Professional Documents
Culture Documents
Sumardjito*)
Abstrak
Pendahuluan
Upaya perancangan bangunan, apapun sarana, metode, atau pendekatan yang
digunakan, pada akhirnya akan berfungsi sebagai wadah kegiatan manusia. Dengan
demikian titik tolak keseluruhan pemikiran dan upaya perancangan tersebut haruslah
berdasarkan pada tuntutan dan persyaratan dari manusia calon pemakai yang harus
dipenuhi. Dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu ruang atau wadah yang secara
umum bisa dinikmati dan dirasakan nyaman oleh calon penghuni tersebut.
2
Persyaratan utilitas ruang secara umum diartikan sebagai suatu persyaratan fisik
lingkungan dan suasana suatu ruang yang mengarah pada terciptanya ruang berkualitas,
ditinjau dari aspek kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, yang bisa diformulasikan
lagi sebagai suatu ruang yang menyenangkan
Kenikmatan (comfort) pada suatu ruangan akan tercipta dari 2 faktor pokok, yaitu
adanya 1).kesegaran atau kelancaran sirkulasi udara dan 2). adanya kenyamanan. Dari
aspek psikologis, kenikmatan dapat bersifat relatif, namun pada tinjauan aspek fisik,
kenikmatan akan lebih banyak bersifat universal, walau untuk inipun masih dibatasi pula
oleh kebiasaan manusia dan ciri fisik alam pada suatu batas geografis tertentu.
Kesegaran akan banyak menyangkut masalah terpenuhinya kebutuhan udara yang
sehat dan bersih bagi penghuni ruang, meliputi kelancaran sirkulasi, kuantitas maupun
kualitas udara yang ada, sedangkan kenyamanan, walaupun secara umum tidak bisa
dipisahkan dari faktor kesegaran ruang, akan lebih banyak menyangkut faktor
distribusi/penyebaran pencahayaan ruang, konstanitas kelembaban dan suhu ruang yang
diharapkan. Kedua hal tersebut diatas merupakan faktor pokok pada Persyaratan Utilitas
Ruang. Permasalahannya adalah bagaimana memanfaatkan terang sinar matahari tanpa
kena efek langsung panasnya dan melancarkan sirkulasi udara ke dalam ruangan dengan
nyaman ?. Berikut ini akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan permasalahan tersebut.
Matahari memberi banyak manfaat kepada kita, memberi sinar dan kehangatan
yang merupakan ciri daerah tropis, serta memberi kesehatan dan energi. Anginpun sangat
bermanfaat untuk memberikan kesejukan, kesegaran, kebersihan aroma dan kelegaan
bernafas pada paru-paru kita.
Kondisi suhu udara didaerah tropis lembab biasanya tinggi, namun hal tersebut
tidak akan terasa mengganggu apabila ada yang mengimbanginya, yaitu adanya
hembusan angin yang cukup. Sebagai contoh apabila kita berada dipantai, walaupun suhu
sangat panas, namun perasaan panas tersebut bisa tereduksi dengan berhembusnya angin
laut yang mengalir konstan.
Dengan demikian faktor penentu ketidaknyamanan terutama bukan disebabkan oleh
panasnya udara, namun pada faktor kelembaban yang berlebihan. Hembusan angin akan
sangat membantu penguapan kandungan air yang berlebihan pada udara, dengan
demikian akan mengurangi derajat kelembaban yang berlebihan, karena hal tersebut akan
banyak membawa kerugian bagi fisik bangunan maupun fisik manusia/aspek kesehatan.
Menyangkut hal tersebut, Brown (1987:87) menyatakan bahwa pengaruh
kelembaban yang berlebihan pada udara akan berpengaruh pada fisik bangunan yaitu
akan mempercepat tumbuhnya organisme yang merapuhkan dan membusukkan kayu,
menyebabkan tumbuhnya jamur dan lumut pada dinding serta mempercepat proses
oksidasi/pengkaratan pada bahan-bahan baja/logam, sedangkan pada fisik manusia bisa
menyebabkan timbulnya penyakit rheumatik, pneumonia dan sejenisnya.
Hal diatas harus benar-benar diperhatikan dalam suatu upaya perancangan
bangunan, yaitu dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan, standard, dan pedoman-
pedoman perancangan, sehingga diharapkan akan tercapai ruang yang segar dan nyaman,
yang berarti terciptanya ruang yang berkualitas.
