You are on page 1of 16

MAKALAH

KOMUNIKASI KEPERAWATAN
KOMUNIKASI PADA KLIEN LANSIA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6 :
1. NURLAILA SIAUTA
2. YULISMAYANTI
3. TRIMALASARI
4. SRY KRISTINA
5. ANDI ADRIYANI
6. MEGA RASTI
7. MILTA ARTANTI AIMANG
8. HASNIANI RACHMAN
9. FITRIANI B

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT , karena atas berkat rahmat dan
karuniahnya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul KOMUNIKASI
PADA KLIEN LANSIA ini tepat pada waktunya. kami sadari di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan , maka dari itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing mata kuliah KOMUNIKASI KEPERAWATAN.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepeda dosen pembimbing mata kulia
KOMUNIKASI KEPERAWATAN yang telah memberikan kami tugas, karena dengan tugas ini
kami dapat menambah pengetahuan kita tentang bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan
pasien yang lansia.
Semoga tugas yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan pembuatan makalah
ini agar kita semua dapat mengetahui lebih dalam lagi cara pembuatan jurnal internasional ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Karakteristik lansia
B. Pendekatan perawatan lansia dalam kontek komunikasi
C. Teknik komunikasi pada lansia
D. Hambatan berkomunikasi dengan lansia
E. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan
F. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi
G. Fase komunikasi pada lansia

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi yang memungkinkan seseorang
menetapkan, mempertahankan dan meningktakan kontrak dengan orang lain, karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang. Setiap hari orang seringkali salah berpikir
bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses
yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini merupakan
peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan
ditransmisikan. Untuk memperbaiki interprestasi pasien terhadap pesan, perawat
harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi kalimat yang jelas
dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu sering
kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.
Instruksi yang berurutan dan sederhana dapa dipakai untuk mengingatkan pasien dan
sering sangat membantu.
Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi dan sosial
yang mempengaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur
dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan
pada telinga bagian dalam dan telinga mengalami proses pendengaran pada lansia
sehingga tidak toleran terhadap suara. Berdasarkan hal-hal tersebut kami menulis
makalah ini yang berjudul KOMUNIKASI PADA KLIEN LANSIA

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik lansia ?
2. Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
3. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
4. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
5. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
6. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik lansia ?
2. Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks
komunikasi ?
3. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia ?
4. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
5. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
6. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan
lansia ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi:
a) Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b) Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c) Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d) Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun perubahan
perubahan akibat dari usia tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada aspek
fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran.
Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interprestasi
terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang berpengaruh pada
tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi
yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a) Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di berikan
petugas kesehatan
b) Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
c) Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang
mengikut sertakan dirinya
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila
nasehat tersebut demi kenyamanan klien.

B. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


1. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami,
peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan
serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di
laksanakan dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.

2. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini
perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang
asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab bagi klien.

3. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam
lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat
berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan

4.Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau
agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

C. Teknik Komunikasi Pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara
lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan
bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan
pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan
untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap
atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang
perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan apa yang sedang bapak/ibu
fikirkan saat ini, apa yang bisa bantu? berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan
perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di
inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di
perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak
relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap
menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan
menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan
mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien
lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di harapkan
klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama
memberi dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan
menggurui atau mangajari klien karena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada
perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi,
meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya:
saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat
melaksanakanya. dan bila diperlukan kami dapat membantu.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien bapak/ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan
kembali apa yang saya sampaikan tadi?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan
yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan
sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi
yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional
dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

D. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu
apabila ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di
bawah ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan.

2. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan
e) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f) Tampil diam (pasif)
g) Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat
di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips
tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif antara lain
a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b) Keraskan suara anda jika perlu
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat mulut
anda.
d) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi
gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
e) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan
menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak
mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi
klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek dengan
bahasa yang sederhana.
h) Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i) Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil
tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya
di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya
denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j) Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k) Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
l) Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan anda
menyelesaikan kalimat.
m) Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n) Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini
biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.
E Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau
sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi perlu
memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin komunikasi yang efektif, tidak menyinggung
perasaan lansia yang relatif sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
reaksi penolakan, antara lain :
1) Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini merupakan
mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta
lingkunganya.
2) Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap
perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.
3) Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber
informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi dengan baik
dan tepat

F. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia


1. Menunjukkan rasa hormat, seperti bapak, ibu, kecuali apabila sebelumnya pasien telah
meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi
efektif
5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang
sederhana.
7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup
saat berinteraksi.
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

G. Fase komunikais pada lansia

1. Fase Pra Interaksi

Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat perkembangan kondisi pada
pasien lansia yang bernama Tn. N. Tn. N menderita penyakit hipertensi yang dirawat di
RSUD Lewoleba.

