Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
optimal. MP-ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak, mulai dari MP-ASI bentuk lumat,
lembik sampai anak menjadi terbiasa dengan makanan keluarga. Di samping MP-ASI, pemberian ASI
terus dilanjutkan sebagai zat gizi dan faktor pelindung penyakit hingga anak mencapai usia dua tahun.1
Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu MP-ASI, selama ini telah
dilakukan, diantaranya pemberian MP-ASI kepada bayi dan anak usia 6 24 bulan dari keluarga miskin.
Secara umum terdapat dua jenis MP-ASI yaitu hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-ASI
pabrikan dan yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal. Mengingat pentingnya
aspek sosial budaya dan aspek pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pemberian MP-ASI maka MP-
ASI yang diberikan yaitu MP-ASI lokal atau disebut juga MP-ASI dapur ibu .1
Pemberian MP-ASI lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain; ibu lebih memahami
dan lebih terampil dalam membuat MP-ASI dari bahan pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial
budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian MP-ASI lokal secara mandiri,
meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti PKK
dan Posyandu, memiliki potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil pertanian
dan sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi.1
Pemberian MP-ASI lokal diharapkan meningkatkan kegiatan kader dan partisipasi masyarakat
untuk datang ke Posyandu. Hal ini sangat penting dalam upaya menggairahkan kegiatan Posyandu,
karena MP-ASI lokal dapat dijadikan sebagai entry point revitalisasi Posyandu. Oleh sebab itu
pemberian MP-ASI lokal harus melibatkan posyandu dan PKK desa/kelurahan.1
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan pengasuh/pemberi makan terhadap MP-ASI di
posyandu Anggrek2, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
2
Tujuan Khusus
2. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan mengenai proses pembuatan MP-ASI di posyandu
Anggrek2 Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
3. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan mengenai komposisi MP-ASI di posyandu Anggrek2
Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
4. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan mengenai tekstur MP-ASI di posyandu Anggrek2
Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
5. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan mengenai variasi MP-ASI di posyandu Anggrek2
Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
1.4 Manfaat
Penulis
Berperan serta dalam usaha peningkatan pengetahuan pengasuh/pemberi makan MP-ASI melalui
penyuluhan.
Melatih penulis dalam menghadapi pertanyaan dan pernyataan yang dimiliki pengasuh/pemberi
makan mengenai MP-ASI.
Memenuhi salah satu tugas penulis dalam menjalankan program internship.
Puskesmas
Meningkatkan derajat kesehatan batita di area cakupan Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur.
Masyarakat
Membantu memberikan edukasi kepada pengasuh/pemberi makan mengenai MP-ASI.
Membantu mensosialisasikan kepada masyarakat tentang MP-ASI.
Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya MP-ASI.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pada penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian MP-ASI pada bayi di Kecamatan Sidoharjo Sragen didapatkan bahwa semakin tinggi
tingkat pengetahuan ibu, makan akan semakin rendah angka pemberian MP-ASI yang salah.
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca
indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.3
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,
bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini
mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja,
akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.4
Secara teori pengetahuan akan menentukan perilaku seseorang. Pengetahuan dipengaruhi
oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Adapun faktor ekstrinsik meliputi pendidikan, pekerjaan,
keadaan bahan yang akan dipelajari. Sedangkan faktor intrinsik meliputi umur, kemampuan dan
kehendak atau kemauan. Dengan meningkatkan dan mengoptimalkan faktor intrinsik yang ada
dalam diri dan faktor ekstrinsik diharapkan pengetahuan akan meningkat.4
Pengetahuan dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, media cetak,
media elektronik, atau penyuluhan-penyuluhan. Pengetahuan di dukung oleh pendidikan, karena
pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia
yang meliputi pengetahuan itu sendiri, nilai, sikap, keterampilan, sehigga terjadi perubahan
perilaku yang positif.4
4
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisa (Analysis)
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek didalam struktur
organisasi tersebut dam masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan-kemampuan
analisis dapat dikaitkan dari penggunaan-penggunaan kata kerja seperti kata kerja seperti
menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya tentang hal-hal yang
penting berkaitan.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi
atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang materi yang ingin diukur melalui kuesioner yang diberikan.
