You are on page 1of 12

ANALISIS PERUBAHAN IKLIM DI BOGOR BARAT

MENGGUNAKAN DATA SACAD


Oleh: Aditya Kusuma Al Arif
NPT. 21.13.0002

A. Deskripsi Wilayah Penelitian


Penelitian ini menggunakan data di wilayah Kota Bogor. Kota Bogor adalah
sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota Bogor terletak di antara
1064330BT - 1065100BT dan 3030LS 64100LS, maksimal 350 meter
dengan jarak dari ibu kota kurang lebih 60 km., dan wilayahnya berada di tengah-tengah
wilayah Kabupaten Bogor. Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki
curah hujan yang sangat tinggi.
Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan laut.
Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 015% dan sebagian kecil daerahnya
mempunyai kemiringan antara 1530%. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah
latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur
tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Bogor terletak pada kaki
Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan orografi. Angin laut
dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik secara
mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan menjadi
hujan. Hampir setiap hari turun hujan di kota ini dalam setahun (70%) sehingga dijuluki
"Kota Hujan". Keunikan iklim lokal ini dimanfaatkan oleh para perencana kolonial
Belanda dengan menjadikan Bogor sebagai pusat penelitian botani dan pertanian, yang
diteruskan hingga sekarang.
Titik yang diambil dalam penelitian ini adalah 106.625 BT dan 6.625 LS,
Termasuk dalam wilayah kecamatan Bogor Barat, tepatnya sedikit sebelah barat
kelurahan Dramaga yang di situ ada Stasiun BMKG yaitu Stasiun Klimatologi Kelas I
Bogor. Wilayah ini memiliki lingkungan berupa pemukiman penduduk dan
persawahan. Di dekat lokasi ini juga ada hutan penelitian CIFOR yang masih sangat
asri.
Jumlah penduduk Kecamatan Bogor Barat menurut BPS sejumlah 228.860 jiwa
per 2014 dengan kepadatan penduduk sekitar 7000 penduduk per kilometer persegi.

1
Mata pencaharian penduduk kecamatan ini sangat beragam, mulai dari karyawan,
petani, petambak dan lain sebagainya.

B. Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data SACAD BMKG. Adapun
data SACAD yang digunakan antara lain
a. curah hujan harian (rr),
b. suhu rata-rata harian (tg),
c. suhu minimum harian (tn),
d. suhu maksimum harian (tx), serta
e. standard error masing-masing (stderr rr, stderr tg, stderr tn & stderr tx).
Data yang tersedia dari SACAD mulai tahun 1981 hingga tahun 2014 dengan
resolusi grid 0.25 derajat atau sekitar 27 km.
Sebelum diolah, data SACAD harus diuji dengan data riil dari pengamatan
stasiun BMKG. Data observasi dari Stasiun Klimatologi Bogor dipakai sebagai data
pembanding dalam kontrol kualitas data SACAD di titik tersebut. Ketersediaan data
stasiun sebagai berikut:
a. curah hujan harian,
b. suhu rata-rata harian,
c. suhu minimum harian, dan
d. suhu maksimum harian.
Data observasi diambil dari form FKLIM-71 dengan rentang waktu dari 1981
hingga 2014.

C. Kontrol Kualitas
Tujuan dari kontrol kualitas adlah memilih dan memilah data SACAD yang
tersedia dan pantas untuk diolah lebih lanjut. Metodenya antara lain, menghilangkan
data yang mencurigakan atau tidak sesuai dan membandingkan dengan data observasi.
1. Penghilangan string penanda kosong.
Pertama, data SACAD yang diambil masih memiliki nilai kosong (tidak
ada data di hari tersebut) yang ditandai dengan angka 9999, -9999 atau
UNDEF. Data yang ditandai dengan string tersebut harus dihilangkan

2
20
25
30
35
15
17
23
25
20
22
28
30

19
21
24
26
200
400
600
800

0
1981 1981 1981
1981
1981 1981 1981 1981
1982 1982 1982 1982
1983 1983 1983 1983
1984 1984 1984 1984
1985 1985 1985 1985
1986 1986 1986 1986
1986 1986 1986 1986
1987 1987 1987 1987
1988 1988 1988 1988
1989 1989 1989 1989
1990 1990 1990 1990
1991 1991 1991 1991
1991 1991 1991 1991
1992 1992 1992 1992
1993 1993 1993 1993

