Professional Documents
Culture Documents
HALUSINASI PENDENGARAN
DI PUSKESMAS BATUA MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
NURHASNI, S.Kep
16.04.059
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
PSIKOTIK RINGAN
Fase III Controling 1. Klien berhenti melakukan 1. Kemauan yang dikendalikan
Ansietas berat perlawanan terhadap halusinasi akan lebih diikuti
Pengalaman sensori dan menyerah pada halusinasi 2. Kesukaran berhubungan
jadi berkuasa tersebut dengan orang lain
2. Isi halusinasi menjadi menarik 3. Rentang perhatian hanya
3. Klien mungkin mengalami beberapa detik atau menit
penglaman kesepian jika sensori 4. Adanya tanda-tanda fisik
halusinasi berhenti ansietas berat: berkeringat,
tremor, dan tidak mampu
mematuhi perintah
5. Isi halusinasi menjadi atraktif
6. Perintah halusinasi ditaati
7. Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat, tremor
dan berkeringat
PSIKOTIK SEDANG
Fase IV Conquering 1. Pengalaman sensori menjadi 1. Perilaku eror akibat panic
Panik mengancam jika klien mengikuti 2. Potensi kuat suicide atau
Umumnya melebur perintah halusinasinya homicide
dalam halusinasinya 2. Halusinasi berakhir dari beberapa 3. Aktivitas fisik merefleksikan
jam atau hari jika tidak ada isi halusinasi seperti perilaku
intervensi teraupetik kekerasan agitasi, menarik
diri, atau katatonik
4. Tidak mampu merespon
perintah yang kompleks
5. Tidak mampu merespon lebih
dari satu orang
6. Agitasi atau kataton
PSIKOTIK BERAT
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
(Stuart dan Laraia, 2005) meliputi:
1) Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2) Proyeksi: mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
3) Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
interna.
4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
8. Validasi Informasi Tentang Halusinasi
Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan orang
lain. Kemampuan untuk bercakap-cakap tentang halusinasi yang dialami oleh
klien sangat penting untuk memastikan dan mevalidasi penglaman halusinasi
tersebut. Perawat harus memiliki ketulusan dan perhartian yang penuh untuk
memfasilitasi percakapan tentang halusinasi. Perilaku klien yang mengalami
halusinasi pada jenis halusinasinya, apakah halusinasinya merupakan halusinasi
pendengaran, penghidu, pengecapan, perabaan, cenesthetic, kinesthetic. Validasi
informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
1) Isi halusinasi yang dialami oleh klien. Ini dapat dikaji dengan menanyakan
suara siapa yang didengar dan apa yang dikatakan jika halusinasi yang
dialami adalah halusinasi pendengaran. Bentuk bayangan bagaimana yang
dilihat klien bila halusinasinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa
yang tercium bila halusinasinya adalah halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan
tubuh bila mengalami halusinasi perabaan.
2) Waktu dan frekuensi halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan
kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa hari sekali,
seminggu atau bulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini
penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan
bilamana klien perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi.
3) Situasi pencetus halusinasi. Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang
dialami klien sebelum mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan kepada klien perisitiwa atau kejadian yang dialami sebelum
halusinasi ini muncul. Selain itu perawat juga bisa mnengobservasi apa yang
dialami klien menjelang muncul halusinasi untuk memvalidasi penyataan
klien.
