You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang

World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyebutkan

pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah

meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian

dan prevalensi gagal ginjal meningkat 50% di tahun 2014. Data

menunjukkan bahwa setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani

hemodialisis karena gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam satu

juta orang Amerika adalah pasien dialysis.

Gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi

dengan cepat akibat kerusakan pada ginjal. Ada tiga pengelompokan

utama pada gagal ginjal yaitu prerenal (hipoperfusi, dalam bentuk

penurunan volume cairan, vasodilatasi berat atau gangguan fungsi

jantung), intrarenal (kerusakan parenkim pada glomerulus atau

tubulus ginjal, akibat luka bakar, trauma, infeksi, reaksi transfuse, atau

kerusakan pada nefron, yang dapat menyebabkan nekrosis tubular

akut dan postrenal (obstruksi saluran kemih, akibat batu, tumor,

striktur, hyperplasia prostat, atau bekuan darah) (Smeltzer 2010).

Gagal ginjal kronik yang juga disebut penyakit ginjal kronik

(chronic kidney desease) ditandai oleh penurunan fungsi ginjal yang

cukup besar, yaitu biasanya hingga kurang dari 20% nilai Glomerulo

Filtration Rate(GFR) yang normal, dalam periode waktu yang lama

(biasanya >6 bulan). Penyakit ginjal kronis bisa berlangsung tanpa

1
2

keluhan dan gejala selama bertahun-tahun dengan peningkatan

uremia dan gejala yang menyertai ketika Glomerulo Filtration Rate

(GFR) sudah turun hingga dibawah 60 ml/menit (Tao and Kendall

2013).

Penyakit ginjal kronik merupakan proses kerusakan ginjal

dimana ginjal akan kehilangan nefron secara irreversible, apabila

terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus hingga <15ml/menit/1,73m2

maka hal tersebut dikarakteristikkan dengan gagal ginjal terminal (end

stage renal disease) (Fauci, et al. 2012).

Salah satu cara menegakkan diagnosis gagal ginjal dengan

menilai kadar ureum dan kreatinin serum, karena kedua senyawa ini

hanya dapat diekskresikan oleh ginjal. Kreatnin adalah hasil

perombakan keratin, semacam senyawa berisi nitrogen yang terutama

ada dalam otot. Banyaknya kadar kreatinin yang diproduksi dan

disekresikan berbanding sejajar dengan massa otot (Ezra dalam

Makmur, 2013).

Hemodialisis merupakan salah satu dari terapi pengganti ginjal,

yang digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal, baik

akut maupun kronik. Salah satu terapi yang dilakukan pada pasien

gagal ginjal adalah terapi hemodialisa .Hemodialisa merupakan salah

satu dari terapi pergantian ginjal, yang digunakan pada penderita

dengan penurunan fungsi ginjal, baik akut mmaupun kronk.

Hemodialisa dapat dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya pada


3

gagal ginjal akut) atau dapat pula utuk seumur hidup (misalnya pada

gagal ginjal kronik) (Permadi, 2011).

Prosedur hemodialisis merupakan salah satu pengobatan yang

paling banyak digunakan oleh pasien gagal ginjal kronik, terbukti

bahwa menurut 4th Report of Indonesian Renal Registry pada tahun

2011 menyebutkan bahwa jumlah pasien baru dan pasien aktif yang

melakukan hemodialisis dari tahun 2007 sampai 2011 terus meningkat

(Fauci, et al. 2012).

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar, prevalensi gagal

ginjal kronik di Indonesia sekitar 0,2%. Prevalensi kelompok umur 75

tahun dengan 0,6% lebih tinggi dari pada kelompok umur yang lain. Di

Provinsi Sulawesi Selatan sendiri tercatat prevalensi gagal ginjal

kronik sebanyak 0,3%.

Menurut penelitian yang dilakukan Mubaroakah (2013)

menyebutkan berdasarkan hasil Uji-t duasisi (2-tailed) yang

dilakukan, ditemukan pengaruh hemodialisa terhadap kadar

hemoglobin, ureum, kreatinin, dimana p<0,005 (p=0,036 ; 0,000 ;

0,000). Hal ini berarti terdapat perbedaan kadar hemoglobin, ureum,

kreatinin pre dan post hemodialisa dan hal ini sangat mempengaruhi

kondisi fisik pada pasien yang menjani terapi tersebut.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di

RSUD Labuang Baji Makassar, diperoleh data pasien jumlah

kunjungan rawat jalan dengan diagnose gagal ginjal pada tahun 2015
4

sebanyak 578 kunjungan, tahun 2016 sebanyak 512 kunjungan

(Rekam Medik RSUD Labuang Baji Makassar, 2017).

Menurut salah satu petugas unit hemodialisa RSUD Labuang

Baji Makassar, didapatkan data pasien yang menjalani hemodialisa

sebanyak 16 orang dengan frekuensi hemodialisa (HD) 2-3

kali/minggu. Dengan berbagai kondisi baik secara psikologis dari hasil

studi awal yang dilakukan dengan wawancara ada pasien mengatakan

bahwa dia sudah lelah bolak balik Rumah Sakit dan ada pula yang

mengatakan pasrah dengan kondisinya saat ini. Dan secara fisik

terlihat beberapa pasien terbaring lemah dan mengatakan kadang

merasa sesak serta perubahan fisik yang terjadi lainnya seperti

pruritus (gatal-gatal pada kulit), kering, dan belang yang merupakan

efek dari proses hemodialisis. Dari latar belakang diatas peneliti

tertarik untuk meneliti tentang Gambaran psikologis,fisik dan perilaku

pasien yang menjalani hemodialisa di RSUD. Labuang Baji Makassar

Tahun 2017

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian adalah Bagaimanakah gambaran

psikologis,fisik dan perilaku pasien yang menjalani hemodialisa di

RSUD. Labuang Baji Makassar Tahun 2017?


5

C. Tujuan Penelitian

1. TujuanUmum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran psikologis, fisik dan perilaku pasien yang menjalani

hemodialisa di RSUD. Labuang Baji Makassar Tahun 2017.

2. TujuanKhusus

a. Untuk mengetahui gambaran gambaran psikologis pasien yang

menjalani hemodialisa di RSUD. Labuang Baji Makassar.

b. Untuk mengetahui gambaran gambaran fisik pasien yang

menjalani hemodialisa di RSUD. Labuang Baji Makassar.

c. Untuk mengetahui gambaran gambaran perilaku pasien yang

menjalani hemodialisa di RSUD. Labuang Baji Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Merupakan pengalaman berharga serta dapat memperkaya

khasanah wawasan ilmu pengetahuan peneliti mengenai pasien

hemodialisa pada pasien gagal ginjal di RSUD Labuang Baji

Makassar. Dan sebagai salah satu bahan bacaan bagi peneliti

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya hasil penelitian ini maka diharapkan dapat menjadi

salah satu sumber informasi bagi instansi yang terkait dan dapat

dipergunakan sebagai bahan literature pertimbangan dalam


6

mengetahui tentang gambaran psikologis fisik dan perilaku pada

tindakan hemodialisa pada pasien gagal ginjal. Khususnya di

RSUD Labuang Baji Makassar.

You might also like