3
1994 1994 1994 1994
1995 1995 1995 1995
1996 1996 1996 1996
1996 1996 1996 1996
1997 1997 1997 1997
1998 1998 1998 1998
1999 1999 1999 1999
2000 2000 2000 2000
2001 2001 2001 2001
2001 2001 2001 2001
2002 2002 2002 2002
DATA CURAH HUJAN BULANAN SACAD

DATA SUHU RATA-RATA BULANAN SACAD


2003 2003 2003 2003
2004 2004 2004 2004
DATA CURAH HUJAN BULANAN SACAD

DATA SUHU MINIMUM RATA-RATA BULANAN SACAD


2005 2005 2005

DATA SUHU MAKSIMUM RATA-RATA BULANAN SACAD


2005
DATA SUHU RATA-RATA BULANAN SACAD

2006 2006 2006 2006


setelah dihilangkan string penanda kosongnya sebagai berikut

2006 2006 2006 2006


2007 2007 2007
DATA SUHU MINIMUM RATA-RATA BULANAN SACAD
2007

DATA SUHU MAKSIMUM RATA-RATA BULANAN SACAD


2008 2008 2008 2008
2009 2009 2009 2009
2010 2010 2010 2010
2011 2011 2011 2011
2011 2011 2011 2011
agar tidak terbaca sebagai data yang diperhitungkan. Grafik data SACA

2012 2012 2012 2012


2013 2013 2013 2013
2014 2014 2014 2014
Dari semua data yang diunduh dari SACAD pada koordinat tersebut,
hanya ada 2 data harian kosong di bulan yang berbeda. Karena data yang
hilang hanya sangat sedikit, maka dianggap tidak mempengaruhi
keseluruhan data.

2. Koreksi data pencilan


Dari grafik data di atas, terlihat bahwa data sudah seragam. Tidak
terlihat adanya pencilan data yang meragukan atau garis tren yang seolah
terputus di tengah periode. Tabel value dari data SACAD yang diambil
sebagai berikut.
CH T Tn Tx
Max 687 26 21 34
Min 0 22 17 25
Ave 247 23 19 29
Med 242 23 19 29
Dari tabel tersebut, sebaran data terlihat wajar bahkan mendekati grafik
normal, karena nilai rata-rata dan median data terletak hampir sama persis.

3. Koreksi dengan data Observasi


SACAD sebearnya dibentuk dari dari data pengamatan stasiun-stasiun
BMKG dan pos-pos kerjasama yang diinterpolasi sehingga seluruh wilayah
dapat terkover datanya. Namun, agar lebih yakin, dilakukan pembandingan
dengan data observasi dari stasiun terdekat. Di sini yang akan dipakai
sebagai data pembanding adalah data pengamatan Stasiun Klimatologi
Bogor. Yang dibandingkan adalah kesamaan pola yang dicari dari nilai
korelasi dan pembandingan nilai value yang ditunjukkan dengan grafik time
series.
a. Korelasi
Data sacad dan pengamatan Staklim Bogor dikorelasikan baik secara
harian dan bulanan. Hasilnya sebagai berikut
Korelasi Data Harian Korelas Data Bulanan
Ch T Tn Tx Ch T Tn Tx
0.65 0.66 0.81 0.82 0.72 0.81 0.88 0.82

4
Korelasi kedua set data menujukkan hubungan pola yang baik
dengan ditunjukkan nilai korelasi lebih dari 0.65. Bahkan pada data
set bulanan, nilai korelasinya lebih baik lagi.

b. Perbandingan value dataset

Dari grafik perbandingan nilai value data SACAD dengan data


observasi di atas, terlihat bahwa data Curah hujan memiliki pola dan
value yang hampir sama. Namun yang menarik adalah di data suhu,
baik suhu rata-rata, minimum maupun maksimum, disana ada selisih
yang kentara antara data SACAD dengan observasi. Pola dari kedua
data set sama, namun data SACAD suhunya selalu dibawah data
observasi. Nilai RMSE dari tiap-tiap data adalah sebagai berikut
RMSE Data SACAD dengan OBS
Ch T Tn Tx
99.7 2.5 2.8 2.6

5
Terlihat bahwa selisih data suhu SACAD dengan Observasi terpaut
sekitar 2.5 derajat. Di sana juga terlihat jelas bahwa grafik suhu rata-
rata dan maksimum yang tercatat di SACAD mulai naik drastis di
tahun 2010 hingga 2014 juga tercatat kenaikan yang lebih signifikan
di data observasi. Hal ini menunjukkan bahwa pola kenaikan drastis
ini benar adanya.
Dengan ketiga tahap koreksi tersebut, pola yang mirip dan nilai yang
hampir sama dengan data observasi, data SACAD dapat dipakai untuk
proses selanjutnya, yaitu dilakukan proses analisa perubahan iklim. Dengan
catatan bahwa data suhu SACAD berbeda sekitar 2.5 derajat dibawah data
observasi (underestimate) sehingga mungkin perlu dicari koefisien koreksi
dari data suhu SACAD agar sama dengan data Observasi.

