You are on page 1of 24

BAB III

METODE PENELITIAN

Laporan Kedokteran Komunitasi ini menggunakan metode deskriptif

obervasional. Hasil dan pembahasan pada penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu

data dikumpungkan dari lapangan berbentuk kata-kata, gambar dan tidak diolah

secara statistik analisis. Penelitian dilakukan di poli gizi PKM Kuala Lempuing

mulai 24 Juli 2017 sampai dengan 31 Juli 2017.

A. POPULASI PENGUMPULAN DATA

Populasi adalah keseluruhan objek pengumpulan data. Dalam hal ini yang

menjadi populasi adalah semua balita yang berkunjung di Poli Gizi

Puskesmas Kuala Lempuing pada bulan Agustus 2016 sampai dengan Juli

2017.

B. SAMPEL PENGUMPULAN DATA

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel

penelitian diambil dengan metode total sampling dari data sekunder. Sampel

pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari dari rekam medis

Puskesmas Kuala Lempuing mulai tanggal 24 Juli 2017 sampai dengan 31

Juli 2017.

C. JENIS DAN SUMBER DATA


1. Jenis data
Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah data dari Rekam

Medis pasien balita yang berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala

Lempuing.

1
2. Definisi Operasional
Tabel. 7 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Usia Usia saat Rekam Pembacaan 0 6 bulan Kategorik
responden medik catatan
datang dan rekam medik 7 12 bulan
dilakukan 13 36 bulan
pencatatan.
37 59 bulan
2. Jenis Rekam Pembacaan Laki laki Kategorik
kelamin medik catatan
rekam medic perempuan
3. BBL Berat badan Rekam Pembacaan BBLR Kategorik
responden saat medik catatan BBLN
lahir pasien. rekam medic
4. Alamat Daerah tempat Rekam Pembacaan Lempuing Indah 1 Kategorik
tinggal medik catatan Lempuing Indah 2
responden rekam medic Lempuing Indah 3
Lempuing Indah 4
Lempuing Indah 5
5. Pendidikan Tingkat Rekam Pembacaan Tidak Bersekolah Kategorik
ibu pendidikan medik catatan Tamat SD
terkahir dari rekam medic Tamat SMP
Tamat SMA
ibu balita
Tamat PT

6. Pekerjaan Perkerjaan Rekam Pembacaan Tidak Bekerja Kategorik


orang tua yang ditekuni medik catatan PNS
oleh Kepala rekam medik Pegawai Swasta
Wiraswasta
keluarga dari
Nelayan/Petani
pasien balita. Buruh, dll

7. Status gizi Rekam Pembacaan Sangat Kurus Kategorik


BB/TB Hasil medik catatan Kurus
pengukuran rekam medik Normal
antropometri
menurut
BB/TB pasien.

8. Status Gizi Rekam Pembacaan Buruk Kategorik


BB/U Hasil Medik catatan Kurang
pengukuran rekam medic Baik

2
antropometri
menurut BB/U
pasien

9. Status Gizi Rekam Pembacaan Sangat Pendek Kategorik


TB/U Hasil Medik catatan Pendek
pengukuran rekam medic Normal
antropometri
menurut TB/U
pasien

a. KRITERIA INKLUSI

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Seluruh pasien yang berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala

Lempuing periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017.

2. Berdomisili dalam wilayah kerja Puskesmas Kuala Lempuing.

b. KRITERIA EKSKLUSI

1. Pasien dengan rekam medik yang tidak lengkap dan sulit dibaca.

D. Pengolahan dan Analisa Data


Data diolah secara manual dan komputerisasi. Cara manual yang

digunakan adalah dengan bantuan kalkulator, sedangkan cara komputerisasi

dengan menggunakan program Microsoft Word dan Microsoft Excel. Data

yang diambil didapatkan dari rekam medik.

