Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan di mana kantung gestasi berada di luar
kavum uteri, merupakan keadaan gawat darurat yang paling sering mengancam hidup pada
kehamilan awal. Insidensnya di Amerika Serikat meningkat pesat dalam lima dekade
terakhir, dari 4,5 per 1000 kehamilan pada tahun 1970 menjadi sekitar 19,7 per 1000
kehamilan pada tahun 1992
Angka kejadian kehamilan ektopik terganggu di Indonesia menurut WHO diperkirakan
tidak berbeda jauh dengan di Amerika Serikat, sekitar 60.000 kasus setiap tahun atau 0,03%
dari seluruh populasi masyarakat.
Kehamilan ektopik masih merupakan suatu penyebab utama dari kematian ibu, yang
meliputi sekitar 4% dari 20 kematian yang berkaitan dengan kehamilan setiap tahunnya di
Kanada. Meskipun terdapat frekuensi yang relatif tinggi dari kondisi serius ini, deteksi dini
masih menjadi tantangan. Hingga pada separuh dari semua perempuan dengan kehamilan
ektopik yang datang ke instalasi gawat darurat, kondisinya tidak teridentifikasi pada penilaian
awal. Meskipun insidens dari kehamilan ektopik pada populasi umum sekitar 2%,
pravelensinya di antara pasien-pasien hamil yang datang ke instalasi gawat darurat dengan
perdarahan atau nyeri trimester pertama, atau keduanya, adalah 6% hingga 16%.
Dalam penanganan kehamilan ektopik, diagnosis yang tepat dan cepat merupakan hal
yang sangat penting karena dapat menurunkan angka kematian ibu dan mempertahankan
kualitas reproduksinya.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dinamakan dengan kehamilan ektopik?
2. Apa etiologi terjadinya kehamilan ektopik?
3. Apa saja patologi dari kehamilan ektopik?
4. Bagaimana gambaran klinik dari kehamilan ektopik?
5. Bagaimana penatalaksanaan kehamilan ektopik?
6. Bagaimana pencegahan kehamilan ektopik?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik?
3. Tujuan
1. Mengetahui definisi kehamilan ektopik.
2. Mengetahui etiologi terjadinya kehamilan ektopik.
3. Mengetahui patologi dari kehamilan ektopik.
4. Mengetahui gambaran klinik dari kehamilan ektopik.
5. Mengetahui penatalaksanaan kehamilan ektopik.
6. Mengetahui pencegahan kehamilan ektopik
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang dibuahi melekat pada sembarang jaringan
selain lapisan uterus. (Brenda & Suzanne, 2001: 1530).
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan di mana ovum yang telah dibuahi sperma
mengalami implantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya dan bukan di dalam
endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat digunakan daripada istilah
kehamilan ekstrauterin, karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang terjadi di
dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal seperti kehamilan yang terjadi pada pars
interstitialis tuba dan serviks uteri (Prawirohardjo, 2005: 250).
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. (Prawirohardjo, 2006: 323).
Lokasi Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi
abortus atau pecah dan hal ini berbahaya bagi wanita tersebut (Yulaikhah, 2009).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga rahim, janin
tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali.
Jadi, kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan di mana ovum yang telah dibuahi
sperma tumbuh di tempat lain selain uterus.
B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya
tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampulla tuba, dan
dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di
tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut:
1. Faktor dalam lumen tuba:
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba
menyempit atau membentuk kantong buntu;
b. Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering
disertai gangguan fungsi silia endosalping;
c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba:
a. Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba;
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di
tempat itu.
3. Patologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2005: 252-253), patologi terjadinya kehamilan
ektopik sebagai berikut:
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vaskularisasi kurang baik, dan desidua tidak
tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian ada 3 kemungkinan:
a. Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini seringkali adanya kehamilan tidak
diketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, dianggap
sebgai haid yang datangnya agak terlambat;
b. Trofoblas dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan
timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba
(hematosalping), dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum
Douglas, dan menyebabkan hematokele retrouterina.
c. Pada peristiwa ini yang dikenal dengan abortus tuba, ovum untuk sebagian atau seluruhnya
ikut memasuki lumen tuba dan keluar dari ostium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya
terjadi pada kehamilan ampulla; darah yang keluar kemudian masuk ke rongga peritoneum
biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba; trofoblast dan
villus korialis menembus lapisan muskularis dan peritoneum pada dinding tuba dan
menyebabkan perdarahan langsung ke rongga peritoneum. Peristiwa ini yang sering terjadi
pada kehamilan di isthmus, dapat menyebabkan perdarahan banyak karena darah mengalir
secara bebas dalam rongga peritoneum, dan dapat menyebabkan keadaan yang gawat pada
penderita.
Ruptur bisa terjadi pula pada dinding tuba yang menghadapi mesosalping; darah
mengalir antara 2 lapisan mesosalping dan kemudian ke ligamntum latum, dan menyebabkan
hematom intraligamenter. Baik pada abortus tuba maupun ruptur tuba, kejadian tidak jarang
timbul sekitar 14 hari sesudah implantasi ovum dalam tuba, malahan kadang-kadang sebelum
saat semestinya datang haid.
