You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat,

dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan judul ANTIEMETIK yang

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.

Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini.

Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moril

maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini

kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami sehingga

kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami membutuhkan

kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar

harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Mei 2016

Penyusun.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1

Latar Belakang ..................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah ................................................................... 1

3. Tujuan...................................................................................... 1

BAB III : PEMBAHASAN.............................................................................. 2

1. Definisi Antiemetik..................................................................... 2

2. Macam-Macam Antihiemetik...................................................... 2

3. Cara Kerja Obat........................................................................... 3

4. Dosis Dan Pemakaian.................................................................. 4

5. Indikasi Dan Kontra Indikasi....................................................... 6

6. Cara Penanganan Pemakaian Obat.............................................. 8

PENUTUP........................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hingga saat ini, mual dan masih dianggap efek samping pengobatan yang tidak bisa

dihindari, terutama pasa pasien kemoterapi. Padahal dengan pengobatan tepat, hal ini bisa

dihindari dan memudahkan pasien menjalani pengobatan.


Mual dan muntah merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pasien terkait

pengobatan dan penyakit yang diderita. Pada pasien kanker, mual dan muntah menjadi

momok sendiri pada pasien yang menjalani kemoterapi dan radiasi. Kondisi serupa juga

sering ditemui pada pasien yang usai menjalani pembedahan atau operasi.
Obat-obat antiemesis digunakan untuk mencegah atau menghentikan rasa mual dan

muntah setidaknya 24 jam setelah pengobatan atau operasi. Antiemesis bekerja dengan

cara menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat mual dan muntah di otak.

Untuk hasil terbaik, antiemesis diberikan sesaat sebelum tindakan kemoterapi atau radiasi.

B. Rumusan Masalah
1. apakah definisi muntah?
2. apa saja penyebab terjadinya muntah?
3. apa definisi antiemesis?
4. apa saja jenis-jenis antiemesis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi muntah
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya muntah
3. Untuk mengetahui pengertian antiemesis
4. Untuk mengetahui jenis-jenis antiemesis
BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi
Muntah difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan paksa

atau dengan kekuatan. Mual dan muntah merupakan gejala yang umum dari gangguan

fungsional saluran cerna, keduanya berfungsi sebagai perlindungan melawan toksin yang

tidak sengaja tertelan.


Muntah dapat merupakan usaha mengeluarkan racun dari saluran cerna atas seperti

halnya diare pada saluran cerna bawah (neurogastrenterologi). Mual adalah suatu respon

yang berasal dari respon penolakan yang dapat ditimbulkan oleh rasa, cahaya, atau

penciuman.

B.Patofisiologi

Kemampuan untuk memuntahkan merupakan suatu keuntungan karena

memungkinkan pengeluaran toksin dari lambung. Muntah terjadi bila terdapat

rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla

berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area

postrema pada lantai ventrikel keempat Susunan Saraf. Koordinasi pusat muntah dapat

dirangsang melalui berbagai jaras.


Muntah dapat terjadi karena tekanan psikologis melalui jaras yang kortek serebri dan

system limbic menuju pusat muntah (VC). Pencegahan muntah mungkin dapat melalui

mekanisme ini. Muntah terjadi jika pusat muntah terangsang melalui vestibular atau
sistim vestibuloserebella dari labirint di dalam telinga. Rangsangan bahan kimia melalui

darah atau cairan otak (LCS ) akan terdeteksi oleh CTZ. Mekanisme ini menjadi target

dari banyak obat anti emetik. Nervus vagal dan visceral merupakan jaras keempat yang

dapat menstimulasi muntah melalui iritasi saluran cerna disertai saluran cerna dan

pengosongan lambung yang lambat. Sekali pusat muntah terangsang maka cascade ini

akan berjalan dan akan menyebabkan timbulnya muntah.


Muntah merupakan perilaku yang komplek, dimana pada manusia muntah terdiri dari

3 aktivitas yang terkait, nausea (mual), retching dan pengeluaran isi lambung. Ada 2

regio anatomi di medulla yang mengontrol muntah, 1) chemoreceptor trigger zone (CTZ)

dan 2) central vomiting centre (CVC).

