Professional Documents
Culture Documents
Apabila terjadi perdarahan pasca persalinan, maka harus ditentukan terlebih dahulu
etiologi perdarahan. Penatalaksanaan dilakukan secara simultan, meliputi perbaikan tonus uterus
untuk atonia , evakuasi jaringan sisa plasenta untuk penyebab tissue, penjahitan luka terbuka bila
terjadi trauma jalan lahir, dan koreksi faktor pembekuan bila terdapat gangguan thrombin.1
Apabila terjadi perdarahan pasca persalinan, maka segera minta pertolongan atau rujuk ke
rumah sakit.
Penting segera menilai jumlah darah yang keluar seakurat mungkin dan menentukan
derajat perubahan hemodinamik. Nilai tingkat kesadaran, nadi, tekanan darah, dan bila
jalur, Monitoring keadaan umum, nadi dan tekanan darah, Oksigen, dan Team approach).
Berikan cairan kristaloid dan koloid secara cepat sambil menunggu hasil crossmatch.
cara:
sesarea, partus buatan yang sulit) atau bila kondisi pasien lebih buruk daripada
- Cek ulang kelengkapan plasenta dan selaput plasenta yang telah berhasil
dikeluarkan.
pada kasus plasenta previa pada bekas seksio sesarea) dapat dilakukan
Perdarahan banyak yang terjadi setelah plasenta lahir harus segera ditangani dengan
masase uterus dan pemberian obat-obatan uterotonika. Bila uterus tetap lembek harus
untuk menekan forniks anterior sehingga terdorong ke atas dan telapak tangan di luar
Dapat dilakukan pemberian oksitosin 40 unit dalam 500 cc normal salin dengan
kecepatan 125 cc/jam (peringkat bukti IA, rekomendasi A). Pemberian ergometrin
sebagai lini kedua dari oksitosin dapat diberikan secara intramuskuler atau intravena.
Dosis awal 0,2 mg (secara perlahan), dosis lanjutan 0,2 mg setelah 15 menit bila masih
diperlukan. Pemberian dapat diulang setiap 2-4 jam bila masih diperlukan. Dosis
maksimal adalah 1 mg atau 5 dosis per hari. Kontraindikasi pada pemberian ergometrin
yaitu preeklampsia, vitiumcordis, dan hipertensi (peringkat bukti IA, rekomendasi A).
Bila perdarahan pasca persalinan masih tidak berhasil diatasi, dapat diberikan
Pada perdarahan masif perlu diberikan transfusi darah, bahkan juga diperlukan pemberian
fresh frozen plasma (FFP) untuk menggantikan faktor pembekuan yang turut hilang.
Direkomendasikan pemberian 1 liter FFP (15 mL/kg) setiap 6 unit darah. Pertahankan
direkomendasikan bila terjadi DIC yang ditandai dengan kadar fibrinogen <1 gr/dl (10
gr/L).
(konservatif; non-pembedahan)
Bila perdarahan masif masih tetap terjadi, segera evakuasi pasien ke ruang operasi.
Pastikan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya sisa plasenta atau selaput ketuban.
Bila diduga ada sisa jaringan, segera lakukan tindakan kuretase. Kompresi bimanual
perdarahan. Tindakan ini juga dapat memberi kesempatan koreksi faktor pembekuan.
dan hanya memerlukan waktu beberapa menit. Tindakan ini dapat menghentikan
perdarahan dan mencegah koagulopati karena perdarahan masif serta kebutuhan tindakan
bedah.
Apply compression sutures B-Lynch/ modified (pembedahan konservatif)
Ikatan kompresi yang dinamakan Ikatan B-Lynch (B-Lynch suture) pertama kali
diperkenalkan oleh Christopher B-Lynch. Benang yang dapat dipakai adalah kromik
konservatif)
1. Penolong berdiri di depan vulva, oleskan larutan antiseptik pada satung tangan. Dengan
ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sisihkan kedua labium mayus ke lateral
2. Masukkan tangan kanan ke dalam intoritus vagina secara obstetrik (bila perlu tambahkan
analgetik)
3. Ubah tangan obstetrik menjadi kepalan dan letakkan punggung jari telunjuk hingga
4. Letakkan telapak tangan luar pada dinding perut dan upayakan untuk mencakup bagian
5. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri dengan kepalan tangan
8. Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus uteri agar telapak tangan kiri dapat
9. Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak tangan kanan dapat menekan korpus
10. Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri dan kanan dan
11. Apabila perdarahan berhenti pertahankan posisi demikian hingga kontraksi uterus
2. Kepalakan tangan kiri dan tekankan punggung jari telunjuk hingga kelingking pada
umbilikus, tegak lurus ke arah kolumna vertebralis hingga terhenti pada bagian tulang yang
keras.
4. Bila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan posisi tersebut dan lakukan pemijatan
- Kondom
- Cuci tangan.
- Masukkan kondom yang sudah terikat dengan kateter ke dalam rongga uterus.
- Biarkan ujung dalam kateter di dalam kondom. Ujung luar kateter dihubungkan dengan
set infus.
- Kontraksi uterus dipertahankan dengan drip oksitosin sampai setidaknya 6 jam setelah
prosedur.
Gambar Kondom Kateter
- Hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian ikat dengan benang yang
dapat diserap.
- Lakukan penjahitan .
2. Robekan Serviks
- Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio.
- Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan.
- Jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke
C. RETENSIO PLASENTA2
- Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual
secara hati-hati.
- Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi
Manual Plasenta2
Lakukan bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit bayi lahir dan telah disertai manajeman
aktif kala III, dan atau tidak lengkap keluarnya plasenta dan perdarahan berlanjut.
- Jepit tali pusat dengan klem dan tegangkan sejajar dengan lantai.
- Masukkan tangan dalam posisi obstetri dengan menelusuri bagian bawah tali
pusat.
- Tangan sebelah dalam menyusuri tali pusat hingga masuk ke dalam kavum
inversio uteri.
- Gunakan sisi lateral jari tangan, susuri dan cari pinggir perlekatan (insersi)
plasenta.
dirapatkan.
bawah.
- Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke arah kranial
dikeluarkan.
- Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
D. Sisa Plasenta2
- Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan
larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
- Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan jaringan.
Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi
- Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV DAN metronidazole 500 mg).
- Segera reposisi uterus . Namun jika reposisi tampak sulit, apalagi jika inversio telah
o Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan masukkan kembali melalui
serviks, dimulai dari bagian fundus. Gunakan tangan lain untuk membantu
menahan uterus dari dinding abdomen. Jika plasenta masih belum terlepas,
- Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB (jangan melebihi 100 mg) IM
- Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk menggantikan faktor pembekuan dan
- Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini:
o Plasma beku segar (FFP) untuk menggantikan faktor pembekuan (15 ml/ kg berat
badan) jika APTT dan PT melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan lanjut atau
pada keadaan perdarahan berat walaupun hasil dari pembekuan belum ada.
G. RUPTURA UTERI2
a. Tatalaksana Umum
- Berikan oksigen.
- Perbaiki kehilangan volume darah dengan pemberian infus cairan intravena (NaCl
- Jika kondisi ibu stabil, lakukan seksio sesarea untuk melahirkan bayi dan plasenta.
b. Tatalaksana Khusus
- Histerorafi : Jika uterus dapat diperbaiki dengan risiko operasi lebih rendah daripada
- Jika robekan memanjang hingga serviks dan vagina, histerektomi total mungkin
diperlukan.
Daftar Pustaka