Professional Documents
Culture Documents
1. Macam-macam Deformasi
1. Robahan Panjang
2. Putaran Sudut (Rotation)
3. Lendutan (Deflection)
4. Puntiran
Robahan Panjang yaitu Perpanjangan atau perpendekan yang diakibatkan oleh gaya
aksial/gaya Normal (gaya yang bekerja sejajar sumbu batang). Gaya Aksial Tekan
mengakibatkan batang mengalami perpendekan sedangkan Gaya Aksial Tarik
mengakibatkan batang mengalami perpanjangan.
Menurut Hukum Hooke Robahan panjang yang terjadi sebagai berikut :
a. Berbanding lurus dengan Panjang batang semula (l)
b. Berbanding lurus dengan gaya aksial yang bekerja pada batang tersebut (P)
c. Berbanding terbalik dengan Luas penampang dari batang tersebut (F)
d. Berbanding terbalik dengan Modulus Elastisitas bahan (E) dari batang
tersebut.
F
l
P.l
l = --------
E.F
-1-
Jika l/l disebut robahan panjang relatif atau spesifik yang selanjutnya disebut
regangan ()
P/F disebut tegangan (),
maka Persamaan diatas dapat ditulis sebagi berikut :
= . 1/E, atau
= . E
Contoh soal 1 :
Diketahui sebuah batang besi dengan diameter 22 mm dengan panjang 10 m digunakan
untuk menarik mobil sedemikian hingga gaya aksial yang bekerja pada batang besi
tersebut sebesar 0,5 ton. Tentukan besarnya perpanjangan, regangan dan tegangan
yang terjadi pada besi tersebut jika diketahui Modulus Elastisitas besi sebesar 2,1.10 6
Kg/cm2
Penyelesaian :
Diketahui :
F
P P
b. Menghitung regangan ()
= /E = 1315/2100000
= 0,00063
-2-
Yang dimaksud dengan putaran sudut () yaitu besarnya sudut yang dibentuk pada
suatu titik antara sumbu batang setelah struktur dibebani dengan sumbu batang
sebelum dibebani.
Yang dimaksud dengan lendutan () yaitu jarak antara titik sebelum struktur dibebani
dan setelah struktur dibebani.
Metode untuk menghitung putaran sudut dan lendutan adalah sebagai berikut :
Untuk menjelaskan metode ini ditinjau balok dua tumpuan sebagai berikut :
P1 P2
AB
Tinjaulah pias AB dan jika digambar pada kondisi yang ekstrim akan tampak seperti
gambar dibawah ini :
-3-
S
O d X (+)
r r
A dy
B
dx
Y (+)
Jika dua titik A dan B mempunyai koordinat A(xa,ya) dan B(xb,yb) maka :
dx = xb xa dan dy = yb ya
ds d tan
ds = r. d dan didapat r = ds/ d = -------- . --------
d tan d
-4-
= Sec2 = 1 + tan2 = 1 + (dy/dx)2
maka :
dx. 1 + (dy/dx)2
r = -------------------------- . { 1 + (dy/dx) 2}
d tan
dx. {1 + (dy/dx)2}3/2
r = --------------------------
d tan
sehingga :
dtan/dx d(dy/dx)/dx d2y/dx2
1/r = ---------------------- = ---------------------- = --------------------
{1 + (dy/dx)2}3/2 {1 + (dy/dx)2}3/2 {1 + (dy/dx)2}3/2
Oleh karena ordinat-ordinat dari titik sepanjang garis AB sangat kecil, maka dy/dx
juga amat kecil nilainya terhadap satuan, sehingga harga (dy/dx) 2 boleh diabaikan
terhadap 1.
Jadi :
Disamping terjadi perubahan kelengkungan sumbu batas atau garis elastis pada pias
tersebut juga terjadi robahan panjang akibat timbulnya gaya dalam. Jika digambarkan
pada kondisi ektrim akan tampak sebagai berikut :
-5-
d
r
E F F max -
M
A ds B Garis netral
z
ds
C D max +
D D
Kita amati pias ds yang menahan momen lentur sebesar M dengan asumsi sisi bidang CE
dalam keadaan tetap. Serat-serat di atas garis netral memendek dan di bagian bawah
memanjang.