Dari uraian diatas, maka upaya pemanfaatan dan pengelolaan kondisi alam
daerah beriklim tropis mencakup:
Pengupayaan sarana sirkulasi udara yang memadai,
Pengupayaan sarana pemanfaatan sinar matahari,
Pengatasan terhadap kelembaban dari air tanah
Pengatasan terhadap cuaca/iklim setempat.
4
Penyusupan air hujan melalui sela daun pintu, jendela dan lain-lain yang tidak rapat
sempurna dan masih terkena tampias air hujan.
Kondisi air tanah
Akibat merembesnya air dari tanah melalui pondasi dan dinding ke lantai secara
kapilerisasi.
Dengan demikian pemecahan teknis akibat adanya kelembaban tinggi secara rinci
juga tergantung dari penyebab utama timbulnya hal tersebut.
Prinsip diatas harus diperhatikan dalam upaya perancangan tata ruang, sehingga
pembuangan udara kotor keluar ruangan dan suplai udara segar ke dalam ruangan dapat
terpenuhi.
Penerapan prinsip-prinsip tersebut pada perancangan fisik ruang mencakup:
1. Pelubangan dan atau kisi-kisi pada langit-langit, yang memungkinkan udara kotor dan
kering bisa menerobos keluar ruangan secara vertikal,
2. Adanya pori-pori pada atap, aplikasinya pada susunan genting yang masih mempunyai
sela-sela.
3. Penerapan skylight, yaitu upaya memanfaatkan sinar matahari dengan sistem
pencahayaan dari atap, yang dikombinasikan dengan lubang-lubang ventilasi vertikal
pada daerah tersebut, dengan demikian panas akibat adanya radiasi sinar matahari dari
skylight bisa berfungsi sebagai penyedot udara, hal ini disebabkan didaerah tersebut
terjadi tekanan udara rendah akibat timbulnya kenaikan suhu udara,
Mangunwijaya juga menyebutkan bahwa, perencanaan penghawaan alami pada
perencanaan bangunan akan lebih efektif apabila merupakan penggabungan antara sistem
ventilasi horisontal dengan sistem ventilasi vertikal, karena kedua sistem tersebut akan
saling menunjang. Berdasarkan penelitian, upaya tersebut ternyata bisa menaikkan
tingkat keberhasilan 10% dibandingkan apabila sistem tersebut diterapkan secara
terpisah.
Dari tabel diatas, dapat dinyatakan bahwa ketinggian lubang cahaya ternyata lebih
berperan dalam menentukan derajat/tingkat penyinaran ruang dibandingkan dengan
kelebaran (dimensi horisontal) lubang cahaya.
Ungkapan diatas bisa dijabarkan lebih jelas sebagai berikut:
9
1. Bahwa walaupun lubang cahaya sudah cukup lebar, namun apabila ketinggian lubang
tersebut kurang memenuhi syarat, tidak akan menghasilkan tingkat penyinaran ruang
yang efektif.
2. Makin tinggi lubang cahaya, akan makin efektif tingkat penyinaran yang dihasilkan
pada suatu ruang.
Sedangkan pengaruh antara panjang/lebar oversteck dimuka lubang cahaya
terhadap derajat/tingkat penyinaran didalam ruang adalah sebagai berikut:
DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN
PANJANG OVERSTECK SISI DEKAT SISI JAUH
1. 60,00 CM Turun 14 % Turun 7,5 %
2. 120,00 CM Turun 24 % Turun 15 %
3. 180,00 CM Turun 39 % Turun 22 %
.
Dari tabel tersebut bisa dinyatakan bahwa oversteck dimuka lubang cahaya sangat
mempengaruhi derajat/tingkat penyinaran pada suatu ruang, dengan demikian perlu
perhitungan yang matang dalam perencanaan oversteck diatas/dimuka lubang cahaya,
supaya tidak merugikan kwalitas penyinaran pada ruang tersebut.
Tabir sinar matahari bisa berupa tabir horisontal (horizontal blind), atau tabir sinar
matahari vertikal (vertical blind), yang pemasangannya bisa dengan cara pemasangan
dengan bentuk permanen, atau yang bersifat adjustable/moveable, yang bisa diatur sesuai
kebutuhan.
