Professional Documents
Culture Documents
Makalah Patofisiologi
PATOFISIOLOGI
KARDIOVASKULER
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
TRANSFER A
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul Patafisiologi Kardiovaskuler.
Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Patafisiologi. Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
Ibu Nurul Hidayah, S.Farm, M.si., Apt yang telah membantu mengkoreksi makalah ini.
Kelompok VI
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Daftar Isi ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Tujuan ...................................................................................... 1
1.3. Manfaat .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
..... 2.1. Anatomi dan Fisiologi Jantung ................................................ 3
..... 2.1.1. Kedudukan Jantung ....................................................... 3
........... 2.1.2. Struktur Jantung ............................................................. 4
........... 2.1.3. Ruang Jantung ............................................................... 4
........... 2.1.4. Katup Jantung ................................................................ 5
........... 2.1.5. Lapisan-Lapisan Jantung ................................................ 6
2.2. Pembuluh Darah........................................................................ 8
2.3. Siklus Peredaran Darah ............................................................ 9
2.3.1. Kelistrikan Jantung ........................................................ 10
2.4. Patofisiologi Sistem Kardiovaskular ........................................ 12
2.4.1. Penyakit Jantung Hipertensi........................................... 12
2.4.2. Arithmia Jantung ............................................................ 18
2.4.3. Gagal Jantung ................................................................ 21
2.4.5. Sindrome Koroner Akut ................................................ 23
2.4.6. Artherosklerosis ............................................................. 27
2.4.7. Tromboemboli Vena Jantung ......................................... 30
BAB III PENUTUP ..................................................................................
3.1. Kesimpulan ............................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
Dari makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam meningkatkan
pengetahuan kesehatan dan dapat menjaga pola hidup yang lebih baik. Dalam makalah ini akan
membahas patofisiologi dan etiologi dari sistem kardiovaskuler..
BAB II
PEMBAHASAN
Jantung dibedakan menjadi bagian kanan dan bagian kiri. Bagian kanan ada 2 ruang
yaitu Atrium kanan dan Ventrikel kanan. Bagian kiri ada 2 ruang yaitu Atrium kiri dan
Ventrikel kiri. Atrium terletak di atas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel
dipisahkan satu dari yang lain oleh katup satu arah. Sisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh
sebuah dinding jaringan yang disebut septum. Dalam keadaan normal tidak terjadi
percampuran darah antara kedua ventrikel pada jantung yang sehat. Semua ruang jantung
dikelilingi oleh jaringan ikat.
a) Atrium Kanan
Atrium kanan berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah dan sebagai penyalur darah dari
vena-vena sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru. Darah yang
berasal dari pembuluh vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena cava superior,
inferior dan sinus koronarius.
b) Ventrikel Kanan
Merupakan rongga dengan dinding tipis menempati sebagian besar jantung bagian depan.
Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan melalui katup trikuspidalis dan mendorong
darah masuk ke pulmo melalui arteri pulmonalis.
c) Atrium Kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru melalui keempat vena
pulmonalis. Antara vena pulmonalis dengan atrium kiri tidak ada katup, hal ini menyebabkan
tekanan di dalam atrium kiri sangat mudah terefleksi akibat memburuknya keadaan vascular
pulmonal. Kemudian darah dari Atrium kiri akan masuk ke ventrikel kiri melalui katup
bicuspidalis (mitral).
d) Ventrikel Kiri
Dinding ventrikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dengan ventrikel kanan namun strukturnya
sama. Dinding yang tebal diperlukan untuk memompa darah teroksigenasi dengan tekanan
yang tinggi melalui sirkulasi sistemik. Selain itu ventrikel kiri mempunyai otot lebih tebal dan
bentuknya menyerupai lingkaran. Fungsinya untuk mempermudah timbulnya tekanan yang
lebih tinggi saat kontraksi ventrikel kiri. Saat kontraksi, tekanan ventrikel kiri bisa meningkat
5x dari tekanan ventrikel kanan.
