Professional Documents
Culture Documents
EPIDURAL HEMATOMA
Penyusun:
15710324
Pembimbing:
LAB/SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
LEMBAR PENGESAHAN
Tanggal
Pembimbing,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dan rahmatnya lah
saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus Epidural Hematom sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti ujian di bidang ilmu bedah dalam menyelesaikan Pendidikan dokter muda di
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Laporan kasus ini dibuat selain tugas, juga semoga dapat membantu teman sejawat yang
ingin mengetahui tentang Epidural Hematom dan juga membantu saya dalam mempelajari
lebih dalam tentang Epidural Hematom.
Selain itu saya ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
Saya menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya
mengharap kritik dan saran yang membangun guna kemajuan karya tulis dimana yang akan
datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk dokter muda yang melaksanakan
kepanitraan klinik pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya, Aamiin
Chichilia Purnamasari
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR GAMBAR . iv
BAB I. PENDAHULUAN . 1
A. Definisi .. 3
B. Epidemiologi . 5
C. Anatomi . 5
D. Patofisiologi 7
E. Etiologi 9
F. Gejala Klinis 10
G. Diagnosis . 11
H. Diagnosis Banding .. 12
I. Penatalaksanaan 12
J. Prognosis . 14
BAB V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling
sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak ditutupi oleh tulang tengkorak yang
kaku dan keras. Otak juga dikelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus
yang disebut dura. Dura ini berfungsi untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena,
dan membentuk periosteum tabula interna. Ketika seseorang mendapat benturan yang
hebat dikepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin
menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembuluh darah akan terakumulasi dalam
ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inilah yang dikenal dengan sebutan
hematom.
biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar,
robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematom terjadi pada
middle meningeal artery yang terletak pada dibawah tulang temporal. Perdarahan masuk
ke dalam ruang epidural, bila terjadi perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.
Cedera kepala adalah kondisi yang umum secara neurologi dan bedah saraf dan
merupakan salah satu penyebab kematian utama dikalangan usia produktif khususnya
dinegara berkembang. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi dikalangan usia
produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan dijalan masih rendah
Kasus terbanyak cedera kepala adalah kecelakaan mobil dan motor. Di Amerika
penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3%-5% yang memerlukan
tindakan operasi kurang lebih 40% dan sisanya dirawat secara konservatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Epidural hematoma adalah perdarahan akut pada lokasi epidural. Fraktur tulang
kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea media yang masuk
kedalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di
akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah
besar.
tabula interna karena trauma (Gambar-1). Pada penderita traumatik hematoma epidural,
85-96% disertai fraktur pada lokasi yang sama. Perdarahan berasal dari pembuluh darah-
temporoparietal, dimana bila biasanya terjadi fraktur kalvaria yang berakibat robeknya
arteri meningea media atau cabang-cabangnya, sedangkan 10% EDH berlokasi di frontal
maupun oksipital. Volume EDH biasanya stabil, mencapai volume maksimum hanya
epidural dan serikat 10% mengakitkan koma. Secara international frekuensi kejadian
hematoma epidural hampir sama dengan angka kejadian di Amerika Serikat. Orang yang
beresiko mengalami EDH adalah orang tua yang memiliki masalah berjalan dan sering
jatuh.
60% penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang
terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka kematian meningkat
pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih banyak
Tipe-tipe :
C. ANATOMI OTAK
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang membungkusnya
tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat kita seperti adanya, akan mudah
sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak, tidak
dapat diperbaiki lagi. Cedera kepala dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi
seseorang. Sebagian masalah merupakan akibat langsung dari cedera kepala. Efek-efek
ini harus dihindari dan ditemukan secepatnya dari tim medis untuk menghindari
rangkaian kejadian yang menimbulkan gangguan mental dan fisik dan bahkan kematian.
Tepat diatas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan fibrosa, padat
dapat digerakkan dengan bebas, yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal.
