You are on page 1of 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN TROMBOEMBOLI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN TROMBOEMBOLI

A. Definisi 1. Trombosis aadalah pembentukan massa bekuan darah dalam sistem


kardiovaskuler yang tidak terkendali ( Robin & Kumar, 19995 )
B. 2. Emboli adalah oklusi beberapa bagian sistem kardiovaskuler oleh suatu masa (Embolus)
yang tersangkut dalam perjalananya ke suatu tempat melalui arus darah (Robin dan Kumar,
1995) 3. Tromboembolisme adalah gangguan trombosis dan embolisme (Robin &
Kumar,1995) 4. Trombofleblitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena
sekunder akibat inflamasi atau trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian
(Doengoes, 2000) B. Insiden dan Etiologi Insiden tromboemboli pada kehamilan dan
puerperium adalah lima kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak hamil pada usia
yang sama. Tromboemboli adalah penyebab utama kematian maternal di amerika serikat.
Trombosis vena terjadi pada satu dari 2000 wanita selama kehamilan dan satu dari 700
wanita setelah melahirkan (Nuwahid dkk,1998) Umumnya etiologi trobbosus disebabkan
oleh tiga hal yang dikenal dengan Trias Vischow C. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi
pada tromboembolisme adalah sebagai berikut : 1. Bedah kebidanan 2. Multiparitas 3.
Varises 4. Infeksi nifas 5. Kebiasaan merokok yang berat 6. Kontrasepsi oral 7. Inaktivitas 8.
Riwayat tromboflebitis
D. Manifestasi Klini
z1. Trombosis vena superfisial (TVS) Trombosis vena superfisial biasanya disertai oleh tanda
dan gejala inflamasi. Tromboflebilitis biasanya dihubungkan dengan varises vena dan
terbatas pada daerah betis. Tanda dan gejalanya meliputi ekstermitas kemrahan, lunak dan
hangat. Palpasi luas dan penyempitan vena. 1. Perubahan susunan darah (hiperkoagulansi)
Kehamilan dikarakteristikan oleh perubahan dalam pembekuan oleh sistem fibrinosis yang
berlangsung selama periode postpartum. Meningkatnya sistem fibrinosis ( Aktivasi
plasminogen dan antirombin yang menyebabkan penghancuran ditekan ). Keuntungaganya
yaitu mencegah perdarahan maternal melalui peningkatan pembentukan bekuan. Di
samping itu, menyebabkan risiko tinggi pembentukan trombus selama kehamilan dan
periode postpartum. 2. Perubahan laju peredaran darah (Stasis Vena) Kehamilan
menyebabkan peningkatan stasis vena pada ekstermitas bawah dan pelvis sebagai hasil dari
tekanan pembuluh darah besar karena pembesaran uterus. Stasis paling nyata ketika wanita
hamil berdiri untuk periode waktu yang lama. Stasis menyebabkan dilatasi pembuluh darah
potensial berlanjut hingga postpartum. Inaktivitas relatif selama kehamilan juga berperan
penting dalam bendungan vena dan darah yang stasis di ekstermitas bawah. Waktu yang
lama dalam memijakan kaki selama kehamilan dan perbaikan episitomi juga meningkatkan
vena stasis dan pmbentukan trombus. 3. Perlakuan interna pembuluh darah Dapat terjadi
pada tindakan operasi. dapat didahului oleh proses operasi atau inflamasi. Perlakuan pada
interna menyebabkan pembuluh darah kehilangan muatan listrik, sehingga trombus mudah
menempel pada dinding pembuluh tersebut.Wanita juga mengalaminya ketika berjalan. 2.
Trombosis Vena Dalam Trombosis vena dalam lebih sulit didiagnosis berdasarkan
manifestasi klinis karena tanda atau gejala sering kali tidak ada atau difus. Jika ada, gejalanya
disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi vena balik, pembengkakan betis, serta edema
eritema hangat lunak. Tan Hodmann (nyeri belakang lutut ketika dorsofleksi) dianggap
sebagai indikator trombus vena dalam pada wanita postpartum. Tanda Hotman mempunyai
nilai kecil pada diagnosis , karena nyeri kemungkinan juga disebabkan oleh ketegangan otot
atau luka memar. Dan ini tidak selalu ada pada wanita yang mengalami trombosis vena.
Refleks spasme arteri menyebabkan kaki pucat dan dingin. Pada perabaan dapat penurunan
denyut nadi perifer. Gejala lain meliputi nyri ketika digerakan, malaise, dan kekuatan pada
kaki yang terserang. E. Pemeriksaan penunjang 1. USG Doppler untuk menunjukan
peningkatan lingkaran ekstermitas yang dipengaruhi. 2. Venografi kontas untuk memastikan
trombosis vena dalam 3. Hb atau Ht untuk mengidentifikasi hemokonsentrasi 4.
Pemeriksaan koagulasi untuk mengidentifikasi hiperkoagulabilitas. F. Penatalaksanaan 1.
Tromboembolisme ringan. Ditangani dengan istirahat, dapat juga dengan pemberian
antibiotic dan ibu dianjurkan untuk mobilisasi atau aktifitas ringan. 2. Tromboembolisme
berat. Antikoagulan untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan mengurangi bahaya
emboli. Tetapi dapat dimulai dengan heparin melalui infus IV sebanyak 10.000 iu satuan
setiap 6 jam dan diteruskan dengan kaumarin 10 gram perhari kemudian 3mg perhari dan
selama 6 minggu kemudian dikurangi dan dihentikan dalam 2 minggu.
G. Asuhan keperawatan
1. Aktifitas Riwayat duduk lama, imopbilitas dengan tirah baring, anestesi akibat
pembatasan aktifitas, juga mencakup pekerjaan ibu.
2. Sirkulasi
Varises vena
Peningkatan frekuensi nadi
Riwayat thrombosis vena sebelumnya, masalah jantung, hemografi, hipertensi karena
kehamilan, dan hiperkoagulabilitas pada purperium dini.
Nadi perifer berkurang, tanda hotman positif, ekstermitas bawah, mungkin hangat dan
warna kemerahan, tungkai yang sakit,dingin, pucat, serta edema.
3. Cairan
Peningkatan berat badan
ASI kadang-kadang berkurang pada ibu menyusui
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri tekan pada area yang sakit
Thrombosis dapat teraba
5. Keamanan
Adanya endometritis post partum
Suhu mungkin tinggi dan menggigil
H. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan interupsi jaringan vena.
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses imflamasi spasme paskular.
3. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi atau kesalahan
interpretasi.

