You are on page 1of 26

BAB I

SKENARIO 4

Bu Nurul usia 40 tahun datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan adanya
benjolan kecil bergerombol di daerah lipatan paha dan lesi yang sakit sekali.
Sebelumnya 3 hari yang lalu Bu Nurul merasakan badanya terasa meriang
(subfebris) dan pegal-pegal (malaise), kemudian timbulnya bulla kecil-kecil, ada
rasa panas dan nyeri seperti tertusuk tusuk di kulit daerah lipatan pada kemudian
bertambah parah dengan adanya lesi multiple dengan batas tegas. Lesi
sebelumnya sudah di beri obat Betadine tapi tidak sembuh dan minum obat
Ponstan untuk menghilangkan rasa sakit. Sebelumnya 7 bulan yang lalu Bu Nurul
pernah mempunyai gejala mirip seperti ini. Pada pemeriksaan dokter tampak lesi
multiple sangat lunak, dan vesikel-vesikel bergerombol pada bagian kulit yang
melempuh dengan dasar eritema di daerah inguinal dextra dan sinistra. Terdapat
sejumlah kelenjar limfe inguinal bilateral yang lunak. Dokter menggunakan alat
usap untuk mengambil sampel ulkus dan mengirimnya untuk analisis diagnosis.

Apa yang terjadi pada Bu Nurul?

Kelainan kulit apa yang dialami Bu Nurul?

1
BAB II
KATA KUNCI

Benjolan kecil bergerombol (vesikel-vesikel bergerombol)


Vesikel merupakan benjolan kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan
dalam epidermis, mereka biasanya diisi dengan cairan serosa.

Lesi
Lesi adalah keadaan suatu jaringan yang fungsinya terganggu akibat
penyakit dan trauma. Keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh dapat
terjadi karena proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan
elektris; infeksi, masalah metabolisme, dan autoimun.
Lalu menimbulkan reaksi peradangan daerah sub.epitel yg akhirnya
menimbulkan luka pada sub mukosa.

Subfebris dan malaise


o Suhu tubuh di atur oleh hypothalamus. Demam Subfebris, adalah
suatu keadaan tubuh dimana temperaturnya berada di antara 37,5oC
- 38oC. Demam merupakan gejala adanya suatu proses abnormal di
dalam tubuh selain itu demam jika tidak ditangani dengan baik
berpotensi menimbulkan keadaan yang lebih serius. Demam
subfebris bisa menjadi salah satu tanda khas infeksi kuman Tb
(tuberculosis), dapat juga menjadi tanda infeksi Hepatitis kronis.
Demam sangat diandalkan untuk pertahanan tubuh. Ketika terjadi
demam, proses metabolisme tubuh otomatis dipercepat. Seumpama
mobil kalau mau melaju cepat, tekanan gas dinaikkan. Akibatnya
suhu mesin lebih panas. Begitu pula ketika demam. Metabolisme
dipercepat. Peperangan sel darah putih melawan kuman atau
bakteri memanas.

o Malaise, adalah perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau


lesu (tidak enak badan). Hal ini terkait dengan berbagai kondisi
medis yang berbeda, dan sering menjadi tanda pertama penyakit
yang berbeda, seperti infeksi virus.
o
Bulla kecil-kecil pada lipatan paha
Bulla adalah suatu penonjolan kulit dengan batas tegas, berisi cairan
serous dan diameternya < 1 cm >

2
Bulla dapat terjadi di lokasi yang berbeda pada lapisan kulit

1. Bulla intra epidermal atau supra basal


1. Spongiosis : Bulla yang terjadi karena proses spongiosis
dimulai dengan terjadinya edema interselular di antarasel-
sel keratinosit yang terisi cairan.
Contoh: dermatitis kontak alergi (DKA)

2. Degenerasi balon: Bulla terjadi karena proses degenerasi


dimulai dengan terjadinya edema intraselularbiasanya
karena adanya suatu proses infeksi.
Contoh: herpes zozter, herpes simplex

3. Akantolisis : Bulla terjadi karena adanya proses akantolisis,


yakni hilangnya spina atau akanta atau jembatan antar sel,
sehingga ikatan antara sel menjadi hilang atau lepas, dan
akhirnya akanterbentuk celah atau rongga yang berisi cairan
Contoh : Pemfigus

4. Sub-corneal : Bulla terbentuk karena lepasnya stratum


korneum dari lapisan di bawahnya.
Contoh : impetigo, miliaria kristalina

2. Bulla sub epidermal atau infra basal atau intra dermal


Bulla infra basal terjadi karena lepasnya lapisan basal dari
membrana basalis. Bulla yang terbentuk biasanya akibat proses
autoimun.
Contoh : bullous pemphigoid, dermatitis herpetiformis.