Jantung berada di dalam dua lapis kantong perikardium, dan di antara tiga lapisan itu
ada cairan serus. Di sebelah dalam jantung terdapat otot jantung. Otot jantung terdiri atas tiga
lapisan, di antaranya :
Epikardium, yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral.
Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas kemampuan
kontraksi jantung.
Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis endotel sel yang
berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya
pada sel-sel endotel pada pembuluh darah lainnya.
Gambar 5. Lapisan Otot Jantung
Dinding otot jantung tidak sama tebalnya. Dinding ventrikel paling tebal dan dinding
di sebelah kiri lebih tebal dari dinding ventrikel sebelah kanan, sebab kekuatan kontraksi
ventrikel kiri jauh lebih besar daripada yang kanan. Dinding atrium tersusun atas otot yang
lebih tipis.
Penyakit jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak
sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan.
Penyakit jantung hipertensi merujuk kepada suatu keadaan yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak terkendali
dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan-
perubahan ini dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri koroner, gangguan
sistem konduksi, disfungsi sistolik dan diastolik miokard yang nantinya bermanifestasi klinis
sebagai angina (nyeri dada), infark miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium) dan
gagal jantung kongestif.
b. Etiologi
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring dengan
berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung. Karena jantung
memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah yang meningkat,
ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa jantung setiap menitnya (cardiac
output) berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung akan makin terlihat.
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan stroke.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik (menurunnya suplai darah
untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau angina dan serangan jantung) dari
peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal.
Tekanan darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding pembuluh darah
yang akan mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol yang akan
terakumulasi pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga meningkatkan resiko seangan jantung
dan stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian akibat
hipertensi.
c. Patogenesa
Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh penyebab yang
spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme patofisiologi yang tidak diketahui penyebabnya
(hipertensi primer atau esensial). Hipertensi sekunder bernilai kurang dari 10% kasus
hipertensi, pada umumnya kasus tersebut disebabkan oleh penyakit ginjal kronik atau
renovascular.
i. Hipertensi Primer
Merupakan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala dan tidak menimbulkan kematian
langsung tapi sangat penting diperhatikan karena merupakan faktor resiko utama penyebab
penyakit pembuluh jantung koroner.
Multifaktor yang dapat menimbulkan hipertensi primer adalah :
Ketidaknormalan humoral meliputi sistem renin-angiotensin-aldosteron, hormaon natriuretik,
atau hiperinsulinemia
Masalah patologi pada sistem syaraf pusat, serabut syaraf otonom, volume plasma, dan
konstriksi arteriol.
Defisiensi senyawa sintesis lokal vasodilator pada endotelium vaskular, misalnya prostasiklin,
bradikinin, dan nitrit oksida, atau terjadinya peningkatan produksi senyawa vasokonstriktor
seperti angiotensin II dan endotelin I.
Asupan natrium tinggi dan peningkatan sirkulasi hormon natriuretik yang menginhibisi
transpor natrium intraseluler, menghasilkan peningkatan reaktifitas vaskular dan tekanan darah
Peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler, memicu perubahan vaskular, fungsi otot halus
dan peningkatan resistensi vaskular perifer.
Gangguan katup
Hipertensi berat dan kronik dapat menyebabkan dilatasi pada pangkal aorta sehingga
menyebabkan insufisiensi katup. Hipertensi yang akut mungkin menyebabkan insufisiensi
aorta, yang akan kembali normal jika tekanan darah dikendalikan. Selain menyebabkan
regurgitasi (aliran balik) aorta, hipertensi juga akan mempercepat proses sklerosis aorta dan
regurgitasi katup mitral.
d. Tatalaksana Terapi
i. Terapi non-farmakologi
Penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi gaya hidup termasuk:
Penurunan berat badan, melakukan diet makanan menurut pola DASH (Dietary Approaches
to Stop Hypertention),
Mengurangi asupan natrium hingga ledih kecil sama dengan 2,4 gram/hari,
Melakukan aktifitas fisik (olah raga),
Mengurangi konsumsi alkohol dan
Menghentikan kebiasaan merokok.
ii. Terapi-Farmakologi
2.4.2 Arithmia Jantung
a. Definisi
Arithmia didefinisikan sebagai hilangnya ritme jantung terutama ketidak teraturan pada
detak jantung, mencakup kondisi yang disebabkan ketidak normalan laju, keteraturan, atau
urutan aktifasi jantung.
b. Etiologi
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus SA dengan
irama sinus 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali per menit, yang
kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut purkinje. Sentrum yang tercepat
membentuk pacu memberikan pimpinan dan sentrum yang memimpin ini disebut pacemaker.