Pada kehamilan di pars interstisialis tuba pembesaran terjadi pada jaringan uterus di
sekeliling pars interstisialis. Jaringan ini yang sebagian besar terdiri atas miometrium tidak
lekas ditembus oleh villus korialis, sehingga kehamilan bisa berlangsung terus sampai 16-20
minggu. Akan tetapi perdarahan sebagai akibat dari ruptur, tidak jarang hebat sekali,
sehingga memerlukan pertolongan dengan segera untuk mengatasinya.
Uterus, walaupun tidak terisi mudigah di dalamnya, pada kehamilan ektopik juga
membesar dan lembek di bawah pengaruh hormon; begitu pula terjadi pembentukan desisua
di dalam uterus.
Gangguan ringan dan yang tidak menghentikan berlangsungnya kehamilan dapat
menimbulkan perdarahan endometrium. Kadang-kadang khususnya jika mudigah mati,
timbul perdarahan lebih banyak dengan mengikutsertakan pengeluaran desidua utuh dalam
bentuk sebagai cetakan dari kavum uteri.
Perubahan yang dpat pula dikemukakan pada endometrium adalah reaksi Arias-
Stella. Di sini oada suatu tempat tertentu pada endometrium terlihat bahwa sel-sel kelenjar
membesar dan hiperkromatik, dengan mitosis; sitoplasma menunujkkan vakuolisasi, dan
batas antara sel-sel menjadi kurang jelas. Perubahan ini yang disebabkan oleh stimulasi
dengan hormon yang berlebihan dan ditemukan dalam endometrium yang berubah menjadi
desisua, harus menimbulkan kewaspadaan ke arah adanya kehamilan dan khususnya
kehamilan ektopik.
4. Gambaran Klinik
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2005: 328-330), gambaran klinik dari kehamilan
ektopik sebagai berikut:
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, dan penderita
maupun dokternya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan, sampai terjadinya
abortus tuba atau ruptur tuba. Pada umumnya, penderita menunjukkan gejala-gejala
kehamilan muda, dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak
seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek, walaupun
mungkin tidak sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena
lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas,
sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan
ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang
terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba
nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan
yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke dalam syok. Biasanya pada abortus tuba
nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu
sisi; tetapi, setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah
atau ke seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma,
sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retrouterina,
menyebabkan defekasi nyeri.
Perdarahan per vaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena
pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna
cokelat tua. Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic gonadotropin. Jika
plasenta mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya.
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya
amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita
tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
Pada kehamilan ektopik terganggu (ditemukan pada pemeriksaan vaginal) bahwa
usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, demikian pula kavum Douglas
menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu
tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak. Hematokel
retrouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum Douglas. Pada ruptur tuba dengan
perdarahan banyak tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat; perdarahn lebih
banyak lagi menimbulkan syok.
Kehamilan ektopik sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan
mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang
samar-samar, sehingga sukar membuat diagnosis.
a. Gambaran gangguan mendadak
Peristiwa ini tidak sering ditemukan. Penderita, setelah mengalami amenorea dengan
tiba-tiba, menderita rasa nyeri yang hebat di daerah perut bagian bawah dan sering muntah-
muntah. Nyeri dapat demikian hebatnya, sehingga penderita jatuh pingsan. Penderita tidak
lama kemudian masuk ke dalam syok akibat perdarahan dengan tekanan darah turun, nadi
kecil dan cepat, ujung ekstremitas basah, pucat, dan dingin. Seluruh perut agak membesar,
nyeri tekan, dan tanda-tanda cairan intraperitoneal mudah ditemukan. Pada pemeriksaan
vaginal forniks posterior menonjol dan nyeri raba, pergerakan serviks menyebabkan rasa
nyeri. Kadang-kadang uterus teraba sedikit membesar dengan di sebelahnya suatu adnex
tumor, tetapi biasanya sulit karena dinding abdomen tegang.
b. Gambaran gangguan tidak mendadak
Gambaran klinik ini lebih sering ditemukan dan biasanya berhubungan dengan abortus
tuba atau yang terjadi perlahan-lahan. Setelah haid terlambat beberapa minggu, penderita
mengeluh rasa nyeri yang tidak terus-menerus di perut bagian bawah; kadang-kadang rasa
nyeri ini dapat hebat pula. Dengan adanya darah dalam rongga perut, rasa nyeri menetap.
Tanda-tanda anemia menjadi nyata karena perdarahan yang berulang. Mula-mula perut masih
lembek, tetapi kemudian dapat mengembang karena terjadi ileus parsialis. Di sebelah uterus
terdapat tumor (hematosalping) yang kadang-kadang menjadi satu dengan hematokel
retrouterina. Dengan adanya hematokel retrouterina, kavum Douglas sangat menonjol dan
nyeri raba; pergerakan serviks juga menyebabkan rasa nyeri. Selain itu, penderita mengeluh
rasa penuh di daerah rektum dan merasa tenesmus. Setelah seminggu merasa nyeri, biasanya
terjadi perdarahan dari uterus dengan kadang-kadang disertai oleh pengeluaran jaringan
desidua.