Rasa panas dan nyeri


Lesi multiple dengan batas tegas
Tidak sembuh dengan minum obat Betadine

Indikasi:
Pertolongan pertama pada luka dan mencegah
infeksi.

Komposisi:
Mengandung bahan aktif:
Povidone Iodine 10% setara dengan Iodine 1%

Povidone Iodine adalah suatu zat kimia


(povidon iodin) yang punya sifat antiseptik (membunuh kuman) baik
bakteri gram positif maupun negatif sehingga dalam hal ini, betadine lebih
baik daripada rivanol, tapi betadine lebih iritatif (bikin perih) dan lebih
toksik (beracun) bila masuk ke pembuluh darah.

3
Minum obat Ponstan untuk menghilangkan rasa sakit

Ponstan (mefenamic acid) merupakan nama obat


paten dari obat generik Asam Mefenamat. Obat ini
termasuk golongan Non-Steroidal Anti-
Inflammatory Drugs (NSAIDs) atau dapat disebut
analgesik anti-inflamasi.
Seperti golongan obat analgesik lainnya, obat ini
juga mempunyai fungsi yang sama sebagai penghilang rasa sakit. Efeknya
selain sebagai penghilang rasa sakit, juga sebagai anti-inflamasi
(mengurangi pembengkakan).

Komposisi
Tiap kapsul mengandung Asam Mefenamat 250 mg
Tiap tablet mengandung Asam Mefenamat 500 mg (Ponstan Forte)

Indikasi
Untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang, serta nyeri akut dan
kronis sehubungan dengan:
1. Sakit gigi
2. Sakit kepala
3. Nyeri sendi
4. Nyeri otot
5. Dismenore (sakit saat datang bulan)

Vesikel-vesikel bergerombol pada kulit yang melepuh


Eritema di daerah inguinal dextra dan sinistra
Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran
pembuluh kapiler yang reversible.
Ulkus
Ulkus adalah defek yang mengenai seluruh epidermis dan melebihi
membrana basalis, bahkan mungkin sampai dermis atau subkutis, sehingga
pada proses penyembuhannya sering meninggalkan sikatriks.
Contoh: ulkus stasis, ulkus tropikum.

4
BAB III

PROBLEM

1. Apa yang menyebabkan benjolan-benjolan kecil bergerombol dan lesi


yang sakit sekali di daerah lipatan paha?
2. Mengapa sebelum timbul bulla kecil-kecil Bu Nurul mengalami subfebris
dan malaise?
3. Mengapa dengan pemberian betadine dan ponstan belum bisa
menghilangkan lesi Bu Nurul?
4. Apakah gejala yang dirasakan Bu Nurul 7 bulan yang lalu berhubungan
dengan lesi yang dirasakan sekarang?
5. Apa yang menyebabkan munculnya sejumlah kelenjar limfe inguinal
bilateral yang lunak?

5
BAB IV

PEMBASAHAN

A. BATASAN
Suhu tubuh
36,5oC 37,5oC : Normal
37,5oC 38oC : Subfebris
>38oC : Febris
Frekuensi pernafasan
< 12 x/ menit : Bradypnea
12-15 x/ menit : Normal
>15 x/menit : Tachypnea
Denyut nadi
< 60 x/menit : Bradycardi
60-100 x/menit : Normal
>100 x/menit : Tachycardi
Tekanan darah
Hipertensi Hipertensi
Normal Prahipertensi
derajat 1 derajat 2

Seistole < 120 139 140-159 >160


Diastole < 80 89 90-99 <100

6
A. ANATOMI KULIT

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki


fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
dari luar.

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Lapisan


lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan
penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air
sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting
karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya
dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka
kulit akan kering dan pecah-pecah. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme,
kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah
tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan
serta menjadi sumber infeksi.

