Professional Documents
Culture Documents
,DERMATITIS
2. Dermatitis Atopik
Adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan
limfosit T dan sel Mast. Tipe gatal kronik yang sering timbul, dalam
keadaan yang sering disebut eksema. Manifestasi klinik dimulai sejak
selama kanak-kanak. Dalam keadaan akut, yang pertama tampak
kemerahan dan banyak kerak. Pada bayi lesi kulit tampak pada wajah
dan bokong. Pada anak yang yang lebih tua dan remaja, lesi tampak
lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut dan lipat siku.
Gejala terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya
peradangan dan pembentukan lesi yang merupakan keluahan utama
mencari bantuan.
3. Dermatitis medikamentosa
Adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang
digunakan untuk ruang kulit karen pemakaian internal obat-obatan atau
medikasi tertentu. Pada umumnya reaksi obat timbul mendadak, ruam
dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.
B. PENYEBAB/ETIOLOGI
Penyebab munculnya dermatitis dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor
eksogen dan endogen:
1. Faktor eksogen
Yang tergolong faktor penyebab jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan
serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran
molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan
tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu :
lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi
menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma
fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
2. Faktor endogen
Faktor dari diri individu sendiri juga memberi berpengaruh pada
dermatitis misalnya gen, peyakit yang pernah diderita, serta kondisi
sistem imun dari penderita. Adapun faktor predisposisi yang dapat
mengakibatkan terjadinya dermatitis adalah perbedaan ketebalan kulit di
berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di
bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan
dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens dermatitis kontak iritan
lebih tinggi pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami
(ambang rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis
atopik.
C. PATOFISIOLOGI
1. Dermatitis Kontak
Terjadinya dermatitis kontak terbagi menjadi dua fase, yaitu fase
tersensitisasi dan fase elisitasi. Kontak dengan bahan kimia yang terikat
dengan protein lengkap berikatan dengan antigen lengkap. Antigen
tersebut mengaktifkan makrofag dan sel langerhans yang
dipresentasikan ke sel T. Sel T tersebut menuju ke kelenjar getah
bening berploriferasi dan diferensiasi. Sel T yang tersensitisasi tersebut
menyebar ke seluruh tubuh yang menyebabkan sensitivitas yang sama
di seluruh tubuh. Kontak kedua dengan bahan kimia yang sama
menyebabkan antigen kontak dengan sel T yang tersensitisasi. Kontak
anigen tersebut memicu pelepasan limfokin yang mengaktivasi
makrofag untuk melepaskan lizosim menyebabkan berbagai kerusakan
jaringan seperti lesi.(Patofisiologi Corwin)
2. Dermatitis Atopik
Terjadinya dermatitis atopik akibat dari IgE berlebih yang dihasilkan sel
B yang bereaksi dengan alergen sehingga terjadi reaksi antigen
antibodi. Dari reaksi ini IgE akan menyerang sel mast dimana sel mast
ini berfungsi memfagosit sel-sel radang.Hal ini menyebabkan pelepasan
mediator kimiawi seperti histamin, prostaglandin, dan bradikidin
terhambat.Pengeluaran histamin yang terhambat dapat menyebabkan
dilatasi venula kecil sehingga mengakibatkan eritema pada kulit. Selain
itu, terhambatnya pelepasan mediator kimiawi ini dapat menyebabkan
pruritus dan bila terjadi reaksi garuk akan mengakibatkan lesi
eksematosa. Pada pengeluaran prostaglandin yang terhambat,
mengakibatkan ketidakseimbangan pengaturan suhu tubuh sehingga
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh. Sedangkan pengeluaran
bradikidin yang terhambat dapat menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler yang selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya
edema.
E. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk
menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya
dan perlindungan pada kulit.
1. Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres
terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin
rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut
diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik
berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi
bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan.
Jenis-jenisnya adalah :
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari
dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan
proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek
langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid
topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-
DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi
penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T,
dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator
ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis
kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan
adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid.
