Professional Documents
Culture Documents
SEPSIS NEONATORUM
A. Pengertian
Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke aliran dalam darah (Donna L. Wong,
2003). Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri
pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2004). Sepsis
adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan.
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.
Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja
(seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat
sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan
dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau
jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John, 2009). Sepsis dapat dibagi menjadi dua,
antara lain:
1. Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka
mortalitas tinggi.
dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
1
2
B. Etiologi
seperti septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem
sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit,
atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
- Streptococus group B
- Stophylococus aureus
- Enterococus
- Listeria monocytogenes
- Klepsiella
- Entererobacter sp
- Pseudemonas aeruginosa
- Proteus sp
- Organisme anaerobik
1. Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata 48
jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta, dari cairan
amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya gejala pada
early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.
2. Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa
kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit (nosokomial)
Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,
sianosis
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
a.Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah darI pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
e.Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
(Asrining, 2007).
4
D. Patofisiologi
Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada neonatus (bayi).
Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang menimbulkan sepsis. Faktor infeksi yang
mempengaruhi sepsis, antara lain faktor maternal yaitu adanya status sosial-ekonomi ibu,
ras, dan latar belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan
alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah
mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Status paritas
(wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 30 tahun. Kurangnya perawatan prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur
selama persalinan. Faktor Neonatal, pada bayi dengan prematurius ( berat badan bayi
kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.
Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.
Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga.
kulit. Kemudian adanya defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG
spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak
melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu cenderung mudah
sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di
rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena atau arteri maupun kateter nutrisi
parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap obat-obat tertentu,
seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan
paling sering akibat kontak tangan. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan
E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya
E. PATHWAY
Menghasilkan panas Eritrosit banyak Lisis Fungsi tidak optimal Muntah, diare
tubuh
Jaundice (ikterik)
Gangguan
Defisit
Pola Nafas
1. Monitoring tanda-
Volume
tanda vital setiap dua Cairan &
jam dan pantau warna Ke otak Elektrolit
kulit
2. Observasi adanya
kejang dan dehidrasi 1. Posisikan pasien semi
3. Berikan kompres fowler
dengan air hangat pada Ensepalopati 2. Auskultasi suara
napas 1. Monitoring tanda-tanda
aksila, leher dan vital setiap dua jam dan
lipatan paha, hindari 3. Monitor respirasi dan
status O2,TTV pantau warna kulit
penggunaan alkohol 2. Observasi adanya
untuk kompres 4. Bila perlu lakukan
hipertermi, kejang dan
4. Kolaborasi pemberian
Kemit Ikterik (Kejang) suction,pustural dehidrasi
antipiretik sesuai drainage 3. Berikan kompres hangat
kebutuhan jika panas jika terjadi hipertermi,
tidak turun dan pertimbangkan untuk
langkah kolaborasi
dengan memberikan
antipiretik
4. Berikan ASI/PASI sesuai
jadwal dengan jumlah
pemberian yang telah
ditentukan
7
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin :
3. Leukositosis (>34.000109/L)
G. Penatalaksanaan
a. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit (Datta,
2007) meliputi sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus
dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis
yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus
menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan
dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau
sianosis
4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
8
diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah
ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain
setelah 24 jam petama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi,
peka rangsang, pucat, berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara
dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi, sianosis. Gejala
2. Diagnosa Keperawatan
atau inflamasi
demam.
DAFTAR PUSTAKA
Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET.