You are on page 1of 9

KAJIAN TEKNIS PENGGUNAAN METODE FULL OUTFITTING BLOCK

SYSTEM (FOBS) PADA PRODUKSI PEMBANGUNAN KAPAL BOX SHAPE


BLOCK CARRIER (BSBC) M 229/230 KAPASITAS 50.000 DWT DI PT. PAL
INDONESIA

Sukanto Jatmiko*, Deddy Chrismianto*


* Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP

ABSTRACT
PT. PAL Indonesia used Full Outfitting Block System (FOBS) methods to abridge ship
construction time. But, production accomplishment still frequent to late, so, implementation of
those methods at PT. PAL Indonesia in the production of Box Shape Bulk Carrier (BSBC) M
229/230 ship construction or known as STAR 50 need to investigated.
The data interpretations were done by doing observation, gather planning data, and
monthly production report of Box Shape Bulk Carrier ship between Februarys 2007- April
2008 periods. Then, calculating percentage of FOBS implementation at PT. PAL Indonesia
with constrains factor from the datas.
The conclusions based on the analysis and discussions from this research are percentage
of FOBS implementation method at PT. PAL Indonesia is 71,633 %, constrain factors of
FOBS implementation method at PT. PAL Indonesia are material overdue (6,122%), human
resources (4,246%), design (3,954%), production facility (2.820%), and experience
(1,244%).