Cara pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk
meningkatan penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan,
dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam
setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa
potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
b. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis
kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit
mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi
timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang
yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit
mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI
dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya.
Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan
reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis dan histologis
PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah
sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi
mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB.
Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR +
dari sel Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel
Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi
ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
c. Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. coli, Proteus dan Candida sp. Pada keadaan
superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya
gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk
topikal.
d. Imunosupresif topikal
e. Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506
(Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan
menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin
seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin
eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan
tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM
981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti
inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding
dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada
konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%,
namun tidak menimbulkan atrofi kulit.
2. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut
atau kronik. Jenis-jenisnya adalah :
a. Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek
sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak
terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat
dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan
histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
b. Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,
intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita
ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama
pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan
dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan
menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA-
DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T
dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
c. Diet
Penatalaksanaan diet pada dermatitis msih merupakan masalah yang
kontriversional. Alergi makanan yang signifikan tidak diketahui
seganai penyebab dari dermatitis atau berapa persentase dari klien
dermatitis yang mempunyai alergi terhadap makanan. Diet pada
penyakit dermatitis adalah diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi sekunder oleh bakteri,
septikemi, diare, dan pneumonia. Gangguan metabolic mengakibatkan suatu
resiko hipotermia, dekompensasi kordis, kegagalan sirkulasi perifer dan
trombophlebitis. Bila pengobatan kurang baik, akan terjadi degenerasi
visceral yang menyebabkan kematian.
G. PENCEGAHAN
Munculnya dermatitis dapat dihindari dengan melakukan hal-hal sebagai
berikut :
1. Menjaga kelembaban kulit
2. Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak
3. Hindari berkeringat terlalu banyak / kepanasan
4. Kurangi stress
5. Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool
dan lain-lain.
6. Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan
lainnya.
7. Hindari factor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti
serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain-lain.
8. Hati-hati dalam memilih makanan yang bias menyebabkan alergi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor internal
seperti penurunan imunologis, perubahan pigmentasi dan factor
