Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Salah satu spesies Tuna yang memiliki volume terbesar dan menjadi buruan
pasar ikan dunia adalah jenis Tuna Madidihang (Thunnus albacares Bonnatere
1788). Tuna Madidihang merupakan salah satu primadona tangkap dan primadona
Indonesia.
715, 716 berstatus fully exploited (F) yang berarti tidak direkomendasikan lagi
untuk meningkatkan jumlah upaya penangkapan. Malah di WPPNRI 713 dan 717
sudah berstatus over exploited (O) yang artinya justru upaya penangkapan (effort)
harus diturunkan agar kelestarian sumber daya ikan tidak terganggu. Untuk
dalam menyusun kebijakan, maka wajar bila akhirnya dikhawatirkan potensi Tuna
Madidihang di WPPNRI 573 ini bergerak menuju status yang selama ini
TUJUAN PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Data sekunder yang diambil adalah data yang didapatkan dari publikasi dan
dokumentasi yang bersumber dari instansi atau dinas yang terkait yaitu dari PPN
Palabuhanratu, PPS Cilacap dan PPN Pengambengan / PU. Benoa Bali. Data yang
diambil berupa; , data produksi (Yield) dan data upaya (effort). Data produksi dan
data upaya dari alat tangkap Rawai Tuna dan Pukat Cincin di ambil secara runtun
Menyusun data produksi satuan bobot (ton) dan upaya penangkapan (effort) dalam
satuan trip, time series berdasarkan jenis alat tangkap, (2) Menghitung CPUE,
wilayah penelitian banyak Alat Penangkap Ikan (API) yang digunakan untuk
yang ada, dapat dihitung nilai intersep (a atau c) dan slope (b atau d) sehingga
dapat diestimasi hasil tangkapan maksimum dan upaya optimal dari kedua model.
Perbedaan nilai intersep a dan c dikarenakan akan digunakan untuk dua model
yaitu model Schaefer (a dan b) dan Model Fox (c dan d) (Sparre & Venema,
Dimana :
: Intersep model Schaefer
: Slope mode Schaefer
: Intersep model Fox
Untuk sampai pada hasil MSY dan EMSY, perlu dilakukan perhitungan
CPUE dan menghitung Fishing Power Index (FPI) untuk melakukan standarisasi
Setelah didapatkan hasil MSY dan EMSY dari kedua model di atas, maka
akan diambil nilai yang MSY dan EMSY terendah sebagai bahan acuan. Ini
yang ada di WPPNRI 573. Widodo dan Suadi (2006), menegaskan di tengah
berbagai ketidakpastian dan keterbatasan pengetahuan akan sumber daya ikan dan
pengembangan model schaefer dengan memasukan unsur biaya (c) dan harga (p).
( )( )/
= =
( )/
= =
=
2 2
=
4 4
: Intercept
: Slope / kemiringan garis
p : Price / harga
c : Average cost
TR : Total Reveneu / Total pendapatan
TC : Total Cost / Total Biaya Penangkapan
MEY : Maximum Economic Yield
: Upaya Maximum Economic Yield
sepanjang tahun yang diteliti melalui wawancara dan perhitungan dengan Captein/
Pemilik Usaha. Nilai c atau biaya nominal rata-rata dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut;
Dimana :
c = Biaya nominal rata-rata penangkapan (Rupiah/tahun)
ci = Biaya nominal penangkapan responden ke i (Rupiah / tahun)
n = Jumlah responden (nelayan)
Berikut data time series produksi dan upaya tangkap Tuna Madidihang
dengan API yang paling dominan di WPPNRI 573 yaitu Rawai Tuna dan Pukat
menggunakan rumus Gulland (1983), sampai diperoleh nilai Fishing Power Index
Selanjutnya proses standarisasi mengalikan nilai FPI pukat cincin pada nilai
upaya alat tangkap pukat cincin, dengan hasil yang bisa dilihat pada Tabel 5.
dan perhitungan FPI pada Tabel 4 akan menghasilkan fluktuasi CPUE setiap
20.00
CPUE
10.00
-
2002 2004 2006 2008 2010 2012
Tahun
(effort) dan CPUE sangat dipengaruhi oleh; (1)Ukuran dan jumlah kapal yang
beroperasi, (2) Jenis dan ukuran alat tangkap, (3) Tingkat illegal, Unreported dan
Unregulated (IUU) fishing, (4)Kemampuan SDM di atas kapal, (5) Lokasi fishing
ground, (6)Jumlah ikan hasil tangkapan (Yield) yang didaratkan, (7)Kondisi alam
saat operasi penangkapan, dan (8) Kedisiplinan armada penangkapan pada fishing
ground yang ditentukan (tidak melakukan penangkapan ikan diperairan yang tidak
Dengan gambaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahun 2012,
sebanyak 11,08 ton atau dalam 2.484 trip diperoleh tangkapan Tuna Madidihang
dari tahun 2011 yang memiliki nilai 17,03 tetapi secara kondisi masih dianggap
WPPNRI 573.