Dalam keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah dapat juga bekerja sebagai
pacemaker, yaitu : bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak
diteruskan ke Bundle HIS akibat adanya kerusakan pada sistem hantaran atau penekanan oleh
obat. Aritmia terjadi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal atau
gangguan konduksi).
c. Patogenesa
Aritmia Supraventrikular
Takikardia supraventrikular yang memerlukan terapi obat adalah vibrasi atrium,
takikardia supraventrikular proksimal, dam takikardia otomatis.
a) Fibrilasi atrium atau Flutter Atrium
Mekanisme utama fibrilasi atrium dan flutter atrium adalah reentry umumnya berhubungan
dengan penyakit jantung organik yang menyebabkan distensi atrium
Fibrilasi atrium dikarakterisasi dengan kecepatan yang ekstrim (400-600 denyut/menit) terjadi
ketidakteraturan aktivasi atrium. Selain itu pada fibrilasi atrium juga terjadi kehilangan
kontraksi atrium.
Aritmia Ventrikular
a) Premature Ventricular Complexes (PVC)
Terjadi pada penderita dengan atau tanpa penyakit jantung dan diperoleh secara ekperimental
otomatis abnormal, aktifitas pemicu atau mekanisme reentrant.
b) Takikardia Ventrikular (VT)
VT terjadi pada kecepatan lebih dari 100 denyut/menit hal ini terjadi karena adanya kelainan
elektrolit.
c) Proaritmia Ventrikular
Merupakan perkembangan aritmia baru yang signifikan atau aritmia yang lebih parah dari
sebelumnya.
d) Takikardia Monomorfik Ventrikular Tanpa Jeda
Faktor yang mempengaruhinya yaitu aritmia ventrikular, penyakit jantung iskemik, dan
kelemahan fungsi ventrikular.
e) Torsades De Pointes
TdP merupakan bentuk cepat dari VT polimorfik yang berhubungan dengan tertundanya
repolarisasi ventrikular karena blokade konduktansi kalium.
f) Fibrilasi Ventrikuler
Merupakan kekacauan elektrik pada ventrikel, yang menyebabkan tidak adanya curah jantung
dan kolaps kardiovaskular secara tiba-tiba.
Bradiaritmia
Merupakan kelainan sinus asimptomatik (denyut jantung kurang dari 60 denyut/menit)
yang terjadi karena disfungsi Nodus sinus disebabkan oleh penyakit jantung organik dan proses
penuaan normal, gangguan fungsi Nodus SA. Nodus sinus biasanya representasi dari penyakit
konduksi yang menyebar, yang dapat disertai blok AV dan takikardia paroksismal, seperti
fibrilasi atrium. Pergantian bradiaritmia dan takiaritmia disebut sebagai sindrom taki-bradi.
d. Terapi
Tipe Obat Blokade ion
Ia Quinidine Natrium (pertengahan)
Prokainamid Kalium
Disopiramid
Ib Lidokain Natrium (on/off cepat)
Mexiletine
Tokainid
Ic Flekainid Natrium (on/off lambat)
Propafenon Kalium
Moricinize
IIb Beta bloker Kalsium ( tidak langsung)
III Amiodaron kalium
Bretylium
Dofetilide
Sotalol
Ibutilide
IV Verapamil kalsium
Diltiazem
b. Patogenesa
Ada banyak penyebab terjadinya gagal jantung, seperti serangan jantung primer,
penyakit jantung koroner, hipertensi, dan lebih dari 50% kasus CHF disebabkan oleh penyakit
jantung iskemik (iskemik = gangguan pada aliran darah akibat kerusakan di pembuluh darah).