3
BAB IV

HASIL DAN PEMBASAHAN

A. PROFIL PUSKESMAS

1. SITUASI LINGKUNGAN DAN KEPENDUDUKAN

a. Data Geografis dan Demografis

Wilayah kerja Puskesmas Kuala Lempuing terletak di tepi

pantai, dengan luas wilayah 1,8 Km2 dan secara administrasi

berbatas dengan:

o Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanah

Patah

o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan

Lingkar Barat

o Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera

Indonesia

o Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan

Padang Harapan

Adapun desa binaan di wilayah kerja meliputi 1 (satu) kelurahan

yang terdiri dari 18 Rt dan 3 Rw. Beriklim tropis dengan suhu udara

rata-rata 280 C pada musim hujan dan 330 C pada musim kemarau.

b. Kependudukan

4
Jumlah penduduk Kelurahan Kuala Lempuing tahun 2016

adalah sebanyak 5035 jiwa. Yang terdiri dari 2.558 jiwa penduduk

laki-laki dan 2.477 jiwa penduduk perempuan.

Komposisi penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut

; usia 0 6 th berjumlah 729 jiwa, Usia 7 12 th berjumlah 713

jiwa, Usia 13 18 th berjumlah 813 jiwa, 19 - 24 th berjumlah

1.118 jiwa, 25-55 th berjumlah 1.467 jiwa, 56 - 79 Th berjumlah

193 jiwa dan 80 + th berjumlah 2 jiwa.

2. VISI DAN MISI

a. Visi

Sejalan dengan Visi Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, maka Visi

UPTD Puskesmas Kuala Lempuing Kelurahan Lempuing Sehat

Mandiri Dan Berkeadilan.


b. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, Puskesmas memiliki 3 (tiga)

Misi yaitu:

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang terpadu, bermutu,

merata dan terjangkau.

2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3) Meningkatkan upaya pengendalian penanggulangan masalah

kesehatan.

4) Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan.

3. SUMBER DAYA KESEHATAN

5
UPTD Puskesmas Kuala Lempuing bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya

Kesehatan dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

a) Program Kesehatan Dasar

1) Promosi Kesehatan

2) Kesehatan Lingkungan

3) Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

4) Perbaikan Gizi

5) Pemberantasan Penyakit Menular

6) Pengobatan

b) Program Kesehatan Pengembangan

Yaitu program yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan

masyarakat serta sesuai dengan kemampuan sumber daya yang

tersedia, antara lain :

1) Usaha Kesehatan Sekolah

2) Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

3) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

4) Kesehatan Gigi dan Mulut

5) Kesehatan Usila

6) Kesehatan Jiwa

7) Kesehatan Mata/Indera

8) Pengobatan Tradisional

9) PTM (Penyakit Tidak Menular) / Posbindu

6
4. TENAGA KESEHATAN

Tenaga yang ada di UPTD Puskesmas Kampung Bali adalah sebagai

berikut:

Tabel 8. Jenis Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan UPTD


Puskesmas Kuala Lempuing Tahun 2016

No. Jenis Tenaga Laki-Laki Perempuan Jumlah Ket


1. Dokter Umum - 2 2
2. Dokter Gigi - 1 1
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat - 2 2
4. Sarjana Keperawatan - 1 1
5. Sarjana Sains Terapan - 2 2
6. Akper - 2 2
7. Akzi - - -
8. AAK - 1 1
9. AKL - 1 1
10. Bidan - - -
11. SPK 1 2 3
12. SPAG 1 - 1
13. SPRG - 1 1
14. SPPH - - -
15. SMAK - 1 1
16. SMF - 1 1
Jumlah 2 17 19

5. SARANA PELAYANAN KESEHATAN

7
Sarana fisik yang terdapat di wilayah kerja UPTD Kuala Lempuing terdiri

atas sarana kesehatan pemerintah dan sarana kesehatan yang bersumber

daya masyarakat. Uraian sarana tersebut adalah:

Puskesmas : 1

Posyandu : 6

Bidan Praktek Mandiri : 2

Poskesdes : 1

Pusling : 1

Kendaraan Roda Dua : 4

B. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Data dikumpulkan dengan mengunakan data sekunder melalui pembacaan

catatan rekam medik dari poli gizi Puskesmas Kuala Lempuing. Subject

penelitian berjumlah 33 pasien. Penelitian telah dilakukan di poli gizi PKM

Kuala Lempuing mulai tanggal 24 Juli 2017 sampai dengan 31 Juli 2017.

1. Usia

Gambaran karakteristik balita yang berkunjung di poli gizi Puskesmas

Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan usia diperoleh

hasil yang disajikan pada tabel 9 dan grafik 1.