eksternal seperti zat kimia, radiasi
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit dan melaporkan rasa gatal.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat misalnya : integritas kulit tidak utuh (lesi skematosa)
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi terhadap penyait ditandai dengan pengungkapan masalah
e. Respons Alergi lateks berhubungan dengan hipersensitif terhadap
protein karet lateks alami ditandai dengan gatal-gatal pada wajah,
mulut, mata,hidung
ANALIS DATA
DATA PENYEBAB/ ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
Dx 1 Allergen bertemu Ig E Kerusakan Integritas Kulit
DS : pasien
mengeluhkan kulitnya Reaksi antigen antibody
yang kemerahan
DO : kulit tampak Ig E merangsang sel
iritasi,kemerahan, mast
bagian epidermis
mengalami kerusakan, Pelepasan mediator
terdapat papula, pustule kimia (histamine
dan atau vesikel
Dilatasi venula kecil
Eritema
Kerusakan pada bagian
permukaan kulit
Kerusakan integritas kulit
Dx 2 Allergen bertemu Ig E Gangguan Rasa Nyaman
DS : pasien
mengeluhkan gatal-gatal Reaksi antigen antibody
DO : pasien gelisah,
terlihat menggaruk kulit Ig E merangsang sel
nya, aktivitas pasien mast
cukup terhambat, pasien
dapat mengalami Pelepasan mediator
gangguan pada tidurnya kimia (histamine
Pruritus
Reaksi garuk
Gangguan rasa nyaman
Dx 3 Allergen bertemu Ig E Risiko Infeksi
DS : -
DO : terdapat tanda- Reaksi antigen antibody
tanda yang mengarah
pada risiko infeksi seperti Ig E merangsang sel
tanda peradangan, mast
timbulnya eksudat
Pelepasan mediator
kimia (histamine
Pruritus
Reaksi garuk
Lesi eksematosa
Risiko infeksi
Dx 4 Kontak dengan bahan Defisit Pengetahuan
DS : pasien mengatakan kimia
tidak mengetahui
penyebab penyakit Terikat dengan protein
kulitnya, pencegahan
serta penanganannya Antigen lengkap
DO : -
Makrofag dan sel
langerhans
Dipresentasikan ke sel T
Sel T tersensititasi
Menuju ke kelenjar getah
bening
Proliferasi dan
diferensiasi
Sel T yang tersensititasi
menyebar ke seluruh
tubuh
Kontak ke2 dengan
bahan kimia yang sama
Antigen
Sel T yang tersensititasi
melepas limfokin
Aktivasi makrofag
Pelepasan lisozim
Kerusakan pada jaringan
sekitar
Dermatitis kontak
Kurangnya pajanan
informasi mengenai
penyakit
Defisit pengetahuan
Dx 5 Kontak dengan bahan Respons Alergi Lateks
DS : pasien melaporkan kimia
adanya gatal pada kulit
DO : kulit tampak Terikat dengan protein
kemerahan, pasien
tampak gelisah dan Antigen lengkap
menggaruk tangannya,
timbul papula, pustule Makrofag dan sel
dan sebagainya langerhans
Dipresentasikan ke sel T
Sel T tersensititasi
Menuju ke kelenjar getah
bening
Proliferasi dan
diferensiasi
Sel T yang tersensititasi
menyebar ke seluruh
tubuh
Kontak ke2 dengan
bahan kimia yang sama
Antigen
Sel T yang tersensititasi
melepas limfokin
Aktivasi makrofag
Pelepasan lisozim
Kerusakan pada jaringan
sekitar
Dermatitis kontak
Respons Alergi lateks
PK Pruritus Allergen bertemu Ig E PK pruritus
DS : pasien
mengeluhkan gatal-gatal Reaksi antigen antibody
DO : kulit tampak
kemerahan, dan pasien Ig E merangsang sel
tampak menggaruk mast
kulitnya
Pelepasan mediator
kimia (histamine
Pruritus
PK Pruritus
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 : Kerusakan integritas kulit
Tujuan dan criteria hasil Intervensi keperawatan Rasional tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC label : skin care : topical treatment 1. Sabun antiseptik mampu
selama x 24 jam diharapkan integritas 1. Bersihkan kulit dengan menghilangkan mikroorganisme pada
kulit pasien baik dengan criteria hasil : menggunakan sabun antiseptik
NOC label : Allergic Response : localized kulit.
2. Sarankan pasien untuk
Tidak terdapat keluhan gatal (skala 2. Pakaian yang ketat dapat
menggunakan pakaian yang tidak mengkibatkan gesekan dan
5)
ketat
Tidak terdapat ruam pada kulit menimbulkan iritasi
3. Pergunakan obat antibiotic dan 3. Antibiotic dan antiinflamasi topical
pasien (skala 5)
antiinflamasi topikal pada area merupakan treatment pengobatan
Tidak terdapat kemerahan (skala
yang terinfeksi pada penyakit kulit
5)
4. Gunakan bedak pada lipatan kulit 4. Daerah lipatan kulit merupakan daerah
Tidak terdapat edema (skala 5)
guna mencegah iritasi yang lembab sehingga sering beresiko
Tidak terdapat granuloma (skala 5)
