You are on page 1of 15

PENGUAPAN LAPISAN TIPIS

FALLING FILM EVAPORATOR

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menggunakan alat unit penguapan di laboratorium OTK Politeknik dengan
aman dan benar.
Memilih temperatur dan tekanan yang sebaik mungkin untuk umpan tertentu
Menghitung koefisien keseluruhan perpindahan panas untuk FFE/kalondria.
Memahami piranti pengendalian tekanan secara elektronik walau cukup
sederhana.

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Beaker gelas
Stopwatch
Pompa listrik portebel
Tirtrator
Ember
Air
Udara tekan

III. DASAR TEORI


Evaporator selanjutnya disebut penguap jenis lapis tipis tabung vertical telah
lama digunakan misal pada produksi pupuk anorganik, proses desalinasi, industri kertas
dan bubur kertas, industri pangan dan bahan alami/larutan biologi dll yang adalah untuk
peningkatan konsentrasi dengan penguapan pelarutnya yang umumnya air. Proses ini
dapat/sering digunakan sering digunakan untuk penguapan larutan kental., larutan
sensitif akan panas, larutan yang mudah terdekomposisi dan penguapan perbedaan
temperatur rendah.
Penguapan yang terjadi akan berada di bawah titik didih air pelarut lain dalam
kondisi curah (bulk). Penguapan akan memerlukan kalor yang lebih sedikit untuk
umpan yang memang sedikit tersebut karena umpan mengalir dalam bentuk lapis
tipis(film).
Molekul-molekul dalam suatu gas cenderung saling menolak sehingga energi
kinetik transisional yang dikandung oleh setiap molekul memperlihatkan suatu gerak
sinambung yang acak yang mengakibatkan sebuah molekul yang lain mengalami
perubahan energi. Oleh sebab itu, molekul-molekul gas akan menyebar secara seragam
dan menempati ruang yang ada sebagai wadahnya. Sebaliknya, gaya tarik menarik
antara molekul-molekul gas akan menyebar secara seragam dan menempati ruang yang
ada. Sebaliknya gaya tarik menarik antara molekul-molekul menyebabkan mereka
saling merapat. Tetapi jika molekul-molekul tersebut diberi suatu tekanan, pada saat
molekul-molekul saling merapat hingga suatu jarak yang begitu dekat, suatu gaya
tolakan yang dikandung setiap molekul akan bekerja dan mengakibatkan suatu
penyimpangan bentuk.
Ada dua kecendrungan yang dapat ditarik dari uraian diatas, pertama yang
bergantung pada temperatur. Kenaikan temperatur mengakibatkan energi kinetik
transisional setiap molekul bertambah dan oleh sebab itu menaikan kemampuan untuk
mengatasi gaya-gaya yang cenderung menarik molekul-molekul yang saling berdekatan.
Tendens kedua adalah agregasi, yang ditentukan oleh besar gaya tarik-menarik antara
molekul dan jarak terdekat antar molekul. Gaya tarik yang dimiliki suatu molekul
bertambah hingga mencapai harga maksimum tertentu dimana antara molekul tidak ada
lagi tingkah laku ini ditunjukan pada diagram dibawah ini.
Gaya tarik-menarik maksimum antara molekul terjadi pada jarak r m sebanding
dengan harga minimum energi intermolekul. Jika jarak tersebut diperdekat (r < r m ),
energi potensial berubah dengan segera mencapai harga nol pada saat mencapai r0.
Akibatnya gaya tolak menolak antara molekul dan energi intermolekul akan bertambah
besar.
Suatu persamaan empiris yang dirumuskan oleh Lennard-Jonas menyatakan
bahwa energi antar molekul total sama dengan jumlah energi tolakan dan energi tarik
menarik anatar molekul.
Jika besar energi tolakan ER = 4E (r0/r)1/2 dan energi tarik menarik EA sebesar 4,
(r0/r)6 dimana tanda minus adalah konvensi untuk menunjukan arah gaya, maka energi
tolak intermolekul E adalah :
E = 4E [(r0/r)1/2 (r0/r)6] ...............................................................(1)
Dimana : e = Energi intermolekul
r = Jarak titik pusat dua yang saling bertumbukan
r0 = Jarak dimana energi tarik menarik dan energi tolak menolak dalam
keadaan
seimbang
E = Energi intermolekul minimum.

Jika energi tarik suatu molekul lebih besar dari energi kinetik transisionalnya.
Molekul-molekul dalam kondisi ini akan membentuk agregasi yang disebut bentuk cair.
Karakteristik yang membedakan bentuk cair dan bentuk gas adalah bahwa cairan tidak
harus menempati seluruh ruangan kosong sabagai wadahnya. Masing-masing molekul
cairan bergerak dengan energi kinetik internal, tetapi gerak ini berupa getaran (vibrasi),
yang mempunyai bertambah atau berkurangnya jarak molekul-molekul yang terpisah.
Sebagai mana hal diatas, kondisi dari bentuk gas berubah menjadi bentuk cair
akan terjadi bila temperatur zat tersebut diturunkan , yang berarti energi kinetik
transisional berkurang, molekul-molekul mendekat satu dengan yang lain dan energi
tarik-menarik bertambah besar. Pada dasar teori permukaan lapisan, permukaan cairan
dianggap sebagai suatu lapisan molekul-molekul yang berkaitan dengan lapisan
molekul-molekul dibawah dengan gaya tarik menarik.
Sebuah lapisan molekul-molekul pada permukaan paling luar dapat disingkirkan
dengan mengatsi gaya tarik menarik yang bekerja. Hal ini mungkin jika molekul diberi
energi kinetik transional yang lebih besar dari pada energi potensial maksimum yang
bekerja sebagai energi tarik menarik, sehingga memungkinkan molekul terebut untuk
lepas dari gaya tarik menarik maksimum. Sekali molekul itu melampau batas
maksimum itu, molekul tersebut sudah bebas dari lapisan permukaan itu dan bergerak
dengan energi kinetik transional sendiri dan menjadi molekul gas.
Suatu mekanisme teori kinetik sederhana, sering kali dikatakan bahwa semua
molekul pada suatu temperatur memiliki energi yang sama dan bergerak dengan
kecepatan yang sama. Sebenarnya hal ini tidaklah benar kecepatan dan energi memiliki
molekul-molekul yang bervariasi baik lebih besar ataupun lebih kecil dari harga rata-
rata. Didalam zat cair atau gas selalu terdapat molekul-molekul yang lebih tinggi,
bergerak dengan kecepatan jauh melebihi kecepatan rata-rata. Jika molekul seperti itu
menumbuk lapisan permukaan cairan, dengan kecepatan itu dapat menghasilkan energi
yang cukup besar untuk melepaskan molekul-molekul pada lapisan permukaan dari
gaya-gaya yang menarik dan mengikat mereka dengan lapisan dibawahnya. Kejadian ini
akan berlanjut terjadi pada setiap lapisan permukaan terluar Zat cair, sehingga molekul-
molekul zat cair akan berubah wujud kebentuk gas.
Fenomena ini disebut vaporasi atau evaporasi tujuan dari setiap evaporasi adalah
menaikan konsentrasi atau kadar kepekatan suatu larutan yang terdiri dari suatu zat
terlarut yang mudah menguap dari zat pelarutnya yang relatif lebih mudah menguap.
Penguapan beberapa posisi pelarut tersebut akan memberikan produk yang berupa
larutan pekat dan kental, sedangkan kondensasi pelarutnya bisa dibuang langsung
sebagai limbah, yang seharusnya diberi perlakuan kimia kalau pelarut itu berbahaya
atau didaur ulang dan digunakan lagi sebagai pelarut. Hal-hal ini yang membedakan
proses penguapan (evaporasi) dengan pengeringan (drying) atau penyulingan (destilasi)
ataupun proses pemisahan (separasi) lainnya.
Falling Film Evaporator (FFE) adalah salah satu jenis alat untuk proses
penguapan yang diklasifikasikan dalam kelas long tube vertical evaporator . LTVE,
bersama-sama dengan climbing film evaporator (CFE). Sedangkan berdsarkan tipe
pemanasan dapat diklasifikasikan kedalam sistem pemanasan dipisahkan oleh dinding
pertukaran panas yaitu antara lain jenis kolom kolandria dan shell and tube. Untuk FFE
ada di laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya termasuk dalam jenis yang kedua.
Temperatur operasi yan rendah dalam hal ini satu kukus (steam) relatif kecil.

PROSES PENGUAPAN DI DALAM FFE


Umpan dimasukan melalui bagian atas kolom dan secara grafitasional. Jika
vakum tidak dioperasikan turun dan membasahi dinding bagian dalam kolom dan
dinding bagian luar tabung-tabung penukar panas yang diberikan oleh medium pemanas
di dalam penukar panas dan dipakai untuk memanaskan larutan mencapai titik didihnya.
Penguapan pelarut dan membawa temperatur uap dari titik temperatur diatasnya.
Sehingga didalam kolom evaporator akan terdapat campuran larutan pada temperatur
penguapan pelarut atau sedikit lebih rendah/tinggi dari uap pelarut. Karena temperatur
pada tangki pemisah dan pendingin lebih rendah dari pada temperatur bagian bawah
kolom, maka sistem pada kolom tersebut akan mengalami evakuasi (pengosongan) yang
dalam arti sebenarnya terjadi penurunan tekanan sehingga kondisi seprti vakum terjadi
oleh karena campuran tersebut akan terhisap menuju tangki pemisahan dimana bagian
campuran tersebut akan terhisap menuju tangki pemisah dimana bagian campuran yang
berupa larutan produk yang lebih berat dan pekat turun menuju tanki pengumpul produk
sedangkan uap pelarut menuju kondensor dikondensasikan dan turun ke tangki
pengumpul destilat.
Pada sistem kondisi vakum yang dioperasikan oleh pompa vakum proses akan
berlangsung serupa. Tetapi titik didih yang dicapai akan lebih rendah pda kondisi
atmosfir. Selain itu kemungkinan aliran balik (blow-back) karena pembentukan uap
pelarut dan tekanan persial yang dikandungannya lebih kecil.
PERHITUNGAN TEORITIKAL FFE SISTEM TUMPAH (BATCH)
Kinerja suatu evaporator ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
o Konsumsi uap
o Ekonomi uap atau ratio penguapan
o Kadar kepekatan, konsentrasi produk dan destilasi/kondensat dari umpan
o Persentase yield/produk
Untuk tujuan teknik dan karakterisasi evaporator yang perlu dierhatikan adalah :
o Neraca massa dan neraca energi
o Koefisien perpindahan panas
o Effesiensi
Pada dasarnya evaporator adalah alat dimana pertukaran panas terjadi. Laju
perpindahan panas dinyatakan dalam proses umum.

Q=U.A.dT...........................................................................................(2)
Dimana :
U = koefisien perpindahan panas keseluruhan
Untuk sistem tumpak tunggal kalor laten kondensasi uap sebagai
medium pemanasan, merambat melalui permukaan pemanasan untuk
menguapkan pelarut dan memisahkannya dari larutan yang mendidih. Sehingga
kesetimbangan panas terjadi disusun untuk proses kondensor uap didalan
tabung-tabung panas dan untuk memanaskan lapisan larutan pada dinding luar
penukar panas proses penguapan pelarut dan menaikan temperatur uap pelarut.
Sebenarnya didalam kolom evaporator juga akan terjadi kontak antara uap
pelarut pada temperaturnya dengan larutan yang diumpankan dan membasahi
dinding sebelah kolom sehingga terjadi perpindahan panas dan massa serta ada
panas yang dipindahkan dari bagian dalam dinding ke bagian dalam dinding ke
bagian luar dinding luar kolom ke lingkungan yaitu berupa panas yang hilang.
Karena proses perpindahan panas dan massa terjadi didalam kolom adalah faktor
minor dan dapat diabaikan maka tinggal kehilangan panas ke lingkungan dari
sitem yang diamati yang diperhatikan.
Maka secara umum dapat dituliskan neraca panas yang terjadi didalam sistem
yang terjadi sebagai berikut :
Qst = +Qst + Qe + Q1.........................................................................................................(3)
Yang diturunkan dari perkiraan bahwa jumlah panas yang diberikan oleh
medium pemanas dari penukar panas digunkan untuk memanaskan sejumlah
pelarut dalam bentuk uapnya danpanas total yang dihilangkan ke lingkungan.
Jumlah panas yang diberikan uap dalam hal ini, Q st adalah seluruh panas
yang sudah berada didalam sistem, yang berbeda atau lebih rendah daripada
jumlah total panas yang dihasilkan oleh uap sehingga panas yang hilang selama
dalam aliran menuj ke sistem diabaikan. Maka jumlah panas yang diberikan
kesistem adalah :
Qst =Mst. st ..............................................................................................(4)
Dimana massa kukus/uap Mst adalah sejumlah massa kondensornya Mc,
dan st adalah kalor laten kondensasi pada tekanan uap didalam sistem, jika
dianggap uap/kukus tersebut langsung melepas panas tanpa mengalami
perubahan tekanan ataupun temperatur. Mempertimbangkan panas yang hilang
dalam proses kondensas,
QL1 =Mst. st -QL1..................................................................................................(5)
Pada seksi yang lain didalam kolom, panas yang dipancarkan dari dinding
bagian luar penukar panas hasil kondensasi uap diatas diambil oleh sistem
dengan 2 cara :
1. Panas pendidihan Qse dan
2. panas penguapan
Qse adalah jumlah panas yang diperlukan oleh sejumlah volume larutan yang
berupa selaput tipis (film) yang dibasahi dinding-dinding tabung penukar panas
sampai titik didihnya. Pada tahap ini panas yang hilang terjadi pada awal proses
dan selanjutnya dikompensasi oleh yang terbentuk.
Sehingga kehilangan panas sangat kecil dapat diabaikan. Sehingga
persamaan untuk jumlah panas Qse adalah :
Qse =(Me+Md).Cp. dT....................................................................(6)
Dimana :
Me, Md = jumlah massa larutan umpan
Mt = jumlah massa yang dihasilkan berupa larutan pelarutnya
Cp = kalor jenis didalam evaporator
Maka koefisien perpindahan panas keseluruhan prses ini, Qse dapat dihitung
dengan persamaan :
Qse = Use. Ase. dTmse..........................(7)
Qse = Q1 Q2.(8)
Qse = 1/h + Xw/Kw..(9)
Dimana :
1/h = koefisien perpindahan panas
dt1mse = beda temperatur rata-rata logaritmik {LMTD}
Harga ini bergantung dari beda temperatur pada saat evaporasi dimulai. Juga
tergantung pada sistem pengaliran, yaitu aliran searah atau berlawanan arah.
o LMTD untuk yang searah

1 2
t1 t2
ln ( 1 2 )

T1 T2

Keterangan :
T = temperatur fluida dingin
t = temperatur fluida panas
1 = masuk, 2 = keluar
Dimana :
1 t1 T1
2 t 2 T2

o LMTD untuk berlawanan arah


t1
t2
1 2
T2
ln ( 1 / 2 )

T1
Dimana :
1 t1 T2
2 t 2 T1

o NERACA ENERGI PADA KALANDRIA/FFE


Sistem langsung [pemanasan dengan steam/kukus
langsung]
Kalor dilepas kukus = kalor awal kukus kalor kondensat + kalor
kondensat kalor kukus sisa
Q1= [m1 x hga] [m1a x hf] + [m1a x hag] [m1b x hgb].(10)
Dimana :
hg = energi dalam [entalpi] kukus pada P [tekanan yang
diinginkan] /temperatur T14
hf = energi dalam kondensat pada temperatur kondensat keluar
[pengukuran dengan langsung]
hfg = kalor laten kondensasi kukus pada temperatur kondensasi
(asumsi T16)
hg, hfg, hf didapatkan ditabel uap
m1 = laju massa kukus terpakai dalam kg/jam
m1a = laju massa kondensat saja dalam kg/jam
m1b = laju massa kukus tidak terpakai [sisa keluar] dalam kg/jam =
[m1-m2]
h1g = energi dalam [entalpi] kukus sisa pada temperatur kukus
keluar.
Ket : disini bisa diasumsikan semua kukus mengalami kondensasi ie.
M1b dianggap 0 [nol] dan m1a=m1