Key words: FOBS, PT. PAL Indonesia, STAR 50

dan efisiensi kerja outfitting on board


Pendahuluan [Weiers,1985]. Hal ini yang kemudian
Full Outfitting Block System (FOBS) disadari oleh PT.PAL Indonesia, sebuah
adalah sebuah metode produksi yang sudah galangan kapal terbesar di Indonesia, untuk
mengacu pada teknologi Advance meningkatkan produktifitas. Sehingga pada
Outfitting. Dengan metode ini, saat ini, PT.PAL Indonesia sudah
pembangunan kapal sudah dilengkapi menggunakan metode FOBS (Full Outfitting
dengan pekerjaan outfitting yang dirakit on Block System) dalam pelaksanaan produksi
unit, on block, dan on board sebelum pembangunan kapal.
disambung di building berth. Jadi, pekerjaan Namun, meskipun telah menerapkan
outfitting dapat dilakukan bersamaan dengan metode FOBS (Full Outfitting Block System)
pekerjaan konstruksi lambung (hull dengan keuntungan yang telah dijabarkan
construction). Teknologi advance outfitting diatas, PT. PAL Indonesia masih saja sering
ini sudah diterapkan oleh hampir semua menghadapi permasalahan, terutama pada
galangan modern di negara negara maju, ketepatan waktu penyelesaian produksi
meskipun prosentase pekerjaan outfitting sebuah kapal. Beberapa aspek penyebab
yang diselesaikan sebelum peluncuran terjadinya keterlambatan produksi tersebut
berbeda beda. adalah masalah aliran material yang belum
Keuntungan langsung yang diperoleh bisa sesuai dengan perencanaan proses
dari penerapan metode advance outfitting pekerjaan, keteletian pada saat
adalah peningkatan produktifitas dan waktu penyambungan komponen outfitting maupun
pembangunan kapal yang lebih singkat. komponen konstruksi (Center Girder, Side
Peningkatan produktifitas dimungkinkan Girder, pelat kulit dll), kesiapan sarana
karena efisiensi kerja on unit outfitting produksi (Workshop, bengkel, dan alat
adalah efisiensi kerja outfitting on block angkut/angkat), serta sumber daya manusia
KAPAL 15
(jumlah, kompetensi, dan pengalaman). Oleh Contoh : fuel oil purifier unit, water
karena itu penulis merasa perlu untuk distiling unit, dll.
mengkaji sejauh mana PT. PAL Indonesia 2. Unit geografi
menerapkan metode FOBS (Full Outfitting Contoh : pipe passage on deck unit, pipe
Block System) dalam proses produksinya. passage on accommodation, dll.
Agar nantinya dapat diketahui secara teknis 3. Unit kombinasi
penyebab terjadinya permasalahan yang Contoh : engine flat unit, pump room flat
dihadapi oleh PT. PAL Indonesia tersebut, unit, dll.
serta solusi untuk pengembangan produksi Tahapan ini sebaiknya menjadi prioritas
selanjutnya sesuai metode Full PWBS utama karena proses perakitanya masih
(100% FOBS). dilakukan di bengkel bengkel produksi
Tinjauan teknis pada penelitian ini yang mempunyai suasana kerja relatif paling
meliputi perencanaan proses produksi, nyaman dibandingkan dengan kedua tahapan
dimana proses pembagian block block dan lain (on-block dan on-board). Kondisi ini
proses outfitting yang dilaksanakan pada akan memberi kesempatan untuk
kapal Box Shape Bulk Carrier M 229/230 peningkatan produktifitas. Selain itu, tahapan
kapasitas 50.000 DWT serta faktor faktor ini tidak tergantung pada kemajuan
penghambat proses produksi seperti pekerjaan konstruksi lambung sehingga
keterlambatan material, ketelitian saat dapat dilakukan secara bersamaan.
penyambungan, kesiapan sarana, dan sumber On-block Outfitting
daya manusia. On-block Outfitting adalah instalasi
komponen komponen outfitting atau unit
Zone Outfitting Method (ZOFM) unit outfitting pada suatu rangakaian
Pada penelitian ini akan diutamakan konstruksi (assembly structural) sebelum
pada proses penerapan Zone Outfitting dirakit menjadi blok (semi blok) atau pada
Method (ZOFM) atau disebut juga Full blok/blok besar (grand block). Tahapan ini
Outfitting Block System (FOBS) yang merupakan prioritas lanjutan setelah on-unit
mengacu pada advance outfitting dalam outfitting. Pada tahapan ini juga sudah
proses pembangunan kapal Box Shape Bulk termasuk proses pengecatan, kecuali
Carrier M 229/230 kapasitas 50.000 DWT pengecatan akhir dan pengecatan yang tidak
di PT. PAL Indonesia. boleh dilakukan karena masih ada proses
Zone Outfitting atau Advance Outfitting pengelasan yang harus dikerjakan.
atau Full Outfitting pada dasarnya membagi Pekerjaan on-block outfitting ini biasa
pekerjaan outfitting menjadi tiga tahapan, dikerjakan pada suatu tempat yang
yaitu : on-unit, on-block dan on-board serta digunakan untuk perakitan konstruksi atau
menjadi beberapa zona pekerjaan lokasi khusus yang memang sudah
[Lamb,1986]. direncanakan untuk keperluan tersebut, dan
On-unit Outfitting biasanya lokasi pekerjaan sudah dilengkapi
On-unit outfitting adalah perakitan dengan peralatan angkat yang memadai
produk produk antara yang terdiri dari untuk membalik blok blok tersebut. Lokasi
komponen yang dibeli ataupun yang dibuat pekerjaan ini bisa dilakukan di dalam
oleh galangan sendiri, menjadi satu unit / bengkel (indoor) ataupun diluar bengkel
kesatuan. Dalam pekerjaan perakitan ini (outdoor).
tidak termasuk perakitan akhir. Unit yang On-board Outfitting
dimaksud disini terdiri dari meterial Tahapan ini meliputi perakitan unit unit
material outfitting dan tidak termasuk pada konstruksi kapal dan perakitan blok
konstruksi badan kapal. blok lengkap menjadi kapal, pengecatan
Unit unit ini kemudian dikelompokkan akhir, pengujian dan percoobaan peralatan.
lagi menjadi tiga,yaitu : Tahapan ini dilaksanakan setelah kapal
1. Unit fungsional

KAPAL 16
selesai erection dan telah meluncur atau saat pembangunan kapal Box Shape Bulk
kapal sudah berada diatas air. Carrier (BSBC) M 229/230 di PT. PAL
Indonesia, maka akan ditinjau dari beberapa
sektor yaitu:
Keuntungan penerapan metode advance 1. Tahapan design dan engineering
outfitting 2. Jalur informasi
Keuntungan langsung yang diperoleh 3. Kontrol material
dari penerapan metode advance outfitting 4. Kontrol dimensi
adalah peningkatan produktifitas dan waktu 5. Perencanaan produksi dan
pembangunan kapal yang lebih singkat. penjadwalan
Peningkatan produktifitas dimungkinkan 6. Kontrol produksi / production control
karena efisiensi kerja on-unit outfitting Sedangkan untuk mengetahui prosentase
adalah efisiensi kerja outfitting on-block pelaksanaan metode Full Outfitting Block
dan efisiensi kerja outfitting on-board System (FOBS) pada kapal Box Shape Bulk
[Weiers, 1985]. Carrier (BSBC) M 229/230 ini, akan dikaji
Keuntungan tersebut dimungkinkan dari laporan produksi bulanan yang dititik
karena hal hal sebagai berikut : beratkan pada progess keseluruhan proses
Fabrikasi dan instalasi peralatan produksi serta perbandingan antara
outfitting dapat dilakukan lebih awal perencanaan / planning dengan realisasi
yang berarti peningkatan utilisasi pekerjaan.
peralatan dan pekerja outfitting yang
merata selama proses pembangunan Tahapan Design dan Engineering
kapal. Pada outfitting konvensional Mengacu pada indikator pelaksanaan
utulisasi peralatan terkonsentrasi pada design dan engineering untuk metode Full
waktu akhir pembuatan kapal. Outfitting Block System (FOBS), maka
Urutan pekerjaan yang logis, sesuai proses design dan engineering yang
dengan proses produksi yang dilaksanakan oleh PT. PAL Indonesia pada
sebenarnya. saat produksi pembangunan kapal Box
Peningkatan keselamatan pekerja karena Shappe Bulk Carrier (BSBC) M 229/230
tempat kerja yang lebih lapang, ventilasi dapat dikatakan sudah sesuai dengan
yang lebih baik, cahaya ruangan yang literatur. Perbandingan output FOBS pada
cukup, serta proses transportasi material tahapan disain antara literatur dengan PT.
yang lebih mudah. PAL Indonesia disajikan pada tabel berikut :
Proses perencanaan dan penjadwalan Tabel 1 Perbandingan output FOBS tahapan disain
pekerjaan yang lebih sederhana. literatur dengan PT. PAL Indonesia
Tahapan disain Literatur PT. PAL Indonesia
Pemasangan outfitting dapat dilakukan
pada posisi kerja yang paling mudah dan
Basic design Spesifikasi, dokumen Spesifikasi, dokumen
sesuai dengan keahlian pekerja. kontrak, General kontrak, General
Lingkungan bengkel produksi biasanya Arrangement dan Arrangement dan Midship
memungkinkan pekerja bekerja dalam Midship Section Section
Functional Key plans dan Material Key plans dan Material List
keadaan lebih bersih dan kualitas yag design List by system (MLS) by system (MLS)
lebih baik, sehingga prosentase Transitional Yard Plan (gambar Yard Plan (gambar
pekerjaan ulang (rework) dapat design komposit) komposit)
dikurangi. Work Instruction Work Instruction Work Instruction Drawing
Drawing Drawing dan Material dan
List for Fitting (MLF) Material List for Fitting
Implementasi metode Full Outfitting (MLF)
Block System (FOBS) di PT. PAL Keseluruhan tahapan design yang
Indonesia dilaksanakan oleh PT. PAL Indonesia
Untuk mengkaji implementasi metode dilakukan dengan bantuan komputer secara
Full Outfitting Block System (FOBS) pada ekstensif dengan bantuan software TRIBON.