5. Balut tangan dengan mengalami iritasi.
Kulit disekitar luka tidak teraba
menggunakan mitten yang sesuai 5. Mitten berfungsi mencegah px reflex
hangat
6. Jaga agar linen tempat tidur tetap menggaruk lesi pada kulit
(skala 5)
kering dan bersih 6. Mencegah pertumbuhan
7. Evaluasi lesi pada kulit setelah mikroorganisme
perawatan 7. Guna mengetahui perkembangan
integritas kulit
Dx 2 : Respons Alergi Lateks
Tujuan dan criteria hasil Intervensi keperawatan Rasional tindakan
Tidak tanda iritasi kulit (Skala 5) 3. Anjurkan agar kuku selalu dalam iritasi kulit akibat garukan kuku
kondisi pendek 4. Mencegah berkembangbiaknya
4. Anjurkan klien untuk mengganti kuman mikroorganisme di pakaian
pakaian setelah mandi 5. Mencegah kondisi tubuh yang lembab
5. Anjurkan klien untuk menggunakan karena pemakaian bahan dasar
pakaian dengan bahan yang seperti wol tidak menyerap keringat
menyerap keringat, hindari bahan wol 6. Tempat tidur yang bersih dapat
6. Anjurkan klien untuk menjaga menghindari berkembangbiaknya
kebersihan tempat tidurnya mikroorganisme
7. Berikan lingkungan yang tenang utk 7. Lingkungan yang tenang dapat
kx. Beristirahat memberikan pasien istirahat yang
8. Ciptakan lingkungan dengan sirkulasi berkualitas
udara yang baik 8. Sirkulasi udara yang baik dapat
9. Anjurkan klien untuk menghindari menhindarkan pasien dari
makanan, seperti telur ikan , kacang- kemungkinan terjangkit suatu penyakit
kacangan untuk sementara waktu 9. Mencegah terjadinya respon alergi
10. Hindarkan pemakaian bedak untuk dari makanan tersebut
mengurangi gatal, terutama pada lesi 10. Mencegah terjadinya kontaminasi
yg terbuka antara lesi pada kulit dengan benda
11. Kolaborasi pemberian kortikosteroid asing.
dan antihistamin atau antipruritus 11. Kolaborasi pemakaian obat-obatan
yang dianjurkan kortikosteroid dengan antihistamin
atau antipruritus dapat menurunkan
dampak buruk dari alergi
Dx 4 : Risiko Infeksi
Tujuan dan criteria hasil Intervensi keperawatan Rasional tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC label : infection protection 1. Untuk mengetahui intervensi yang
selama x 24 jam diharapkan pasien 1. Monitor adanya tanda dan gejala dapat dilakukan
terhindar dari infeksi dengan criteria hasil : infeksi sistemik dan local 2. Kemerahan, drainase dan kulit sekitar
NOC label :
2. Inspeksi kulit dan mukosa membran teraba hangat menandakan adanya
Risk Control : infectious process
Mengetahui risiko personal pada terhadap adanya kemerahan, reaksi peradangan
infeksi drainase dan kulit sekitar teraba 3. Pasien erawatan kulit yang tepat dapat
Mengetahui personal konsekuensi hangat menurunkan efek dari penyakit kulit
berhubungan dengan infeksi 3. Berikan perawatan kulit yang sesuai yang dialami pasien
Mengetahui lingkungan pada area yang mengalami edema 4. Obat antibiotik dikonsumsi guna
berhubungan dengan factor risiko 4. Instruksikan pasien untuk meminum mencegah terjadinya reaksi
infeksi obat antibiotic jika diresepkan peradangan
Identifikasi tanda dan gejala 5. Beri penjelasan pada
pasien 5. Agar pasien dapat segera melaporkan
personal yang mengindikasikan mengenai tanda dan gejala dari apabila terjadi tanda dan gejala infeksi
mengarah ke potensi terjadinya infeksi dan laporkan segera pada 6. Menambah pengetahuan pasien
infeksi petugas kesehatan tentang penyakit, Agar pasien
Identifikasi strategi untuk 6. Beritahu pasien bagaimana cara terhindar dari kondisi yang lebih buruk
melindungi diri dan keluarga mencegah infeksi
terhadap infeksi
Monitor kebiasaan yang bisa
menjadi factor terjadinya infeksi
Mempraktekan cara untuk
mencegah infeksi
Dx 5 : Defisit Pengetahuan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi keperawatan Rasional tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC label : 1. Untuk menambah pengetahuan pasien
selama x 24 jam, pasien menunjukkan 1. Teaching disease proses tentang penyakitnya
pengetahuan tentang proses penyakit 2. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan 2. Mengetahui seberapa jauh
dengan kriteria hasil:
keluarga pemahaman pasien dan keluarga akan
Kowlwdge : disease process
Pasien dan keluarga menyatakan 3. Jelaskan patofisiologi dari penyakit penyakit yang dialami dan dapat
pemahaman tentang penyakit, proses dan bagaimana hal ini berhubungan memberi tambahan informasi yang
penyakit, penyebab, kondisi (tanda dengan anatomi dan fisiologi, dengan tepat
dan gejala), prognosis dan program cara yang tepat. 3. Pasien dapat mengetahui penyebab
pengobatan 4. Gambarkan tanda dan gejala yang dan perjalanan penyakitnya.