5
massa terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah dan buku) dan media elektronik
(radio, tv dan internet). Sumber informasi dari buku-buku ilmiah adalah lebih baik jika
dibandingkan dengan sumber dari majalah dan surat kabar karena informasinya lebih
diyakini kebenarannya. Selain itu, sumber informasi dari media elektronik seperti
internet juga berbeda kebenarannya di mana terdapat situs-situs yang menampilkan
informasi yang berbeda.
6
2.2.2 Waktu Pemberian MP-ASI5
Hingga usia 6 bulan, kebutuhan energi bayi masih dpat terpenuhi dari ASI. Mulai usia 6 bulan
kebutuhan energi bayi sudah tidak dapat dipenuhi dari ASI saja sehingga diperlukan tambahan energi
dari MP-ASI.
Grafik 1. Perbandingan kebutuhan Energi per hari dengan Energi dari ASI7
Grafik diatas menjelaskan total energi yang dibutuhkan menurut kelompok usia. Kebutuhan
energi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang ditandai dengan peningkatan berat
badan, bertambah besar dan bertambah aktif. Bagian yang berwarna hitam menunjukkan energi yang
berasal dari ASI. Pada grafik batang untuk usia 6 bulan ke atas dapat dilihat bahwa warna grafk lebih
terang menunjukkan kesenjangn energi yan perlu diperoleh dari MP-ASI. Penggabungan bagian atas
(terang) dan bawah (gelap) adalah total kebutuhan energi yang dibutuhkan bayi dan anak sesuai
kelompok usia.7
Beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum memulai pemberian MP-ASI, antara lain:5
1. Kesiapan/ kematangan saluran cerna: perkembangan enzim pencernaan sudah sempurna pada
usia bayi 3-4 bulan.
2. Perkembangan keterampilan oromotor: kesiapan bayi untuk menerima makanan padat bervariasi
antara 4-6 bulan.
3. Kebutuhan nutrisi selain dari ASI: tidak diperlukan sebelum usia 6 bulan karena ASI masih dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, kecuali bila terbukti lain yang ditunjukkan dengan adanya
gangguan pertumbuhan/ kenaikan berat badan yang kurang tanpa penyebab jelas (sakit, dan lain-
lain).
7
4. Kebutuhan akan variasi dan perubahan tekstur sejalan dengan perkembangan oromotornya,
dalam 1 tahun pertama bayi perlu dikenalkan dengan berbagai variasi rasa, aroma, tekstur dan
konsistensi. Selain untuk pemberian selera, juga untuk melatih keterampilan makan (mengunyah)
yang mulai timbul pada usia 6 bulan. Usia 6-9 bulan merupakan periode kritis dalam
perkembangan keterampilan makan. Bila pada periode ini bayi tidak dilatih untuk makan yang
semakin padat dan kasar, maka di usia selanjutnya bayi hanya dapat makan yang cair atau lembut
saja dan tidak mampu menerima makanan keluarga sehingga timbul masalah makan.
Bayi akan menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya siap untuk menerima makanan selain ASI.
Sebaliknya setiap petugas kesehatan dan para ibu atau pengasuh bayi mampu mengenali tanda
tersebut agar dapat memberikan MP-ASI tepat waktu dan sesuai dengan perkembangan keterampilan
makannya. Adapun tanda-tanda yang dimaksud, antara lain:5
1. Kesiapan fisik:
Refleks ekstrusi telah sangat berkurang atau sudah menghilang
Keterampilan oromotor :
- Dari hanya mampu menghisap dan menelan yang cair menjadi menelan makanan yang
lebih kental dan padat.
- Memindahkan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulut.
Mampu menahan kepala tetap tegak.
Duduk tanpa/hanya dengan sedikit bantuan dan mampu menjaga keseimbangan badan ketika
tangan meraih benda di dekatnya.