Diantar kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membran dalam yang
vasokonstriksi dan dapat menyebabkan kehilangan darah yang berarti pada penderita
dengan laserasi pada kulit kepala. Tepat dibawah galea terdapat ruang subaponeurotik
yang mengadung vena emisaria dan diploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat membawa
infeksi dari kulit kepala sampai jauh kedalam tengkorak, yang jelas memperlihatkan
betapa pentingnya pembersihan dan debridement kulit kepala yang seksama bila galea
terkoyak.
memungkinkan perluasan intrakranial. Tulang sebenarnya terdiri dari dua dinding atau
tabula yang dipisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar disebut tabula eksterna, dan
dinding bagian dalam disebut tabula interna. Struktur demikian memungkinkan suatu
kekuatan dan isolasi yang lebih besar, dengan bobot yang lebih ringan, tabula interna
mengandung alur-alur yang berisikan arteria meningea anterior, media, dan posterior.
Apabila fraktur tulang tengkorak menyebabkan salah satu dari arteri-arteri ini, perdarahan
arterial perdarahan arterial yang diakibatkannya, yang tertimbun dalam ruang epidural,
dapat menimbulkan akibat yang fatal kecuali bila ditemukan dan diobati dengan segera.
Pelindung lain yang melapisi otak adalah meningen, ketiga lapisan meningen
3. Pia mater kranialis, lapis terdalam yang halus yang mengandung banyak
pembuluh darah.
D. PATOFISIOLOGI
duramater. Perdarahan ini lebih sering terjadi didaerah temporal bila salah satu cabang
arteri meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak
didaerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi didaerah frontal atau oksipital.
Arteri meningea media yang masuk didalam tengkorak melalui foramen spinosum
dan jalan antara duramater dan tulang dipermukaan dan os temporal. Perdarahan yang
durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematoma bertambah besar.
temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus
mengalami herniasi dibawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya
tanda-tanda neurologik.
hilangnya kesadaran. Ditempat ini terdapat nukleus saraf kranial ketiga (okulomotorius).
Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan
pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan
kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda
Babinski positif.
Dengan makin membesarnya hematoma, maka darah akan terpompa terus keluar
hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbentur mungkin penderita pingsan
sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam, penderita akan
menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi
kecelakaan disebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer
yang ringan pada epidural hematom. Kalau pada subdural hematoma cedera primernya
hampir selalu berat atau epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi
lucid interval karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami
fase sadar.
Sumber perdarahan:
Sinus duramatis
Diploe (lubang yang mengisi kalvaria cranii) yang berisi a.diploica dan v. diploica
Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergenci dibedah saraf karena
progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada sutura sehingga langsung
mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah herniasi trans dan infra tentorial.
Karena itu setiap penderita dengan trauma kepala dengan keluhan nyeri kepala yang
E. ETIOLOGI
Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja, beberapa
keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya benturan pada
kepala pada kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma kepala, yang
biasanya berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.
Pada keadaan yang normal, sebenarnya tidak ada ruang epidural pada cranium.
Dura melekat pada cranium. Perdarahan biasanya terjadi dengan fraktur tengkorak bagian
temporal parietal yang mana terjadi laserasi pada arteri atau vena meningea media. Pada
kasus yang jarang, pembuluh darah ini dapat robek tanpa adanya fraktur. Keadaan ini
ruang epidural. Perdarahan yang berlanjut akan memaksa dura untuk terpisah lebih lanjut,
Oleh karena itu arteri meningea media terlibat, terjadi perdarahan yang tidak
terkontrol, maka akan mengakibatkan terjadinya akumulasi yang cepat dari darah pada
ruang epidural, dengan peningkatan tekanan intra kranial (TIK) yang cepat, herniasi dari
Pada kurang lebih 50% kasus kesadaran pasien membaik dan adanya lucid interval diikuti
adanya penurunan kesadaran secara perlahan sebagaimana peningkatan TIK. Pada kasus
lainnya, lucid interval tidak dijumpai, dan penurunan kesadaran berlangsung diikuti oleh
detoriasi progresif. Epidural hematoma terkadang terdapat pada fossa posterior yang pada
beberapa kasus dapat terjadi sudden death sebagai akibat kompresi dari pusat
kardiorespiratori pada medulla. Pasien yang tidak mengalami lucid interval dan mereka
yang terlibat pada kecelakaan mobil pada kecepatan tinggi biasanya akan mempunyai
Gejala neurologik yang terpenting adalah pupil mata an-isokor, yaitu pupil
ipsilateral melebar. Pada perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan
reaksi cahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi negatif. Terjadi pula
kenaikan tekanan darah dan bradikardia. Pada tahap akhir kesadaran akan menurun
sampai koma yang dalam, pupil kontralateral juga akan mengalami pelebaran sampai
akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi, yang merupakan tanda
kematian.
