Professional Documents
Culture Documents
SKENARIO 4
Bu Nurul usia 40 tahun datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan adanya
benjolan kecil bergerombol di daerah lipatan paha dan lesi yang sakit sekali.
Sebelumnya 3 hari yang lalu Bu Nurul merasakan badanya terasa meriang
(subfebris) dan pegal-pegal (malaise), kemudian timbulnya bulla kecil-kecil, ada
rasa panas dan nyeri seperti tertusuk tusuk di kulit daerah lipatan pada kemudian
bertambah parah dengan adanya lesi multiple dengan batas tegas. Lesi
sebelumnya sudah di beri obat Betadine tapi tidak sembuh dan minum obat
Ponstan untuk menghilangkan rasa sakit. Sebelumnya 7 bulan yang lalu Bu Nurul
pernah mempunyai gejala mirip seperti ini. Pada pemeriksaan dokter tampak lesi
multiple sangat lunak, dan vesikel-vesikel bergerombol pada bagian kulit yang
melempuh dengan dasar eritema di daerah inguinal dextra dan sinistra. Terdapat
sejumlah kelenjar limfe inguinal bilateral yang lunak. Dokter menggunakan alat
usap untuk mengambil sampel ulkus dan mengirimnya untuk analisis diagnosis.
1
BAB II
KATA KUNCI
Lesi
Lesi adalah keadaan suatu jaringan yang fungsinya terganggu akibat
penyakit dan trauma. Keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh dapat
terjadi karena proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan
elektris; infeksi, masalah metabolisme, dan autoimun.
Lalu menimbulkan reaksi peradangan daerah sub.epitel yg akhirnya
menimbulkan luka pada sub mukosa.
2
Bulla dapat terjadi di lokasi yang berbeda pada lapisan kulit
Indikasi:
Pertolongan pertama pada luka dan mencegah
infeksi.
Komposisi:
Mengandung bahan aktif:
Povidone Iodine 10% setara dengan Iodine 1%
3
Minum obat Ponstan untuk menghilangkan rasa sakit
Komposisi
Tiap kapsul mengandung Asam Mefenamat 250 mg
Tiap tablet mengandung Asam Mefenamat 500 mg (Ponstan Forte)
Indikasi
Untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang, serta nyeri akut dan
kronis sehubungan dengan:
1. Sakit gigi
2. Sakit kepala
3. Nyeri sendi
4. Nyeri otot
5. Dismenore (sakit saat datang bulan)
4
BAB III
PROBLEM
5
BAB IV
PEMBASAHAN
A. BATASAN
Suhu tubuh
36,5oC 37,5oC : Normal
37,5oC 38oC : Subfebris
>38oC : Febris
Frekuensi pernafasan
< 12 x/ menit : Bradypnea
12-15 x/ menit : Normal
>15 x/menit : Tachypnea
Denyut nadi
< 60 x/menit : Bradycardi
60-100 x/menit : Normal
>100 x/menit : Tachycardi
Tekanan darah
Hipertensi Hipertensi
Normal Prahipertensi
derajat 1 derajat 2
6
A. ANATOMI KULIT
Epidermis
Dermis
Subkutis (subkutan)
Lapisan Epidermis
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
1. Stratum corneum (lapisan tanduk) --- Terdiri atas beberapa lapis sel yang
pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme,
tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian
7
besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan
sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan
fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
2. Stratum lucidum (lapisan jernih) --- Berada tepat dibawah stratum
corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin.
Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
3. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir) --- Tersusun oleh sel-sel
keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
4. Stratum spinosum (lapisan malphigi) --- Sel berbentuk kubus dan seperti
berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil
yang terdiri atas serabut protein.
5. Stratum germinativum (lapisan basal) --- Adalah lapisan terbawah
epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang
membentuk pigmen melanin.
Lapisan Dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut.
1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen
elastis dan retikulin.
Lapisan Subkutan
B. HISTOLOGI KULIT
8
- Hypodermis, lapisan jaringan pengikat dibawah kulit yang lebih longgar, pada
beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak. Didalam subcutis
terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.
Stratum Corneum
Stratum Lucidum
Stratum Granulosum
Stratum Spinosum
Stratum Basale
1. Stratum basale
Sel sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk
silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir butir pigmen.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau
stratum germinativum karena sel selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel
sel dari stratum basale akan mendorong sel sel di atasnya dan berubah menjadi
polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel sel yang berbentuk
polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel
menunjukkan tonjolan tonjolan seperti duri duri. Semula tonjolan tonjolan
tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat
tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk
sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam
9
berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir
butir.