KAPAL 17
Dengan bantuan software ini, tahapan design yang merupakan bagian dari Quality
dapat dibuat dan disimulasikan dalam Assurance Programme. Namun metode ini
bentuk 3-dimensi. Dengan metode masih belum dijalankan secara maksimal
penggambaran 3-dimensi maka proses dalam proses produksi pembangunan kapal
instalasi yang dilakukan di lapangan menjadi Box Shape Bulk Carrier (BSBC) M 229/230
lebih mudah dibandingkan metode di PT. PAL Indonesia, sehingga dapat
penggambaran 2-dimensi. Sehingga dimengerti kalau prosentase pekerjaan
pelaksanaan design dapat dimaksimalkan rework, khususnya pada tahapan erection
dan sesuai dengan prosedur atau syarat masih cukup besar.
pelaksanaan metode Full Outfitting Block Perencanaan Produksi dan Penjadwalan
System (FOBS). Project Scheduling yang dilaksanakan
Jalur Informasi oleh PT. PAL Indonesia secara umum dapat
Jalur informasi yang dilaksanakan di PT. dijelaskan sebagai berikut :
PAL Indonesia sudah menggunakan konsep Perencanaan jangka panjang
palet yang pada dasarnya adalah dasar untuk Rencana dasar manajemen galangan
kontrak pekerjaan, sehingga proses kapal dibuat dalam SBLC (Shipbuilding
informasi ini dapat berjalan lebih mudah. Line Chart). SBLC (Shipbuilding Line
Jalur informasi yang digunakan PT. PAL Chart) ini diterbitkan oleh Direktur
Indonesia pada saat pembangunan kapal Box PT.PAL Indonesia, yang kemudian
Shape Bulk Carrier (BSBC) M 230 dikirim ke Departemen PPC
berbentuk Pallet Control System, maka (Perencanaan Produksi) Divisi Kapal
pelaksanaan jalur informasi yang dilakukan Niaga dan disusun menjadi Master
oleh PT. PAL Indonesia dapat dikatakan Schedule, Monthly Schedule, dan Weekly
telah memenuhi indikator pelaksanaan Schedule.
metode Full Outfitting Block System Integrated Schedule
(FOBS). Dibuat setelah diterimanya suatu
Kontrol Material proyek dari Divisi Teknologi dan Divisi
Dari keterlambatan material yang masih Pemasaran dan Penjualan. Pada jadwal
sering terjadi dapat disimpulkan bahwa ini digambarkan rencana produksi
manajemen suplai material yang sekarang pekerjaan utama meliputi pekerjaan
dipakai di PT. PAL Indonesia masih kurang fabrikasi, sub assembly, assembly, block
efektif. Suatu kasus yang terjadi saat blashting, erection, grand erection.
pembangunan kapal Box Shape Bulk Carrier Pekerjaan diatas dibuat berdasarkan
(BSBC) M 230 pada bulan Juli 2007 yang pertimbangan ruang-ruang kapal dan
direncanakan akan memasang pipa pipa lain-lain.
on-block. Karena keterlambatan datangnya Master Schedule
pipa pipa yang ternyata masih belum Berisikan waktu perencanaan
diproses untuk pengadaanya ini maka blok produksi yang lebih detail untuk setiap
blok tersebut terpaksa dirakit dahulu. kapal yang akan dibangun. Periode
Sehingga ketika pipa pipa yang semula jadwal pekerjaan ditunjukkan berupa
direncanakan untuk dipasang datang, pipa diagram (Bar Chart). Pembuatannya
pipa tersebut harus dipotong karena berdasarkan pada integrated schedule
panjangnya tidak sesuai bila dipasang on- setiap kapal yang akan dibangun.
board. Selain keterlambatan datangnya pipa Monthly Schedule
pipa tersebut, material efquipment yang Berisikan waktu perencanaan
seharusnya dipasang on-block juga belum produksi untuk beberapa pekerjaan baik
datang. Hull Construction dan Outfitting yang
Kontrol Dimensi harus diselesaikan selama 1 bulan.
Kontrol dimensi yang digunakan oleh Pembuatannya berdasarkan pada master
PT. PAL Indonesia adalah metode statistik schedule.