Secara anatomi, kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu:

Epidermis
Dermis
Subkutis (subkutan)

Lapisan Epidermis

Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:

1. Stratum corneum (lapisan tanduk) --- Terdiri atas beberapa lapis sel yang
pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme,
tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian

7
besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan
sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan
fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
2. Stratum lucidum (lapisan jernih) --- Berada tepat dibawah stratum
corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin.
Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
3. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir) --- Tersusun oleh sel-sel
keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
4. Stratum spinosum (lapisan malphigi) --- Sel berbentuk kubus dan seperti
berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil
yang terdiri atas serabut protein.
5. Stratum germinativum (lapisan basal) --- Adalah lapisan terbawah
epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang
membentuk pigmen melanin.

Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut.

Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen
elastis dan retikulin.

Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,


berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu
melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah
lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh
memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara
memecah simpanan lemaknya.

B. HISTOLOGI KULIT

Kulit terbagi menjadi 3 lapisan utama yaitu :

- Epidermis, berasal dari ectoderm


- Dermis, berasal dari mesoderm

8
- Hypodermis, lapisan jaringan pengikat dibawah kulit yang lebih longgar, pada
beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak. Didalam subcutis
terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.

Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:

Stratum Corneum

Stratum Lucidum

Stratum Granulosum

Stratum Spinosum

Stratum Basale

1. Stratum basale

Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum


germinativum karena paling banyak tampak adanya mitosis sel sel.

Sel sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk
silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir butir pigmen.

2. Stratum spinosum

Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau
stratum germinativum karena sel selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel
sel dari stratum basale akan mendorong sel sel di atasnya dan berubah menjadi
polihedral.

Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel sel yang berbentuk
polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel
menunjukkan tonjolan tonjolan seperti duri duri. Semula tonjolan tonjolan
tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat
tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.

3. Stratum granulosum

Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk
sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam

9
berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir
butir.
Butir butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin
(butir butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir
butir keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi
tidak selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.
Makin ke arah permukaan butir butir keratin makin bertambah disertai inti sel
pecah atau larut sama sekali, sehingga sel sel pada stratum granulosum sudah
dalam keadaan mati.

4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum
dan stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun
sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga
merupakan hasil dari keratohialin.

5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas
banyak sekali lapisan sel sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau
keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri duri pada stratum spinosum sudah
tidak tampak lagi.
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang
kadang disebut sebagai stratum disjunctivum

Dermis terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :

1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang
membentuk papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel sel yang terdapat pada
jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.

2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut serabut
kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan.
Di dalamnya selain terdapat sel sel jaringan pengikat terdapat pula sel
khromatofor yang di dalamnya mangandung butir butir pigmen. Di bawah
stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera yang
akan bermuara pada epidermis.

10
C. PATOFISIOLOGI

Perubahan patologis yang ditemukan pada penyakit kulit sering kali tidak terdiagno
sis. Ahli patologi harus bertumpu pada banyaknya keterangan klinik yangdiberikan
padanya, uang seringkali sangat berarti dalam membantu diagnosis.

Secara umum proses patologik kulit dapat dibedakan menjadi 2 golongan :

1. Kelainan kulit sebagai penyakit yangberdiri sendiri.

2. Kelainan kulit sebagai gejala dari penyakit lain.

Perubahan patologis epidermis berupa proses berikut :

HIPERPASA

1. Hiperkeratosis yaitu hipertrofi dari lapisan tanduk.Ini sangat khas terlihat pada
kornu kutaneus.

2. Parakeratosis yaitu inti sel lapisan tanduk masih ada.Ini terlihat pada psoriasis dan
keadaan lesi bersisik lainnya.

3. Akantosis yaitu penebalan stratum spinosum. Ini terjadi pada psoriasis dan
wart(kutil).

4. Spongiosis yaitu pembengkakan interselluler dan merupakan sebagian


gambarandermatitis dan eksema.

5. Akantolisis yaitu melepasnya sel-sel epidermis sehingga terjadilah eleft/vesikel


dan bula pada epidermis. Ini terjadi pada keadaan penyakit berlepuh yang disebut p
emfigus.

Perubahan patologis dermis berupa proses berikut:

PDH/A

1. Hipertrofi atau atrofi jaringan ikat. Ini terdapat pada keloid,


atau pada kulitorang tua.