Butir butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin
(butir butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir
butir keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi
tidak selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.
Makin ke arah permukaan butir butir keratin makin bertambah disertai inti sel
pecah atau larut sama sekali, sehingga sel sel pada stratum granulosum sudah
dalam keadaan mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum
dan stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun
sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga
merupakan hasil dari keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas
banyak sekali lapisan sel sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau
keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri duri pada stratum spinosum sudah
tidak tampak lagi.
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang
kadang disebut sebagai stratum disjunctivum
Dermis terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang
membentuk papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel sel yang terdapat pada
jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.
2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut serabut
kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan.
Di dalamnya selain terdapat sel sel jaringan pengikat terdapat pula sel
khromatofor yang di dalamnya mangandung butir butir pigmen. Di bawah
stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera yang
akan bermuara pada epidermis.
10
C. PATOFISIOLOGI
Perubahan patologis yang ditemukan pada penyakit kulit sering kali tidak terdiagno
sis. Ahli patologi harus bertumpu pada banyaknya keterangan klinik yangdiberikan
padanya, uang seringkali sangat berarti dalam membantu diagnosis.
HIPERPASA
1. Hiperkeratosis yaitu hipertrofi dari lapisan tanduk.Ini sangat khas terlihat pada
kornu kutaneus.
2. Parakeratosis yaitu inti sel lapisan tanduk masih ada.Ini terlihat pada psoriasis dan
keadaan lesi bersisik lainnya.
3. Akantosis yaitu penebalan stratum spinosum. Ini terjadi pada psoriasis dan
wart(kutil).
PDH/A
11
E. JENIS-JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
1. Herpes Simpleks
PENYEBAB
12
kontak dengan sekresi dari atau di sekitar mulut.
HSV-2 biasanya menyebabkan herpes genitalis dan terutama ditularkan
melalui kontak langsung dengan luka selama melakukan hubungan
seksual.
2. Herpes Zoozter
3. Varicella
13
kulit atau selaput lendir. Walaupun manifestasinya ringan, tapi pada
anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, penyakit
ini dapat menjadi berbahaya.
Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus ini dapat
berbiak dalam bahan jaringan embrional manusia. Virus yang infektif
mudah dipindahkan oleh sel-sel yang sakit. Virus ini tidak berbiak
dalam binatang laboratorium. Pada cairan dalam vesikel penderita, virus
ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap virus
ini dapat diukur dengan tes ikatan komplemen, presipitasi gel,
netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen
selaput yang disebabkan oleh virus.
E. GEJALA KLINIS
1. Herpes Simpleks
14
1. Fase Infeksi (lesi) Primer, ditandai dengan:
Selain kedua fase di atas, dikenal juga fase laten, yakni fase dimana
penderita tidak mengalami keluhan dan gejala klinis, namun pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan HSV di ganglion dorsalis ( simpul
saraf di bagian belakang tubuh).
2. Herpes Zooster
Timbul kemerahan pada kulit yang terasa panas seperti terbakar atau
seperti terkena air cabai, ciri dari kelainan kulit adalah dengan adanya
cairan di dalam kulit seperti cacar namun hanya terpusat disatu daerah
yang berisi cairan akan pecah dan mengering membentuk seperti
lapiran keras pada kulit, yang akan mengelupas dalam waktu 2-3
minggu. Kemerahan pada kulit tersebut biasanya berada pada bagian
pundak belakang dan memutar ke arah depan dada sampai ke daerah
15
perut atau ke bagian dada. Kadang ruam tersebut timbul juga di daerah
wajah, mata, mulut, atau telinga.
3. Varicella
Gejala awal :
-pusing
-sakit kepala
-demam yang tidak begitu tinggi
Gejala ini tidak begitu jelas pada anak balita, tetapi menonjol pada
anak usia diatas 10 tahun. Pada orang dewasa keluhan ini dapat berat
sekali. Kelainan kulit muncul mula-mula seperti pada morbili, berupa
makula dan papula yang kemudian menjadi vesikel berisi cairan
jernih. Perubahan ini berlangsung dalam waktu 24 48 jam.Ruam
biasanya lebih banyak di badan dibandingkan dengan di anggota
gerak. Yang khas pada varisela ini adalah berbagai macam ruam dapat
ditemukan dalam satu saat. Pada bentuk yang berat kelainan kulit
timbul di seluruh tubuh.