D. Analisis Perubahan Iklim


1. Analisis Tren Time Series
a. Curah Hujan

Secara umum, curah hujan di titik yang diamati (Bogor Barat) memiliki tren
penurunan curah hujan. Dari grafik, terlihat bahwa penurunan mulai terlihat
dari tahun 1995 hingga tahun 2014.

b. Suhu Rata-rata

6
Secara Umum, tren suhu rata-rata bogor barat memiliki tren naik atau semakin
ke sini, suhunya semakin naik. Mulai naiknya suhu rata-rata paling kentara
setelah tahun 2010 hingga 2014. Seolah-olah memiliki pola tren yang berbeda
jauh dari tahun-tahun sebelumnya yang relatif landai.
c. Suhu Minimum

Suhu minimum di Bogor Barat memiliki tren naik. Namun tidak seperti suhu
rata-rata, tren kenaikan suhu minimumnya relatif landai. Dari tahun 1981 yang
suhu minimum menurut garis tren sekitar 19 derajat Celcius naik perlahan
hingga tahun 2014 suhu minimumnya menjadi sekitar 20 derajat Celcius
menurut garis tren. Atau dengan kata lain rata-rata suhu minimumnya hanya
naik 1 derajat per 34 tahun.
d. Suhu Maksimum

7
Suhu maksimum di Bogor Barat juga menunjukkan tren naik, yang berarti suhu
maksimumnya semakin naik. Kenaikan paling mencolok sama seperti suhu rata-
ratanya, yaitu mulai tahun 2010 hingga 2014. Terlihat pada periode tersebut,
kenaikannya tajam.

2. Analisis pola bulanan.


Analisisnya dengan cara membuat pola normal, kemudian membandingkan
periode per periode yag dibagi menjadi 4 periode, 1981-1990, 1991-2000, 2001-
2010 dan 2010-2014.
a. Curah hujan

Pola umum curah hujan Bogor Barat seperti terlihat pada grafik di atas
adalah monsun dengan musim kemarau (Curah hujan bulanan kurang dari
150mm) hanya terjadi 2 bulan, yaitu Juli dan Agustus. Bila diperhatikan, rata-
rata curah hujan periode 1991-2000 hampir semuanya lebih tinggi dibanding
normalnya, hal ini menunjukkan pada tahun 1990 hingga 2000 terjadi curah
hujan yang besar-besar sehingga mengangkat rata-ratanya.
Secara umum, pola perperiodenya naik di periode ke dua kemudian
turun di periode ke 3 dan turun lagi di periode ke 4, menunjukkan pada 2 periode
terakhir terjadi penurunan curah hujan di Bogor barat

8
b. Suhu Rata-rata

Pola suhu rata-rata di Bogor Barat normalnya memiki dua puncak panas
yaitu bulan Mei dan Oktober dengan suhu sekitar 23.3 derajat celcius, juga dua
lembah dingin yaitu pada bulan Februari dan Juli dengan suhu sekitar 22.5
derajat celcius.
Dilihat dari perbandingan per periode, pada periode ke 4 atau tahun
2011-2014, terlihat sekali suhu rata-ratanya jauh lebi tinggi dibanding dengan
periode yang lain, bahkan mencapai 25.6 derajat celcius pada bulan Oktober.
Polanya, di periode 2 suhunya paling rendah, kemudian naik di periode 3 dan
semakin naik di periode 4. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di Bogor
Barat, suhu rata-rata nyasemakin naik.
c. Suhu minimum

9
Pola umum suhu minimum di Bogor Barat ditunjukkan oleh grafik di
atas, yaitu grafik garis (Normal). Suhu minimum terdingin normalnya terjadi di
bulan Agustus. Hal ini wajar karena saat bulan Agustus adalah puncak musim
kemarau yang kelembabannya rendah dan sedikit awan di atmosfer sehingga
malamnya akan sangat dingin dibanding pada musim penghujan.
Dilihat pola per periode, umumnya polanya naik dari periode 1 hingga
periode ke 4, hanya ada 4 bulan yang periode 4 nya lebih rendah dari periode 3.
Hal ini menunjukkan ada kecenderungan bahwa suhu minimum di Bogor Barat
meningkat seiring waktu, namun belum konsisten.
d. Suhu maksimum

