Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Pada mata pelajaran IPA/Fisika dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya sering
terdapat masalah-masalah : 1) siswa kurang aktif dalam menggali informasi tambahan yang
mendukung materi yang telah disampaikan oleh guru di sekolah, selama ini dominasi guru
masih terlalu besar dalam proses belajar mengajar; 2) penguasaan terhadap konsep dasar yang
masih rendah, salah satunya dapat mengakibatkan miskonsepsi dalam IPA/Fisika, hal ini
karena IPA/Fisika memuat materi yang sangat banyak dan luas cakupanya sehingga siswa
kesulitan untuk menyerap semua materi dengan baik. Apalagi banyak konsep dasar yang
membutuhkan visualisasi/pratikum yang membantu mempermudah pemahaman konsep bagi
siswa. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif,
kreatif sehingga dapat membangun pengetahuannya sendiri dari pengalaman yang
diperolehnya untuk mereduksi miskonsepsi.
Sejalan dengan hal tersebut di atas dalam tulisan melalui kajian pustaka berikut disajikan
sekelumit kajian tentang pengertian konsep, pengertian miskonsepsi, pembentukan konsep,
sifat-sifat miskonsepsi, penyebab miskonsepsi dan cara mereduksi miskonsepsi.
Dari kajian berikut kiranya dapat memberikan guru, calon guru atau siswa manfaat : 1) siswa
tidak mengalami miskonsepsi dalam belajar sehingga prestasi belajar dapat ditingkatkan; 2)
memberikan masukan bagi guru dan calon guru sehingga dapat mengantisipasi berbagai
peluang terjadinya miskonsepsi IPA/Fisika dalam melaksanakan pembelajaran.
B. Konsep
1. Pengertian
Dari pendapat di atas memberi makna konsep sebagai suatu yang mewakili abstraksi dan ciri-
ciri sesuatu untuk mempermudah komunikasi orang dan yang memungkinkan manusia
berpikir ilmiah. Setiap konsep IPA/Fisika terkait dengan banyak konsep IPA/Fisika yang lain.
2. Pembentukan Konsep
Setiap konsep yang berada dalam pikiran seseorang dapat terbentuk sedemikian rupa,
berkembang dan mengalami perubahan yang disebabkan oleh pengalaman-pengalaman yang
diprolehnya. Menurut Ausubel (Dahar, 1989:81) konsep dapat diperoleh dengan cara, yaitu
formasi konsep dan melalui asimilasi konsep. Maksud formasi dan asimilasi adalah :
a. Formasi konsep
b. Asimilasi konsep
Setiap orang dalam memahami suatu konsep akan mencapai pemahaman yang berbeda serta
bertingkat-tingkat. Hal tersebut terkait sejauh mana perhatian, intensitas, kepentingan dan
konsepsi awalnya tentang konsep yang dipelajarinya.
Klausmeier (Dahar 1989:88), membuat tingkatan pencapaian konsep seseorang dalam belajar
dan setiap orang dapat mencapai tingkatan tertinggi dengan kecepatan yang berbeda-beda dan
ada konsep-konsep yang tidak pernah tercapai pada tingkat yang paling tinggi. Keempat
tingkatan itu adalah :
a. Tingkat konkrit, seseorang mencapai tingkat ini bila dapat mengenal sesuatu yang
telah dihadapi sebelumnya.
c. Tingkat klasifikatori, pada tingkat ini seseorang dapat mengenal persamaan dari
dua contoh yang berbeda pada kelas yang sama
d. Tingkat formal, seseorang berada pada tingkat ini jika dapat menentukan atribut-
atribut yang membatasi konsep.
Dalam pendidikan tingkat pencapaian konsep ini dipengaruhi umur, pengalaman dan latihan
secara multiple intelegensi seseorang dalam menguasai suatu konsep. Seseorang yang
memiliki intelegensi tinggi boleh jadi memiliki penguasaan konsep yang rendah di banding
seseorang yang berada dibawahnya namun memiliki kecerdasan emosional, interpersonal
serta motivasi yang tinggi dan pengalaman yang luas.
C. Miskonsepsi
1. Pengertian
Konsepsi siswa dapat berbeda dengan fisikawan. Konsepsi fisikawan pada umumnya akan
lebih canggih, lebih komplek, lebih rumit, melibatkan lebih banyak hubungan antar konsep
dari pada konsepsi siswa. Kalau konsepsi siswa sama dengan konsepsi fisikawan yang
disederhanakan tidaklah dikatakan salah, tetapi jika konsepsi siswa bertentangan dengan
konsepsi fisikawan maka dikatakan siswa mengalami miskonsepsi. Contohnya beberapa
siswa memahami bahwa benda yang diam di atas meja tidak memiliki gaya yang bekerja
pada benda tersebut. Siswa beralasan karena benda itu diam saja di atas meja. Padahal
menurut konsep fisika benda itu mempunyai gaya yang bekerja pada meja. Benda yang tetap
diam karena gaya reaksinya, meja melakukan gaya reaksi terhadap benda tersebut yang
besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.