Tabel 1. Perkembangan keterampilan makan pada bayi5
8
Menarik bibir bawah benda di
ketika sendok ditarik dekatnya
dari mulut Mengambil
Memindahkan makanan dari makanan dari
bagian depan mulut ke sendok
belakang untuk ditelan
6-9 Menggigit dan mengunyah Duduk sendiri Mampu makan
bulan gerakan rahang ke atas atau hanya makanan lumat
dan ke bawah dengan sedikit atau cincang
Menelan dengan mulut bantuan Makan pakai
tertutup Mulai sendok dengan
Menempatkan makanan di menggunakan ibu mudah
antara rahang atas dan jari dan
bawah telunjuk untuk
mengambil objek/
benda
2. Kesiapan psikologis5
Bayi akan memperlihatkan prilaku makan lanjut:
Dari reflektif ke imitatif
Lebih mandiri dan eksploratif
Pada usia 6 bulan bayi mampu menunjukkan:
- Keinginan makan dengan cara membuka mulutnya.
- Rasa lapar dengan memajukan tubuhnya ke depan/ ke arah makanan.
- Tidak berminat atau kenyang dengan menarik tubuh ke belakang/ menjauh.
Alasan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 4 6 bulan adalah kebutuhan energi bayi
untuk pertumbuhan dan aktivitas fisik makin bertambah, sedangkan produksi ASI relatif tetap. Pada
usia 4 bulan bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak
sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI. Dalam proses menelan pada usia tersebut,
apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya bayi sudah dapat menutup mulutnya dengan rapat dan
9
menggerakkan lidah ke muka dan ke atas untuk mendorong makanan ke belakang,untuk ditelan. Pada
saat inilah bayi diberikan kesempatan mempraktekkan kepandaiannya tersebut dengan memberikan
makanan lumat.8,9
Dengan bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi usia 69 bulan mulai belajar
mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah, sehingga dapat diberikan makanan
yang lebih kasar. Demikian juga dengan kemampuan motorik halus pada awalnya bayi memegang
dengan kelima jari tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka untuk
mengembangkan kemampuan tersebut, bayi dapat diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri
atau makanan kecil yang dapat dijimpit. Pada usia 6 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga
dapat diberikan makanan dalam posisi duduk. Pada usia 6 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup
rapat pada cangkir, sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir atau gelas yang dipegang oleh
orang lain.8,9
Pada saat bayi berusia 6 bulan, umumnya kebutuhan nutrisi tidak lagi terpenuhi oleh ASI semata
khususnya energi, protein, dan beberapa mikronutrien terutama zat besi (Fe), Seng (Zn), dan Vitamin
A.5,10 Dari usia 6 bulan, kebutuhan bayi tidak dapat terpenuhi hanya dengan ASI, sehingga bayi
memasuki periode kritis atau vulnerable period, dimana bayi mengalami masa transisi dengan
mengenal makanan keluarga. Insiden malnutrisi meningkat secara tajam selama periode 6-18 bulan di
hampir seluruh Negara.11
Energi yang dibutuhkan sebanyak 600 kkal/hari pada usia 6-8 bulan, 700 kkal/hari pada 9-11
bulan, dan 900 kkal/hari pada 12-24 bulan.12 Kesenjangan ini haruslah dipenuhi melalui pemberian
MP ASI yang sesuai, adekuat, aman, serta cara pemberian yang tepat.5
10
d. Bidan di desa memantau pelaksanaan.
e. Apabila seluruh bayi dan anak usia 6-24 bulan yang hadir di Posyandu akan diberikan MP-
ASI.
2. Diberikan seminggu sekali dalam kelompok sasaran :
a. MP-ASI lokal dibuat oleh ibu secara berkelompok.
b. MP-ASI lokal dibagikan kepada masing-masing sasaran.
c. Kader memberikan penyuluhan.
d. Bidan di desa memantau pelaksanaan.
3. Diberikan setiap hari di rumah masing-masing yaitu :
a. MP-ASI lokal dibuat oleh ibu di rumah masing-masing
b. Ibu memperoleh bahan makanan dari kader atau dana pembeli bahan makanan dari kader.
c. Kader dan Bidan di desa melakukan pemantauan. Pemberian MP-ASI di rumah tangga
dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan dan kesinambungan
pemberian MP-ASI secara mandiri.
Ketiga proses pemberian MP-ASI merupakan satu kesatuan yang harus dilaksanakan. Apabila
diperlukan untuk meningkatkan efisiensi, maka frekuensi pemberian MP-ASI lokal dalam kelompok
dan di rumah tangga dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah setempat.