2. Perubahan kapiler pada lupus eritematous atau skleroderma.

3. Degenerasi kolagen, pada kulit orang tua atau skleroderma.

11
E. JENIS-JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
1. Herpes Simpleks

Infeksi Herpes Simpleks ditandai dengan episode berulang dari


lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan
terasa nyeri.

Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput


lendir.
Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan
tidak aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa
pada daerah yang terinfeksi.

Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai


berkembangbiak, seringkali menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan
pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya.
Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan
yang nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi
orang lain.

Timbulnya erupsi bisa dipicu oleh:


- pemaparan cahaya matahari
- demam
- stres fisik atau emosional
- penekanan sistem kekebalan
- obat-obatan atau makanan tertentu.

PENYEBAB

Terdapat 2 jenis virus herpes simpleks yang menginfeksi kulit, yaitu


HSV-1 dan HSV-2.
HSV-1 merupakan penyebab dari luka di bibir (herpes labialis) dan luka
di kornea mata (keratitis herpes simpleks); biasanya ditularkan melalui

12
kontak dengan sekresi dari atau di sekitar mulut.
HSV-2 biasanya menyebabkan herpes genitalis dan terutama ditularkan
melalui kontak langsung dengan luka selama melakukan hubungan
seksual.

2. Herpes Zoozter

Herpes zoster adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus varicella


(cacar air) yang kembali timbul dalam bentuk berbeda. atau biasa di
sebut juga dengan cacar ular. Setiap orang yang pernah terkena cacar air
maka virus tersebut akan selalu ada di dalam tubuh. Virus varicella
tersebut menjadi aktif kembali apabila daya tahan tubuh menurun. Di
saat virus tersebut tidak aktif atau biasa di sebut dormant, virus ini
menempel di jaringan perifer syaraf dan menetap menjadi tidak aktif.
Pada keadaan imun tubuh menurun, virus ini muncul kembali dan
menyebabkan kemerahan atau ruam pada daerah kulit yang di lalui oleh
virus tersebut.

3. Varicella

Penyakit ini di masyarakat dikenal dengan sebutan Cacar Air. Varicella


adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan sangat menular,
terutama terjadi pada anak-anak. Penyakit ini harus dibedakan dengan
penyakit Cacar (Variola) yang memiliki angka kematian cukup tinggi.
Secara klinis penyakit ini ditandai dengan adanya erupsi vesikuler pada

13
kulit atau selaput lendir. Walaupun manifestasinya ringan, tapi pada
anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, penyakit
ini dapat menjadi berbahaya.

Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus ini dapat
berbiak dalam bahan jaringan embrional manusia. Virus yang infektif
mudah dipindahkan oleh sel-sel yang sakit. Virus ini tidak berbiak
dalam binatang laboratorium. Pada cairan dalam vesikel penderita, virus
ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap virus
ini dapat diukur dengan tes ikatan komplemen, presipitasi gel,
netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen
selaput yang disebabkan oleh virus.

Masa inkubasi Varicella biasanya 14 s/d 21 hari. Perasaan tidak enak


badan dan demam adalah gejala-gejala paling dini, dan segera diikuti
oleh ruam, yang mula-mula pada badan, dan kemudian pada wajah,
anggota badan, dan selaput lendir pipi dan faring. Sampai 3-4 hari
setelah gejala-gejala tersebut, komplikasi jarang terjadi. Angka
kematian jauh kurang dari 1% pada kasus tanpa komplikasi. Pada
Varicella neonatal (karena kontak bayi dengan ibu pada saat kelahiran)
angka kematian dapat mencapai 20%. Anak-anak dengan penyakit
defisiensi kekebalan tubuh, atau yang memperoleh obat imunosupresor,
atau obat sitotoksik mempunyai resiko tinggi terkena Varicella berat
dan kadang fatal.

Varicella akan meninggalkan kekebalan seumur hidup terhadap infeksi


Varicella berikutnya. Pencegahan terutama dianjurkan pada anak-anak
dengan imunodefisiensi atau imunosupresi, menggunakan
Imunoglobulin G dengan titer antibodi spesifik yang tinggi pada plasma
yang dikumpulkan dari penderita konvalesen (penyembuhan) penyakit
Herpes Zoster (GIVZ). GIVZ tidak mempunyai nilai terapi jika
diberikan setelah penyakit Varicella mulai timbul.