2. Sifat-Sifat Miskonsepsi
Siswa, guru, mahasiswa, dosen atau peneliti dapat terkena miskonsepsi baik yang pandai
maupun yang tidak. Dalam pelaksanaan pembelajaran kadang miskonsepsi disamakan dengan
ketidaktahuan maka seringkali guru pada umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang
lazim terjadi pada siswanya.
3. Penyebab Miskonsepsi
a. Siswa.
b. Buku
Buku diktat yang salah dalam mengungkapkan konsep berdampak pada kebingungan
siswa dalam memahami konsep sehingga memunculkan miskonsepsi. Kesalahan yang
kiranya perlu mendapat perhatian dan penekanan dalam buku diktat adalah soal,
gambar, grafik, skema, tabel, penulisan rumus dan konstanta.
c. Konteks
Menurut Suparno (2005:72), kesalahan siswa dapat berasal dari kekacauan penggunaan
bahasa antara bahasa sehari-hari dengan bahasa ilmiah. Sehingga Mc Clleand (Suparno
2005:72) menganjurkan guru/dosen dalam memberikan definisi dengan jelas tidak
menggunakan bahasa yang ambigu serta melatih siswa dengan cara yang sama.
Miskonsepsi dapat disebabkan pengalaman sehari-hari siswa yang tidak sesuai dengan
konsep IPA/Fisika, maka pengajar harus mengungkapkan asal dari pengalaman yang
menyebabkan miskonsepsi untuk mengetahui penyebabnya, kemudian membetulkan
dengan konsep yang benar dengan memberikan pengalaman yang sesuai dengan konsep
IPA/Fisika.
d. Metode mengajar
Menurut suparno (2005:82), cara mengajar yang dapat menjadi penyebab khusus
miskonsepsi diantaranya yaitu : hanya menggunakan metode ceramah dan menulis,
langsung kebentuk matematis, tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa, tugas tidak
dikoreksi, model analogi, model pratikum dan diskusi yang tidak sesuai langkah-
langkah yang ditentukan.
Metode mengajar yang hanya menekankan salah satu segi dari kebenaran yang
diajarkan dan kefanatikan terhadap salah satu jenis metode mengajar perlu dihindari
karena akan membatasi cara pandang kita terhadap masalah pengetahuan. Selain itu
metode mengajar yang tidak tepat terhadap situasi, kondisi materi yang diajarkan dapat
memunculkan miskonsepsi pada diri siswa, sehingga guru harus memilih dan
menggunakan metode mengajar yang tepat agar penyampaian konsep dapat dipahami
siswa.
Langkah-langkah untuk mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
:
a. Melakukan tes diagnostik pada awal pembelajaran atau pada setiap akhir suatu
pembahasan yang bentuknya dapat berupa tes objektif pilihan ganda atau bentuk lain
seperti menggambar diagram fisis atau vektoris, grafis, atau penjelasan dengan kata-
kata.
a. Atribut tidak lengkap, yang berakibat pada gagalnya mendefinisikan konsep secara
benar dan lengkap.
b. Penerapan konsep yang tidak tepat, akibat dalam perolehan konsep terjadi
diferensiasi yang gagal.
c. Gambaran konsep yang salah, proses generalisasi dari suatu konsep abstrak bagi
seseorang yang tingkat pikirnya masih konkrit akan banyak mengalami hambatan.
d. Generalisasi yang salah dari suatu konsep, berakibat pada hilangnya esensi dasar
konsep tersebut. Kehilangan pemahaman terhadap esensi konsep menimbulkan
pandangan yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.
6. Reduksi Miskonsepsi
Miskonsepsi merupakan sesuatu yang sulit untuk dihilangkan, namun upaya dan langkah
untuk mereduksi atau mengurangi miskonsepsi pada siswa harus tetap di tempuh. Pendapat
Berg (1991:17):cara yang tepat untuk mereduksi miskonsepsi jika telah terjadi adalah
melakukan remediasi dengan memanfaatkan aliran konstruktivis... Hal ini telah dilakukan
pada pembelajaran Fisika oleh : Osberne Wittrock (1995). Driver dan Odham (1985), Gillbert
dan Watts (1993). Beberapa ciri dalam mengajar secara konstruktivis, yaitu :
b. Elicitasi, siswa di bantu untuk mengungkapkan ide dengan jelas dengan diskusi,
menulis, membuat poster, dll.
e. Review, bagaimana ide itu berubah, ide seseorang perlu diubah untuk menjadi
lebih lengkap.
Dengan menggunakan prinsip dasar konstrukvis para peneliti di negara lain telah dan masih
terus melakukan uji coba sejumlah pendekatan remediasi miskonsepsi.