Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stimulan
Stimulan adalah nama zat yang menaikkan kerja sistem syaraf pusat. Pada
remaja popular dengan sebutan Club drugs, digunakan di kehidupan pesta dan
biasanya malam hari di diskotik, bar, konser, kelab malam. Dalam golongan ini
termasuk GHB, Rohypnol, ketamine, MDMA (Ecstasy), Methamphetamine, dan
LSD (Acid), (National Institute on Drug Abuse). Menurut WHO pengguna
methamphetamine mulai usia pertengahan remaja dan kebanyakan laki-laki . Di
Jakarta darti berita media cetak dan televise didapatkan banyaknya para dewasa
muda yang menggunakannya termasuk mereka yang tergolong matang usia.
Mereka yang menggunakan Amphtemine Type Stimulants (ATS) kebanyakan:
a. pekerja terutama yang bekerja terkait hiburan malam di kasino, kelab
malam, tempat diskotik pengangguran.
b. anak jalanan, termasuk anak yang bertempat tinggal dalam penampungan
anak dengan kekerasan seksual.
c. pekerja seks, men who have sex with men (MSM), lesbian, bisexual dan
transgender.
Berbagai bahaya yang ditemui pada panggunaan ATS, beberapa terkait dosis,
beberapa terkait lama penggunaan dan dosis. Toksisitas metamfetamin akan
meningkat jika digunakan bersama dengan alcohol, kokain atau opioid.
Penggunaan amfetamin bersama dengan alcohol akan meningkatkan tekanan
darah , peningkatan kerja jantung, keracunan alcohol dan kecelakaan akibat
merasa diri tenang dan terkendali .Penggunaan kanabis bersama dengan
amfetamin akan memunculkan gejala psikotik pada beberapa pengguna.
Penggunaan amfetamin bersama dengan heroin akan membuat system pernafasan
tertekan sehingga memungkinkan terjadinya kegagalan jantung. Metamfetamin
juga memudahkan terjadinya overdosis heroin. Kombvinasi metamfetamin dengan
kokain membuat tiksisitas jantung meningkat.
Toleransi seringkali membuat penggunanya beralih dari penggunaan non
suntikan menjadi suntikan dan penggunaan ATS dalam dosis lebih besar. Dengan
begitu ketergantungan menjadi lebih kuat lagi. Tanda putus zat ATS ditandai
dengan kelelahan, letargi, gangguan makan dan tidur, depresi, iritabilitas, retardasi
psikomotor, atau agitasi dan kuatnya rasa nagih.
2.2 Amfetamin
2.2.1 Definisi
Amfetamin utama yang saat ini yang tersedia dan digunakan di Amerika
Serikat adalah dekstroamfetamin. Obat ini memiliki nama jalanan, yaitu es,
kristal, crystal meth dan speed. Sebagai suatu kelas umum, golongan amfetamin
juga disebut analeptik, simpatomimetik, stimulan dan psikostimulan. Amfetamin
biasa digunakan untuk meningkatkan kinerja dan membangkitkan perasaan
euforia. Meski efek adiktifnya tidak seperti kokain, amfetamin kurang lebih
disebut obat adiktif.
Termasuk dalam kelainan yang disebabkan oleh amfetamin atau zat yang
mirip amfetamin antara lain intoksikasi amfetamin, gangguan akibat penghentian
penggunaan amfetamin, kelainan psikosis dengan delusi dan halusinasi yang
disebabkan oleh amfetamin, delirium karena intoksikasi amfetamin, kelainan
mood yang disebabkan oleh amfetamin, gangguan cemas karena penggunaan
amfetamin, gangguan tidur, dan disfungsi seksual.
2.2.2 Etiologi
Survei dua populasi digunakan sebagai kriteria dianostik yang dapat diterima
untuk mengukur besernya penyalahgunaan dan ketergantungan yaitu studi
Epidemiologic Catchment Area (ECA). ECA melaporkankombinasi kategori
antara ketergantungan dan penyalahgunaan amfetamin dan obat yang mirip
amfetamin, yaitu: prevalensi 1 bulan, 6 bulan, dan seumur hidup berturut-turut
0,1; 0,2; dan 1,7 persen. Rata-rata ketergantungan seumur hidup untuk umur 15-
54 tahun yaitu 1,7%; 15% responden memiliki kebiasaan penggunaan stimulant
tanpa indikasi medis. Diantara yang dilaporkan tanpa indikasi medis 11%
ditemukan criteria ketergantungan.4,5
2.2.4 Mekanisme Kerja Amfetamin
Amfetamin bekerja merangsang susunan saraf pusat melepaskan
katekolamin (epineprin, norepineprin, dan dopamin) dalam sinaps pusat dan
menghambat dengan meningkatkan rilis neurotransmiter entecholamin, termasuk
dopamin. Sehingga neurotransmiter tetap berada dalam sinaps dengan konsentrasi
lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dari biasanya. Semua sistem
saraf akan berpengaruh terhadap rangsangan yang diberikan.