E. GEJALA KLINIS

1. Herpes Simpleks

Masa inkubasi berkisar sekitar 3-7 hari. Berdasarkan pernah tidaknya


seseorang kontak dengan Virus Herpes Simplex (HSV-2), infeksi
Herpes genitalis berlangsung dalam 2 fase, yakni:

14
1. Fase Infeksi (lesi) Primer, ditandai dengan:

Dapat terjadi tanpa gejala (asimptomatis)


Diawali dengan rasa panas, rasa terbakar dan gatal pada area yang
terserang.
Kemudian timbul vesikula (bintik-bintik) bergerombol, mudah pecah
sehingga menimbulkan perlukaan (mirip koreng) di permukaan kulit
yang kemerahan (eritematus), dan nyeri.
Selanjutnya dapat diikuti dengan demam, lemas sekujur tubuh (malaise)
dan nyeri otot.
Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di sekitar area yang terserang
Herpes genitalis.

2 Fase Infeksi (lesi) Rekuren (kambuh).

Seseorang yang pernah infeksi primer, dapat mengalami kekambuhan.


Adapun kekambuhan terjadi karena berbagai faktor dan dapat dipicu
oleh beberapa faktor pencetus, misalnya kelelahan fisik maupun psikis,
alkohol, menstruasi dan perlukaan setelah hubungan intim.

Pada infeksi kambuhan (rekuren), gejala dan keluhan pada umumnya


lebih ringan. Gambaran penyakit bersifat lokal pada salah satu sisi
bagian tubuh (unilateral), berbentuk vesikuloulseratif (bercak koreng)
yang biasanya dapat hilang dalam 5 hingga 7 hari.
Sebelum muncul bercak berkoreng, didahului dengan rasa panas, gatal
dan nyeri.

Walaupun keluhan dan gejala bersifat ringan, seyogyanya penderita


tidak mengabaikannya. Berobat ke dokter merupakan langkah bijak
agar terhindar dari kemungkinan terjadinya infeksi sekunder dengan
pelbagai dampak yang tidak kita inginkan.

Selain kedua fase di atas, dikenal juga fase laten, yakni fase dimana
penderita tidak mengalami keluhan dan gejala klinis, namun pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan HSV di ganglion dorsalis ( simpul
saraf di bagian belakang tubuh).

2. Herpes Zooster

Timbul kemerahan pada kulit yang terasa panas seperti terbakar atau
seperti terkena air cabai, ciri dari kelainan kulit adalah dengan adanya
cairan di dalam kulit seperti cacar namun hanya terpusat disatu daerah
yang berisi cairan akan pecah dan mengering membentuk seperti
lapiran keras pada kulit, yang akan mengelupas dalam waktu 2-3
minggu. Kemerahan pada kulit tersebut biasanya berada pada bagian
pundak belakang dan memutar ke arah depan dada sampai ke daerah

15
perut atau ke bagian dada. Kadang ruam tersebut timbul juga di daerah
wajah, mata, mulut, atau telinga.

3. Varicella

Gejala awal :
-pusing
-sakit kepala
-demam yang tidak begitu tinggi

Gejala ini tidak begitu jelas pada anak balita, tetapi menonjol pada
anak usia diatas 10 tahun. Pada orang dewasa keluhan ini dapat berat
sekali. Kelainan kulit muncul mula-mula seperti pada morbili, berupa
makula dan papula yang kemudian menjadi vesikel berisi cairan
jernih. Perubahan ini berlangsung dalam waktu 24 48 jam.Ruam
biasanya lebih banyak di badan dibandingkan dengan di anggota
gerak. Yang khas pada varisela ini adalah berbagai macam ruam dapat
ditemukan dalam satu saat. Pada bentuk yang berat kelainan kulit
timbul di seluruh tubuh.

16
BAB V

HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

1. Herpes Simpleks
2. Herpes Zooster
3. Varicella

17
BAB VI

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

GEJALA KLINIS

Adanya vesikel-vesikel bergerombol pada bagian kulit yang melepuh


dengan dasar eritema di daerah inguinal dextra dan sinistra
Terdapat sejumlah kelenjar limfe inguinal bilateral lunak
Suhu badan subfebris
Malaise
Timbul bulla kecil-kecil yang terasa panas dan nyeri seperti tertusuk-tusuk
di daerah lipatan paha
Adanya lesi multiple yang sangat lunak dengan batas tegas

ANAMNESA

Identitas
Nama : Ny. Nurul
Umur : 40 th

Keluhan Utama
Adanya benjolan kecil bergerombol di daerah lipatan paha disertai lesi
berbatas tegas dan merasa sakit sekali

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


3 hari sebelumnya badan terasa meriang dan pegal-pegal
Timbul bulla kecil-kecil terasa panas dan nyeri seperti tertusuk-tusuk pada
lipatan paha
Timbul lesi multiple dengan batas tegas

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


7 bulan yang lalu pernah mengalami gejala mirip seperti ini.

