Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
Dari penyusunan makalah ini kami mempunyai tujuan:
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami Gaya Kepemimpinan Kepala
Ruangan di Ruang Rawat Dalam.
1. Metode Kepustakaan
Yaitu jenis metode yang digunakan untuk memperoleh data dari
kepustakaan, dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungannya
dengan makalah ini dan kemudian diambil sebagai bahan penyusunan
makalah ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain
untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu
tujuan umum. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007)
Hersey dan Blanchand (1977) dalam Nursalam (2002) mengartikan
kepemimpinan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan melalui individu dan
kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Fleishman (1973) dalam Nursalam (2002) mengartikan kepemimpinan
sebagai suatu kegiatan yang menggunakan proses komunikasi untuk
memengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok ke arah pencapaian tujuan
dalam situasi tertentu.
LAN RI (1996) dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) mengartikan
kepemimpinan ialah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam
menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar
melaksanankan tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan.
Stogdill dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) yaitu kepemimpinan
sebagai suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi
dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari
Strogdill dapat diterapkan dalam keperawatan.
Gardner dalam Nursalam (2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (atau pemimpin
kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai
dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Merton dalam Nursalam (2002) menguraikan kepemimpinan sebagai
suatu transaksi masyarakat dimana seorang anggota mempengaruhi yang
lainnya.
2.2 Wewenang Kepemimpinan
Wewenang Kepemimpinan yaitu hak untuk bertindak atau mempengaruhi
tingkah laku orang yang dipimpinnya. Wewenang kepemimpinan didapat dari
luar diri pemimpin itu. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
Secara umum, ada dua konsep pemberian wewenang kepemimpinan
dilihat dari arahnya, yaitu dari atas dan dari bawah. Wewenang dari atas
umumnya berasal dari atasan, misalnya seorang direktur rumah sakit
3
menunjuk seorang perawat yang dinilai mampu untuk menjadi kepala bagian
perawatan dan kemudian diberi wewenang untuk memerintah. Cara demikian
ini disebut top-down authority, atau kewenangan dari atas ke bawah. S.
Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
Manajemen Puncak
Pegawa
Pegawa Pegawai Pegawai
i
i
Gambar 2.1
Manajer
Gambar 2.2
5
a) Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok.
Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam
bidang profesinya.
b) Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami
kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
c) Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
d) Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
e) Mengambil tindakan
2. Hellander (1974)
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang
yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif
kegiatan.
3. Bennis (Lancaster dan Lancaster, 1982)
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu
:
a) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem
manusia ( hubungan antar manusia ).
b) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan
bawahan.
c) Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam
mempengaruhi orang lain.
d) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan
seseorang mengenal orang lain dengan baik.
4. Gibson (Lancaster dan Lancaster,1982)
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
a) Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin
mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah
membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
b) Karakteristik kelompok
6
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi :
norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi
dan keakraban kelompok.
c) Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena
setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang
berbeda.
7
a. Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang
menjadi pemimpin yang efektif
b. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan cara-cara
yang dapat mewujudkan sasarannya. Misalnya, dengan
mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif,
memotivasi bawahannya, dan melaksanakan kontrol.
3. Berdasarkan Situasi (contingency theory).
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi.
Terdapat tiga variabel situasional yang dapat membantu gaya
kepemimpinan yang efektik, yaitu :
a. Hubungan atasan dengan bawahan
b. Struktur tugas yang harus dikerjakan
c. Posisi kewenangan seseorang
8
menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya
partisipasinya.
9
senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu
mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya
kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan
serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan Teori X.
2. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan
berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada
dasarnya sesuai dengan Teori Y.
10
3. Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan
dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
4. Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal
mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)
11
f) Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu
otoriter, demokrasi, liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
1. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Wewenang mutlak berada pada pimpinan
b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan
para bawahan dilakukan secara ketat
f. Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
g. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat
h. Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
i. Lebih banyak kritik daripada pujian
j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
k. Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
m. Kasar dalam bersikap
n. Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan
2. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain agar besedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak
12
b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan
c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d. Komunikasi berlangsung timbal balik
e. Pengawasan dilakukan secara wajar
f. Prakarsa datang dari bawahan
g. Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan
h. Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan daripada instruktif
i. Pujian dan kritik seimbang
j. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing-masing
k. Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
l. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
m. Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan
saling menghargai
n. Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara
bersama-sama
3. Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan
lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
e. Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
f. Prakarsa selalu berasal dari bawahan
13
g. Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
h. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
i. Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
14
2.6 Tugas Kepemimpinan dalam Keperawatan
Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah: Swansburg,
Russel C (2000)
a. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat
harus mampu bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi,
berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji
setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta
mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat
menghasilkan.
b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan,
ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan
keluarganya.
c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya
pemimpin untuk memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan
konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat
memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah
pencapaian tujuan.
e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan
berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu
masih dapat dihargai oleh bawahan.
f. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam
rangka memperlancar pencapaian tujuan.
g. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik
mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan
dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi meningkat.