2. Fase Orientasi

Perawat 1 dan Perawat 2 mendatangi pasien Tn. N di ruang perawatan.

P1 : Selamat pagi bapak, ibu (sambil tersenyum)

Keluarga : Pagi juga pak....!!

Kakek sedikit kebingungan melihat kedatangan perawat.

P1 : Pagi ke...!! Gimana kabar nek hari ini,, sehat ??

Tn. N : Pagi...!! Alhamdulillah sudah agak lumayan. Ini siapa ya...??

Kakek masih tampak kebingungan dan tampak berfikir.

P1 : Kakek... perkenalkan saya perawat Sebas

Perawat Sebas mencoba melakukan pendekatan kepada kakek dan juga juga keluarganya.

P1 : Saya yang bertugas untuk merawat kakek pada hari ini.

Kake sudah makan belum pagi ini....??

Tn. N : Sudah...!!

P1 : Makan nya banyak atau sedikit kek...??

Tn. N : Cuma sedikit karena saya kurang selera makan pak.


Saya masih merasa agak mual...!!

P1 : Pagi ini obat nya sudah diminum kek...??

Tn. N : Iya sudah...!!

3. Fase Kerja

(Lima menit kemudian, perawat kembali ke kamar pasien)

P1 : Permisi kek..!! maaf ya kek.. kakek tiduran saja ya...

biar kakek lebih santai..

Tn. N : (langsung tiduran)

Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada kakek.

P1 : Kek.. tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya kek...!!

(perawat 1 memasang manset tensi, kemudian mengukur tekanan darah).

P1 : cucu kakek sudah berapa kini? (perawat mencoba mengajak komunikasi pada kakek)

Tn. N : eeehm,, sudah 3 pak, sudah besar-besar semua.

P1 : ooh sudah berkeluarga semua??

Tn. N : yang 1 orang sudah, terus yang duanya lagi masih kuliah dan masih kuliah. Mereka
cantik dan ganteng-ganteng pak.

P1 : ya iya dong. Kayak kakeknya.. (perawat dan kakek ketawa)

4. Fase terminasi

Setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat oleh perawat dan
semua peralatan dirapikan

Bapak : Bagaimana pak...??

P1 : keadaannya sudah membaik dari kemaren, tapi orang tua bapak harus banyak minum air
putih dan juga makan sayur-sayuran. Orang tua bapak dan ibu harus banyak istirahat dan juga
jangan dulu banyak pikiran, biar kakek cepat sembuh..!! (dokter datang ke ruangan kamar
pasien untuk melihat keadaan pasien)

P1 : Kalau begitu saya permisi dulu ya pak buk...!!

Kakek kami permisi dulu ya kek...


Nenek cepat sembuh ya kek...

Nanti kalau ada perlu bantuan panggil kami di ruang perawat...!!

Ibu : Ya pak.. terima kasih...!!

Akhirnya setelah perawat berpamitan, perawat langsung pergi meninggalkan ruangan kamar
Ny.N.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pemaparan diatas, dapat kami tarik kesimpulan :
1. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar
perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik
(Stuart dan Sundeen).
2. Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien
3. Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi:usia pertengahan, usia lanjut, usia lanjut usia dan usia tua.
4. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan fisik, psikologis,
social, dan spiritual
5. Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif, responsif, focus, supportif ,
klarifikasi, sabar dan ikhlas.
6. Hambatan berkomunkasi dengan lansia : agresif, non-asertif.
7. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi penolakan klien,
orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri, libatkan keluarga atau pihak
keluarga terdekat dengan tepat.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia: menunjukkan rasa hormat
hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien, pertahankan kontak mata dengan
pasien dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

ngurah jayaantara.blogspot.com/2013/2012
http ://ml.scribel.com
www.academia.edu

You might also like