Pola umum suhu maksimum di Bogor Barat terlihat dari grafik di atas.
Suhu maksimum terpanas normalnya terjadi di bulan September atau Oktober
dengan suhu maksimum sekitar 29.3 derajat celcius.
Dari pola per periode, dapat dilihat bahwa perkembangannya, semakin
ke periode 4, grafiknya semakin tinggi. Dan konsisten periode 4 di semua bulan
suhu maksimumnya elbih tnggi dari periode lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa ada kenaikan suhu maksimum di Bogor Barat.
3. Analisis kemungkinan penyebab
Banyak kemungkinan yang menyebabkan perubahan-perubahan unsur iklim
yang merupakan indikasi perubahan iklim di Bogor Barat. Salah satu alasan kuat
penyebab perubahan iklim di Bogor Barat adalah urbanisasi. Sebagaimana yang
dimuat dalam metrotvnews.com, Indonesia memegang tingkat urbanisasi terbesar

10
ke dua di ASEAN, dan menurut BPS tahun 2010, Jawa Barat adalah Provinsi yang
memiliki penduduk terbesar di Indonesia. Dari banyaknya penduduk Jawa Barat,
konsentrasi terbesar ada di Kota/Kabupaten Bogor sebanyak 11.08%. Menurut BPS
pula tahun 2012, arus urbanisasi terbesar di Indonesia ada di Kota/Kabupaten Bogor
dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0.82 %. Tabel kependudukan di Kota Bogor
dari ta hun 2010 hingga 2014 sebagai berikut
Penduduk Kota Bogor Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 2014
Population by Subdistricts and sex in Bogor Municipality 2014

Penduduk (orang)/Population (Person) Rasio Jenis


Kecamatan /Subdistrict kelamin / Sex
Laki-laki / Perempuan / Ratio
Jumlah/Total
Male Female
Bogor Selatan 99 459.00 94 720.00 194 179.00 105.00
Bogor Timur 51 508.00 50 476.00 101 984.00 102.04
Bogor Utara 94 438.00 91 660.00 186 098.00 103.03
Bogor Tengah 52 588.00 51 532.00 104 120.00 102.05
Bogor Barat 116 138.00 112 722.00 228 860.00 103.03
Tanah Sareal 109 348.00 106 131.00 215 479.00 103.03
2014 523 479.00 507 241.00 1 030 720.00 103.20
2013 514 797.00 498 222.00 1 013 019.00 103.43
2012 510 884.00 493 947.00 1 004 831.00 103.43
r
2011 502 243.00 485 072.00 987 315.00 103.54

Sumber : BPS Kota Bogor


Source : BPS-Statistics of Bogor City

r = data diperbaiki/revised

Perkembangan jumlah penduduk yang pesat ini tentu menimbulkan dampak


terhadap lingkungan. Mulai dari perubahan guna lahan yang tadinya sawah
dijadikan pemukiman, hingga penambahan jumlah lalulitas kendaraan.
Berbicara mengenai lalulintas kendaraan, Bogor merupakan destinasi wisata
yang sangat menarik bagi warga Jadetabek dan sekitarnya. Arus lalulintas
kendaraan wisatawan yang sangat padat di Bogor juga memberikan dampak bagi
lngkungan. Emisi gas buang kendaraan menyebabkan efek rumah kaca.

E. Kesimpulan
Data SACAD yang dikembangkan BMKG untuk melengkapi data meteorologi
dan klimatologi secara spasial bisa digunakan sebagai sumber data yang valid dalam
penelitian karena datanya hampir sama dengan data observasi stasiun setempat. Hanya
ada sedikit catatan di data Suhu yang memerlukan sebuah koefisien agar sesuai.

11
Perubahan iklim di Bogor Barat benar adanya, terutama di than 2010 hingga
sekarang yang perubahannya semakin terlihat jelas. Alam yang tidak dijaga dan
pencemaran lingkungan yang memicu perubahan iklim di Bogor.

F. Referensi
Website https://bogorkota.bps.go.id/index.php/brs
Website https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bogor
Website http://ekonomi.metrotvnews.co m/read/2015/03/13/370928/urbanisasi-di-
indonesia-tertinggi-kedua-di-asean
Website http://kotabogor.go.id/

12

You might also like