18
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
-

Riwayat Sosial
Ekonomi menengah ke bawah
Bekerja sebagai ibu rumah tangga
Riwayat Kebiasaan
-

PEMERIKSAAN FISIK

Vital Sign
Tekanan darah : 130/80
Nadi : 90/menit
RR : 20/menit
Suhu Tubuh : 380C
GCS : 4,5,6

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Tranck Test.
Pemeriksaan darah yang diberi pengecatan Giemsa atau Wright, jika
positif terjangkit HVS akan terlihat adanya sel raksasa berinti banyak.
Pemeriksaan ini tidak sensitif dan spesifik.
b. Elisa.
Pemeriksaan antigen HSV (sensitifitas 95%).
c. Kultur Virus.

Sensitivitasnya rendah dan menurun dengan cepat saat lesi menyembuh.

d. Deteksi DNA HSZ dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)

Lebih sensitif dibandingkan kultur virus

e. Tes serologik IgM dan IgG tipe spesifik.

IgM baru dapat dideteksi setelah 4-7 hari infeksi, mencapai puncak
setelah 2-4 minggu, dan menetap selama 2-3 bulan, bahkan sampai 9
bulan.

19
Sedangkan, IgG baru dapat dideteksi setelah 2-3 minggu infeksi,
mencapai puncak setelah 4-6 minggu dan menetap lama, bahkan dapat
seumur hidup.

Antibodi IgM dan IgG hanya memberi gambaran keadaan infeksi akut
atau kronis dari penyakit herpes genitalis.

Tidak ditemukannya antibodi HSV pada sampel serum akut dan


ditemukannya IgM spesifik HSV atau peningkatan 4 kali antibodi IgG
selama fase penyembuhan menunjukkan diagnosis HSV primer.
Ditemukannya IgG anti HSV pada serum akut, IgM spesifik HSV dan
peningkatan IgG anti HSV selama fase penyembuhan merupakan
diagnosis infeksi HSV rekuren.

20
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

Berdasarkan data yang diperoleh dengan membandingkan keadaan pasien


kami mendiagnosis pasien menderita Herpes Simpleks.

Vesikel
Bulla
Timbul bergerombol
tersa
bulla Vesikel di daerah
NO Gejala Demam panas
kecil- bergerombol inguinal
dan
kecil dextra dan
nyeri
sinistra

Herpes
1 + + + + +
Simpleks

Herpes
2 + + + + -
Zooster

3 Varicella + + - - -

21
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS

Apakah vesikel
Apakah pasien Apakah bulla Apakah bulla
Apakah timbul muncul di
merasa terasa panas muncul
bulla? daerah
demam? dan nyeri? bergerombol?
inguinal?
Herpes Herpes Herpes Herpes Herpes
Simpleks Simpleks Simpleks Simpleks Simpleks

Herpes Herpes Herpes


Herpes Zooter
Zooster Zooster Zooster

Varicella Varicella

22
BAB IX

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

PENATALAKSANAAN

1. Pada infeksi primer, penatalaksanaannya adalah sebagai berikut:

a) Obat untuk mengurangi keluhan (simptomatis), misalnya: analgesik untuk


meredakan nyeri.

b) Antivirus:

Acyclovir, diminum 5 x 200 mg per hari selama 7-10 hari.


Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 7-10 hari.
Famcyclovir, diminum 3 x 250 mg per hari selama 7-10 hari.

2. Pada infeksi kambuhan (rekuren):

Infeksi ringan, cukup dengan menggunakan obat untuk meredakan keluhan


(simptomatis) dan obat antivirus topikal (salep, cream), misalnya acyclovir cream,
dioleskan 5 kali sehari atau setiap 4 jam, selama 5-10 hari.

Pada infeksi berat:

Acyclovir, diminum 5 x 200 mg per hari selama 5 hari.