Menurut Hukum Bernoulli bahwa Penampang FD tetap rata, yang berarti bahwa robahan
panjang pada serat-serat itu berjalan lurus. Dengan demikian maka robahan panjang itu
berbanding lurus dengan jarak z antara serat dan garis netral (pada tempat dimana tidak
terjadi robahan panjang). Menurut Hukum Hooke tegangan Normal itu berbanding lurus
dengan robahan panjang. Oleh karena itu maka Tegangan Normal itu juga berbanding
lurus dengan z dan dapat ditulis :
= c.z atau c = /z
Kalau diamati dua segitiga yang kongruen yaitu segitiga ABS dan segitiga DDB didapat :
ds : x = ds : r atau : x = 1:r
/E
-6-
1/r = /z = ------------ = c/E, karena c =M/I
/c
maka 1/r = M/(EI) Persamaan 2
Dari gambar 5 dapat diamati bahwa harga tan = dy/dx berkurang seiring dengan
bertambahnya harga x dengan demikian maka :
dtan d2y
------------- = --------- itu juga berharga negatif
dx dx2
Pada gambar 5 balok yang tinjau dianggap melengkung ke bawah (kelengkungan positif)
dan momen yang menyebabkab disebut Momen Positif
Oleh karena itu dari persamaan 1 dan persamaan 2 selanjutnya dapat ditulis :
d2y M
- ------------- = --------- Persamaan 3
dx2 EI
Untuk tinjauan balok yang melengkung ke atas (kelengkungan negatif) Momen yang
menyebabkannya disebut Momen Negatif, sedangkan harga tan = dy/dx bertambah
seiring dengan bertambahnya harga x dengan demikian maka :
dtan d2y
------------- = --------- itu juga berharga Positif
dx dx2
Oleh karena itu dari persamaan 1 dan persamaan 2 selanjutnya dapat ditulis :
d2y M
------------- = - ----- Persamaan 4
dx2 EI
Dari Persamaan 3 dan Persamaan 4 ternyata merupakan persamaan yang sama dan
untuk selanjutnya kedua persamaan tersebut dapat ditulis seperti pada persamaan 5 dan
disebut Persamaan Diferensial Garis Elastis.
d2y Mx
------------- = - ----- Persamaan 5
dx2 EI
Contoh Soal 2 :
-7-
EI
l
Penyelesaian :
* Persamaan umum :
d2y Mx
-------- = - -----
dx2 EI
x l-x
P
X
A B
X
l
Maka Mx = -P(l-x)
d2y -P(l-x)
------------- = - -------
dx2 EI
dy d2y P (l x )
2
dx
dx dx EI
dy P
EI
(l x)dx
dx
-8-
dy P
(lx 12 x 2 C1 )
dx EI
Jadi :
P
0 (l.0 12 .02 C1 )
EI
Sehingga C1 = 0
dy P
(lx 12 x 2 )
dx EI
Untuk mendapatkan Persamaan Garis Elastis (y) maka Persamaan putaran sudut tersebut
diintegrasi satu kali lagi yaitu :
(lx
dy
y dx
P
EI
1
2
x2 )
y P
EI
( 12 lx 2 12 . 13 x 3 C2 )
y P
EI
( 12 lx 2 16 x 3 C2 )
C2 ditentukan dengan syarat batas yaitu pada titik A (x=0) besarnya lendutan adalah 0
(nol) atau y = 0, karena pada titik A adalah merupakan titik perletakan, sehingga :
0 P
EI
( 12 .l.0 2 16 .03 C2 )
y P
EI
( 12 lx 2 16 x 3 )
Contoh Soal 3 :
-9-
EI
L=2,5 m
Penyelesaian :
d2y Mx
------------- = - -----
dx2 EI
Tinjau Potongan X X sejauh x dari B (selalu dihitung dari jepitan, untuk memudahkan
saat menentukan harga Konstanta sembarang C)
L-x x
A EI B
X
L = 2,5 m
Maka : Mx = -P(l-x)-1/2.q.x2
= -1.(2,5-x)-1/2.1,5.x2
= -2,5 + x 0,75.x2 = -0,75.x2 + x 2,5
- 10 -
d2y -0,75.x2 + x 2,5
------------- = - --------------------
dx2 EI
dy 1
dx
EI (0,75 x 2 x 2,5)dx
dy 1 1
( .0,75.x 3 12 .x 2 2,5.x C1 )
dx EI 3
dy 1
(0,25.x 3 12 .x 2 2,5.x C1 )
dx EI
Jadi :
1
0 (0,25.03 12 .02 ,5.0 C1 )
EI
Sehingga C1 = 0
dy 1
(0,25.x 3 12 .x 2 2,5.x)