16
BAB V
1. Herpes Simpleks
2. Herpes Zooster
3. Varicella
17
BAB VI
GEJALA KLINIS
ANAMNESA
Identitas
Nama : Ny. Nurul
Umur : 40 th
Keluhan Utama
Adanya benjolan kecil bergerombol di daerah lipatan paha disertai lesi
berbatas tegas dan merasa sakit sekali
18
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
-
Riwayat Sosial
Ekonomi menengah ke bawah
Bekerja sebagai ibu rumah tangga
Riwayat Kebiasaan
-
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Tekanan darah : 130/80
Nadi : 90/menit
RR : 20/menit
Suhu Tubuh : 380C
GCS : 4,5,6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tranck Test.
Pemeriksaan darah yang diberi pengecatan Giemsa atau Wright, jika
positif terjangkit HVS akan terlihat adanya sel raksasa berinti banyak.
Pemeriksaan ini tidak sensitif dan spesifik.
b. Elisa.
Pemeriksaan antigen HSV (sensitifitas 95%).
c. Kultur Virus.
IgM baru dapat dideteksi setelah 4-7 hari infeksi, mencapai puncak
setelah 2-4 minggu, dan menetap selama 2-3 bulan, bahkan sampai 9
bulan.
19
Sedangkan, IgG baru dapat dideteksi setelah 2-3 minggu infeksi,
mencapai puncak setelah 4-6 minggu dan menetap lama, bahkan dapat
seumur hidup.
Antibodi IgM dan IgG hanya memberi gambaran keadaan infeksi akut
atau kronis dari penyakit herpes genitalis.
20
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)
Vesikel
Bulla
Timbul bergerombol
tersa
bulla Vesikel di daerah
NO Gejala Demam panas
kecil- bergerombol inguinal
dan
kecil dextra dan
nyeri
sinistra
Herpes
1 + + + + +
Simpleks
Herpes
2 + + + + -
Zooster
3 Varicella + + - - -
21
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Apakah vesikel
Apakah pasien Apakah bulla Apakah bulla
Apakah timbul muncul di
merasa terasa panas muncul
bulla? daerah
demam? dan nyeri? bergerombol?
inguinal?
Herpes Herpes Herpes Herpes Herpes
Simpleks Simpleks Simpleks Simpleks Simpleks
Varicella Varicella
22
BAB IX
PENATALAKSANAAN
b) Antivirus:
Jika kekambuhan (rekuren) terjadi lebih 8 kali dalam setahun, maka perlu
dilakukan terapi supresif selama 6 bulan, menggunakan:
23
PRINSIP TINDAKAN MEDIS
24
BAB X
PENCEGAHAN
Namun penyebaran HSV sulit dicegah, karena banyak orang dengan yang terinfeksi tidak tahu
dirinya dapat menularkannya ke orang lain. Penularan HSV dapat dikurangi dengan penggunaan
kondom, namun kondom tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi HSV dapat menulari
dan ditulari dari daerah kelamin yang agak luas, lebih luas dari pada yang ditutupi oleh celana
dalam. Bila orang penderita herpes minum acyclovir setiap hari mereka dapat mengurangi
herpes pada orang lain.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://books.google.co.id/books?id=x_lru5LUnJ8C&pg=PA94&lpg=PA94&dq=bula+ada
lah&source=bl&ots=-
0uaJsnzqq&sig=VMzpCSYDeoCrpnTQaxgUKQCcFh8&hl=id&sa=X&ei=YAynUZy2L
MLqrQe1uYCoDQ&redir_esc=y#v=onepage&q=bula%20adalah&f=false
http://id.scribd.com/doc/52237264/eflorosensi
http://www.dechacare.com/Betadine-P209.html
http://www.psychologymania.com/2012/10/anatomi-kulit-manusia.html
http://id.scribd.com/doc/86834392/Anatomi-Dan-Histology-Kulit
http://www.permatacibubur.com/index.php/ruang-berita/artikel/lain-lain/274-perbedaan-
herpes-zoster-dan-herpes-simplex
http://kamuskesehatan.com/arti/malaise/
26