15
tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan
kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi : Swansburg,
Russel C (2000)
1. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan
diorganisasikan. Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat
dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai
seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di
ruangan.
2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para
perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan
jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus mampu
membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai
tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan
dengan benar.
3. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan
berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan
konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan dan
keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan dalam
melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi
perawat dan klien.
4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan
keperawatan. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan
bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan.
Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap
individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan
mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu
mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka.
16
Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama.
Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk
berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai
termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi
setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang
penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu
mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah
melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.
Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu
perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan
sumber-sumber yang ada.
6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap
staf dan pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan
untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf sehingga dapat
mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan
memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat
menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri
sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.
17
e. Penyelesaian pekerjaan dengan benar
f. Pencapaian tujuan keperawatan
g. Kesejahteraan bawahan
h. Memotivasi bawahan
BAB III
PEMBAHASAN
18
Petugas Kebersihan. Pendidikan terakhir mereka adalah 2 orang S1
Keperawatan, 16 orang D III Keperawatan, 1 orang SLTA dan 2 orang
SLTP.
Ruang penyakit dalam RSUD Surya Kencana Kabupaten Bandung
menerapkan dalam hal Manajemen Keperawatan yang mana Metoda
Asuhan Keperawatan yang di adop adalah SP2KP ( Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional ). Ruangan ini menggunakan pola
Modifikasi Tim-Primer (Moduler) yang mana terbagi atas 2 Tim/Grup.
Masing-masing Tim/Grup diketuai oleh 1 Orang PP ( Perawat Primer ),
dan dibawahnya lagi ada 7 Orang PA ( Perawat Asosiate ) atau Perawat
Pelaksana.
1. Degenerative 4
2. Infeksi 3
3. system kardiovaskuler 4
4. system pencernaan 3
5. system syaraf 2
6. system perkemihan non bedah 2
7. Gangguan metabolism 3
8. System pernafasan 5
26
BOR: 26/30 X 100%= 86,66%
3.3 Pemecahan Masalah
Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan ruang penyakit dalam adalah
gaya kepemimpinan partisipatif dan demokratif. Karena pemimpin dengan
gaya partisipatif akan mendengarkan, menerima dan menilai hasil pemikiran
bawahannya sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktikkan. Pemimpin seperti
ini akan mendorong staf agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri
dan menerima tanggung jawab yang lebih luas. Pemimpin akan menjadi leih
suportif dalam kontak dengan para staf dan bukan bersikap diktator meskipun
wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan ada pada pemimpin.
19
Sedangkan dalam gaya kepemimpinan demokratis pengambilan keputusan
diambil dengan cara musyawarah sehingga para bawahan ikut terlibat
langsung dalam pengambilan keputusan.
20
b. Intermediate care 14 pasien
c. Total care 7 pasien
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
2. Kinerja Perawat
Dari hasil penelitian diruangan penyakit dalam kinerja yang ada di
ruangan penyakit dalam sudah cukup baik dengan adanya tugas pokok dan
fungsi tenaga perawat yang sudah sesuai dengan standar operasional yang
ada di ruangan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
DAFTAR LAMPIRAN
Pemeran :
Kepala Ruangan : Sofan Hardi Fratama
Perawat Primer 1 : Imas Nurwati
Perawat Primer 2 : Resti Rizkika Aftortia
Perawat 1 : Joannisa Rismawati Arisona
Perawat 2 : Nur Fazriany
Perawat 3 : Iskandar Zulkarnaen Sababa
Perawat 4 : Emira Saidah Nurfildzah
Perawat 5 : Wilva Ulva Latifah
Perawat 6 : Fitriani Fauziyah Zein
Perawat 7 : Asri Mariparilah Permanasari
23
NASKAH ROLEPLAY
Diruang Perawat..