KAPAL 18
Weekly Schedule
Menggambarkan perencanaan
produksi untuk beberapa pekerjaan yang
harus diselesaikan selama satu minggu.
Jadwal kerja ini merupakan jadwal kerja Prosentase produktifitas produksi tiap
yang paling detail dari tiap kegiatan di bengkel
tiap bengkel pelaksana. Pembuatannya
berdasarkan pada monthly schedule. Tabel 2 Rekapitulasi produktifitas bengkel Hull
Construction periode produksi Februari 2007 April
Dari penjabaran diatas jika 2008
dikorelasikan dengan indikator
penjadwalan dan perencanaan produksi Bengkel %
metode Full Outfitting Block System Fabrikasi 71.498
(FOBS), maka akan ditemukan Sub Assembly 75.083
kesesuaian. Dengan demikian dapat Assembly MPL 72.916
dikatakan bahwa proses perencanaan Assembly CBL 73.523
Assembly 2/3 71.527
produksi dan penjadwalan PT. PAL Grand Assembly 74.584
Indonesia telah sesuai dengan metode Erection I 72.744
FOBS menurut literatur. Erection II 73.660
Kontrol Produksi / Production Control Welding 73.792
Merupakan aktivitas yang dilakukan oleh Bengkel %
PT. PAL Indonesia untuk mengontrol setiap Fabrikasi pipa 73.543
proses pekerjaan demi menjaga ketepatan Install pipa E/R 74.745
Fabrikasi pipa SW 72.109
jadwal yang dibuat. Fokus utamanya adalah
Install SW E/R 71.060
proses pekerjaan di bengkel dan laporan Fabrikasi carp 76.607
pengendalian proses berdasarkan jadwal Install carp 77.395
yang telah dibuat (monthly schedule dan EO 73.511
weekly schedule). Dengan demikian dapat Install pipa HO 72.194
disimpulkan bahwa PT. PAL Indonesia telah Install S/W HO 73.375
memenuhi persyaratan implementasi metode
Sumber : Hasil Perhitungan Monthly Schedule
Full Outfitting Block System (FOBS). dan Laporan Bulanan PT. PAL Indonesia
periode Februari 2007 April 2008
Produktifitas produksi PT. PAL
Indonesia Jadi prosentase rata rata produktifitas
Dari laporan bulanan untuk produksi bengkel Hull Construction adalah :
kapal Box Shape Bulk Carrier (BSBC) M = (%total prosentase pekerjaan tiap bengkel)
230, nantinya akan dikaji sehingga diketahui / jumlah bengkel = 73,259 %
prosentase produktifitas dan penggunaan Jadi prosentase rata rata produktifitas
metode Full Outfitting Block System bengkel Outfitting adalah :
(FOBS). Data yang didapat adalah laporan = (%total prosentase pekerjaan tiap bengkel)
produktifitas bulanan serta monthly schedule / jumlah bengkel = 73,838 %
untuk kapal M 230, periode produksi bulan Prosentase produktifitas produksi kapal
Februari 2007 sampai bulan April 2008. Box Shape Bulk Carrier M 230
Diambil data dari kapal M 230 dengan Dari perhitungan produktifitas tiap
asumsi bahwa kapal M 229 adalah kapal bengkel maka akan didapatkan nilai
sejenis yang sama persis dengan kapal prosentase produktifitas rata rata untuk
M230. produksi kapal Box Shape Bulk Carrier M
230 sebagai berikut :
= (% rata rata Hull construction + % rata
rata Outfitting) / 2
= 73,548 %
KAPAL 19
Sedangkan overall progress dari proses