Bahan Komposisi
Hasil 340 g
Energi 463 Kal
Protein 16,5 g
Formula Kacang Hijau Kuning Telur Lemak 17,4 g
Protein Energi % 14,3
Fe 1,1 mg
Zn 0,7 mg
Hasil 284 g
Energi 264 Kal
Protein 10,2 g
Formula Ayam Tempe Lemak 6.9 g
Protein Energi % 15,4
Fe 2,8 mg
Zn 0,4 mg
Hasil 425 g
Energi 340 Kal
Protein 10,1 g
Formula Hati Ayam Lemak 8,5 g
Protein Energi % 11,9
Fe 0,2 mg
Zn 0,4 mg
11
Hasil 370 g
Energi 371 Kal
Protein 11,24 g
Formula Telur Lemak 13,63 g
Protein Energi % 12,13
Fe 0,5 mg
Zn 0,8 mg
Hasil 275,5 g
Energi 278 Kal
Protein 11,89 g
Formula Susu Pisang Lemak 3,40 g
Protein Energi % 17,08
Fe 1,0 mg
Zn 0,4 mg
Hasil 320 g
Energi 298 Kal
Protein 14,5 g
Formula Kedele Lemak 7,6 g
Protein Energi % 19,4
Fe 0,4 mg
Zn 0,4 mg
Hasil 325 g
Energi 262 Kal
Protein 8 g
Lemak 5,3 g
Formula Kentang Susu Protein Energi % 12,2
Densitas 0,8
PER 2,1
Fe 0,5 mg
Zn 0,4 mg
Hasil 360 g
Energi 430 Kal
Protein 16,3 g
Formula Tempe Lemak 11 g
Protein Energi % 6,8
Fe 2,4 mg
Zn 0,2 mg
12
Tabel 3 Komposisi Gizi Per 100 Gram MP-ASI Bubuk Instan15
Karbohidrat:
Vitamin D mcg 3 10
Vitamin E mg 46
Vitamin K mg 7-10
Vitamin C mg 27 - 35
Besi mg 58
Iodium mg 45 70
Fosfor mcg perbandingan Ca:P =
1,2 2,0
Selenium g 10 15
Air % maksimal 4
13
2.2.3.2.2 MP-ASI Biskuit untuk Anak 12-24 Bulan
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Biskuit terbuat dari campuran terigu, margarin,
gula, susu, lesitin kedelai, garam bikarbonat, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta
ditambah dengan penyedap rasa dan aroma (flavour). Gula yang digunakan dalam bentuk sukrosa dan
atau fruktosa dan atau sirup glukosa dan atau madu.
Karbohidrat:
4.1. Serat \
g maksimum 5
4.2. Gula (gula sederhana)
g maksimum 30
Vitamin A (acetate)
mcg 250 700
Vitamin D
mcg 3 10
Vitamin E
mg 46
Vitamin K
mg minimum 10
Vitamin B1 (Thiamin)
mg 0,4 0,5
Vitamin B2 (Riboflavin)
mg 0,4 0,5
Vitamin B6 (Pyridoksin)
mg 0,3 0,5
Vitamin B12
mcg 0,5 0,9
Niasin
mg 4,0 6,0
Folic acid
mcg 60 100
Iron (Fumarate)
mg 5,0 6,0
Iodine
mcg 60 70
Zinc
mg 2,5 3,0
Kalsium
mg 200 300
14
Natrium mg maksimum 800
Selenium mcg 10 15
maksimum 5
Air %
15
2.2.4.2 Cara Mengenalkan Makanan kepada Bayi5
Pengenalan jenis, tekstur, dan konsisten makanan harus secara bertahap, demikian pula dengan
frekuensi dan jumlah makanan yang diberikan. Berikut ini, beberapa hal penting yang berkaitan
dengan hal tersebut:
1. Tes Makanan pertama kali: bubur tepung beras yang diperkaya zat besi merupakan makanan
yang dianjurkan sebagai makanan pertama yang diberikan kepada bayi. Dapat ditambahkan ASI
atau susu formula yang biasa diminumnya setelah bubur dimasak.