Tabel 9. Karakteristik Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala


Lempuing Berdasarkan Distribusi Usia
Umur Jumlah (n) Persentase (%)
0 6 bulan 3 2,9%
7 12 bulan 23 22,3%
13 36 bulan 61 59,2%
37 59 bulan 16 15,5%

8
Total 103 100%

60 57

50

40

30

21
20
14

10
4
1 2 2 2
0
0-6 bul an 7-12 bul an 13-36 bul a n 37-59 bul a n
Kurus Normal

Grafik 1 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung Di Klinik Gizi


Puskesmas Kuala Lemping Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 Berdasarkan
Usia
Dari tabel dan grafik diatas, dapat dilihat bahwa dari 103 balita yang

berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing terbanyak adalah balita

dengan usia 13-36 bulan (59.2%), dan rentang usia ini paling banyak

menyumbang status gizi kurus sebanyak 4 balita.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah balita (103

balita) yang berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing terbanyak

adalah balita dengan usia 13-36 bulan dan rentang usia ini paling banyak

menyumbang status gizi kurus sebanyak 4 balita. Hal ini sesuai dengan penelitian

qureshi dkk yang mnjelaskan bahwa kasus malnutrisi derajat III menurut

klasifikasi gomez paling banyak di usia 12-23 bulan dan diikuti usia 24-35 bulan.

Pada usia 2 tahun merupakan masa transisi yang mana mulai akan pengenalan

makanan dan penyesuaian imunitas terhadap infeksi. Memasuki umur 1 tahun

9
anak mulai mengenal makanan atau jajanan luar dengan banyaknya perhatian ibu

yang kurang akan pemberian makanan sehingga anak-anak ini rentang akan

pemberian makanan yang secara kualitas kurang akan gizi.

2. Jenis Kelamin

Gambaran karakteristik balita yang berkunjung di Poli Gizi Puskesmas

Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan jenis kelamin

diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 10 dan grafik 2.

Tabel 10. Karakteristik Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala
Lempuing Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Perempuan 43 41,7%
Laki Laki 60 58,3%
Total 103 100%

60
54

50

40
40

30

20

10
6
3
0
La ki -l a ki Perempuan
Kurus Normal

Grafik 4.1 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung Di Klinik Gizi
Puskesmas Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 Berdasarkan
Jenis Kelamin

10
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita yang

berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing berjenis kelamin perempuan

lebih banyak (58.3%) dibandingkan laki-laki (41.7%). Berdasarkan grafik diatas,

dapat dilihat bahwa dari kedua jenis kelamin laki-laki maupun perempuan lebih

banyak berstatus gizi normal dari pada status gizi kurang.

Hal ini sejalan dengan penilitian Ndiku dkk, yang menyebutkan bahwa

laki-laki lebih besar asupan makan dibanding perempuan, hal ini didukung dengan

hasil antropometri yang dilakukan menunjukan malnutrisi lebih besar pada

perempuan. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil riskesdas provinsi

banten tahun 2007 yang melaporkan masalah pada gizi kurang maupun buruk

lebih besar pada laki-laki.

Asupan makan pada laki-laki lebih besar dibanding perempuan dapat

dinilai wajar oleh sebagian besar masyarakat yang berpendapat bahwa laki-laki

membutuhkan lebih besar asupan energi oleh karena lebih banyak mengeluarkan

tenaga dibanding perempuan.

3. Berat badan lahir

Gambaran karakteristik balita yang berkunjung di poli gizi Puskesmas

Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan berat badan

lahir diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 11 dan grafik 3.