C.Etiologi

Muntah umumnya didahului oleh rasa mual (nausea) meskipun tdk selalu demikian

dan mempunyai ciri :


1. Pucat
2. Berkeringat
3. Liur berlebihan
4. Tachycardia
5. Pernafasan tidak teratur

Mekanime dan penyebab :

Pusat muntah terletak di medulla oblongata yang juga mengatur fungsi jantung,

pernafasan, air liur/saliva dan vasomotor. Pusat muntah dapat distimulasi dengan 4

perngsangan yang berbeda:

a. N.splanchnicus bagian dalam yang dapat distimulasi oleh iritasi peritoneum, infeksi

atau perut yang menggembung.


b. Sistem vestibular yang bisa dirangsang oleh infeksi. Serabut syaraf ini banyak

mengandung histamin, dan reseptor musakrinik.


c. Higher CNS centers yang distimulasi oleh gangguan penglihatan, penciuman dan

emosional dapat menyebabkan muntah.


d. Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) yang terletak di luar sawar darah otak (BBB)

seperti pada area postrema dari medulla. Daerah ini memilki reseptor kimia yang

dapat distimulasi oleh obat-obatan, zat-zat kemoterapi, racun, hipoksia, uremia, terapi

radiasi. Area postrema ini kaya akan reseptor 5-hydroxy-tryptamine dan dopamine,

opioid, dan asetikolin, substansi


Banyak faktor yang dapat merangsang pusat muntah diantaranya:

1. Gangguan pada saluran cerna

Gastritis yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri

Stenosi pylori, pada bayi muntah merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan

bedah secepatnya.

Bowel obstruction

Acute abdomen and/or peritonitis

Ileus

Pankreatitis, kolesistitis, apendisitis, hepatitis.

Pada anak-anak, dapat disebabkan oleh alergi terhadap protein pada susu sapi

Konsumsi alkohol yang berlebihan.

Pergerakan seperti pada motion sickness yang terjadi akibat stimulasi berlebihan

dari kanal labirin pada telinga.

Menieres disease

Perdarahan serebral

Nyeri atau sakit kepala yang unilateral

Tumor otak, yang dapat malfungsi dari reseptor kimia di otak.

Hidrocephalus, peningkatan tekanan intracranial.

Hiperkasemia, tingginya kadar kalsium dalam darah.

Uremia, biasanya terjadi akrena gangguan ginjal

Insufisiensi adrenal
Hipoglikemia

2. Gangguan pada sistem sensorik dan otak

3. Gangguan metabolisme

4. Kehamilan

Hiperemesis, Morning sickness

5. Interaksi obat

Alkohol , efek muntah yang ditimbulkan biasanya terjadi sesudah keadaan mabuk

karena banyak meminum alohol.

Pemakaian opium juga dapat menyebabkan muntah.

Obat-obatan kemoterapi

Penghambat reuptake serotonin yang selektif

Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetik adalah untuk mencegah atau

menghilangkan mual dan muntah, seharusnya tanpa menimbulkan efek samping. Terapi

antiemetik diindikasikan untuk pasien dengan gangguan elektrolit akibat sekunder dari

muntah, anoreksia berat, memburuknya status gizi atau kehilangan berat badan.

Penggunaan antiemetik

Obat antiemetik diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut:

1. Mabuk jalan (motion sickness) --- Disebabkan oleh pergerakan kendaraan darat, laut

maupun udara dengan akibat stimulasi berlebihan di labirin yang kemudian merangsang

pusat muntah melalui chemo reseptor trigger one (CTZ).

2. Mabuk kehamilan (morning sickness) --- Pada kasus ringan sebaiknya dihindari agar

tidak berakibat buruk pada janin, sedangkan pada kasus berat dapat dipakai golongan

antihistamin atau fenotiazin (prometazin) yang kadang dikombinasikan dengan vitamin

B6, penggunaannya sebaiknya dibawah pengawasan dokter.


3. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu, seperti pada pengobatan dengan

radiasi atau obat-obat sitostatika.