Bulan Tahun Perencanaan Realisasi Devisiasi


Februari 2007 83.300% 81.260% -2.040%
Maret 2007 85.340% 82.838% -2.502% Prosentase Full Outfitting Block System
April 2007 87.310% 83.805% -3.505% (FOBS) di PT.PAL Indonesia
Mei 2007 85.731% 84.862% -0.869%
Tabel 5 Rekapitulasi prosentase impelementasi FOBS
Juni 2007 87.677% 85.574% -2.103% pada produksi BSBC M 230
Juli 2007 90.057% 87.503% -2.554%
Agustus - Bengkel % FOBS
September 2007 93.351% 90.325% -3.026% Fabrikasi pipa 74.972
Oktober 2007 95.960% 91.450% -4.510% Install pipa E/R 76.540
Fabrikasi pipa SW 79.224
November 2007 97.700% 92.485% -5.215%
Install SW E/R 78.045
Desember 2007 94.100% 93.201% -0.899% Fabrikasi carp 67.200
Januari 2008 94.431% 93.913% -0.518% Install carp 62.796
EO 54.891
Februari 2008 96.822% 93.913% -2.909%
Install pipa HO 73.987
Maret 2008 98.041% 95.177% -2.864% Install S/W HO 77.043
April 2008 99.919% 96.298% -3.621% Sumber : Hasil Perhitungan Monthly Schedule dan
Laporan Bulanan PT. PAL Indonesia periode
produksi disajikan sebagai berikut :
Februari 2007 April 2008

Dari perhitungan tabel tersebut kemudian


digunakan untuk mendapatkan prosentase
rata rata implementasi metode Full
Tabel 4Progress produksi BSBC M 230 Periode
Outfitting Block System (FOBS) pada
Februari 2007 April 2008
Sumber : Laporan Bulanan PT. PAL Indonesia produksi pembangunan kapal Box Shape
periode Februari 2007 April 2008 Bulk Carrier (BSBC) M 230 sebagai berikut
:
S - Curve = (%total prosentase pekerjaan tiap bengkel)
100.000% / jumlah bengkel
98.000% = 71,633 %
96.000%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui
94.000%

92.000%
bahwa pelaksanaan metode Full Outfitting
90.000%
Block System (FOBS) di PT. PAL Indonesia
88.000% baru mencapai 71,633 %. Dengan demikian,
86.000% PT. PAL Indonesia mengalami devisiasi
84.000%
sebesar -18,367 % dari indikator
82.000%

80.000%
Perencanaan
Realisasi keberhasilan pelaksanaan metode Full
Outfitting Block System (FOBS).
O er

F ari
ni

es er
te li
et

et
ov er
i

i
Ja r
il

il
ei
ar

ar
be
ep u
pr

pr
Ju

b
ar

D b

ar
M

N ob
S J

nu
ru

ru
m
A

em

A
em
M

M
eb

eb
kt
F

-
us
st

Analisa faktor penghambat


gu
A

Dari hasil perhitungan, dapat diketahui


Gambar 1 S-Curve produksi BSBC M 230 periode bahwa pelaksanaan metode FOBS di PT.
Februari 2007 April 2008 PAL Indonesia mengalami devisiasi sebesar
18,367% dengan prosentase faktor
penghambat yaitu keterlambatan material
(6,122%), SDM (4,246%), Desain