Semua penyakit kardiovaskuler tersebut akan menghambat fungsi jantung dalam memompa
darah ke seluruh tubuh.
Pada keadaan normal, jantung sehat akan memompa darah sekitar 120 kali per menit
untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan zat gizi lain ke seluruh jaringan tubuh. Ruang utama
jantung yang berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh adalah ventrikel kiri.
Sayangnya, ventrikel kiri pada kondisi gagal jantung akan mengalami disfungsi. Disfungsi
ventrikel ini menyebabkan jantung tidak mampu memenuhi distribusi aliran darah, yang
membawa oksigen dan zat gizi, ke jaringan ditandai dengan kelelahan berlebihan yang dialami
oleh penderita CHF saat melakukan aktifitas yang bahkan sangat ringan. Untuk itu, tubuh akan
melakukan berbagai langkah kompensasi terhadap keadaan tersebut. Adaptasi yang dilakukan
tubuh untuk mengompensasi keadaan gagal jantung antara lain, mengaktifkan kerja
neurohormonal secara terus menerus dan melakukan kontriksi atau penyempitan di pembuluh
darah tepi (peripheral).
Neurohormonal yang diaktifasi secara terus menerus adalah trio renin-angiotensin-
aldosteron. Pengaktifan bertujuan untuk menjaga keseimbangan tekanan darah, namun bisa
memperburuk keadaan gagal jantung. Awalnya, ginjal akan melepaskan hormon renin. Renin
akan mendorong peningkatan kerja saraf simpatik dan mengaktifkan sistem neurohormonal
aldosteron-angiotensin (RAAS / Renin-Aldosteron-Angiotensin System). Renin akan memotong
angiotensinogen yang ada di hati untuk memproduksi angiotensin I, kemudian angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II ini dapat mengaktifasi aldosteron sehingga
meningkatkan reabsorbsi air dan garam di ginjal. Peningkatan reabsorpsi air dan garam tersebut
bisa memicu timbulnya penumpukan cairan, yang akan menumpuk di paru-paru (efusi paru-
paru = penumpukan cairan di antara lapisan pleura visceral dan parietal) dan menyebabkan
edema di bagian rongga perut (ascites) atau di bagian lower extrimitis (alat gerak bagian
bawah) terutama di pergelangan kaki. Penumpukan cairan ini dikenal sebagai keadaan
kongesti. Edema dapat menyebabkan peningkatan berat badan pada penderita CHF, sedangkan
kongesti di paru akan menyebabkan ritme pernafasan pada penderita CHF menjadi lebih
pendek.
Selain itu, angiotensin II dapat memicu kontriksi pada pemuluh darah dan menstimulasi
kontriksi endotelial. Keduanya dilakukan untuk meningkatkan tekanan darah. Endotelial
merupakan bagian otot polos yang berada diantara dinding pembuluh darah dan aliran darah.
Kerja endotelial adalah merelaksasi pembuluh darah saat terjadi kontriksi berlebihan dan
kinerjanya bergantung pada keberadaan NO. Nah, relaksasi pembuluh darah akan
menyebabkan turunnya tekanan darah karena dilatasi atau pelebaran pembuluh darah sehingga
jumlah darah yang masuk ke jantung menurun dan terjadi shock (ketidakseimbangan antara
lebar ruang pembuluh darah dan volume darah yang mengisi). Jantung akan memompa lebih
cepat untuk mengompensasinya sehingga ventrikel akan membesar ukurannya dan terjadi
apoptosis atau kematian sel kardiomiosit. Hal ini juga menyebabkan gangguan aliran darah,
tidak hanya ke jantung tapi juga ke seluruh organ vital tubuh termasuk ginjal. Penurunan aliran
darah ke ginjal akan menyebabkan perfusi ginjal dan dapat berakibat pada terjadinya gagal
ginjal.
Kontriksi pembuluh darah dan timbulnya kongesti akibat diaktifkannya neurohormonal
secara berlebihan sangat memperburuk keadaan CHF. Kelenjar adrenal juga akan
mengeluarkan norepinefrin dan epinefrin sehingga mendorong aktifasi saraf simpatik, kontriksi
pembuluh darah dan meningkatkan kecepatan jantung dalam memompa darah.
c. Terapi
i. Inhibitor Ace
ii. Golongan -Bloker
iii. Diuretik
iv. Digoksin
v. Antagonis Aldosteron
vi. Reseptor Angiotensin II Bloker (ARB)
vii. Nitrat dan Hidralazin
b. Etiologi
i. Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
Penyebab paling sering adalah penurunan perfusi miokard oleh karena penyempitan
arteri koroner sebagai akibat dari trombus yang ada pada plak aterosklerosis yang rupture dan
biasanya tidak sampai menyumbat. Mikroemboli (emboli kecil) dari agregasi trombosit beserta
komponennya dari plak yang ruptur, yang mengakibatkan infark kecil di distal, merupakan
penyebab keluarnya petanda kerusakan miokard pada banyak pasien.
d. Terapi
Prinsip umum:
Mengembalikan aliran darah koroner dengan trombolitik/ PTCA primer untuk menyelamatkan
oto jantung dari infark miokard
Membatasi luasnya infark miokard
Mempertahankan fungsi jantung
Memperlambat atau menghentikan progresifitas penyakit
Memperbaiki kualitas hidup dengan mengurangi frekuensi serangan angina
Mengurangi atau mencegah infark miokard dan kematian mendadak.
Terapi Awal
Dalam 10 menit pertama harus selesai dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a) Periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT
b) Oksigenasi: Langkah ini segera dilakukan karena dapat memperbaiki kekurangan oksigen pada
miokard yang mengalami cedera
c) Nitrogliserin (NTG)
d) Morphine : Obat ini bermanfaat untuk mengurangi kecemasan dan kegelisahan; mengurangi
rasa sakit akibat iskemia.
e) Aspirin
f) Antitrombolitik
2.4.6 Artherosklerosis
a. Definisi
Arterosklerosis adalah istilah umum bagi penyakit dimana dinding arteri menjadi lebih
tebal dan kurang lentur.Penyakit yang yang paling sering ditemukan ateroklerosis,dimana
bahan bahan lemak terkumpul di bagian bawah lapisan sebelah dalam dinding
arteri.Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan
lengan serta tungkai.
Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka
bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa
terjadi serangan jantung.
b. Etiologi
Arterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, berpindah dari
aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-
bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan
bercak penebalan di lapisan dalam arteri. Setiap daerah penebalan (yang disebut plak
aterosklerotik atau ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung
sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma
bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah
percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri,
sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma
terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan
kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang
pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri. Ateroma yang
pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah
(trombus). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan
akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain
(emboli).
Ada 7 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu:
Tekanan darah tinggi
Kadar kolesterol tinggi
Perokok
Diabetes (kencing manis)
Kegemukan (obesitas)
Malas berolah raga
Usia lanjut
Pria memiliki resiko lebih tinggi dari wanita. Penderita penyakit keturunan
homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini
mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri yang menuju ke
jantung). Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol
yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri
koroner dibandingkan arteri lainnya.
c. Patogenesa
Gambar 7. Skema Patogenesis penyakit artesklerosis
d. Terapi
Terapi non-farmakologi
Merubah pola hidup dengan melakukan penurunan berat badan (diet makanan).
Sering melakukan aktifitas fisik (olah raga),
Menghentikan kebiasaan merokok.
Terapi Farmakologi
Golongan anti hiperlipidemia
Golongan antiplatelet atau atau trombolitik
Terapi insulin, bagi penderita komplikasi dengan diabetes melitus.