Semua amfetamin cepat diabsorbsi peroral dan disertai dengan onset kerja
yang cepat, biasanya dalam satu jam jika digunakan peroral. Amfetamin klasik
juga digunakan secara intravena, dengan cara tersebut mereka mempunyai efek
yang hampir segera. Amfetamin yang tidak diresepkan dan amfetamin racikan
juga dimasukkan dengan inhalasi. Toleransi dapat timbul pada amfetamin klasik
dan racikan, sehingga pemakai amfetamin sering kali mengatasi toleransi dengan
menggunakan lebih banyak obat. Amfetamin lebih kurang adiktif dibandingkan
kokain, seperti yang dibuktikan pada percobaan binatang dimana tidak semua
tikus memasukkan sendiri dosis rendah amfetamin.
Amfetamin adalah senyawa yang mempunyai efek simpatomimetik tak
langsung dengan aktivitas sentral maupun perifer. Strukturnya sangat mirip
dengan katekolamin endogen seperti epinefrin, norepinefrin dan dopamin. Efek
alfa dan beta adrenergik disebabkan oleh keluarnya neurotransmiter dari daerah
presinap. Amfetamin klasik mempunyai efek menghalangi re-uptake dari
katekolamin oleh neuron presinap dan menginhibisi aktivitas monoamin oksidase,
sehingga konsentrasi dari neurotransmitter terutama dopamin cenderung
meningkat dalam sinaps. Efek tersebut terutama kuat pada neuron dopaminergik
yang keluar dari area tegmental ventralis ke korteks serebral dan area limbik. Jalur
tersebut disebut jalur hadiah (reward pathway) dan aktifasinya kemungkinan
merupakan mekanisme adiksi utama bagi amfetamin.
Amfetamin racikan (MDMA, MDEA, MMDA, DOM) menyebabkan
pelepasan katekolamin (dopamin dan norepinefrin) dan pelepasan serotonin.
Serotonin adalah neurotransmiter yang berperan sebagai jalur neurokimiawi
utama yang terlibat dalam efek halusiogen. Farmakologi MDMA adalah yang
paling dimengerti di antara semua jenis amfetamin racikan. MDMA diambil
dalam neuron serotonergik oleh transporter serotonin yang bertanggung jawab
untuk reuptake serotonin. Setelah di dalam neuron, MDMA menyebabkan
pelepasan cepat suatu bolus serotonin dan menghambat aktifitas enzim yang
menghasilkan serotonin. Pengguna SSRI/Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(fluoxetine) tidak dapat mencapai perasaan elasi jika mereka menggunakan
MDMA karena SSRI mencegah pengambilan/uptake MDMA ke dalam neuron
serotonergik.
Mekanisme kerja amfetamin pada susunan saraf pusat dipengaruhi oleh
pelepasan biogenik amine yaitu dopamin, norepinefrin dan serotonin atau
ketiganya dari tempat penyimpanan pada presinap yang terletak pada akhiran
saraf. Efek yang dihasilkan dapat melibatkan neurotransmitter atau sistim
monoamine oxidase (MAO) pada ujung presinaps saraf.
Dari beberapa penelitian pada binatang diketahui pengaruh amfetamine terhadap
ketiga biogenik amin tersebut yaitu:
1. Dopamin
Amfetamine menghambat re uptake dan secara langsung melepaskan
dopamin yang baru disintesa. Pada penelitian didapatkan bahwa
isomer dekstro dan levo amfetamine mempunyai potensi yang sama
dalam menghambat up take dopaminergik dari sinaptosom di
hipothalamus dan korpus striatum tikus.
2. Norepinefrin
Amfetamine memblok re uptake norepinefrin dan juga menyebabkan
pelepasan norepinefrin baru, penambahan atau pengurangan karbon
diantara cincin fenil dan nitrogen melemahkan efek amfetamine pada
pelepasan re uptake norepinefrin.
3. Serotonin
Secara umum, amfetamine tidak mempunyai efek yang kuat pada
sistem serotoninergik. Menurut Fletscher p-chloro-N-metilamfetamin
mengosongkan kadar 5 hidroksi triptopfan (5-HT) dan 4 hidroksi
indolasetik acid (5-HIAA), sementara kadar norepinefrin dan dopamin
tidak berubah. Hasil yang sama dilaporkan juga oleh Fuller dan
Molloy, Moller Nielsen dan Dubnick bahwa devirat amfetamine
dengan elektron kuat yang menarik penggantian pada cincin fenil akan
mempengaruhi sistim serotoninergik.
Aktivitas susunan saraf pusat terjadi melalui kedua jaras adrenergik dan
dopaminergik dalam otak dan masing-masing menimbulkan aktivitas lokomortor
serta kepribadian stereotopik. Stimulasi pada pusat motorik di daerah media otak
depan (medial forebrain) menyebabkan peningkatan dari kadar norepinefrin dalam
sinaps dan menimbulkan euforia serta meningkatkan libido. Stimulasi pada
ascending reticular activating system (ARAS) menimbulkan peningkatan aktivitas
motorik dan menurunkan rasa lelah. Stimulasi pada sistim dopaminergik pada
otak menimbulkan gejala yang mirip dengan skizofrenia dari psikosa amfetamine.