dx EI
Untuk mendapatkan Persamaan Garis Elastis (y) maka Persamaan putaran sudut tersebut
diintegrasi satu kali lagi yaitu :
(0,25.x
dy
y dx
1
EI
3
1
2
x 2 2,5.x)dx
y 1
EI
(0,25. 14 .x 4 12 . 13 x3 2,5. 12 x 2 C2 )
y 1
EI
( 161 x 4 16 x 3 1,25 x 2 C2 )
C2 ditentukan dengan syarat batas yaitu pada titik A (x=0) besarnya lendutan adalah 0
(nol) atau y = 0, karena pada titik A adalah merupakan titik perletakan sehingga :
0 1
EI
( 161 0 4 16 .03 1,25.0 2 C2 )
- 11 -
y 1
EI
( 161 x 4 16 x 3 1,25 x 2 )
Untuk menentukan putaran susdut dan endutan di tengah bentang, maka harga x pada
persamaan putaran sudut dan persamaan garis elastis sama dengan 1,25 m (x=1,25)
sehingga :
dy 1
(0,25.1,253 12 .1,252 2,5.1,25)
dx EI
dy 1
(0,488 0,781 3,125)
dx EI
dy 2,832 2,832
0,02832.Radian 0,02832. 180
1,623o
dx EI 100
y 1
EI
( 161 .1,254 16 1,253 1,25.1,252 )
y 1
EI
(0,153 0,326 1,953)
1,780
y 1
EI
(1,780) 0,0178.m 17,8.mm
100
Sebagai konsep dasar metode ini berikut dapat diperhatikan suatu balok atas dua
tumpuan dibebani sebagai berikut :
dL
P1 P2 P3
dx
S M UN S
1 C 2 3
1 3
2
- 12 -
Gambar 11. Lendutan dibawah beban terpusat dan pada titik C
.P1.1+.P2.2+.P3.3 =.(S.dL)
Jika pada titik C dikerjakan 1 satuan maka lendutan pada titik beban pada gambar
11 akan menjadi sebagi berikut :
dl
dx
U M UN U
1 C 2 3
1 3
2
. (1).() = .(U.dl)
Jika P1, P2, dan P3 dikerjakan secara berangsur-angsur pada balok yang telah
menerima beban satuan di C (gambar 12) maka lendutan pada masing-masing titik
akan tampak seperti gambar berikut :
P1 P2 P3
- 13 -
U
1 C 2 3
1+1 + 3+3
2+2
1
Gambar 13. Lendutan dibawah beban terpusat akibat beban terpusat dan beban 1
satuan di C
.(S.dL = .P1.1+.P2.2+.P3.3
Sehingga jika disederhanakan akan menjadi : 1. = (U.dL) atau = (U.dL)
dan persamaan terakhir ini merupakan formula dasar dalam metode beban satuan.
S M UN S
y
C
- 14 -
1
Gambar 14. Lendutan dibawah beban terpusat 1 satuan di titik C
Jika Momen yang terjadi pada titik C akibat beban luar sebesar M dan akibat
beban terpusat 1 satuan 9*di C disebut m maka tegangan yang terjadi pada
serat sejauh y dari garis netral
- akibat beban 1 satuan adalah : U/dA=m.y/I atau U = m.y/I.dA
- akibat beban luar sebesar : S/dA=M.y/I atau S = M.y/I.dA
= (U.dL)
L A
( mI. y .dA).( MEI. y .dx )
M .m. y 2
EI 2
.dA.dx
0 0
L A L
.dx y .dA
2
M .m
E.I 2
M .m
EI .dx
0 0 0
Contoh Soal 4 :
P=1,5 ton
A B
EI= 150 tm2
L=2m
Penyelesaian :
- 15 -
P=1,5 t P=1,5 t 1
X X
A B A B+ A B
B
X x X x
(a). Kondisi asli (b). Akibat beban luar (c). Akibat beban 1 satuan
Sehingga :
L
B
0
M .m
EI
.dx
2 2
B ( 1, 5EI dx 1,EI
2
x ).( x ) 5x
0 0
B 1
EI
1
3
.1,5.x
3 2
0
1
EI
0,5.x 3 2
0
B 1
EI
(0,5.2 ) (0,5.0 ) 4
3 3 1
EI
4
EI
B 150
4
0,0267.m 2,67.cm
Jika pada titik C dikerjakan 1 satuan maka lendutan pada titik beban pada
gambar 11 akan menjadi sebagai berikut :
Perhatikan gambar berikut :
- 16 -
dL
P1 P2 P3
dx
S M UN S
1 C 2 3
1 3
2
Gambar 17. Lendutan dibawah beban terpusat dan putaran sudut pada titik C akibat
beban luar
.P1.1+.P2.2+.P3.3 =.(S.dL)
Dan jika pada titik C dikerjakan beban 1 satuan momen maka lendutan pada
masing-masing titik dan putaran susdut di titik C akan tampak seperti gambar
berikut.