2. Sebaiknya diberikan mulai 2-3 sendok makan saja dulu, sesudah bayi minum sejumlah ASI atau
formula, kecuali bila selalu menolak maka diberikan sebelumnya. Selanjutnya jumlah makanan
ditambah bertahap sampai jumlah yang sesuai atau yang dapat dihabiskan bayi.
16
Tabel 5 Pedoman Pemberian Makan pada Bayi/ Anak Usia 6-23 Bulan13
17
2.2.4.4. Pemberian Makanan Harus Dilakukan Secara Responsive Feeding
Pemberian makan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan zat gizi. Saat makan juga
merupakan periode pembelajaran dan pemberian kasih sayang, berbicara dan kontak mata selama
memberi makan akan dirasakan sebagai suasana yang menyenangkan bagi anak.4 WHO menyatakan
bahwa penerapan prinsip responsive feeding sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang
akan diberikan pada bayi.17
Responsive feeding adalah perilaku pemberian dengan menerapkan prinsip asuhan psikososial,
antara lain:14,17,18
1. Beri makan secara langsung dan dampingi anak sewaktu makan, ibu/pengasuh harus peka
terhadap tanda lapar dan kenyang yang ditunjukkan anak.
2. Untuk membantu anak memahami rasa lapar, buatlah jadwal makan secara teratur. Jangan
memberikan snack, jus, atau susu 3-4 jam sebelum jam makan.
3. Beri makan dengan sabar, dorong anak untuk makan, bukan dengan paksaan. Bicaralah sewaktu
pemberian makan, pelihara kontak mata.
4. Hindari atau sedikit mungkin adanya distraktor (hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian)
selama pemberian makan seperti menonton TV, memberikan mainan
5. Bila anak menolak makan, cobalah dengan makanan lain yang berbeda tekstur dan rasanya
6. Makan tidak boleh lebih dari 30 menit, walaupun saat itu asupan porsi makan mereka sangat
sedikit. Anak-anak akan menambah porsi makan mereka dengan sendirinya di waktu yang akan
datang
7. Sediakan porsi kecil dan biarkan anak menambahkan beberapa kali apabila mereka
menginginkan. Hal ini akan membuat anak tertarik dalam proses makan dan mencegah mereka
menjadi bosan atau merasa kenyang terlebih dahulu dengan melihat begitu banyak makanan di
dalam piring mereka.
18
Bab III
Metodologi Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan
cross-sectional mengenai perubahan pengetahuan pengasuh pemberi makanan pendamping Air
Susu Ibu (MP ASI) Anak usia 0 bulan 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Cilandak Timur Periode Juni 2017.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017 di Posyandu Anggrek2, Kelurahan Cilandak
Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Provinsi DKI Jakarta.
Sumber data terdiri dari data primer yang diambil dari subjek penelitian dengan menggunakan
kuesioner yang diberikan pengasuh pemberi MP - ASI anak usia 0 bulan sampai 24 bulan di
Posyandu Anggrek2, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Provinsi DKI
Jakarta.
3.4.1. Populasi
Populasi target adalah semua pengasuh pemberi MP - ASI anak usia 0 bulan sampai 24
bulan di Posyandu Anggrek2 Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu,
Provinsi DKI Jakarta.
Populasi terjangkau adalah pengasuh pemberi MP - ASI anak usia 0 bulan sampai 24
bulan di Posyandu Anggrek2, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu,
Provinsi DKI Jakarta, bulan Juni 2017
3.4.2. Sampel
Pengasuh pemberi MP - ASI anak usia 0 bulan sampai 24 bulan di Posyandu Anggrek2,
Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Provinsi DKI Jakarta.
19
3.5. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non -probability
sampling yaitu purposive sampling pada pengasuh pemberi MP ASI di Posyandu Anggrek2 di
Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Provinsi DKI Jakarta.
Sumber Data
o Data primer dikumpulkan dengan memakai bantuan kuesioner kepada pengasuh
pemberi MP - ASI anak usia 0 bulan sampai 24 bulan di Posyandu Anggrek2 RW 01,
Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Provinsi DKI Jakarta.
o Data Sekunder berupa data statistic anak usia 0 bulan 24 bulan di Posyandu
Anggrek2 Kelurahan Cilandak Timur dari Puskesmas Cilandak Timur.
Instrumen Penelitian
o Alat dan bahan yang diperlukan adalah kuesioner.