Kowledge : health Behavior biasa muncul pada penyakit, dengan 4. Menambah pengetahuan pasien
Pasien dan keluarga mampu cara yang tepat mengenai penyakitnya dan pasien
melaksanakan prosedur pengobatan yang
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, mampu melaporkan perubahan kondisi
dijelaskan secara benar
dengan cara yang tepat kesehatannya.
6. Sediakan informasi pada
pasien 5. Memberi informasi yang tepat kepada
tentang kondisi, dengan cara yang pasien mengenai penyebab terjadinya
tepat penyakit sehingga pasien mampu
7. Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara menghidarkan diri dari hal tersebut.
yang tepat 6. Menambah pengetahuan pasien
8. Diskusikan pilihan terapi atau mengenai penyakitnya dan pasien
penanganan memperoleh informasi yang tepat.
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi 7. Keluarga mengetahui perkembangan
atau mendapatkan second opinion kondisi pasien sehingga meminimalisir
dengan cara yang tepat atau tingkat kecemasan.
diindikasikan 8. Agar pasien memperoleh terapi atau
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau penangan yang tepat dan sesuai
dukungan, dengan cara yang tepat dengan kondisi yang dialami
9. Support yang positif akan membuat
pasien mau mengutarakan treatment
yang ingin dilakukan
10. Memperkuat mekanisme koping
pasien
Dx 6 : PK Pruritus
Tujuan dan criteria hasil Intervensi keperawatan Rasional tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC label : Pruritus Management 1. Pasien memperoleh terapi pengobatan
selama x 24 jam diharapkan pasien 1. Terapkan prinsip 8 Benar pemberian yang tepat
NOC label : obat 2. Menentukan pemberian obat yang
Klien melaporkan gatal berkurang
2. Cek adanya riwayat alergi pada klien sesuai dan mencegah terjadinya reaksi
Klien mengerti mengenai cara sebelum pemberian obat alergi terhadap obat-obatan pada
pemakaian dan pemilihan obat 3. Identifikasi pengetahuan klien tentang pasien
dengan benar obat yang akan diberikan 3. Mengetahui seberapa jauh
Klien mengerti mengenai 4. Observasi kondisi kulit , pastikan pengetahuan pasien mengenai
komplikasi dari terapi yang dalam kondisi kering dan bersih penanganan terhadap penyakitnya.
Diberikan 5. Berikan obat topikal yang sesuai 4. Kondisi kulit yang lembab merupakan
(antihistamin, antibiotik, kortikosteroid) media perkembangan yang baik bagi
6. Ajarkan klien untuk mikroorganisme
mengadministrasikan obat secara 5. Obat-obatan yang sesuai apabila
mandiri diberikan secara tepat mampu
7. Monitor efek samping lokal, sistemik memperbaiki kondisi pasien.
pengobatan 6. Agar efektivitas obat dapat bekerja
8. Dokumentasi pemberian dan respon secara maksimal
klien terhadap pengobatan 7. Mencegah terjadinya kondisi pasien
yang lebih buruk
8. Guna mempertanggungjawabkan dan
memperjelas segala tindakan
keperawatan yang dilakukan.
D. EVALUASI
S : pasien mengatakan gatal-gatalnya berkurang, pasien merasa nyaman.
O : pasien tampak tenang, tidak menggaruk kulitnya, lesi pada kulit membaik, tidak terdapat tanda-tanda infeksi
A : maslah teratasi seluruhnya
P : pertahankan kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Wilkinson., Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Nanda Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Herdman, Heather. 2011. Diagnosa Keperawatan NANDA 2009-2011. Alih bahasa : Made
Sumarwati, S.Kp, dkk. Jakarta : EGC