D.Definisi Antiemetik
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual dan

muntah. Antiemetik biasanya diberikan untuk mengobati penyakit mabuk kendaraan dan

efek samping dari analgesik opioid, anestetik umum dan kemoterapi terhadap kanker.
Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktifitas refleks muntah

menggunakan satu dari dua cara: secara lokal, untuk mengurangi respons lokal terhadap

stimulus yang dikirim ke medula guna memicu terjadinya muntah, atau secara sentral,

untuk menghambat CTZ secara langsung atau menekan pusat muntah. Antiemetik yang

bekerja secara lokal dapat berupa anastid, anestesi lokal, adsorben, obat pelindung yang

melapisi mukosa GI, atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi peregangan

saluran GI. Agen ini sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan.
Antiemetik yang bekerja secara sentral terbagi atas beberapa kelompok: fenootiazin,

nonfenotiazin, penyekat reseptor serotonin (5-HT3), antikolinergik/antihistamin, dan

kelompok yang bermacam-macam. Dua jenis fenotiazin yang umum digunakan adalah

proklorperazin (compazine) dan prometazin (phenergan) keduanya memiliki awitan yang

cepat dan efek merugikan yang terbatas.


Agen lainnya adalah dronabinol (marinol), yang mengandung bahan aktif kanabis

(mariyuana), hidroksizin (generik) yang dapat menekan area kortikol pada SSP dan

trimetobenzamid (tigan), ini serupa dengan antihistamin dan tidak menimbulkan sedeasi.

Trimetobenzamid sering kasli merupakan obat pilihan dalam kelompok ini karena tidak

dikaitkan dengann sedadi yang berlebihan dan sepresi SSP. Obat ini tersedian dalam

bentuk oral,parenteral,dan surositoria. Obat ini diabrsorpsi dengan cepat, di metabolisme

dalam hati dan diekskresi melalui urine. Obat ini menembus plasenta dan menembus
ASI, dan digunakan jika manfaatnya lebih besar pada ibu dari pada resiko potensial pada

janin atau neonatus.

Hidroksizin digunakan untuk mual dan muntah sebelum dan sesudah pelahiran atau

pembedahan obsterik. Obat ini diabsorpsi dengan cepat, dimetabolisme dalam hati dan

diekskresi melalui urine. Obat ini tidak dikaitkan dengan masalah pada janin selama

kehamilan dan diperkirakan tidak masuk ke ASI. Sama halnya dengan semua jenis obat,

kewaspadaan perlu digunakan selama kehamilan dan laktasi.

Dronabinol disetujui untuk penatalaksanaan mual dan muntah yang berkaitan dengan

kemoterapi kanker jika pasien tidak berespons terhadap pengobatan lain. Mekanisme

kerja obat ini masih belum diketahui dengan cepat. Obat ini merupakan zat yang

dikendalikan kategori C-III, dan harus digunakan di bawah pengawasan ketat karena

adanya kemungkinan perubahan status mental. Obat ini diabsobsi dengan mudah dan

dimetabolisme dalam hati dengan ekskresi melalui empedu dan urine.

E.Jenis jenis antiemetik

Perfenazin (trilafon)

Pengertian
Perfenazin merupakan obat anitiemetik yang paling sering diresepkan karena obat ini

dapat diberikan peroral, intramuskular, dan per rektal.


Farmakokinetika
Absorpsi bentuk padat oral dari perfenazin tidak menentu, tetapi bentuk cairnya lebih

stabil dan laju absorpsinya lebih cepat. Presentase peningkatan pada protein dan

waktu paruhnya tidak diketahui. Perfenazin dimetabolisme oleh hati dan mukosa

gastrointestinal dan kebanyakan dari obat diekskresikan ke dalam urine.


Farmakodinamik
Perfenazin menghambat dopamin pada CTZ, sehingga mengurangi perangsangan

CTZ pada pusat muntah. Obat ini juga dipakai sebagai antipsikotik. Mula kerja dari

perfenazin oral bervariasi dari 2 sampai 6 jam, dan lama kerjanya dari 6 sampai 12
jam. Mula kerja dari perferazin intravena dan intramuskular cepat, dan lama kerjanya

sama dengan preparat oral.


Khasiat

Untuk Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai depresi,

depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca operasi.

