You are on page 1of 16

IMUN GADAR

Senin, 28 Mei 2012

ASKEP EPILEPSI

I. PENDAHULUAN
Epilepsi atau penyakit ayan dikenal sebagai satu penyakit tertua di dunia (2000 tahun
SM). Penyakit ini cukup sering dijumpai dan bersifat menahun. Penderita akan menderita selama
bertahun-tahun. Sekitar 0,5 1 % dari penduduk adalah penderita epilepsy (Lumbantobing,
1998).

II. DEFINISI
Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang berlebihan
di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter,
fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan berbagai gangguan fisik.
Bangkitan epilepsy adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai gejala klinis,
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik dari neuron-neuron otak secara berlebihan dan berkala
tetapi reversible dengan berbagai etiologi (Tjahjadi, dkk, 1996). Pengkajian kondisi/kesan umum
Epilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak yang ditandai
dengan terjadinya kejang secara berulang. Dapat berkaitan dengan kehilangan kesadaran,
gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus atau gerakan otot, dan gangguan prilaku suasana
hati, sensasi dan persepsi (Brunner dan suddarth, 2000).
Kejang adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan
suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang besifat sementara. Istilah epilepsy
biasanya merupakan suatu kelaianan yang bersifat kronik yang timbul sebagai suatu bentuk
kejang berulang (Hudak dan Gallo, 1996).

III. ETIOLOGI
1. Idiopatik.
2. Acquerit : kerusakan otak, keracunan obat, metabolik, bakteri.
- Trauma Lahir
- Trauma Kepala (5-50%)
- Tumor Otak
- Stroke
- Cerebral Edema (bekuan darah pada otak)
- Hypoxia
- Keracunan
- Gangguan Metabolik
- Infeksi. (Meningitis)

PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya serangan epilepsi ialah :
- Adanya focus yang bersifat hipersensitif (focus epilesi) dan timbulnya keadaan depolarisasi
parsial di jaringan otak
- Meningkatnya permeabilitas membran.
- Meningkatnya senstitif terhadap asetilkolin, L-glutamate dan GABA (gama-amino-butiric-
acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf dalam sinaps
Fokus epilepsy dapat menjalar ke tempat lain dengan lepasnya muatan listrik
sehingga terjadi ekstasi, perubahan medan listrik dan penurunan ambang rangasang yang
kemudian menimbulkan letupan listrik masal. Bila focus tidak menjalar kesekitarnya atau hanya
menjalar sampai jarak tertentu atau tidak melibatkan seluruh otak, maka akan terjadi bangkitan
epilepsy lokal (parsial).
Menurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal dari
sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara berlebihan dan
hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai fokus epileptik
mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum maupun yang lokal (parsial). Lepas muatan
listrik ini kemudian dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan
daerah disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak.
Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi klinik,
walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum di bagian bawah batang
otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan,
namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. Sampai saat
ini belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel neuron untuk
melepas muatan secara sinkron dan berlebihan (mekanisme terjadinya epilepsi).
Mekanisme yang pasti dari aktivitas kejang pada otak tidak semuanya dapat
dipahami. Beberapa pemicu menyebabkan letupan abnormal mendadak stimulasi listrik,
menganggu konduksi syaraf normal otak. Pada otak yang tidak rentan terhadap kejang, terdapat
keseimbangan antar sinaptik eksitatori dan inhibitori yang mempengaruhi neuron postsinaptik.
Pada otak yang rentan terhadap kejang, keseimbangan ini mengalami gangguan, menyebabkan
pola ketidakseimbangan konduksi listrik yang disebut perpindahan depolarisasi paroksismal.
Perpindahan ini dapat terlihat baik ketika terdapat pengaruh eksitatori yang berlebihan atau
pengaruh inhibitori yang tidak mencukupi (Hudak dan Gallo, 1996).
Ketidakseimbangan asetilkolin dan GABA. Asetilkolin dalam jumlah yang berlebihan
menimbulkan bangkitan kejang, sedangkan GABA menurunkan eksitabilitas dan menekan
timbulnya kejang.

IV. KLASIFIKASI INTERNASIONAL TENTANG KEJANG EPILEPSI


(dikutip dari Hudak dan Gallo, 1996)

I. Kejang Parsial
1. Parsial sederhana (kesadaran klien baik)
1. Motorik
2. Sensorik
3. Otonomi
4. Fisik
2. Parsial kompleks (kerusakan kesadaran)
1. Parsial sederhana diikuti penurunan kesadaran
2. Kerusakan kesadaran saat awitan
3. Kejang parsial generalisasi sekunder
II. Kejang Umum
1. Non kejang
2. Tonik-klonik umum
3. Tonik
4. Klonik
5. Mioklonik
6. Atonik
III. Kejang Tidak terklasifikasi
Ditinjau dari penyebabnya, epilepsy dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Epilepsi Primer (Idiopatik)

Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan kelainan pada
jaringan otak. Diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dan
sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal.

2. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)

Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak. Kelainan
ini dapat disebabkan karena dibawah sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat
kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk
cedera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya
hipoglikemi, fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus alkohol,
uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma.
V. MANIFESTASI KLINIK
Kejang Parsial Sederhana
Hanya jari atau tangan yang bergetar; atau mulut yang bergergerak tak terkontrol; bicara tidak
dapat dimengerti; mungkin pening; dapat mengalami perubahan penglihatan, suara, bau atau
pengecapan yang tak lazim atau tak menyenangkan.
Kejang Parsial Kompleks
Masih dalam keadaan sedikit bergerak atau gerakan secara otomatis tetapi tidak bertujuan; dapat
mengalami perubahan emosi, ketakutan, marah, kegirangan, atau peka rangsang yang berlebihan;
tidak mengingat periode tersebut ketika sudah berlalu.
Kejang Umum (kejang grand Mal)
Mengenai kedua hemisfer otak, kekuatan yang kuat dari seluruh tubuh diikuti dengan perubahan
kedutan dari relaksasi otot dan kontraksi (kontraksi tonik klonik umum)

VI. FASE SERANGAN KEJANG


1. Fase Prodromal
Beberapa jam/hari sebelum serangan kejang. Berupa perubahan alam rasa (mood), tingkah laku
2. Fase Aura
Merupakan fase awal munculnya serangan. Berupa gangguan perasaan, pendengaran,
penglihatan, halusinasi, reaksi emosi afektif yang tidak menentu.
3. Fase Iktal
Merupakan fase serangan kejang, disertai gangguan muskuloskletal.
Tanda lain : hipertensi, nadi meningkat, cyanosis, tekanan vu meningkat, tonus spinkter ani
meningkat, tubuh rigid-tegang-kaku, dilatasi pupil, stridor, hipersalivasi, lidah resiko tergigit,
kesadaran menurun.
4. Fase Post Iktal
Merupakan fase setelah serangan. Ditandai dengan : confuse lama, lemah, sakit kepala, nyeri
otot, tidur lama, amnesia retrograd, mual, isolasi diri.

STATUS EPILEPTIKUS
Serangan kejang yang terjadi berulang, merupakan keadaan darurat. Berakibat
kerusakan otak permanen, dapat disebabkan karena : peningkatan suhu yang tinggi, penghentian
obat epileptik, kurang tidur, intoksikasi obat, trauma otak, infeksi otak.

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Elektroensefalografi (EEG) membantu dalam mengklasifikasikan tipe kejang.
2. CT Scan untuk mendeteksi lesi, abnormalitas fokal, abnormalitas vaskuler cerebral, dan
perubahan degeneratif serebral.

VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan epilepsy direncanakan sesuai dengan program jangka panjang dan dibuat untuk
memenuhi kebutuhan khusus masing-masing klien.
Tujuan dari pengobatan adalah untuk menghentikan kejang sesegera mungkin, untuk menjamin
oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk mempertahankan klien dalam status bebas kejang.
Pengobatan Farmakologis
1. Pengobatan biasanya dimulai dengan dosis tunggal.
2. Pengobatan anti konvulsan utama termasuk karbamazepin, primidon, fenitoin, fenobarbital,
etosuksimidin, dan valproate.
3. Lakukan pemeriksaan fisik secara periodic dan pemeriksaan laboratorium untuk klien yang
mendapatkan obat yang diketahui mempunyai efek samping toksik.
4. Cegah terjadinya hiperplasi gingival dengan hygiene oral yang menyeluruh, perawatan gigi
teratur, dan masase gusi teratur untuk klien yang mendapatkan fenitoin (Dilantin).
5. Pembedahan
1. Diindikasikan bila epilepsy diakibatkan oleh tumor intrakranial, abses, kista, atau anomaly
vaskuler.
2. Pengangkatan secara pembedahan pada focus epileptogenik dilakukan untuk kejang yang
berasal dari area otak yang terkelilingi dengan baik yang dapat dieksisi tanpa menghasilkan
kelainan neurologis yang signifikan.

