin salah satu tanda-tanda pertama x-ray dada. Jika
cairan luas di paru-paru, thoracentesis mungkin harus di lakukan
3. Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi lapisan dalam jantung. Ini merupakan komplikasi dari
pneumonia di obati jangka panjang atau pneumonia berulang. Karena gejala dapat mirip
pneumonia itu sendiri, seperti sesak napas, batuk atau nyeri, sering kali tidak terdeteksi.
Endokarditis yang tidak di obat dapat menyebabkan kerusakan ireversibel katup atau
gagal jantung.
4. Kegagalan ventilasi
Kegagalan ventilasi adalah nama lain umum untuk hiperkapnia. Otot-otot di paru-
paru atau otot ventilator, bekerja keras untuk memungkinkan paru-paru naik dan turun
dan bekerja pada fungsi tubuh yang tepat. Dalam beberapa kasus pneumonia, pasien
mungkin tidak dapat bernapas dengan adekuat. Sebuah ventilator harus ditempatkan pada
pasien sehingga mereka dapat bernapas dengan benar dan mengisi aliran darah dan
oksigen ke seluruh organ tubuh.
5. Kegagalan pernapasan hipoksemia
Komplikasi lain dari pneumonia yang parah kegagalan pernapasan hipoksemia.
Kondisi ini terjadi ketika ada peradangan parah di dinding paru-paru menyebabkan aliran
udara menutup atau menyempitkan darah dan aliran udara. Pengobatan awal adalah untuk
mengurangi peradangan . hal ini dilakukan dengan antibiotic untuk menghilangkan
infeksi dan thoracentesis untuk menghapus cairan untuk meringankan tekanan udara dan
aliran kembali
Asuhan keperawatan klien dengan pneumonia
Pengkajian:
Data dasar pengkajian pasien:
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda: letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala:
Tanda: takikardia, penampilan kemerahan atau pucat
3. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes melituss
Tanda: sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia(malnutrisi)
4. Neurosensori
Gejala: sakit kepala daerah frontal( influenza)
Tanda: perusakan mental( bingung)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,atralgia
Tanda: melindungi area yang sakit( tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
6. Pernapasan
Gejala: adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak napas), dispnea
Tanda:
Sputum: merah muda, berkarat
Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi
Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
7. Keamanan
Gejala: riwayat gangguan system imun misal: penggunaan steroid. Demam
Tanda: berkeringat, menggigil berulang, gemetar
8. Pemeriksaan pulmonal
a. Inspeksi : retraksi otot-otot aksesori, sianosis sentral, gerakan dada terbatas.
b. Palpasi : penurunan ekspansi pada area dada yang sakit, peningkatan fremitus
taktil.
c. Perkusi : pekak
d. Auskultasi : bunyi napas bronchial, inspirasi krakles (rales), penurunan
fremitus vocal (efusi pleural), egofoni (konsolidasi).
9. Temuan laboratorium
a. Rontgen dada: gambatan difus pneumonia atipik; gambaran lobaris
pneumonia tipikal.
b. Hematologi : SDP meningkat 15.000 sampai 25.000/mm3
c. Pemeriksaan AGD
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang
kental, kelemahan fifik umum, upaya batuk, dan edema tracheal/faringeal.
2. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan
efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan edema bronchial.
3. Hipertermi yang berhubungan dengan reaksi sistemis: bakteremia/viremia, peningkatan
laju metabolism umum.
4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik, peningkatan metabolism
umum sekunder dari kerusakan pertukaran gas.
5. Perubahan nutrsi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan peningkatan
metabolism tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.
6. Risiko kekurangan volume cairan yang berhbungan dengan demam, diaphoresis, dan
masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.
RENCANA INTERVENSI
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,
kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trachea/faringeal.
Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan intervensi kebersihan jalan napas kembali efektif.
Kriteria evaluasi:
Kaji kemampuan klien mengeluarkan Pengeluaran sulit bila secret sangat kental (efek infeksi
sekresi. Lalu catat karakter dan volume dan hidrasi yang tidak adekuat).
sputum.
Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan
klien latihan napas dalam dan batuk yang menurunkan up[aya bernapas. Ventilasi maksimal
efektif. membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan
secret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan.
Pertahankan intake cairan sedikitnya Hidrasi yang adekuat membantu mengercerkan secret
2500ml/hari kecuali tidak diindikasikan. dan mengefektifkan pemebersihan jalan napas.
Bersihkan secret dari mulut dan trakea, bila Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan
perlu lakukan pengisapan (suction). diperlukan bila klien tidak mampu mengerluarkan
sekret. Eliminasi lender dengan suction sebaiknya
dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 10 menit
dengan pengawasan efek samping suction.
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi Pengobatan antibiotic yang ideal berdasarkan pada tes
obat antibiotic uji resistensi bakteri terhadap jenis antibiotic sehingga
lebih mudah mengobati pneumonia.
Risiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif
paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan edema bronchial.
Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan gangguan pertukaran gas tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan gas darah arteri dalam
rentang normal.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang
sianosis dan perubahan warna kulit-termasuk sehat dapat menganggu oksigenasi organ vital dan
membrane mukosa dan kuku. jaringan tubuh.
Ajarkan dan dukung pernapasan bibir selama Membuat tahapan melawan udara luar untuk mencegah
ekspirasi khususnya untuk klien dengan kolaps/penyempitan jalan napas sehingga membatu
fibrosis dan kerusakan parenkim paru. menyebarkan udara melalui paru dan mengurangi
napas pendek.
Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan Menurunkan konsumsi oksigen selama periode
bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari penurunan pernapasan dan dapat menurunkan beratnya
sesuai keadaan klien. gejala.
Batasan karakteristik: foto Rontgen thoraks menunjukkan adanya pleuritis, suhu di atas 37C,
diaphoresis intermiten, leukosit diatas 10.000/mm, dan kultur sputum positif.
Kaji tanda-tanda vital tiap 3 jam atau lebih Acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
sering.
Berikan tindakan untuk memberikan rasa Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi.
nyaman seperti mengelap bagian punggung Pelembab membantu mencegah kekeringan dan pecah-
klien, mengganti alat tenun yang kering pecah dimulut dan bibir.
setelah diaphoresis, member minum the
hangat, lingkungan yang tenang dengan
cahaya yang redup, dan sedative ringan jika
dianjurkan serta memberikan pelembab pada
kulit dan bibir.
Berikan terapi cairan intravena RL 0,5 dan Pemberian cairan sangat penting bagi klien dengan
pemberian antipiretik. suhu tinggi. Pemberian cairan merupakan wewenang
dokter sehingga perawat perlu berkolaborasi dalam hal
ini.
Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi. Efek
evaluasi keefektifannya. Tinjau kembali terapeutik maksimum yang efektif dapat dicapai, jika
semua obat-obatan yang diberikan. Untuk sadar obat yang ada dalam darah telah konsisten dan
menghindari efek merugikan akibat interaksi dapat dipertahankan. Risiko akibat interaksi obat-
obat. Jadwalkan pemberian obat dalam kadar obatan yang diberikan meningkat dengan adanya efek
darah yang konsisten. farmakoterapi berganda. Efek samping akibat interaksi
satu obat dengan yang lainnya dapat mengurangi
keefektifan pengobatan dari salah satu obat atau
keduanya.
Kriteria evaluasi:
- Klien mendemostrasikan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Klien dapat melakukan aktivitas, dapat berjalan lebih jauh tanpa mengalami napas
tersengal-sengal,sesak napas, dan kelelahan.
Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam, diaforesis, dan
masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia
Batasan karakteristik: menyatakan haus, hipernatremia, membran mukosakering, urine kental,
tugor buruk, berat badan berkurang tiap hari, frekuensi nadi lemah, dan tekanan darah
menurun.
Kriteria evaluasi:
- Klien mampu mendemostrasi perbaikan status cairan dan elektrolik.
- Output urine lebih besar dari 30 ml/ jam, berat jenis urine 1,005-1,025, natrium serum
dalam batas normal, membran lembap, turgor kulit baik, tidak ada penurunan berat
badan, dan tidak mengeluh kehausan.
Rencana intervensi Rasional
Pantau intake dan output cairan setiap 8 jam, Mengidentifikasi kemajuan atau
timbang BB tiap hari, hasil pemeriksaan penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
analisis urine dan elektrolit serum, kondisi
kulit dan membran mukosa tiap hari.
Berikan terapi intravena sesuai dengan Selama fase akut, klien sering kali berada
anjuran dan berikan dosis pemeliharaa, selain dalam kondisi yang terlalu lemah dan
itu berikan pula tindakan-tindakan mengalami sesak napas yang parah. Untuk
pencegahan. meminum cairan per oral secara adekuat dan
mempertahankan hidrasi yang adekuat, jika
ada demam, maka kebutuhan cairan akan
meningkat karena keringat yang berlebihan.
Hal yang terjadi jika demam membaik adalah
meningkatnya penguapan karena vasodilatasi
periper, hal itu terjadi sebagai mekanisme
kompensasi yang digunakan olehtubuhuntuk
mengeluarkan panas.
Berikan cairan per oral sekurang-kurangnya Cairan membantu distribusi obat-obatan
tiap 2 jam sekali. dalam tubuh serta membantu menurunkan
deman.
Dukung klien untuk minum cairan yang Cairan yang bening membantumencairkan
bening dan mengandung kalori. mukus, kalori membantu menanggulangi
kehilangan BB.
Laporkan pada dokter jika ada tanda-tanda Ini merupakan tanda-tanda kebutuhan cairan
kekurangan cairan menetap atau bertyambah yang meningkat atau mulai timbulnya
berat. komplikasi.
Monitor intake cairan dan outputurien tiap 6 Output urine perlu dimonitor
jam. sebagaiindikator atau fungsi ginjal dalam
melakukan fitrasi cairan yang masuk.
1. Menunjukkan perbaikan patensi jalan napas seperti yang ditunjukkan dengan gas darah
adekuat, suhu tubuh normal, bunyi napas normal, dan batuk dengan efektif.
2. Istirahat dan menghemat energy dengan tetap berada di tempat tidur ketika menunjukkan
gejala.
3. Memepertahankan masukan cairan yang adekuat seperti yang dibuktikan dengan meminum
sejumlah cairany yang di anjurkan dan mempunyai turgor kulit yang baik.
4. Mematuhi protocol pengobatan dan strategi pencegahan.
5. Bebas dari komplikasi
a. Tanda-tanda vital dan gas arteri normal
b. Batuk produktif
c. Menunjukkan tidak adanya gejala-gejala syok , gagal pernapasan, atau efusi pleura
d. Terorientasi dan waspada terhadap lingkungan sekitar
Daftar pustaka
Brunner, & suddarth. (2000). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapsan. jakarta:
Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Khusuma, H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Media Action.
Somantri, I. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien dengan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika.
Mitcheel, R. N., Kumar, Abbas, & Fuasto. (2006). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins &
Cotran Ed.7. Jakarta: EGC.