Intervensi keperawatan

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi jaringan vena. kriteria hasil:
a. Nadi perifer dapat di raba b. Pengisian kapiler adekuat c. Penurunan edema dan eritema
Intervensi a. Anjurkan tirah baring Rasional: meminimalkan kemungkinan perubahan posisi
thrombus dan menciptakan emboli b. Observasi ekstermitas terhadap warna. Inspeksi adanya
edema dari lipat paha sampai telapak kaki, ukur, dan catat lingkaran betis pada ke dua kaki. Rasional:
gejala yang membantu membedakan antara tromboflebitis superficial dengan thrombosis vena
dalam ialah kemerahan, panas, nyeri tekan, dan edema local merupakan karakteristik superficial.
Pucat dan dingin pada ekstermitas merupakan karakteristik TVD. c. Kaji pengisian kapiler dan periksa
tanda hodman. Rasional: penurunan pengisian kapiler dan tanda hodman positif menandakan TVD.
d. Anjurkan untuk meninggikan telapak kaki dan kaki bawah di atas ketinggian jantung. Rasional:
mengosongkan vena superficial dan tibia dengan cepat, mempertahankan vena tetap
kolaps,sehingga meningkatkan aliran balik vena. e. Instruksikan ibu untuk tidak memaksa
ekstermitas yang sakit. Rasional: untuk mencegah perubahan posisi trombus yang menimbulkan
embolisme. f. Anjurkan nafas dalam. Rasional: menghasilkan penekanan negative pada toraks yang
membantu pengosongan vena yang besar. g. Kaji kemungkinan pernafasan dan bunyi paru serta
catat keluhan-keluhan nyeri pada dada dan merasakan nyeri ansietas. Rasional: nyeri dada yang
tajam pada substernal, ketakutan tiba-tiba, dispnea, takipnea, dan hemoptisis. h. Lakukan ambulasi
progresif setelah fase akut. Rasional: melakukan aliran balik vena membantu mencegah stasis. i.
Berikan kompres hangat lembab pada ekstremitas yang sakit. Rasional:meningkatkan sirkulasi ke
area ekstermitas, meningkatkan vasodilatasi vena, dan resolusi edema. j. Kolaborasi dalam
pemberian antikoagulan menggunakan heparin. Rasional: heparin dapat mencegah pembentukan
thrombus dan mencegah pembekuan selanjutnya. k. Pantau pemeriksaan lab. Masa protrombin,
masa tromboplastin/Hb/Ht,AST (SGOT). Rasional: memantau efektifitas antikoagulaan,
hemokonsentrasi, dan dehidrasidapat mnimbulkan pembekuan. Nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi spesme vascular. Criteria hasil: a. Nyeri hilang b. Ibu dapat rileks dan istirahat dengan tepat
Intervensi a. Kaji derajat ketidaknyamanan atau nyeri dengan melakukan palpasi pada kaki. Rasinal:
derajat nyeri berhubungan langsung dengan luas nyeri yang terlibat, derajat hipoksia, dan edema
berkenaan dengan terjadinya thrombus pada dinding vena terinflamasi. Ibu dapat melindungi
ekstremitas yang sakit untuk menurunkan nyeri berkenaan dengan gerakan akut. b. Perhatikan tirah
baring dengan cepat. Rasional; menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan kontraksi dan
gerakan otot, menimbulkan kemungkinan perubahan posisi thrombus. c. Pantau tanda-tanda vital