Pandangan atas
Gambar alat penguapan

IV. PROSEDUR KERJA


1. Menekan tombol 8 sampai lampu hijau (SP-W) menyala
2. Menekan tombol 10 (manual) sampai lampu kuning menyala
3. Menekan tombol 5.1 dan 5.2 warna kuning (OUT-Y) sampai menunjukkan
angka 9 %
4. Menekan tombol 13 sampai lampu hijau didekatkan menyala
5. Menekan tombol 12.1 dan 12.2 warna hijau (SP-W) sampai angka ditampilkan
4 menunjukkan tekanan 1 bar
6. Menekan lagi tombol 13 sampai lampu warna hijau mati
7. Menekan tombol 8 sampai lampu merah [PV-X] menyala tampilan 4 sekarang
menunjukkan tekanan operasi sebenarnya
8. Menekan tombol pompa umpan (kanan bawah panel), lampu hijau menyala
9. Mengatur laju umpan 0,8 l/hr
10. Mencatat temperatur T1-1, T1-4, T1-6, T1-8, T1-10, T1-11 dan temperatur
kondensat keluar
11. Mengambil sampel pada produk (warna lebih pekat) 50 ml dan juga destilat
(jenuh) 50ml
12. Melakukan untuk interval waktu berikut 20 menit (3 kali)
13. Melakukan titrasi umpan, produk dan distilat dengan EDTA / HCL (sesuai
bahan yang digunakan) dan indikator
V. DATA PENGAMATAN
Tekanan stem set poin : 2 bar
Laju alir : 0,8 L/hr
Waktu T oC T oC PIC-
PI-13 T1-1 T1-4 T1-6 T1-8 T1-10 T1-14
(menit) bottom top 2
2 92 30 2,02 1085 133,7 134,6 135,2 31,1 97,9 30,0
4 94 32 1,92 1085 135,3 135,2 135,9 32 97,4 30,0
6 94 33 2,05 1085 135,2 134,8 135,5 32 98,7 30,0
8 95 35 2,05 1085 134,8 135,1 135,9 32,6 98,0 30,2
10 95 36 2,10 1085 135,4 135,4 136,1 32,8 100,0 30,3
12 95 36 2,03 1085 135,5 135,3 135,9 33,0 99,2 30,4
14 95 37 2,07 1085 135,6 135,6 135,9 33,3 98,8 30,5
16 95 38 2,02 1085 135,2 135,4 133,7 33,3 98,6 30,7
18 96 38 2,00 1085 135,1 135,0 135,6 33,5 98,3 30,9
20 96 38 1,99 1085 135,2 135,4 135,5 33,6 98,3 30,9
22 93 39 1,98 1085 135,1 135,4 135,8 34,0 91,2 31,1

(Pengambilan data dilakukan setiap 2 menit)


Keterangan :
TI 4 : Suhu steam masuk
TI 6 : Suhu steam keluar
TI 7 : Suhu umpan masuk
TI 10 : Suhu produk + destilat keluar
TI 11 : Suhu produk

VI. PERHITUNGAN
6.1 Menghitung Entalphi
Steam pada temperatur T1-4 (hga)
Diketahui : Temperatur (x) dan entalpi (y) dari steam tabel
x = 134,6 oC
x1 = 134,6 oC y1 = 2725,3 KJ/kg
x2 = 134,6 oC y2 = 2732,4 KJ/kg
Ditanya : y (entalphi pada 134,6 oC) ?
x x1
Jawab : y ( y 2 y1 ) y1
x 2 x1
134,6 133,6
= ( 2732,4 2725,3) 2725,3
138,9 133,6

= 2726,6 KJ/kg
Hasil perhitungan entalpi kukus (hgb) dapat ditabulasikan pada tabel beikut.

Tabel A. Entalpi Kukus (hgb) Sisa pada T1-1


Temperatur (oC) Entalpi (KJ/kg)
133,7 2725,4
135,3 2727,6
135,2 2727,4
134,8 2726,9
135,4 2727,7
135,5 2727,8
135,6 2728,0
135,1 2727,3

Tabel B. Entalpi Kondensat (hf) pada T1-14


Temperatur (oC) Entalpi (KJ/kg)
30,0 125,8
30,2 126,6
30,3 127,0
30,4 127,5
30,5 127,9
30,7 128,7
30,9 128,7
31,1 130,4

Tabel C. Entalpi Steam (hga) pada T1-4


Temperatur (oC) Entalpi (KJ/kg)
134,6 2726,6
135,3 2727,6
135,2 2727,4
134,8 2726,9
135,4 2727,7
135,5 2727,8
135,6 2728,0
135,1 2727,3
135,0 2727,2

LAPORAN TETAP PILOT PLANT

FALLING FILM EVAPORATOR


OLEH :

KELOMPOK III

MUHAMMAD IQBAL (0608 3040 0329)


NUR FITRIANI (0608 3040 0330)
RINI SRI WAHYUNA (0608 3040 0332)
RIZKA SEPTIA DEWI (0608 3040 0333)
SRI SEPTYANTI (0608 3040 0334)
UMI KALSUM (0608 3040 0335)
YULIA NADHIRAH (0608 3040 0336)

KELAS : 6 KB

INSTRUKTUR : TAHDID, S.T., M. T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN AKADEMIK 2010 / 2011

IX. GAMBAR ALAT


Falling Film Evaporator

You might also like