Pupil an-isokor
Babinsky (+) kontralateral lesi
Pupil isokor
G. DIAGNOSIS
penunjang seperti foto rontgen kepala dan CT scan kepala. Adanya garis fraktur yang
menyokong diagnosis epidural hematoma bila sisi fraktur terletak ipsilateral dengan pupil
(perdarahan) ditulang tengkorak dan dura, umumnya didaerah temporal dan tampak
bikonveks.
H. DIAGNOSIS BANDING
I. Subdural Hematoma
Perdarahan yang terjadi diantara durameter dan arachnoid, akibat robeknya vena
Sakit kepala
durameter dan arachnoid, umumnya robekan dari bridging vein dan tampak seperti
bulan sabit.
Kaku kuduk
Nyeri kepala
subarachnoid.
I. PENATALAKSANAAN
Penanganan darurat
a. Hiperventilasi
b. Cairan hyperosmolar
c. Kortikosteroid
d. Barbiturate
e. Cara lain
3. Obat-obat neurotropik
Piracetam
Citicholine
Terapi Operatif
Indikasi operasi dibidang syaraf adalah untuk life saving dan untuk fungsional
saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi
emergensi. Biasanya keadaan emergensi ini disebabkan oleh lesi (Ekayuda, 2006)
Sedangkan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan:
Penurunan klinis
Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan
(Sjamsuhidajat, 2003).
Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya. Jahitan
dibuka pada hari ke 5-7 hari. Tindakan pemasangan fragmen tulang atau kranioplasti
dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian. Perawatan luka dan pencegahan
decubitus pada pasien post operasi harus mulai diperhatikan sejak dini.
CT scan control diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak membaik dan
untuk menilai apakah masih terjadi hematom lainnya yang timbul kemudian.
K. PROGNOSIS
Besarnya
Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena
kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar antara 7-15%
dan kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada pasien yang mengalami
hematoma yang telah dievakuasi mulai dari 16-32%. Seperti trauma hematoma
intrakranial yang lain, biasanya mortalitas sejalan dengan umur dari pasien. Resiko
terjadinya epilepsy post trauma pada pasien epidural hematoma diperkirakan sekitar 2%.
BAB III
LAPORAN KASUS
Data Pasien:
Usia : 40 tahun
Agama : Islam
Primary survey:
Mode of Injury: pasien pengendara motor ditabrak truck. Penurunan kesadaran +, riwayat
A: Bebas
Planning:
O2 10L/menit
Inf RL
Inj. ATS 1500/unit
Inj. Santagenik 1amp
Inj. Ceftriaxone 2gram
Inj. Ondansetron 4mg 1amp
Secondary Survey
Anamnesis
lewat lubang telinga, luka dikepala 5 cm, pasien awalnya pingsan lalu
sadar, Mual, Muntah (+) darah. Lalu dibawa ke RSUD Ibnu sina untuk
Pemeriksaan Fisik:
Suhu : 36 C
Status Neurologis :
Burdz 1 -, burdz 2 -.