KAPAL 20
(3,954%), Fasilitas (2.820%), dan melakukan rework karena desain tersebut
pengalaman (1,244%). telah diaplikasikan dalam proses produksi.
d. Fasilitas produksi
KESIMPULAN Prosentase pengaruh fasilitas produksi
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan metode FOBS pada
implementasi pelaksanaan pekerjaan yang produksi BSBC M 230 di PT. PAL Indonesia
menggunakan metode Full Outfitting Block adalah sebesar 2.820%. Hal ini disebabkan
System (FOBS) pada produksi pembangunan karena ketidaktersediaan fasilitas saat proses
kapal Box Shape Bulk Carrier (BSBC) M produksi berlangsung. Sebagai contoh adalah
230 di PT. PAL Indonesia periode produksi rusaknya beberapa mesin las, dan rusaknya
Februari 2007 sampai April 2008, dapat mobile transformer kapasitas 300 Tons.
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Sehingga pada saat ini mobile transformer
- Prosentase pelaksanaan metode Full yang dapat beroperasi hanya memiliki
Outfitting Block System (FOBS) pada kapasitas angkut/ angkat maksimal 150 Tons
produksi pembangunan kapal Box Shape saja. Misalkan mobile transformer kapasitas
Bulk Carrier (BSBC) M 230 di PT. PAL 300 Tons tersebut tidak rusak atau
Indonesia adalah 71,633 % diperbaiki, maka kapasitas blok yang
- Faktor faktor penghambat pada diangkut/ angkat akan meningkat jumlahnya
pelaksanaan metode Full Outfitting menjadi dua kali lipat dari saat ini, sehingga
Block System (FOBS) di PT. PAL dapat menghemat waktu dan memperkecil
Indonesia adalah : jumlah pekerjaan.
a. Keterlambatan material e. Pengalaman
Prosentase pengaruh keterlambatan Prosentase pengaruh pengalaman
material terhadap pelaksanaan metode FOBS terhadap pelaksanaan metode FOBS pada
pada produksi BSBC M 230 di PT. PAL produksi BSBC M 230 di PT. PAL Indonesia
Indonesia adalah sebesar 6,122%. Nilai adalah sebesar 1,244%. Faktor faktor
tersebut mengindikasikan bahwa terlalu penghambat yang terjadi tidak lepas dari
banyak material yang terlambat, khususnya pengalaman PT. PAL Indonesia yang baru
material outfitting, sehingga memaksa pertamakali mengaplikasikan metode Full
pekerjaan outfitting dilakukan on-board Outfitting Block System (FOBS) pada proses
seperti metode konvensional. produksinya. PT. PAL Indonesia juga
b. Sumber daya manusia merupakan satu satunya industri galangan
Prosentase pengaruh SDM terhadap kapal di Indonesia yang menerapkan metode
pelaksanaan metode FOBS pada produksi Full Outfitting Block System (FOBS).
BSBC M 230 di PT. PAL Indonesia adalah SARAN
sebesar 4,246%. Hal ini disebabkan karena Beberapa saran yang peneliti tawarkan
kurangnya tenaga ahli di PT. PAL Indonesia berkenaan dengan permasalahan yang
yang menguasai metode FOBS, sehingga menjadi penghambat keberhasilan produksi
membuat pelaksanaan produksi berjalan adalah sebagai berikut :
lambat. a. Keterlambatan material
c. Desain - Mempertimbangkan waktu pemesanan
Prosentase pengaruh desain terhadap material dengan waktu instalasi material.
pelaksanaan metode FOBS pada produksi Hal hal yang perlu dipertimbangkan
BSBC M 230 di PT. PAL Indonesia adalah pada saat pemesanan antara lain adalah
sebesar 3,954%. Kondisi ini disebabkan waktu dan transportasi serta jika material
karena terdapat beberapa disain yang belum tersebut dipesan dari luar negeri, maka
disetujui oleh pihak klasifikasi, tapi telah juga perlu dipertimbangkan di negara
dilakukan proses produksi. Jika desain mana material tersebut dipesan.
tersebut kemudian tidak disetujui oleh pihak - Membuat schedule material yang
klasifikasi, maka PT. PAL Indonesia harus mengacu pada estimasi waktu pengerjaan