5. Diagnosis
Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga pembuatan
diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada kasus-kasus kehamilan
ektopik yang belum mengalami atau ruptur pada dinding tuba sulit untuk dibuat diagnosis.
Yang penting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan
penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini (Prawirohardjo, 2005: 255).
Gejala-gejala yang perlu diperhatikan ialah (Prawirohardjo, 2005: 255):
a. Adanya amenorea: amenorea sering ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum diikuti
oleh perdarahan, malah kadang-kadang tidak ada amenorea;
b. Perdarahan: gangguan kehamilan sedikit saja sudah dapat menimbulkan perdarahan yang
berasal dari uterus. Perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
Jika mudigah mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya; desidua itu tidak
mengandung villus korialis;
6. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan
seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan
ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit
menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.
Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat
mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat
mungkin. Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara
dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah komplikasi kehamilan ektopik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Berikut ini adalah asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik menurut
Munahasrini
Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis:
Riwayat terlambat haid;
Gejala dan tanda kehamilan muda;
Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan;
Terdapat amenore;
Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama abdomen
bagian kanan / kiri bawah;
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Mulut : bibir pucat
Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
Ekstremitas : dingin
b. Palpasi
Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut teraba
tegang, messa pada adnexa.
Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
c. Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek
tindakan pembedahan.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
Intervensi dan Rasional
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek
tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang
dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta
frekuensi berat jenis urine adekuat.
Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: tanda-tanda vital
stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat,
wajah tidak pucat dan mental seperti biasa.
Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, Memberikan informasi tentang derajat/ adekuat
warna kulit/ membran mukosa, dasar perfusi jaringan dan membantu menentukan
kuku. kebutuhan intervensi.
Catat keluhan rasa dingin, pertahankan Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer.
suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat
indikasi. harus seimbang dengan kebutuhan untuk
menghindari panas berlebihan.
Kolaborasi dengan tim medis yang lain, Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan
awasi pemeriksaan lab: misalnya: HB/HT pengobatan atau terhadap terapi.
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam
batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
Mandiri:
Tentukan sifat, lokasi dan durasi Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan
nyeri. Kaji kontraksi uterus tindakan yang akan dilakukan. Ketidaknyamanan
hemoragi atau nyeri tekan abdomen. dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatiosa
karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh
infuse oksitosin. Rupture kehamilan ektropik
mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi
tersembunyi saat tuba fallopi ruptur ke dalam
abdomen.
Kaji stres psikologi ibu/ pasangan Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat
dan respons emosional terhadap ketidak nyamanan karena syndrome ketegangan,
kejadian. ketakutan, dan nyeri.
Berikan lingkungan yang tenang Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas
dan aktivitas untuk menurunkan dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.
rasa nyeri. Instruksikan klien untuk
menggunakan metode relaksasi,
misalnya: napas dalam, visualisasi
distraksi, dan jelaskan prosedur.
Kolaborasi:
Berikan narkotik atau sedative Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi
berikut obat-obat praoperatif bila pembedahan.
prosedur pembedahan
diindikasikan.
Siapkan untuk prosedur bedah bila Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan
terdapat indikasi. menghilangkan nyeri.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana,
mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun.
Evaluasi
Kriteria keberhasilan/evaluasi, meliputi:
Keseimbangan cairan stabil.
Perfusi jaringan kembali normal.
Nyeri berkurang.
Klien dan keluarga memahami dan mengenal sumber-sumber informasi mengenai kehamilan
ektopik.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana ovum yang telah dibuahi sperma
mengalami implantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya dan bukan di dalam
endometrium kavum uteri. Tuba adalah tempat yang sering terjadi pada kehamilan ektopik.
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya
tidak diketahui. Faktor pada lumen tuba, pada dinding tuba, dan pada luar dinding tuba
merupakan faktor yang memegang peranan penyebab kehamilan ektopik.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah hasil konsepsi mati
dini dan diresorbsi, abortus ke dalam lumen tuba, dan ruptur dinding tuba.
Beberapa jenis pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosis kehamilan
ektopik diantaranya: pemeriksaan umum, pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan laboratorium,
dilatasi dan kerokan, kuldosentesis, ultrasonografi, laparoskopi, foto rontgen, dan
histerosalpingografi.
Saran
Sebaiknya wanita yang sedang hamil rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya,
untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janinnya. Dengan dilakukannya pemeriksaan
kehamilan secara rutin, dapat mencegah risiko terjadinya kehamilan ektopik.
DAFTAR PUSTAKA
http://munahasrini.wordpress.com/2012/03/16/askep-dengan-kehamilan-ektopik/, diakses pada 14
September 2012(diupload tgl 25/04/2014. Pkl 5:14 PM)
http://pusmaika.wordpress.com/2010/06/15/kehamilan-ektopik-terganggu-ket/ (Diupload tgl
25/04/2014 pkl 4:57 PM)