3. 8 Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel tergantung (dependent) dan variabel bebas
(independent). Variabel tergantung berupa pengetahuan pengasuh pemberi MP - ASI anak usia 0
bulan sampai 24 bulan di Posyandu Anggrek2, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar
Minggu, Provinsi DKI Jakarta. Variabel bebas berupa edukasi tentang MP - ASI.
20
3.9 Cara Kerja
21
Perhitungan data dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara membandingkan
perningkatan persentase nilai pengetahuan sebelum dan sesudah dilaksanakan edukasi.
3.11.2 Pengetahuan
Tingkat pengetahuan adalah informasi / pemahaman yang ada pada pengasuh pemberi MP ASI.
Cara ukur : mengisi kuesioner
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Cara hitung : total soal 10 buah, dengan pilihan jawaban masing-masing sebanyak 4 buah. Skor
bila pada soal nomor 1 sampai 10 menjawab benar adalah 10, menjawab salah adalah 0.
Total skor maksimal sebesar 10 x 10 = 100
Total skor minimal sebesar 100 x 0 = 10
Range antara skor maximal dan minimal = 100 - 0 = 100
Batas 0 sampai nilai minimal = 0
Jika ditetapkan oleh peneliti, persentase pengetahuan sebesar:
- >80% adalah pengetahuan baik
- 60 80% adalah pengetahuan sedang
- <60% adalah pengetahuan kurang
22
BAB IV
HASIL
4.1.2. Sarana
Bangunan terdiri 2 lantai. Luas tanah 810 m2 dengan luas bangunan 230 m2. Sarana yang ada :
23
2. Lantai II
- Ruang 1 : KIA / KB Tempat Tidur Periksa (2), Maja (2), Kursi
(4), Kulkas (1), Lemari Alkes (2), Lemari
Buku (1), AC (2) Tensi meter (2)
Stetoscope, Timbangan bayi (1),
Timbangan dws (1)
- Ruang 2 : Ka.Puskesmas Tempat Tidur Periksa (1), Kursi Tamu (1
set), Lemari Perpustakaan (1), Filing
Kabinet (1)
- Ruang 3 : Poli Gigi Dental Unit (2), Meja (2), Kursi (4),
Lemari Alkes (2), Kompresor (2),
Sterilisator (1), Alat-alat Kesehatan lain
- Ruang 4 : Poli Umum Tempat tidur periksa (1), Meja periksa (2),
kursi (5), Lemari alkes (2), Filing kabinet
(1), Toa (1 set), Sterilisator (1) dan alat-
alat kesehatan lainya
- Ruang 5 : Apotik/Gudang Lemari obat (3 ), Meja (1), meja obat (1),
Rak Obat (2), Filing kabinet (1), dll
- Ruang 6 : Laboratrium Lemari Alkes (1), Lemari obat (1), Meja
(1), Kursi (2), tempat tidur (1), Sterilisator
(1), dan alat kesehatan lainnya
- Ruang Loket Rak Status (2), Meja (1), Komputer (1 set),
Filing kabinet (1), buku status dll
- Ruang Tunggu Bangku Tunggu (10), Televisi (1), Toa (1)
dan poster
- Musholah Karpet, sajadah, kipas angin
- Ruang Panel Alat-alat listrik dan alat kebersihan
- Toilet Sabun dan lap
24
4.1.3.2. Misi
Memberdayakan SDM yang professional dalam menghadapi era globalisasi,
Mengembangkan mutu pelayanan secara optimal baik promotif, preventif, kuantatif dan
rehabilitatif;
Menggalang kerja sama dengan mitra kerja.