dl
dx
U M UN U
1
1 C 2 3
1 3
2
Gambar 18. Lendutan sudut dibawah beban terpusat dan putaran sudut di
C akibat beban momen 1 satuan di C
P1 P2 P3
U
1 C 2 3
1+1 3+3
2+2
Gambar 19. Lendutan dibawah beban terpusat akibat beban terpusat dan beban
momen 1 satuan di C dan putaran sudut di titik C
= (U.dL)
L
0
M .m
EI
dx
- 18 -
m = Persamaan Momen lentur akibat beban momen 1 satuan
yang dikerjakan pada titik yang akan dihitung putaran
sudutnya
Contoh Soal 5 :
P=1,5 ton
A B
EI= 150 tm 2
L=2m
Penyelesaian :
P= 1,5 t P =1,5 t
X X 1
A B A B+ A B
X x X x
B
L=2m L=2m L=2m
(a). Kondisi asli (b). Akibat beban luar (c). Akibat beban 1 satuan
Rumus Umum :
L
B
0
M .m
EI
.dx
Sehingga :
L
B
0
M .m
EI
.dx
2 2
( 1, 5 x ).( 1)
B EI
dx 1, 5 x
EI
0 0
B 1
EI
1
2
.1,5.x 2 2
0
1
EI
0,75.x 2 2
0
B 1
EI
(0,75.2 ) (0,75.0 ) 3
2 2 1
EI
3
EI
B 3
150
0,02.Radian 0,02. 180
1.146o
1. Teorema I
Perubahan sudut antara garis-garis singgung elastis di dua titik dari suatu
bidang lurus yang menrima momen adalah sama dengan luas bidang M/EI
antara kedua titik tersebut. Atau secara sederhana pernyataan tersebut
sama dengan Besarnya putaran sudut pada suatu titik pada sumbu batang
sama dengan harga Gaya lintang atau Gaya Geser akibat bidang M/EI
sebagai beban pada lokasi titik dimana akan dihitung putaran sudutnya
2. Teorema II
Lendutan (Deflection) sebuah titik dari suatu batang lurus yang menerima
momen, kearah tegak lurus sumbu batang mula-mula dan diukur dari garis
singgung titik yang lain adalah sama dengan momen dari bidang M/EI yang
terletak antara kedua titik tersebut terhadap titik dimana lendutan
(Defleksi) terjadi. Atau secara sederhana pernyataan tersebut sama dengan
Besarnya Lendutan atau defleksi pada suatu titik pada sumbu batang sama
dengan harga Momen Lentur akibat bidang M/EI sebagai beban pada lokasi
titik dimana akan dihitung lendutan atau defleksinya
Contoh Soal 6 :
Diketahui Konstruksi dua tumpuan dengan pembebanan sebagai berikut :
- 20 -
P=2 ton
EI C EI
A (Sendi) B (Rol)
4m 4m
Jika diketahui harga EI = 250 tm 2 hitung besarnya putaran sudut di A (A) dan
besarnya lendutan maksimum yang terjadi !
Penyelesaian :
EI C EI
A B
4m 4m
A C B
F1 F2
RA RB
2/3.4 1/3.4 1/3.4 2/3.4
4m 4m
- 21 -
Gambar 23. Ilustrasi Penyelesaian Contoh soal 6
F1 = F2 = Luas segitiga
= . 4.4/EI = 8/EI
RA = RB = 2.F1/2 = F1 = 8/EI
4. Rangkuman
l N .l
E .F
Dimana : N = gaya aksial yang bekerja pada sumbu batang
l = panjang batang awal
E = modulus elastisitas bahan
F = Luas penampang batang
d2y
dx 2
EI
M
- 22 -
ddx 2y EI
2
dy M
dx
dy
y dx
M
EI
L
0
M .m
EI
L
0
M .m
EI
- 23 -
5. Soal-soal
A EI B 2EI C
L1 L2
EI = 100 tm2
P
q
A 2EI B EI C
L1 L2
- 24 -