Rasional: dapat menandakan peningkatan nyeri, demam dapat memperberat ketidaknyamanan
umum. d. Tinggikan ekstremitas yang sakit Rasional: meningkatkan aliran balik vena memudahkan
sirkulasi. e. Anjurkan perubahan posisi yaitu mempertahankan ekstremitas tetap tinggi. Rasional:
menurunkan kelelahan, dan meningkatkan aliran balik vena. f. Jelaskan prosedur dan intervensi
Rasional:melibatkan ibu dalam asuhan keperawatan, meningkatkan control, dan penurunan rasa
cemas. g. Indikasikan nyeri dada yang tiba-tiba dan tajam, dispnea, takikardi, atau ketakutan.
Rasional: tanda dan gejala ini menunjukan emboli paru sebagai komplikasi TVD. h. Berikan obat-
obatan sesuai indikasi. Rasional: analgetik menurunkan demam dan inflamasi menghilangkan nyeri.
i. Berikan kompres panas yang lembap pada ekstremitas. Rasional: menyebkan asodilatasi yang
meningkatkan sirkulasi. j. Anjurkan tindakan untuk penurunan ketergantungan emosi seperti teknik
relaksasi dan pengungkapan masalah. Rasional: menurunkan derajat kecemasan mencegah
kelelahan otot. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Criteria hasil: a.
Mengungkapkan tentang perasaan ansietas. b. Menunjukan penurunan perilaku seperti gelisah dan
iritabilitasi. Intervensi a. Jelaskan prosedur, tindakan, dan intervensi keperawatan. Rasional:
menurunkan rasa takut, meningkatkan pengetahuan ibu, dan libatkan dalam tindakan. b. Anjurkan
untuk tehnik relaksasi dan pengungkapan masalah. Rasional: mencegah kelelahan otot menurunkan
ansietas. c. Pantau tanda-tanda vital dan perilaku seperti kagelisahan peka rangsangan dan
menangis. Rasional: dapat menunjukan kemampuan ibu dalam mengatasi masalah. d. Bantu ibu
merawat diri sendiri dan bayi. Rasional: ansietas ibu dapat berkurang jika kebutuhanmya terpenuhi
serta bahwa ia mampu mengatasi dan terlibat dalam tugas-tugas keperawatan diri sendiri dan
bayinya. e. Anjurkan kontak melalui telepon atau bertemu dengan pasangan dan anak-anak bila ibu
dirawat di rumah sakit dianjurkan dengan bayinya. Rasional: membantu menurunkan perpisahan
dan isolasi. Implementasi keperawatan Implementasi merupakan tindakan sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga
kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. Evaluasi keperawatan Merupakan
hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

C. DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (1995). Maternity nursing. (4th ed.), Mosby:
Years Book-Inc.
Pilliteri, A. (2003). Maternal & child health nursing care of the chilbearing & childrearing
family. (4 th ed.), Philadelphia: Williams & Wilkins.
Abdul Bari Saifudin,SpOG,MPH,dr,prof, Buku Acuan Nasional Pelayanan kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2000, JNPKKR-POGI,Jkarta
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., & Bobak, I.M.(2000). Maternity womens health care. (7 nd
ed. ),

You might also like