No RW RT Posko
1. Rw.01 Rt.013 Lapangan Rt.13/Rw.01
2. Rw.02 - -
3. Rw.03 Rt.03,09 Kantor Elnusa, Sekolah NIS Belanda
4. Rw.04 Rt.06 -
5. Rw.05 - -
6. Rw.06 - -
7. Rw.07 Rt.05 Pos Rw.07
25
4.3. Data Demografik
Jumlah Penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin sampai dengan akhir bulan Desember
2014 sebagai berikut :
WNI WNA
No. Umur Jumlah
L P L P
1 0-4 110 1164 - - 1274
2 5-9 1118 1125 - - 2243
3 10-14 1120 1099 - - 2219
4 15-19 1065 998 - - 2063
5 20-24 1916 1130 - - 3046
6 25-29 2122 1527 - - 3649
7 30-34 1840 1641 5 2 3488
8 35-39 1324 1313 4 1 2642
9 40-44 992 1147 8 1 2148
10 45-49 912 886 3 0 1801
11 50-54 622 735 2 1 1360
12 55-59 394 331 1 - 726
13 60-64 118 290 - - 408
14 65-69 121 117 - - 238
15 70-74 109 84 - - 192
16 75 > 49 54 - - 103
Jumlah 16697 14174 11 1 30883
26
4.4. Sarana Pelayanan Kesehatan di Kel. Cilandak Timur
27
4.6. Data Kesehatan Masyarakat
4.6.1. Data Dasar Jumlah Balita di Kelurahan Cilandak Timur
Tabel 4.4 Jumlah Balita di Kelurahan Cilandak Timur
Jumlah Jumlah Anak Usia Jumlah Anak Usia
No. Dusun/RW
RT 0 5 tahun 0 24 bulan
1 001 15 426 179
2 002 10 152 57
3 003 9 270 98
4 004 11 332 143
5 005 15 236 102
6 006 3 - -
7 007 5 119 43
4.6.2. Data Dasar Jumlah Anak dengan ASI Ekslusif di Kelurahan Cilandak Timur
Tabel 4.5 Jumlah Anak dengan ASI Eksklusif di Kelurahan Cilandak Timur
No. Dusun/RW Jumlah RT Jumlah anak dengan ASI Eksklusif
1 001 15 25
2 002 10 13
3 003 9 10
4 004 11 7
5 005 15 5
6 006 3 -
7 007 5 3
28
4.6.4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Pengasuh Pemberi MP-ASI
Tabel 4.7 Gambaran tingkat pengetahuan pengasuh pemberi MP- ASI sebelum
penyuluhan
Usia Nilai
No. Nama Tingkat Pengatahuan
(Tahun)
1 M 29 50 Kurang
2 Y 27 90 Baik
3 R 30 50 Kurang
4 S 27 80 Baik
5 N 24 80 Baik
6 D 20 90 Baik
7 N 31 80 Baik
8 N 30 70 Sedang
9 H 27 90 Baik
10 F 36 90 Baik
11 R 34 60 Kurang
12 S 26 60 Kurang
13 S 29 60 Kurang
30
BAB V
DISKUSI
5.1. Gambaran Data Jumlah Balita di Posyandu Anggrek2 RW 01, Kelurahan Cilandak Timur
Berdasarkan Data Laporan Gizi bulan Januari April 2017 di Kelurahan Cilandak Timur, jumlah
anak usia 0 5 tahun di RW 01 adalah sebanyak 426 anak. Jumlah anak usia 0 24 bulan
sebanyak 179 orang (42%%). Pada Posyandu Anggrek2 jumlah anak usia 0 5 tahun adalah
sebanyak 83 orang, jumlah anak usia 0 24 bulan adalah 37 orang (44.57%). Sebanyak 6
pengasuh pemberi MP- ASI tidak hadir pada saat posyandu dilaksanakan. Sebanyak 13 pengasuh
pemberi MP- ASI memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengisi kuesioner.
31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Dari hasil miniproject tentang tingkat pengetahuan pengasuh pemberi MP- ASI di Posyandu
Anggrek2 RW01, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada
Periode 21 Mei 25 Juli 2017, dapat diambil kesipulan :
6.1.1. Dari 13 responden yang mengisi kuesioner tentang MP ASI Cilandak Timur ,nilai rata- rata
sebelum dilakukan penyuluhan adalah 73.07. Setelah dilakukan penyuluhan nilai rata- rata
adalah 88.46.
6.1.2. Terdapat peningkatan nilai rata- rata antara sebelum dan sesudah penyuluhan MP- ASI.
6.2.Saran
6.2.1. Untuk Masyarakat
1) Diharapkan masyarakat dapat lebih aktif lagi dalam berpartisipasi pada kegiatan
posyandu dan mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan puskesmas.
32
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) lokal Tahun 2006. -. Jakarta. 2006.