Kategori keamanan untuk ibu hamil


Perfenazine menurut kategori spesifik menurut rute pemberiannya (rute

administration atau ROA) adalah secara per oral. Dan keamanan obat dalam

kehamilan masuk kedalam KATEGORI C yaitu studi terhadap binatang percobaan

memperlihatkan adanya efek-efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal

atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau belum ada studi

terkontrol pada wanita dan binatang percobaan. Obat hanya boleh digunakan jika

besar manfaat yang diharapkan melebihi besar risiko terhadap janin.


Efek Samping
Efek samping antiemetik penotiazin adalah sedasi sedang, hipotensi gelaja

ekstrapirmidal, yang seperti perkinsonisme, efek SSP (kegelisahan, kelemahan, reaksi

distonik, agitasi), dan gejala antikoligenik ringan (mulut kering, retensi air

kemih,konstipasi). Karenan dosis obat ini untuk muntah lebih ringan daripada dosis

psikosis, maka efek samping yang ditimbulkan juga tidak seberat bila dipakai untuk

psikosis.
Interaksi Obat dan Interaksi Makanan
Perfenazin berinteraksi dengan banyak obat. Jika perfenazin dipakai bersama alkohol,

anthihipertensi, dan nitrat maka dapat terjadi hipotensi. Dapat pula terjadi bertambah

beratnya depresi susunan saraf pusat (SSP) jika obat ni dipakai bersama dengan

alkohol, narkotik, hipnotik-sedatif, dan anestetik umum. Efek antikoligenik akan

menigkat jika perfenazin dikombinasikan dengan antihistamin, antikoligenik seperti

atripin, dan fenotiazin lainnya. Hasil pemeriksaan laboraturium dapat menunjukkan

penigkatan kadar enzim hati dan jantung, kolesterol dan gula darah dalam serum.
Dosis
Dosis umum: 8-16 mg/hari PO dalam dosis terbagi; 5-10 mg IM untuk pengontrolan

yang cepat, setiap 6 jam; 5 mg IV dalam dosis terbagi, secara perlahan.

F. Penggolongan obat antiemetik :


1. Antagonis reseptor 5-HT3 - obat ini akan menghambat reseptor serotonin pada sistem

saraf pusat dan saluran pencernaan. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati

mual dan muntah akibat pasca-operasi dan sitotoksik obat. Serotonin Antagonists

merupakan obat yang paling sering diberikan untuk mengatasi mual muntah pasien

kemoterapi, radiasi, dan bedah. Lima jenis obat dari kelas ini yang digunakan sebagai

antiemesis adalah granisetron, ondansetron, dolasetron, tropisetron dan palonosetron.

Serotonin antagonis bekerja dengan menghambat serotonin di otak dan usus. Obat ini

bisa ditolerir dengan baik dan sangat efektif. Contoh nama obat :
a. Dolasetron
b. Granisetron
c. Ondansetron
d. Tropisetron
2. Antagonis dopamin bekerja pada otak an digunakan untuk mengatasi rasa mual dan

muntah dan dihubungkan dengan penyakit neoplasma, pusing karena radiasi, opioid,

obat sitotoksik, dan anestetik umum. Obat yang bekerja pada area dopamine, yakni

domperidone. Obat ini merupakan dopamine antagonis yang tidak benar-benar masuk

ke sistem saraf pusat. Profil domperidone sebagai antiemesis mirip dengan

metoklorpamida, namun domperidone memiliki efek ekstrapiramida yang lebih

ringan. Domperidone diberikan dalam bentuk oral maupun parenteral. Pada orang

sehat, domperidone akan mempercepat pengosongan cairan lambung dan

meningkatkan tekanan oesophageal sphincter bagian bawah. Domperidone efektif

menghilangkan gejala dispepsia postprandial dan mual serta muntah karena berbagai

sebab. Melalui beberapa studi obat ini lebih superior dibandingkan metoklopramida.

Domperidone juga memiliki efek baik lainnya. Studi oleh Orlando dkk dari

Departemen Pediatrik, Farmasi dan Perawat dari University of Western Ontario and
St. Joseph's Health Care London, menunjukkan pemberian domperidone jangka

pendek bisa meningkatkan produksi ASI pada perempuan yang memiliki kadar

produksi ASI rendah.