Berikut data perhitungan MSY dan EMSY Tuna Madidihang di WPPNRI 573
25000
20000
15000
10000
5000
0 0
0 2000 4000 6000 8000 10000
Effort (trip)
dalam 10 tahun terakhir (2002-2012) dan hasil tangkapan hanya melebihi angka
MSY pada tahun 2005 (52.762 ton) dan tahun 2010 sebesar 35.957 ton sedikit di
atas nilai MSY (Schaefer). Namun dengan adanya penurunan upaya kembali, nilai
produksi pada 2 tahun terakhir sudah kembali pada posisi di bawah MSY.
Model Linier Schaefer yang kita pakai menunjukan hasil tangkapan (yield)
telah melebihi Total Allowable Catch (TAC) yaitu 80% dari nilai MSY
(Dahuri, 2013). Oleh karena itu, jenuh tangkap secara biologi (biological
kuantitas dan harga dari BBM, perbekalan serta logistik yang dibutuhkan untuk
melaut yang bergantung pula pada ukuran (berat) kapal dan jumlah awak kapal.
Selain itu, nilai investasi kapal ikan, alat penangkapan, dan peralatan
Fishing cost dihitung dari nilai rata-rata biaya kapal ikan Rawai Tuna dan
Pukat Cincin berdasarkan 4 kelas objek penelitian yaitu; kelas kapal berukuran
30-50 GT, 50-100 GT, 100-200 GT dan kelas kapal > 200 GT secara runtun dari
tahun 2003-2012. Biaya average cost (c) per unit upaya diketahui sebesar
Rp. 122.275.902,-/ trip dengan harga Tuna Madidihang (p) rata-rata sebesar Rp.
17.137,- / kg.
ton yang menyatakan MEY untuk menutupi fishing cost, tidak tercapai sebab
ada di atas nilai stok MSY. Kegiatan perikanan ini masih bisa tetap berjalan sebab
kapal Rawai Tuna dan kapal Pukat Cincin tidak ada yang mengkhususkan diri
untuk menangkap Tuna Madidihang saja, tetapi ikanikan pelagis besar lainnya
573 yang terjadi dibuktikan dengan hasil tangkapan aktual tidak dapat mencapai
sebesar 39.850 ton atau dalam bentuk nilai Rupiah setara dengan
Rp. 682.916.663.442,- Pada kondisi tangkapan aktual saat ini nelayan dengan
effort tetap (5.441 trip) , diestimasikan hanya bisa memperoleh hasil tangkapan
sekitar 30.000 ton Tuna Madidihang (Gambar 4.11), dipastikan para nelayan
cost nya. Kegiatan operasi penangkapan ikan diperkirakan masih bisa berjalan
selama ini, dikarenakan average cost masih bisa tertutupi dari hasil tangkapan
utama lainnya. Menurut Nurani dan Wisodo (2007), hasil tangkapan Rawai Tuna
diantaranya biasanya terdiri dari berbagai jenis ikan lain seperti; Southern Bluefin,
1. Hasil jenuh tangkap secara biologi (Biologi Fullyfishing) telah terjadi pada
DAFTAR PUSTAKA
Anung, A. 2001. Pukat Cincin (Purse Seine) Alat Penangkap Ikan Pelagis yang
Berkawanan Besar (Large Schooling). Balai Penelitian Perikanan Laut,
Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta.
Dahuri, R. 2013. The Blue Future of Indonesia. Rochmin Dahuri Institute. Bogor
Gulland, J.A. 1983. Fish Stock Assesment: A Manual of Basic Methods. Food and
Agriculture Organization of United State. Rome. John Willey & Sons
Singapore.
KKP. 2013a. Buku Laporan Tahunan Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2012,
PPN Pelabuhan Ratu, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
Kementerian Kelautan & Perikanan.
Sparre, P dan SC. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis; Buku
1: Manual. Organisasi , Diterbitkan atas kerjasama Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian bekerjasama dengan FAO.
Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumber daya Perikanan Laut. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.