KAPAL 21
material serta datangnya material jika Architecture and Ocean Engineering,
material tersebut dipesan khususnya dari Germany.
luar negeri. Anonymous, 1983, Integrated Hull
b. Fasilitas construction, Outfitting and Painting,
- Melakukan perawatan fasilitas fasilitas U.S. Departmen of Transportation,
secara intensif, mengingat fasilitas yang MD.
dimiliki oleh PT. PAL Indonesia sudah Anonymous, 2002, Implementasi Full
cukup umur. Outfitting Block System (FOBS) Di
- Malakukan pengadaan fasilitas secara Divisi Niaga PT. PAL Indonesia,
berkala, khususnya fasilitas yang Surabaya.
consumable. Boekholt, Richard., 1996, Welding
c. Sumber Daya Manusia (SDM) Mechanization and Automation in
- Membentuk multi skilled team, yaitu Shipbuilding Worldwide, The
kelompok kelompok kerja yang Welding Institute Cambridge
anggota anggotanya terdiri dari England, Cambridge.
berbagai keahlian, sehingga C. Koenig, Philip., L. MacDonald, Peter.,
meminimalisasi jasa sub kontraktor Lamb, Thomas., J. Dougherty, John.,
yang nantinya dapat menurunkan biaya 1997, Towards A Generic Product-
produksi serta mengurangi beban Oriented Work Breakdown Structure
pekerjaan. For Shipbuilding, The Society of
- PT. PAL Indonesia seyogyanya Naval Architects and Marine
menepati kewajiban terhadap sub Engineers, New Jersey.
kontraktor agar pihak sub kontraktor Chirillo, L.D., 1983, Analytical Quality
menepati tugas tugasnya. Circle (page 898 911), University
d. Desain of Washington, Washington.
- Proses produksi seharusnya tidak Kwon, Oh yoon., Innovations in
dilaksanakan dahulu sebelum gambar Shipbuilding Technigue and
desain disetujui oleh pihak klasifikasi Technology, Asia Pacific Maritime
agar nantinya tidak menimbulkan rework Conferrence 26 28 March 2008.
jika gambar disain tersebut tidak Okayama, Y. Chirillo, L.D., 1980, Product
disetujui oleh pihak klasifikasi. Work Breakdown Structure,
- Meningkatkan komunikasi atau transfer Department of Naval Architecture
informasi, pada khususnya dengan pihak and Marine Engineering The
klasifiksi dan pemilik kapal, tentang University of Michigan, Michigan.
disain. S. Andjar, Soejitno, 1996, Galangan Kapal,
- Meningkatkan mutu desain dengan Fakultas Teknologi Kelautan ITS,
teknologi yang lebih canggih agar tidak Surabaya.
terjadi miss saat pelaksanaan pekerjaan. S. Popko, Edward, Dr., 2002, Shipbuilding
e. Pengalaman Process Challenges and
- Belajar dari kesalahan dengan opportunities, IBM Product Lifecycle
mengadakan evaluasi berkala yang Management Solutions IBM
bertujuan untuk memperbaiki kinerja Corporations Poughkeepsie, New
pada tahapan produksi berikutnya. York.
- Melakukan observasi pada tempat Storch R.L., Hammon C.P., Bunch H.M.,
tempat atau galangan kapal lain yang and Moore R.C., 1995, Ship
telah berhasil menerapkan metode Production 2nd edition , Cornell
Advance Outfitting. Maritime Press, Centreville,
DAFTAR PUSTAKA Maryland.
Anonymous, 1979, Methods of Ship
Production, Faculty of Naval

KAPAL 22
Website Marine Building Technology, judul
Zone Oriented Outfitting, diakses
pada tanggal 24 Juni 2008.
http://www.PALINDONESIA.com/h
ome, diakses pada tanggal 24 Juni
2008.

KAPAL 23

You might also like