11
Tabel 11. Karakteristik Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala
Lempuing Berdasarkan Distribusi Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Jumlah (n) Persentase (%)
BBLR 5 4.85 %
BBLN 98 95.15%
Total 103 100%

80
73
70

60

50

40

30
21
20

10 5
4
0
BBLR BBLN
Kurus Normal

Grafik 4.3 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung di Poli Gizi
Puskesmas Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan
Berat Badan Lahir

Dari tabel dan grafik diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita yang

berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing mempunyai riwayat berat

badan lahir yang normal (95.15%) dan sebagian balita dengan status gizi kurus

mempunyai BBL yang normal juga.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang

berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing mempunyai riwayat berat

badan lahir yang normal dan sebagian besar balita dengan status gizi kurus

12
mempunyai BBL yang normal juga. Hal ini sesuai dengan penelitian asry yang

nenunjukkan dari seluruh responden yang diteliti sebagian besar mempunyai berat

badan lahir normal sehingga tidak ada perbedaan antara tiap balita dengan berat

badan lahir rendah untuk memiliki status gizi kurus ataupun normal

4. Alamat

Gambaran karakteristik balita yang berkunjung di poli gizi Puskesmas

Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan alamat

diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 12 dan grafik 4.

Tabel 12. Karakteristik Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala
Lempuing Berdasarkan Alamat
Alamat Jumlah (n) Persentase (%)
Lempuing Indah 1 14 13,59%
Lempuing Indah 2 13 12.62%
Lempuing Indah 3 22 21,36%
Lempuing Indah 4 31 30,1%
Lempuing Indah 5 23 22,33%
Total 103 100%

30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5
a h a h a h a h a h
I nd I nd I nd I nd I nd
n g n g n g n g n g
p ui p ui p ui p ui p ui
m m m m m
Le Le Le Le Le

Kurus Normal

13
Grafik 4.4 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung di Poli Gizi
Puskesmas Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan
Alamat
Dari tabel dan grafik diatas, dapat dilihat bahwa dari 5 bagian Leempuing

Indah, cakupan Puskesmas Kuala Lempuing sebagian besar balita yang

berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing berasal dari Lempuing Indah

4 (30,1%), dan balita dengan status gizi kurus terbanyak berasal dari Lempuing

Indah 1 (2,91%).

5. Pendidikan Ibu

Gambaran karakteristik balita yang berkunjung di poli gizi Puskesmas

Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan pendidikan ibu

diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 13 dan grafik 5.

Tabel 13. Karakteristik Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala
Lempuing Berdasarkan Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Bersekolah 6 5.8% %
Tamat SD 28 27.2 %
Tamat SMP 42 40.8%
Tamat SMA 24 23.3%
Tamat PT 3 2.9%
Total 103 100%

14
35

30 29

25

20
16 15
15
12 13

10 9

5 4 3
2
0
Ti dak Bers ekol ah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat
0 PT
Kurus Normal

Grafik 5 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas
Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan Alamat
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu yang membawa

anaknya ke Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing mempunyai tingkat pendidikan

tamat SMP (40.8%) dan menyumbang jumlah terbanyak dari balita dengan status

gizi kurus.

Hal ini sesuai dengan riskesdas provinsi banten tahun 2007 yang

menunjukkan bahwa prevalensi terbanyak dengan balita gizi buruk adalah KK

dengan tingkat pendidikan tamat SMP. Tingkat pendidikan erat kaitanya dengan

pola asuh, kualitas dan kuantitas pemberian makanan balita, pengetahuan akan

gizi. dengan tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tidak hanya tahu (know) tetapi

juga memahami (comprehention) dan dapat mengaplikasikannya (aplication).

6. Pekerjaan Orang Tua

Gambaran karakteristik balita yang berkunjung di poli gizi Puskesmas

Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan pekerjaan orang

tua diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 14.

15
Tabel 14. Karakteristik Balita yang berkunjung di poli gizi Puskesmas Kuala
Lempuing Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan Orang Tua Jumlah (n) Persentase %
Tidak Bekerja 4 3,9%
PNS 1 1,0 %
Wiraswasta 31 30,1 %
Pegawai Swasta 13 12,6%
Nelayan/Petani 17 16,5%
Buruh 37 35,9%
Total 103 100%

30
26
25
20
20

15
11 11 10 11
10
7
5
2 2 1 2
0
0 S ll
ah PN as
ta
wa
n
ya
n
,d
ol a a
ek sw h el uh
rs ai sa i/
n
b ur
be aw u
an
ak g i ra et
Pe w p
td

Kurus Normal

Grafik 6 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas
Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan Jenis
Pekerjaan Orang Tua
Dari tabel dan grafik diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar orang tua

yang membawa anaknya ke klinik gizi puskesmas sukadiri mempunyai pekerjaan

sebagai buruh dan lain-lain (35.9%), dan balita dengan status gizi kurus paling

banyak mempunyai orang tua dengan pekerjaan sebagai buruh dan pegawai

swasta.