3. Antihistamin (antagonis reseptor histamin H1), efektif pada berbagai kondisi,

termasuk mabuk kendaraan dan mabuk pagi berat pada masa kehamilan. Antihistamin

mencegah mual dan muntah dengan cara menghambat histamin dalam tubuh. Namun

untuk pasien kemoterapi efeknya kurang kuat. Dari kelas benzamida misalnya

metoklopramida, adalah antiemesis yang bekerja dengan menghambat dopamin.


4. Kanabinoid digunakan pasien dengan kakeksia, mual sitotoksik, dan muntah atau

karena tidak responsif pada agen lainnya. Dari golongan Cannabinoid, dronabidol

merupakan antiemesis untuk pasien yang menjalani kemoterapi. Obat ini efektif

diberikan dalam bentuk oral. Deksametason dan metilprednisolon adalah dua obat dari

golongan kortikosteroid yang biasa digunakan sebagai antiemesis.


a.Ganja (Marijuana). Ganja digunakan dengan pertimbangan medis. CBD adalah

kanabinoid yang tidak ada pada Marinol atau Cesamet.


b.Dronabinol (Marinol). Sembilan puluh persen dari penjualannya digunakan untuk

pasien kanker dan AIDS. 10% lainnya digunakan untuk meredakan rasa sakit,

sklerosis multipelm dan penyakit Alzheimer


c.Nabilon (Cesamet). Ditraik dari peredaran pada akhir 2006.
d.Sativex adalah spray oral yang mengandung THC dan CBD. obat ini legal pada

Kanada dan beberapa negara di Eropa, namun tidak di Amerika Serikat.


5. Benzodiazepin Dari kelas obat Benzodiazepin, lorazepam dan alprazolam adalah dua

obat yang biasa digunakan sebagai antiemesis. Obat ini bisanya digunakan untuk

gangguan kecemasan. Sebagai monoterapi, obat ini kurang efektif untuk mual dan

muntah pasien kemoterapi dan radioterapi. Bisanya dikombinasikan dengan serotonin

antagonis dan kortikosteroid. Obat-obat antipsikotik dari kelas Butrirofenon seperti

haloperidol dan inapsine juga bisa digunakan sebagai antiemesis pasien kemoterapi.

Cara kerja dua obat ini juga menghambat dopamine.


a.Midazolam, efektif seperti ondansetron. Perlu penelitian lebih lanjut.
b.Lorazepam merupakan pengobatan ajuvan yang baik untuk mual dengan

pengobatan garis pertama seperti Komapzin atau Zofran.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Muntah difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan paksa

atau dengan kekuatan. Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada pusat muntah

(Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla berdekatan dengan pusat pernapasan

atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel keempat

Susunan Saraf.
Antimuntah atau antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi muntah dan mual.

Antiemesis bekerja dengan cara menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat

mual dan muntah di otak. Obat-obatan antimuntah terdiri dari antagonis serotonin,

antagonis dopamin, antagonis histamin, antikolinergik, kanabinoid, dan benzodiasepin.


B. Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui cara pemberian obat

maupun cara kerja obat di dalam tubuh. Walaupun telah ada tenaga apoteker yang lebih

mengkhususkan diri pada obat-obatan, tidak ada salahnya sebagai calon perawat kita

mempelajari obat-obatan walaupun hanya secara umum saja.


DAFTAR PUSTAKA

Sutistia G.Ganiswara .2007. Farmakologi Dan Terapi edisi V. Jakarta, Gaya Baru
Karch, Amy M. 2003. Buku Ajar Farmakologi Keperawatan. Jakarta: EGC
Kee, Joyce L, dan Evelyn R. Hayes.1996. Farmakologi. Jakarta: EGC
http://anisfha.blogspot.com/2013/04/farmakologi-antiemetik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Antimuntah
http://hawiyah.blogspot.com/2012/06/farmakologi.html
http://hawiyah.blogspot.com/2012/06/farmakologi.html
http://niesafarmakologi.blogspot.com/
http://hawiyahawi.blogspot.com/2012/06/farmakologi.html

You might also like