Pada penerapannya dalam ungkapan fisik, fungsi tabir sinar matahari bisa berfungsi
ganda, yaitu disamping sebagai sarana untuk mereduksi radiasi panas sinar matahari, juga
sebagai sarana pengatur derajat/tingkat penyinaran ruang, dengan demikian sebaiknya
tabir sinar matahari tersebut diberi warna yang terang/cerah untuk dapat memberi effek
bias yang maksimal.
2. Penyinaran alami pada ruang tersebut akan mempunyai nilai khusus sebagai Eye
Catcher atau Point of Interest, yang biasanya pada skylight tersebut dibuat disain
khusus berupa kaca warna ornamental (glass in lood).
d. Warna/cat pada bidang-bidang pembatas ruang sebaiknya diatur sebagai berikut:
1. Warna langit-langit diusahakan memakai warna terang/cerah, karena bidang ini
berfungsi sebagai bidang pantul pokok.
2. Warna dinding diusahakan warna terang/cerah terutama bidang dinding yang
berseberangan dengan lubang cahaya, namun bisa dipilih dengan intensitas
terang dibawah warna langit-langit.
3. Warna lantai/tegel bisa dipilih sesuai selera (bisa warna gelap ataupun terang),
karena bidang lantai bukan merupakan unsur pokok yang mempengaruhi
pemantulan cahaya didalam ruang, kecuali apabila bidang lantai tersebut terletak
diteras, yang biasanya terkena langsung sinar matahari, perlu dipertimbangkan
pemilihan warna-warna yang teduh.
e. Pemilihan bahan lantai harus benar-benar dari bahan kedap air. Makin baik bahan
tersebut bisa mengisolir air akan makin baik dalam menjaga stabilitas suhu dan
kelembaban ruang yang diinginkan, karena dengan tertahannya air dari tanah yang
akan merambat keatas dengan cara kapiler, maka suhu dan kelembaban didalam ruang
akan tetap stabil.
Disamping itu perlu diperhatikan juga pemasangan pasangan kedap air sampai dengan
dinding setinggi 30 cm dari lantai untuk dinding-dinding umumnya, dan setinggi
minimal 150 cm untuk dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan tempat-
tempat basah.
f. Supaya dihindari pemasangan talang datar yang terletak sejajar diatas dinding, karena
rembesan dan pengembunan pada seng talang tersebut akan meresap ke dinding yang
mengakibatkan tumbuhnya jamur dan pelapukan.
g. Penutup atap dari bahan genting akan lebih baik dibandingkan dari bahan-bahan lain
yang berupa lembaran-lembaran besar (seng, asbes dsb), karena susunan genting pada
atap merupakan elemen yang cukup baik sebagai sarana ventilasi vertikal.
h. Pemasangan tabir sinar matahari, cukit, jalusi atau pergola dimuka atas lubang jendela
sangat dianjurkan untuk mereduksi silau dan panas sinar matahari. Untuk
12
Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan diatas, maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Bahwa dengan potensi alam yang sudah cukup melimpah di Indonesia ini, sebenarnya
sangat dianjurkan untuk memanfaatkannya seoptimal mungkin pada upaya
perancangan maupun pembuatan bangunan, karena dengan cara tersebut, sebenarnya
kita telah mengupayakan langkah-langkah hemat energi yang saat ini sedang giat
dicanangkan.
b. Dengan mengetahui pedoman, ketentuan dan patokan-patokan persyaratan utilitas
ruang tersebut, dapat menghindari adanya bentuk-bentuk bangunan yang berlebihan,
yang tidak diperlukan, atau bahkan mungkin malahan merugikan bangunan atau
penghuninya sendiri.
c. Untuk terciptanya ruang yang berkualitas, komponen-komponen pada persyaratan
utilitas ruang tidak bisa berdiri sendiri, terpisah dari komponen lainnya, namun
komponen-komponen tersebut akan berfungsi dengan saling terkait dan menunjang,
dengan demikian upaya perancangannya harus merupakan satu kesatuan pemikiran.
d. Untuk menerapkan persyaratan utilitas ruang pada upaya perancangan bangunan
secara optimal, diperlukan 3 faktor pokok yang salah satunya harus ada, yaitu:
1. Ketersediaan lahan yang relatif cukup,
2. Ketersediaan dana untuk membiayai upaya tersebut,
3. Kesadaran masyarakat penghuni/calon penghuni bangunan terhadap upaya hidup
secara sehat dan nyaman.
-
SKYLIGHT
KISI-KISI
Daftar Pustaka