Pada penelitian ini bahwa sebagian besar orang tua yang membawa

anaknya ke Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing mempunyai pekerjaan sebagai

16
buruh dan lain-lain dan balita dengan status gizi kurus paling banyak mempunyai

orang tua dengan pekerjaan sebagai buruh dan pegawai swasta. Pekerjaan orang

tua berpengaruh dengan pola asuh dan sosio-ekonomi keluarga pasien, ibu yang

mempunyai pekerjaan akan mempunyai waktu asuh ke anaknya lebih sedikit,

sehingga perhatian terhadapa anaknya kurang baik deri segi kasih sayang maupun

nutrisi. Orang tua dengan penghasilan rendah juga mempengaruhi tingkat nutrisi

keluarga.

7. Status Gizi BB/TB, BB/U, dan TB/U.

Gambaran karakteristik balita yang berkunjung di Poli Gizi Puskesmas

Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan status gizi

BB/TB, BB/U, dan TB/U diperoleh hasil yang disajikan pada grafik 7,8, dan 9.

Status Gizi menurut BB/TB


100 94
90
80
70
60
50
40
30
20
9
10
0
Norma l Kurus Sa ngat0 Kurus

Grafik 7 Karakteristik Status Gizi menurut BB/TB Pada Balita yang Berkunjung
di Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017

17
Status Gizi menurut BB/U
60
52
50 47

40

30

20

10
4
0
Buruk Kurang Bai k

Grafik 8 Karakteristik Status Gizi menurut BB/U Pada Balita yang Berkunjung di
Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017

Status Gizi menurut TB/U


60
51
50

40 34
30

20 16

10

0
Sangat Pendek Pendek Normal

Grafik 9 Karakteristik Status Gizi menurut TB/U Pada Balita yang Berkunjung di
Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017.
Berdasarkan grafik diatas didapatkan hasil 94 pasien (91,26%) balita

dengan status gizi normal, 7 pasien (6,80%) mengalami status gizi kurus, dan 2

pasien (1,94%) mengalami status gizi sangat kurus dan setengah dari jumlah

balita yang berkunjung ke Poli G Puskesmas Kuala Lempuing berdasarkan status

gizi menurut BB/U menderita gizi kurang sebanyak 52 orang (50,49%).

18
Sedangkan status gizi menurut TB/U sebagian besar balita mempunyai tubuh yang

pendek sebanyak 51 orang (36%). Tiap indikator memiliki kelebihan dan

kekurangan dalam mendeskripsikan status gizi balita, untuk indikator BB/TB

sendiri sifatnya memdeteksi status gizi masa kini, dan dapat membedakan anak

tersebut kurus, gemuk, marasmus atau bentuk KEP lainnnya.

19
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut :
1. Pasien yang menderita gizi kurus menurut BB/TB, yang
mengindikasikan kelainan gizi yang sifatnya akut banyak diderita oleh
balita berjenis kelamin perempuan, rentan usia terbanyak 13-36
bulan,sebagian besar mempunyai riwayat berat badan lahir normal,
dengan tingkat pendidikan ibu sebagian besar tamat SMP dan
pekerjaan orang tua sebagai buruh, dan secara keseluruhan banyak
berasal dari desa pekayon dan karang serang.
2. Prevalensi status gizi menurut BB/TB menunjukkan status gizi normal
lebih banyak (65%) dibandingkan status gizi kurus (35%)
3. Prevalensi status gizi menurut BB/U menunjukkan besarnya jumlah
status gizi kurang dan buruk sebesar 71.8% dibandingkan dengan gizi
baik.
4. Prevalensi status gizi menurut TB/U menunjukkan status gizi pendek
dan sangat pendek sebesar 67% dibandingkan dengan gizi normal.
5. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara berat badan lahir
dengan status gizi menurut BB/TB, BB/U dan TB/U, yang
menunjukkan adanya pengaruh faktor lain yang lebih besar
dibandingkan faktor berat badan lahir.
B. Saran

Diperlukannya waktu yang lebih banyak untuk meneliti faktor-faktor yang

berhubungan dengan status gizi seorang balita, jika memungkinkan untuk data

lebih diperkuat dengan pengambilan data menggunakan kuesioner sehingga data

lebih banyak dan lengkap dalam hal meneliti faktor-faktor yang berpengaruh.