IX. PROSES KEPERAWATAN


I. PENGKAJIAN
1. Pengkajian kondisi/kesan umum
Kondisi umum Klien nampak sakit berat
2. Pengkajian kesadaran
Setelah melakukan pengkajian kesan umum, kaji status mental pasien dengan berbicara
padanya. Kenalkan diri, dan tanya nama pasien. Perhatikan respon pasien. Bila terjadi penurunan
kesadaran, lakukan pengkajian selanjutnya.
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :
A) : Klien tidak berespon terhadap lingkungan sekelilingnya.
velbal (V) : klien tidak berespon terhadap pertanyaan perawat.
n nyeri (P) : klien tidak berespon terhadap respon nyeri.
berespon (U) : klien tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri ketika dicubit dan ditepuk wajahnya
3. Pengkajian Primer
Pengkajian primer adalah pengkajian cepat (30 detik) untuk mengidentifikasi dengan
segera masalah aktual dari kondisi life treatening (mengancam kehidupan). Pengkajian
berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal memugkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
1. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
2. Breathing dan ventilasi
3. Circulation dengan kontrol perdarahan
4. Disability

1. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal.


Ditujukan untuk mengkaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan servikal :
- Ada/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distres pernafasan
- Adanya kemungkinan fraktur cervical
Pada fase iktal, biasanya ditemukan klien mengatupkan giginya sehingga menghalangi jalan
napas, klien menggigit lidah, mulut berbusa, dan pada fase posiktal, biasanya ditemukan
perlukaan pada lidah dan gusi akibat gigitan tersebut
2. Breathing
Pada fase iktal, pernapasan klien menurun/cepat, peningkatan sekresi mukus, dan kulit tampak
pucat bahkan sianosis. Pada fase post iktal, klien mengalami apneu
3. Circulation
Pada fase iktal terjadi peningkatan nadi dan sianosis, klien biasanya dalam keadaan tidak sadar.
4. Disability
Klien bisa sadar atau tidak tergantung pada jenis serangan atau karakteristik dari epilepsi yang
diderita. Biasanya pasien merasa bingung, dan tidak teringat kejadian saat kejang
5. Exposure
Pakaian klien di buka untuk melakukan pemeriksaan thoraks, apakah ada cedera tambahan akibat
kejang

4. Pengkajian sekunder
a. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.

b. Keluhan utama:
Klien masuk dengan kejang, dan disertai penurunan kesadaran
c. Riwayat penyakit:
Klien yang berhubungan dengan faktor resiko bio-psiko-spiritual. Kapan klien mulai serangan,
pada usia berapa. Frekuansi serangan, ada faktor presipitasi seperti suhu tinggi, kurang tidur, dan
emosi yang labil. Apakah pernah menderita sakit berat yang disertai hilangnya kesadaran,
kejang, cedera otak operasi otak. Apakah klien terbiasa menggunakan obat-obat penenang atau
obat terlarang, atau mengkonsumsi alcohol. Klien mengalami gangguan interaksi dengan orang
lain / keluarga karena malu ,merasa rendah diri, ketidak berdayaan, tidak mempunyai harapan
dan selalu waspada/berhati-hati dalam hubungan dengan orang lain.
- Riwayat kesehatan
- Riwayat keluarga dengan kejang
- Riwayat kejang demam
- Tumor intrakranial
- Trauma kepala terbuka, stroke
d. Riwayat kejang :
- Bagaimana frekwensi kejang.
- Gambaran kejang seperti apa
- Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal.
- Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan
- Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
- Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.

e. Pemeriksaan fisik
- Kepala dan leher
Sakit kepala, leher terasa kaku
- Thoraks
Pada klien dengan sesak, biasanya menggunakan otot bantu napas
- Ekstermitas
Keletihan,, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas, perubahan tonus otot, gerakan
involunter/kontraksi otot
- Eliminasi
Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Pada post iktal terjadi inkontinensia
(urine/fekal) akibat otot relaksasi
- Sistem pencernaan
Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang,
kerusakan jaringan lunak

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan epilepsi adalah:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, peningkatan sekresi
mucus
2. Resiko tinggi injuri b.d perubahann kesadaran , kerusakan kognitif,selama kejang atau
kerusakan perlindungan diri.
3. Gangguan harga diri/identitas pribadi berhubungan dengan stigma berkenaan dengan kondisi,
persepsi tidak terkontrol ditandai dengan pengungkapan tentang perubahan gaya hidup, takut
penolakan; perasaan negative tentang tubuh
4. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses perjalanan penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
Rencana keperawatan
Perencanaan
No Dx. Keperawatan Tujuan
Intervensi Rasional
1. Pola napas tidak efektif Mempertahankan pola
- Anjurkan klien untuk
Menurunkan re
berhubungan dengan pernapasan efektif dengan mengosongkan mulut dari benda/zat masuknya benda
kerusakan jalan napas paten tertentu/gigi palsu atau alat lainnya
neuromuskuler, jika fase aura terjadi dan untuk
peningkatan sekresi menghindari rahang mengatup jika
mucus kejang terjadi tanpa ditandai gejala
awal
Meningkatkan
- Letakkan klien pada posisi miring, secret, mence
permukaan datar, miringkan kepala sehingga menyu
selama serangan kejang Untuk memfasilit