Alternatif lain : Melakukan operasi, operasi berguna untuk pengobatan aterosklerosis, dan juga
operasi lebih sering dipilih dibanding obat-obatan. Ada berbagai jenis operasi untuk
pengobatan penyakit ini, salah satunya yang umum adalah:
Operasi bypass
Endarterectomy (pengangkatan lapisan arteri) dan
Penyambungan (memperbaiki atau mengganti pembuluh darah) adalah metode bedah lain yang
digunakan untuk aterosklerosis.
b.patogenesa
Reaksi berantai koagulasi merupakan urutan tahapan dari rangkaian reaksi yang
menghasilkan pembentukan benang fibrin. Benang fibrin dapat diaktifkan baik melalui jalur
ekstrinsik dan instrinsik. Jalur instrinsik diaktifasi ketika muatan negatif menempati
permukaan yang terpapar dengan faktor aktif yang d iinhibisi heparin yang aktif pada darah.
Jalur ekstrinsik di aktifasi ketika jaringan vaskular yang rusak melepaskan tromboplastin
jaringan. Protein plasmin fibrinolitik akan menguraikan benang fibrin menjadi larut dan
hasilnya di kenal sebagai produk urai fibrin.
Tiga komponen utama, yaitu vena statik, luka vaskular, dan hiperkoagulabilitas
berperan utama pada pembentukan trombus patogen. Vena statik melambatkan aliran darah
pada vena dalam pada kaki dihasilkan dari kerusakan katub vena dan hambatan pembuluh.
Luka pembuluh darah dihasilkan dari operasi besar orthopedik, luka berat, atau pengunaan
kateter vena.
Walaupun trombus dapat terbentuk pada manapun sirkulasi vena kebanyakan trombi
awalnya terbentuk pada bagian yang sangat rendah. Sekali terbentuk, trombus vena dapat:
Asimtomatik sisa
Lisis spontan
Hambatan sirkulasi vena
Propagasi ke vena proksimal
Emboli
c. Terapi
Tujuan Terapi
Pengobatan objektif TEV adalah untuk mencegah perkembangan EP dan gejala
pascatrombosis, untuk mengurangi morbilitas dan mortalitas dari kejadian akut, dan untuk
meminimalisir efek samping dan biaya pengobatan.
Terapi farmakologi
Warfarin
Natrium danaparoid
Natrium fondaparinuks
Inhibitor trombin langsung, contoh: lepirudin, argatroban, bivalirudin, desirudin,
ximelagatran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac yang
berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Sistem kardiovaskuler merupakan
salah satu sistem utama yang ada pada organisme. Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk
mempertahankan kualitas dan kuantitas cairan yang ada di dalam tubuh agar tetap homeostatis.
Organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung sebagai alat pompa
utama, pembuluh darah, serta darah.
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di
atas dan puncaknya di bawah. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Pada wanita
normal berat jantung kira-kira 250-300 gram dan pada pria sekitar 300-350 gram. Jantung
dibedakan menjadi bagian kanan dan bagian kiri. Bagian kanan ada 2 ruang yaitu Atrium kanan
dan Ventrikel kanan. Bagian kiri ada 2 ruang yaitu Atrium kiri dan Ventrikel kiri.
Bagian-bagian pembuluh darah, terdiri dari :
Vena, merupakan embuluh vena dapat menampung darah dalam jumlah yang banyak dengan
tekanan yang relatif rendah, karena itu maka sistem vena disebut sistem kapasitas.
Venula, berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan dinding otot yang relatif lemah.
Arteri, adalah pembuluh darah yang mengangkut darah kaya O2
Arteriola, dinding arteriola terutama terdiri dari otot polos dengan sedikit serabut elastis.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus yang menghubungkan arteriola dengan
venula.
Kebanyakan penyakit di atas disebabkan oleh gaya hidup yang salah. Selain itu, satu
penyakit sistem kardiovaskular yang timbul dapat menyebabkan komplikasi dan menimbulkan
penyakit sistem kardiovaskular lainnya.
Oleh karena disebabkan faktor yang sama, tatalaksana terapi yang diterapkanpun
hampir sama, baik terapi farmakologi maupun terapi non-farmakologinya