2. Soenardi T. Gizi Seimbang untuk Anak dan Balita dalam Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam
Siklus Kehidupan Manusia. Gramedia: Jakarta. 2006.
3. Maulana HD. Promosi kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta. 2009. 185-206 p.
4. Notoatmojo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rhineka Cipta: Jakarta. 2003.
5. Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit
Metabolik. IDAI: Jakarta. 2011. 117-125p.
6. Agostoni C, Bresson JL, Fairweather-Tait S, etal. Scientific Opinion on the appropriate age for
introduction of complementary feeding of infants. EFSA Journal. 2009 7(12): 1423
7. Anggraini AD, Markum M, Masoara S, etal. Manajemen Makanan Pendamping Air Susu Ibu.
Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA): Jakarta. 2015
8. Santika S, Otte O, et al. Development of Food Based Complementary Feeding Recommendations
for 9-to 11- Month- Old Periurban Indonesian Infant Using Linear Programming. The Journal of
Nutrition. 2009. 139(1): 135-41
9. Reilly R, John J, Jonathan CK, etal. Duration of exclusive Breast-Feeding: Introduction of
Complementary Feeding may be Necessary before 6 Months of Age. British Journal of Nutrition.
2005, 94, 869872
10. Bamman M, Symon B. Feeding in The First Year of Life: Emerging Benefit of Introducing
Complementary Solids from 4 Months. Australian Family Physician. 2012. 41(4): 226-9
11. Staci N. Williams Basic & Nutrition Diet Therapy 13th Edition. Paperback: Missouri. 2009
12. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. -. Jakarta.
2000.
13. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) lokal Tahun 2006. -. Jakarta. 2006.
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Pemberian Air Susu Ibu No. 33. 2012
15. Kemenkes. Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Nomor
224/Menkes/SK/II. -. Jakarta. 2007.
16. Dewey KG, Adu-Afarwuah S. Systematic Review of the Efficacy and Effectiveness of
Complementary Feeding Intervention in Developing Countries in Maternal and Child Nutrition.
Matern Child Nutr. 2008 4(1): 24-85.
17. Kleigman RM, Behrman RE, Jensen HB, etal. Nelson texbook of Pediatric 18th Ed : Chapter
42 The Feeding of Infants and Children. USA: Saunders Elsevier. 2007.
18. World Health Assembly. Complementary Food, in Focus: Complementary Food at the 65th
World Health Assembly. International Food Manufactured. 2012
33
BAB VIII
LAMPIRAN
PRE -TEST
Identitas
34
5. Menurut Ibu, manakah yang merupakan makanan pendamping ASI
a. Bubur polos
b. Makanan yang dilepeh
c. Bubur susu
d. Susu formula
6. Menurut Ibu, berapa kalikah makanan tambahan itu diberikan dalam sehari kepada bayi yang
berusia 6-8 bulan?
a. 2 3 kali
b. 4 6 kali
c. 7 10 kali
d. Tidak tentu, tergantung bayi menangis
7. Menurut Ibu, mengapa bayi perlu diberi makanan tambahan?
a. Agar anak tidak rewel dan canggung
b. Agar anak terhindar dari penyakit
c. Agar kebutuhan bayi akan zat gizi bertambah sesuai dengan pertambahan umurnya
d. Tidak tahu
8. Menurut Ibu, apa pengaruhnya terhadap pemberian makan bayi sebelum usia 6 bulan terhadap
kesehatan bayi?
a. Tidak ada pengaruhnya
b. Anak jadi sering mencret karena pencernaannya terganggu
c. Anak jadi sering nangis
d. Tidak tahu
9. Menurut Ibu, apakah dengan menunda makanan tambahan dapat mengurangi resiko alergi
makanan?
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
d. Tidak tahu
10. Menurut Ibu pada usia berapakah sebaiknya bayi disapih?
a. Kurang dari 24 bulan
b. Lebih dari 24 bulan
c. Kurang dari 12 bulan
d. Lebih dari 12 bulan
35
Kuisioner Pemberian Makanan Pendamping ASI
POST -TEST
Pilihlah satu jawaban di bawah ini
36
Leaflet mengenai Makanan Pendamping ASI
38
Foto Kegiatan
38