24
Perawat primer menghampiri ruang kepala ruangan
25
Perawat 2 : Lalu bagaimana dengan perawat sendiri, sedangkan
untuk penggunaan masker dibatasi yaitu hanya untuk
ruangan isolasi saja ?
Perawat Primer 1 : Iya , untuk sementara keputusan ini yang akan kita
laksanakan untuk yang lainnya saya akan konsultasi
kembali dengan kepala ruangan.
Pada saat sedang membicarakan hal itu perawat jaga siang sudah berada
diruangan dan mendengar apa yang dibicarakan dan mereka pun ikut berbicara.
Perawat primer 2 : iya kan hal ini sedang dibicarakan lagi kepada kepala
ruangan, kita tunggu saja hasilnya.
Kepala ruangan : Yasudah jika hal ini menjadi masalah bagi perawat
mungkin baiknya kita adakan rapat saja untuk mencari
26
penyelesaian masalah ini, mungkin waktunya besok saja
agar semua perawat hadir. Kira-kira jam 12.00 diruang
perawat.
Perawat primer 1 : Baik pak akan saya sampaikan kepada rekan-rekan saya
yang lain.
Perawat primer 2 : Iya baik nanti saya akan kasih tau kepada tim saya
27
Perawat 6 : Begini Pak, apakah kasus seperti ini harus selalu
dibiarkan dan pastinya akan berdampak untuk kita semua
dan juga para pasien disini.
Perawat 7 : Iya Pak, jika terus dibiarkan seperti ini BOR rumah
sakit akan semakin turun khususnya di ruang penyakit
dalam karena kurangnya ruangan isolasi
28
Perawat 1 : lalu bagaimana jika saat kita memberitahu tentang
penggunaan masker kepada keluarga pasien, dan
keluarga pasien bertanya untuk apa masker itu, kita harus
menjawab apa?
Perawat 6 : kalau masukan dari saya saat kita beritahu saja bahwa
penggunaan masker ini untuk mencegah terjadinya
infeksi nosokomial karena tetapi tidak menuntut
kemungkinan bahwa kita tidak tertular penyakit yang ada
di lingkungan ruangan rumah sakit.
29
Perawat Primer 2 : baiklah, untuk rapat hari ini mungkin kita cukupkan
sampai disini, apabila masih ada pertanyaan maupun
keluhan dapat ditampung dulu dan dapat dibahas di rapat
selanjutnya setelah ada keputusan yang jelas untuk
penggunaan APD dari pihak Rumah Sakit.
Perawat primer 1 : Bu, tadi kepala ruangan telah membahas masalah yang
kemarin kita bahas dalam rapat bersama kepela Rumah
sakit, dan kepala ruangan meminta hari ini jam 14.00
diadakan rapat yang kedua, tolong sampaikan kepada
semua perawat diruang penyakit dalam kelas 3.
Saat rapat
30
akan membahas dan memecahkan semua masalah yang
telah kita diskusikan saat rapat kemarin, untuk itu saya
persilahkan kepada perawat Primer 1 untuk menjadi
notulen rapat hari ini.
Kepala ruangan : ya masalah itu juga sudah ibu bicarakan, dari pihak
rumah sakit akan memberikan beberapa ruangan
tambahan untuk kamar di ruang isolasi.
31
Kepala ruangan : ya itu juga sudah saya pikirkan, nanti di ruang penyakit
dalam kita buat sekat untuk pasien yang mengalami
penyakit menular untuk sementara waktu sebelum dibuat
ruang isolasi yang baru. Mungkin kurang efektif, dan
cukup sedikit membuat repot perawat, tetapi dengan cara
itu mungkin penyebaran penyakit akan lebih bisa
diminimalisir.
Staff : setuju ..
Perawat associate : baik, telah diputuskan dan ini telah disepakati bersama
untuk masalah ini kita anggap clear. Saya kembalikan
kepada kepala ruangan
32
Setelah ditemukan jalan keluarnya perawat di ruang penyakit dalam pun
tidak khawatir tertular penyakit lagi karena sudah mendapat tambahan APD dari
pihak Rumah Sakit. Sementara itu untuk pasien nya sendiri tetap berada di
ruangan biasa namun disekat, dan keluarga pasien di beritahu untuk
mengggunakan masker saat sedang berkunjung atau menunggu pasien agar tidak
tertular penyakit.
33