- Tanggalkan pakaian pada daerah


Mencegah terg
leher, dada, dan abdomen memfasilitasi
penghisapan le
- Masukkan spatel lidah/ jalan napas buatan mungk
buatan atau gulungan benda lunak setelah meredan
sesuai indikasi jika pasien ter
dan tidak dapa
posisi lidah yang

Menurunkan re
asfiksia

Dapat menu
serebral sebag
- Lakukan penghisapan sesuai sirkulasi yang
indikasi oksigen sekunde
vaskuler selama
- Berikan tambahan oksigen/
ventilasi manual sesuai kebutuhan
pada fase posiktal Munculnya
berkepanjangan
membutuhkan
ventilator mekan

- Siapkan/bantu melakukan intubasi


jika ada indikasi
2. Resiko tinggi injuri b.d Mengurangi resiko injuri
- Kaji karakteristik kejang Untuk mngetah
perubahann kesadaran , pada pasien tingkatan kejan
kerusakan pasien sehin
kognitif,selama kejang intervensi berjal
atau kerusakan
perlindungan diri.
Benda tajam d
- Jauhkan pasien dari benda benda mencederai fisik
tajam / membahayakan bagi pasien
Dengan meleta
- Masukkan spatel lidah/jalan napas diantara rahang
buatan atau gulungan benda lunak bawah, maka
sesuai indikasi menggigit lidah
dan jalan nafa
lebih lancer

Obat anti kejang


- Kolaborasi dalam pemberian obat derajat kejang
anti kejang pasien, sehing
cidera pun berku

3. Gangguan harga Mengidentifikasi perasaan


- Diskusikan perasaan pasien mengenai
Reaksi yang ada
diri/identitas pribadi dan metode untuk koping diagnostic, persepsi diri terrhadap individu dan
berhubungan dengan dengan persepsi negative penanganan yang dilakukannya. pengalaman aw
stigma berkenaan dengan pada diri sendiri penyakitnya ak
kondisi, persepsi tentang penerimaan
tidak terkontrol ditandai
dengan pengungkapan - Anjurkan untuk mengungkapkan/
Adanya keluha
tentang perubahan gaya mengekspresikan perasaannya marah dan sang
hidup, takut penolakan; tentang implik
perasaan negative yang akan
tentang tubuh mempengaruhi
menerima keada

Memberikan k
- Identifikasi/antisipasi kemungkinan berespon pada
reaksi orang pada keadaan masalah dan me
penyakitnya. Anjurkan klien untuk control terhad
tidak merahasiakan masalahnya dihadapi

Memfokuskan
- Gali bersama pasien mengenai positif dapat
keberhasilan yang telah diperoleh atau menghilangkan
yang akan dicapai selanjutnya dan kegagalan atau k
kekuatan yang dimilikinya diri sendiri dan
mulai mene
terhadap penyak

Pandangan neg
terdekat dap
- Tentukan sikap/kecakapan orang terhadap peras
terdekat. Bantu menyadari perasaan harga diri klien
tersebut adalah normal, sedangkan dukungan yan
merasa bersalah dan menyalahkan diri orang terdeka
sendiri tidak ada gunanya mempunyai re
penanganan yan

Ansietas dari
adalah menjalar
- Tekankan pentingnya orang terdekat pada pasien da
untuk tetap dalam keadaan tenang persepsi neg
selama kejang keadaan lingkun

4. Kurang pengetahuan pengetahuan keluarga


- Kaji tingkat pendidikan keluarga
pendidikan mer
keluarga tentan proses meningkat, keluarga klien. faktor pen
perjalanan penyakit mengerti dengan proses pengetahuan ses
berhubungan dengan penyakit epilepsy,
kurangnya informasi keluarga klien tidak
- Kaji tingkat pengetahuan keluarga
untuk mengetah
bertanya lagi tentang klien. informasi yan
penyakit, perawatan dan ketahui,sehingg
kondisi klien. yang nantinya
dapat sesuai d
keluarga

- Jelaskan pada keluarga klien tentang


untuk meningkatk
penyakit kejang demam melalui
penyuluhan.
untuk mengetah
- Beri kesempatan pada keluarga informasi yang s
untuk menanyakan hal yang belum
dimengerti. agar keluarga d
penanngan yang
- Libatkan keluarga dalam setiap waktu klien m
tindakan pada klien. berikutnnya.

You might also like