20
Walaupun dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang

bermakna antar berat badan lahir dengan status gizi balita, namun tidak sedikit

juga penelitian lain yang menemukan hubungan antara keduanya sehingga

masalah berat badan lahir perlu mendapat perhatian nutrisi yang lebih baik. Selain

itu berat badan lahir yang secara khusus dapat sebagai indikator dari kesejahteraan

janin selama kehamilan, sehingga tidak hanya masalah gizi saat balita namun

perhatian gizi saat kehamilan harus dipantau dengan baik karena berdampak pada

kondisi lahir bayi yang memungkinkan berdampak pada pertumbuhan dan

perkembangan dari bayi dan anak. Perlunya kerjasama lintas program dan lintas

sektoral dalam hal meningkatkan kesehatan masyarakat. Adanya pembinaan dari

Dinas Kesehatan secara intensif dilaksanakan untuk memotivasi peningkatan

kinerja Puskesmas dalam berbagai hal.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. United Nations. The Millennium Development Goals Report 2015. New


York. 2015. Di unduh dari
http://www.un.org/millenniumgoals/2015_MDG_Report/pdf/MDG
%202015%20rev%20(July%201).pdf pada tanggal pada tanggal 13
agustus 2014 pukul 17.00 WIB.

2. BAPPENAS. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di


Indonesia Tahun 2013. Di unduh dari
http://www.bappenas.go.id/files/1913/5229/9628/laporan-pencapaian-
tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia-
2011__20130517105523__3790__0.pdf pada tanggal 13 agustus 2014
pukul 18.00 WIB.

3. Official list of MDG indicators.


http://mdgs.un.org/unsd/mdg/Host.aspx?
Content=indicators/officiallist.htm di unduh pada tanggal 13 agustus 2014
pukul 19.00 WIB

4. Kelompok Kerja Tematis MDGs. Millennium Development Goals.


Http://www.id.undp.org/content/dam/indonesia/docs/MDG/Let%20Speak
%20Out%20for%20MDGs%20-%20ID.pdf

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Di unduh dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013.pdf di unduh pada tanggal 13 agustus 2014 pukul
19.00 WIB

6. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. Pokok pokok hasil riskesdas provinsi banten 2013.
Di unduh dari
http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/blp/catalog/downl
oad/116/137/328-1 di unduh pada tanggal 13 agustus 2014 pukul 19.00
WIB

7. Supariasa, Bakri, Fajar. Penilain Status Gizi. Jakarta : Kedokteran ECG.


2002

8. Narenda, Moersintowati dkk. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.


Jakarta : Sagung seto. 2002

9. Keputusan mentri kesehatan RI tentang Standar Antropometri Penilain


Status Gizi Anak.

10. Direktorat jenderal bina gizi dan kesehatan ibu dan anak tahun. 2011.

22
11. Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI. 2014

12. Petunjuk Teknis Bantuan Sosial (Bansos) Program Perbaikan Gizi


Masyarakat.2010

13. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang 2011. Dinas Kesehatan Kabupaten


Tangerang. 2011

14. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan R I. 2008.

15. Dewi NA. Faktor-faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk pada Balita yang
Dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang. Universitas
Dipenogoro; 2012.

16. Khumaidi. Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat, Departemen Pendidikan


Kebudayaan, Dirjen Dikti, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB
Bogor. 1994.

17. Ndiku M, Siegl K. Gender Inequality In Food Intake And Nutrtional Status
Of Children Under 5 Years Old In Rural Eastern Kenya. European Journal
of Clinical Nutrition. 2010 , p26-31

18. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. Riset Kesehatan Dasar provinsi banten 2007.

19. Qureshi, Saikh, Rahimtoola. Malnutrition of children under 5 years.


Journal of Pakistan Medical Association 1989.

20. Khoushabi,F. impact of nutrtional status on boerth weight of neonatus on


birth weight of neonates in zahedan city, iran. Nut Res Pract. 2010. 4(4):
339 344.

23
24

You might also like