Efek klinis amfetamin akan muncul dalam waktu 2-4 jam setelah
penggunaan. Senyawa ini memiliki waktu paruh 4-24 jam dan dieksresikan
melalui urin sebanyak 30% dalam bentuk metabolit. Metabolit amfetamin terdiri
dari p-hidroksiamfetamin, p-hidroksinorepedrin, dan penilaseton.8,11
Karena waktu paruhnya yang pendek menyebabkan efek dari obat ini
relatif cepat dan dapat segera terekskresikan, hal ini menjadi salah satu kesulitan
tersendiri untuk pengujian terhadap pengguna, bila pengujian dilakukan lebih dari
24 jam jumlah metabolit sekunder yang di terdapat pada urin menjadi sangat
sedikit.8,11
Sensasi yang ditimbulkan oleh amfetamin ditimbulkan akan membuat otak
lebih jernih dan bisa berpikir lebih fokus. Otak menjadi lebih bertenaga untuk
berpikir berat dan bekerja keras, namun akan muncul kondisi arogan yang tanpa
sengaja muncul akibat penggunaan zat ini. Pupil akan berdilatasi (melebar). Nafsu
makan akan sangat ditekan. Hasrat ingin pipis juga akan ditekan. Tekanan darah
bertendensi untuk naik secara signifikan. Secara mental, pengguna akan
mempunyai rasa percaya diri yang berlebih dan merasa lebih happy. Pengguna
akan lebih talkative, banyak ngomong dan meningkatkan pola komunikasi dengan
orang lain. Karena seluruh sistem saraf pusat terstimulasi maka kewaspadaan dan
daya tahan tubuh juga meningkat. Pengguna seringkali berbicara terus dengan
cepat dan terus menerus. Amfetamin dosis rendah akan habis durasinya di dalam
tubuh kita antara 3 sampai 8 jam, Setelah itu pengguna akan merasa kelelahan.
Kondisi ini akan membuat dorongan untuk kembali speed-up dan kembali
mengkonsumsi satu dosis kecil lagi, begitu seterusnya. Penggunaan bagi social
user dimana biasanya hanya menggunakan amfetamin pada akhir minggu
biasanya menjadi tidak bisa mengontrol penggunaannya dan banyak yang
berakhir dengan penggunaan sepanjang minggu penuh, mulai dari Sabtu ke
Jumat, begitu seterusnya.
Efek tak diinginkan timbul akibat penggunaan dosis tinggi dalam waktu yang
lama. Penggunaan amfetamin berjangka waktu lama dengan dosis tinggi dapat
menimbulkan perilaku stereotipikal, yaitu perbuatan yang diulang terus-menerus
tanpa mempunyai tujuan, tiba-tiba agresif, melakukan tindakan kekerasan, waham
curiga, dan anoneksia yang berat.3,7,11
Penyalahgunaan amfetamin dapat menyebabkan efek simpang, yang paling
serius mencakup efek serebrovaskular, kardiak, dan gastrointestinal. Di antara
kondisi spesifik yang mengancam nyawa adalah infark miokardium, hipertensi
berat, penyakit serebrovaskular, dan kolitis iskemia. Gejala neurologis yang
berkepanjangan, dari kedutan, tetani, kejang, sampai koma dan kematian,
dikaitkan dengan amfetamin dosis tinggi yang terus meningkat. Penggunaan
amfetamin intravena dapat menularkan human immunodeficiency virus dan
hepatitis serta menyebabkan perkembangan abses paru, endokarditis, dan angiitis
nekrotikans lebih lanjut. Sejumlah studi menunjukkan bahwa penyalahguna
amfetamin hanya mengetahui sedikit-atau tidak peduli-tentang praktik seks yang
aman serta penggunaan kondom. Efek simpang yang tidak mengancam nyawa
mencakup semburat merah, pucat, sianosis, demam, sakit kepala, takikardia,
palpitasi, mual, muntah, bruksisme (gigi gemeretuk), sesak nafas, tremor, dan
ataksia. Wanita hamil yang menggunakan amfetamin sering melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah, lingkar kepala kecil, usia kehamilan dini, dan retardasi
pertumbuhan.9,11
a. Bila suhu badan naik, berikan kompres dingin, minum air dingin, atau
selimut hipotermik.
b. Bila kejang, berikan diazepam 10-30 mg per oral atau parenteral; atau
klordiazepoksid 10-25 mg per oral secara perlahan-lahan dan dapat
diulang setiap 15-20 menit.
c. Bila tekanan darah naik, berikan obat anti hipertensi.
d. Bila terjadi takikardma, berikan beta-blocker, seperti propanolol, yang
sekaligus juga untuk menurunkan tekanan darah.
e. Untuk mempercepat ekskresi amfetamin, lakukan asidifikasi air seni
dengan memberi amonium klorida 500 mg per oral setiap 3-4 jam.
f. Bilatimbul gejala psikosis atau agitasi, beri halopendol 3 kali 2-5 mg.
a. Rawat di tempat yang tenang dan biarkan pasien tidur dan makan
sepuasnya.
b. Waspada terhadap kemungkinan timbulnya depresi dengan ide bunuh
diri.
c. Dapat diberikan anti depresi.