4) Respon klien. Untuk menentukan sejauhmana halusinasinya telah
mempengaruhi klien, bisa dikaji dengan menanyakan apayang dilakukan
klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa
mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap
halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)
9. Penatalaksanaan Secara Medis Pada Halusinasi
Penatalaksanaan klien schizofernia yang mengalami halusinasi adalah
dengan pemberian obat batan dan tindakan lain, (Stuart dan Laraia, 2005)
yaitu:
1) Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien schizofernia adalah
obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah
Fenotiazin Asetofenazin (Tindal), Klorpromazin (Thorazine), Flufenazine
(Prolixine, Permetil), Mesoridazin (Serentil), Perfenazin (Trifalon),
Prokolorperazin (Compazine), Promazin (Sparine), Tioridazin (Mellaril),
Trifluoperazin (Stelazine), Trifluopromazin (Vesprin) 60-120 mg, Tioksanten
Klorprotiksen (Taractan), Tiotiksen (Navane) 75-600 mg, Butirofenon
Haloperidol (Haloperidol) 1-100 mg, Dibenzoadiazepin Klozapin (Clorazil)
300-900 mg, Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg,
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg
2) Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
3) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
4)
C. POHON MASALAH
Efek:
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Core problem:
Perubahan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
Causa:
Isolasi sosial : Menarik diri
Harga diri rendah (HDR)
D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI
Standar asuhan keperawatan atau standar praktik keperawatan mengacu pada
standar praktik professional dan standar kinerja professional. Standar praktik
profesional di Indonesia telah dijabarkan oleh PPNI (2009). Standar praktik
professional tersebut juga mengacu pada proses keperawatan jiwa yang terdiri dari
lima tahap standar yaitu: 1) pengkajian, 2) diagnosis, 3) perencanaan, 4)
pelaksanaan, dan 5) evaluasi (PPNI, 2009).
1. Pengkajian
Menurut Stuart dan Laraia (2005), pengkajian merupakan tahapan awal
dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas
pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data
pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien. Berbagai aspek pengkajian sesuai
dengan pedoman pengkajian umum, pada formulir pengkajian proses
keperawatan. Pengkajian menurut Keliat (2006) meliputi beberapa faktor antara
lain:
a. Identitas klien dan penanggung
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b. Alasan masuk rumah sakit
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa
tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala
yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.
c. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan terlambat
a) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa
aman.
b) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
a) Komunikasi peran ganda.
b) Tidak ada komunikasi.
c) Tidak ada kehangatan.
d) Komunikasi dengan emosi berlebihan.
e) Komunikasi tertutup.
f) Orang tua yang membandingkan anak anaknya, orang tua yang
otoritas dan komplik orang tua.
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
4) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal
diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran,
gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5) Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran
vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6) Faktor genetic
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor
enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak
kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar
50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia,
sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.
d. Faktor presipitasi
1) Kesehatan : Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksembangan irama
sirkardian, kelelahan dan infeksi, obat-obatan system syaraf pusat,
kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
2) Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-
hari, sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isoalsi social,
kurangnya dukungan social, tekanan kerja (kurang terampil dalam
bekerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan
ketidakmamapuan mendapat pekerjaan.
3) Sikap : Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak
percaya diri), merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan
keterampilan diri), kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang (tidak mampu memenuhi
kebutuhan spiritual), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku
agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidak
adekuatan penanganan gejala.
4) Perilaku : Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa
curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak
diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara
inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang
tidak nyata.
5) Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda tanda
dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan
tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja.
e. Jenis jenis halusinasi
Jenis Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi
Halusinasi 1. Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara-suara
Pendengar sendiri sendiri atau kegaduhan
2. Marah marah tanpa 2. Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-cakap
3. Menyedengkan telinga 3. Mendengar suara
kearah tertentu menyuruh melakukan
4. Menutup telingga sesuatu yang berbahaya
Halusinasi 1. Menunjuk-nunjuk kea Melihat bayangan, sinar,
penglihatan rah tertentu bentuk geometri, bentuk
2. Ketakutan pada sesuatu kartun, melihat hantu atau
yang tidak jelas monster.
Halusinasi 1. Menghidu seperti Membaui bau-bauan
penghidu sedang membaui bau- seperti bau darah, urin,
bauan tertentu feses, kadang-kadang bau
2. Menutup hidung itu menyenangkan
Halusinasi Sering meludah dan Merasakan rasa seperti
pengecapan muntah darah, urin, atau feses
Halusinasi Menggaruk-garuk 1. Mengatakan ada serangga
perabaan permukaan kulit di permukaan kulit
2. Merasa seperti tersengat
listrik
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien halusinasi (Stuart dan Laraia,2005)
yaitu:
1. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi
2. Perubahan sesnsori persepsi halusinasi berhubungan menarik diri
3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan diri rendah.