Acyclovir, diminum 3 x 400 mg per hari selama 5 hari.
Acyclovir, diminum 2 x 800 mg per hari selama 5 hari.
Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 5 hari.
Famcyclovir, diminum 2 x 125 mg per hari selama 5 hari.

Jika kekambuhan (rekuren) terjadi lebih 8 kali dalam setahun, maka perlu
dilakukan terapi supresif selama 6 bulan, menggunakan:

Acyclovir, diminum 2 x 800 mg per hari selama 5 hari.


Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 5 hari

23
PRINSIP TINDAKAN MEDIS

Membunuh virus yang ada di tubuh pasien.


Meningkatkan daya tahan tubuh pasien.
Mencegah terjadinya penularan ke orang lain.
Memberi edukasi tentang perilaku seks yang benar.
Memberi dukungan kepada pasien.

24
BAB X

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

CARA UNTUK MENYAMPAIKAN PROGNOSIS KEPADA PASIEN

Gunakan bahasa sederhana yang dapat dimengerti oleh pasien


Hindari kata-kata dan istilah menakutkan
Memberikan informasi dan edukasi tentang herpes
Meminimalkan akibat psikologis yang biasanya timbul akibat kondisi penyakit tersebut
Memberi jaminan bagi pasien untuk kerahasiaan absolut tentang konsultasi dan
hubungan bersifat pribadi
Selalu menunjukkan perhatian dan kesungguhan terhadap masalah yang dihadapi oleh
pasien dan menyampaikan pertanyaan yang terbuka hingga klien menjadi lebih berani
berbicara
Melengkapi pasien dengan semua informasi yang dibutuhkan tentang penyakit,
prosedur pengobatan hingga pasien dapat memberikan putusan yang tepat

PERAN PASIEN DAN KELUARGA UNTUK PENYEMBUHAN

Pasien patuh minum obat/mengobati sesuai ketentuan


Kembali untuk check up teratur sesuai jadwal
Meyakinkan pentingnya pemeriksaan mitra seksual dan turut berusaha agar mitra
tersebut bersedia diperiksa dan diobati bila perlu
Mengurangi risiko penularan dengan:
a) Menghindari hubungan seks hingga pemeriksaan terakhir selesai
b) Menghindari hubungan seks bila timbul simtom atau gejala kambuh
c) Menggunakan kondom bila meragukan adanya risiko tertular herpes dari mitra
seksual

PENCEGAHAN

1. Membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat


2. Tidak berganti-ganti pasangan
3. Menghindari hubungan seksual apabila mitra seksual dicurigai menderita herpes
simpleks
4. Menghindari pinjam meminjan barang pribadi seperti handuk

Namun penyebaran HSV sulit dicegah, karena banyak orang dengan yang terinfeksi tidak tahu
dirinya dapat menularkannya ke orang lain. Penularan HSV dapat dikurangi dengan penggunaan
kondom, namun kondom tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi HSV dapat menulari
dan ditulari dari daerah kelamin yang agak luas, lebih luas dari pada yang ditutupi oleh celana
dalam. Bila orang penderita herpes minum acyclovir setiap hari mereka dapat mengurangi
herpes pada orang lain.

25
DAFTAR PUSTAKA

Mitaart, Adolf H. INFEKSI HERPES PADA PASIEN IMUNOKOMPETEN. Bagian Ilmu


Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Sam Ratulangi Manado

http://books.google.co.id/books?id=x_lru5LUnJ8C&pg=PA94&lpg=PA94&dq=bula+ada
lah&source=bl&ots=-
0uaJsnzqq&sig=VMzpCSYDeoCrpnTQaxgUKQCcFh8&hl=id&sa=X&ei=YAynUZy2L
MLqrQe1uYCoDQ&redir_esc=y#v=onepage&q=bula%20adalah&f=false

http://id.scribd.com/doc/52237264/eflorosensi

http://www.dechacare.com/Betadine-P209.html

http://www.psychologymania.com/2012/10/anatomi-kulit-manusia.html

http://id.scribd.com/doc/86834392/Anatomi-Dan-Histology-Kulit

http://www.permatacibubur.com/index.php/ruang-berita/artikel/lain-lain/274-perbedaan-
herpes-zoster-dan-herpes-simplex

http://kamuskesehatan.com/arti/malaise/

26

You might also like