Penunjang : CT scan
Kesimpulan: EDH pada temporo parietal D, tebal 2,3 cm, estimasi volume 60cc,
menyebabkan midline shift ke S sebesar 1,1 cm, tampak edema serebri, tak
Diagnosa Klinis
Planning
Hubungi tim OK
Laporan Operasi
Nadi: 88x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 360 C
K/L: Anemia+
A : COS+EDH
P : Inf. RL 1500cc/hari
Nadi: 86x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 360 C
K/L: Anemia+
A : COS+EDH
P : Inf. RL 1500cc/hari
Nadi: 84x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 360 C
K/L: Anemia+
P : Inf. RL 1000cc/hari
Nadi: 84x/menit
RR: 18x/menit
Suhu: 360 C
K/L: Anemia-
A : COS+EDH
P : Inf. RL 1000cc/hari
Mobilitas duduk
Cek Hb
Nadi: 80x/menit
RR: 18x/menit
Suhu: 360 C
K/L: Anemia-
A : COS+EDH
P : Inf. RL 1000cc/hari
Perdarahan
op.
Infeksi
infeksi
Resiko Mortalitas
diruang post op
Sequele
PEMBAHASAN
Subyektif
Pasien pengendara motor ditabrak truck, kepala terbentur aspal, sempat pingsan
kemudian sadar, lalu mengalami penurunan kesadaran (Lucid Interval). Kasus cedera
Obyektif
panjang 5 cm, estimasi 60 cc, ditemukan midline shift ke S sejauh 1,1 cm. tampak edem
akibat benturan yang keras tak terkompensasi sehingga menimbulkan cedera. Walaupun
pada foto CT scan tak tampak fraktur pada kalvaria, tidak menutup kemungkinan cedera
terjadi pada vasa. Menurut area yang terbentur, kemungkinan paling besar yang robek
adalah arteri meningea media. Pingsan pertama adalah efek dari trauma primer kepala.
Lucid interval terjadi karena masih ada periode kompensasi keseimbangan TIK sehingga
pasien sempat sadar penuh setelah pingsan. Dilanjutkan dengan penurunan kesadaran
yang menunjukkan tanda dekompensasi TIK. Tanda lain pada pasien ini yang
menunjukkan peningkatan TIK yaitu respon cushing, yang merupakan trias dari
Secara klinis, diagnosa EDH dapat ditegakkan dengan adanya trias EDH:
melitasi sutura. Adanya midline shift menunjukkan bahwa adanya hematom tersebut
mendesak ruang sekitarnya sehingga mendorong massa otak kearah kiri. Sebagai
ventrikel lateral. Tampak pula edem serebri yang ditandai dengan pudarnya lekukan
sulcus dan girus, edem serebri biasanya terjadi mengikuti trauma primer.
Planning
Planning Diagnosis
Planning Terapi
Terapi operatif dilakukan untuk life saving dan functional saving. Indikasi operasi pada
EDH terpenuhi:
Keadaan pasien buruk / GCS <9 sedangkan pada pasien ini GCS 10
pada otak)
lambung)
Infus RL 1500cc/hari
Tirah baring
Oksigen adekuat
Perawatan luka post op, hygiene drain, serta perawatan pencegahan decubitus
Planning Edukasi
Dilakukan kepada keluarga pasien agar mengerti kondisi pasien, serta diharapkan
untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan. Selain itu terjadinya sequel seperti
gangguan kognitif, psikomotor, maupun afektif juga perlu diinformasikan sejak awal agar
Planning Konsultasi
bedah saraf untuk menilai perkembangan terapi, angkat jahitan post-op, menentukan
seoptimal mungkin.
BAB V
KESIMPULAN
Epidural hematom adalah perdarahan akut pada lokasi epidural. Fraktur tulang
kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea media yang masuk
didalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang
Pupil an-isokor
penunjang seperti foto CT scan kepala. Prognosis epidural hematom biasanya baik.
Mortalitas pasien dengan epidural hematom yang telah dievakuasi mulai dari 16%-32%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Duus P. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, dan Gejala. Jakarta;
2. Ekayuda I. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta: Gaya Baru, 2006. P.359-65,
382-87
5. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC, 2003. P.
818-9