You are on page 1of 8

KARAKTERISTIK LUKA

A. Jenis-jenis Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan
luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup (misal; Jackson Pratt). Kemungkinan terjadinya
infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan
luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka,
fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan
teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga
termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka
10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka


a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka
yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang
dangkal.
c. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya.
Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak
mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang
dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas

3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka


a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

4. Berdasarkan sifat kejadian


Luka dibagi menjadi dua, yaitu luka disengaja dan luka tidak
disengaja. Luka disengaja seperti luka radiasi atau bedah, sedangkan luka
tidak disengaja contohnya luka terkena trauma. Luka yang tidak disengaja
(trauma) dapat dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Disebut luka
tertutup jika tidak terjadi robekan sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan
atau kelihatan seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka puncture (luka
akibat tusukan) dan hautration (luka akibat alat perawatan luka)

5. Berdasarkan penyebabnya
Luka dapat dibagi menjadi dua yaitu mekanik dan luka nonmekanik.
Luka mekanik terdiri atas
a. Vulnus scissum atau luka sayat akibat benda tajam. Pinggir luka
kelihatan rapi
b. Vulnus costusum, luka memar dikarenakan cedera pada jaringan bawah
kulit akibat benturan benda tumpul
c. Vulnus laceratung, luka sobekan akibat terkena mesin atau benda lainnya
yang menyebabkan robeknya jaringanrusak yang dalam.
d. Vulnus punctum luka tusuk yang kecil dibagian luar (bagian mulut luka)
akan tetapi besar di bagian dalam luka.
e. Vulnus seleveradum, luka tembak akibat tembakan peluru. Bagian tepi
luka tampak kehitam hitaman.
f. Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian
luka.
g. Vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak
sampai ke pembuluh darah.
Luka nonmekanik terdiri atas :
Luka akibat zat kimia. Termik, radiasi, atau sengatan listrik

6. Berdasarkan kategori
a. Luka accidental
Penyebab : pisau, luka tembak, luka bakar, tepi luka bergerigi,
berdarah; tidak steril.
Karakteristik : cidera yang tidak disengaja.
b. Luka bedah
Penyebab : insisi bedah, needle introduction.
Karakteristik : terapi yang direncanakan, tepi luka bersih, perdarahan
terkontrol, dikendalikan dengan asepsi bedah

7. Berdasarkan integrasi kulit


a. Luka terbuka
Penyebab : benda tajam, atau benda tumpul
Karakteristik : kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa,
kemungkinan pendarahan disertai kerusakan jaringan, resiko infeksi
b. Luka tertutup
Penyebab : karena benda tumpul
Karakteristik : tidak terjadi kerusakan pada itegritas jaringan kulit tetapi
terdapat kerusakan jaringan lunak mungkin cedera internal dan
perdarahan.

8. Berdasarkan dercriptors
a. Aberasi
Penyebab : jatuh
Karakteristik : luka akibat gesekan kulit, superficial, terjadi akibat
prosedur dermatologik untuk pengangkatan jaringan skar.
b. Puncture
Karakteristik :trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak
disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan
dibawah kulit.
c. Laserasi
Penyebab : cedera traumatik berat. Karena pisau, kecelakaan mesin.
Karakteistik : tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin
terkontaminasi, resiko nfeksi.
d. Kontusio
Karakteristik : luka tertutup, perdarahan dibawah jaringan akibat
pukulan tumpul, memar

9. Klasifikasi luka bedah


a. Luka bersih
Karakteristik : luka bedah tertutup yang tidak mengenai sistem
gastrointestinal, pernafasan atau sistem genitourinary, resiko infeksi
rendah.
b. Bersih terkontaminasi
Karakteristik : luka melibatkan sistem gastrointestinal, pernafasan atau
sistem genitourinary,resiko infeksi.
c. Kontaminasi
Karakteristik : luka terbuka, luka traumatik, luka bedah dengan asepsis
yang buruk, resiko tinggi infeksi.
d. Infeksi
Karakteristik : area luka terdapat patogen, disertai tanda-tanda infeksi.

B. Tipe Luka
1. Aberasi
Aberasi adalah luka dimana lapisan terluar dari kulit tergores. Luka
tersebut akan sangat nyeri dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi,
karena benda asing dapat masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam dan dalam
jaringan subkutan. Perdarahan biasanya sedikit.
2. Punktur (Luka Tusuk)
Luka tusuk merupakan cedera penetrasi. Penyebabnya berkisar dari paku
sampai pisau atau peluru. Walaupun perdarahan nyata seringkali sedikit,
kerusakan jaringan internal dan perdarahan dapat sangat meluas dan
mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan adanya benda asing
pada tubuh
3. Avulsi
Avulsi terjadi sebagai akibat jaringan tubuh tersobek. Avulsi seringkali
dihubungkan dengan perdarahan yang hebat. Kulit kepala dapat tersobek dari
tengkorak pada cedera degloving. Cedera dramatis seringkali dapat diperbaiki
dengan scar-scar kecil. Apabila semua bagian tubuh seperti telinga, jari tangan
tangan, jari kaki, mengalaqmi sobekan maka pasien harus dikirim ke rumah
sakit dengan segera untuk memungkinkan perbaikan (penyambungan kembali).
4. Insisi (Luka sayatan)
Insisi adalah terpotong dengan kedalaman yang bervariasi. Hal ini
seringkali menimbulkan perdarahan hebat dan kemungkinan bisa terdapat
kerusakan pada struktur dibawahnya sedemikian rupa, seperti saraf, otot atau
tendon. Luka-luka ini harus dilindungi utuk menghambat terjadinya infeksi,
bersamaan dengan pengontrolan perdarahan.
5. Laserasi
Laserasi adalah luka bergerigi yang tidak teratur. Seringkali meliputi
kerusakan jaringan yang berat. Luka-luka ini seringkali menyebabkan
perdarahan yang serius dan kemudian pasien akan mengalami syok
hipovolemik.
Penolong pertama harus mempertimbangkan kondisi luka yang terjadi sepeti
perlukaan itu dapat merupakan akibat cedera oleh dirinya sendiri.
6. Dekubitus
Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores)
adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi
pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut
mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau
benda keras lainnya dalam jangka panjang.
Dekubikus merupakan nekrosis jaringan lokal yang ketika jaringan
lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam
jangka waktu yang lama. Dekubikus disebabkan oleh tekanan kelembaban,
gesekan. Faktor terjadinya dekubitus yaitu imobilisasi, nutrisi yang tidak
adekurat, inkontinensia urin dan fekal, penurunan status mental, berkurangnya
status mental, peningkatan suhu tubuh berlebihan, usia lanjut dan kondisi
kronis. Lokas tempat terjadinya dekubitus berada di tonjolan tulang yang tak
cukup ada bantalan lemak, seperti pada sakrum, trochater mayor, spina
ischianada superior-anterior bagian belakang tumit, siku, kapula. Faktor yang
mempengaruhi pembentukan dekubitus, yaitu pengetahuan, sosial ekonomi,
motivasi, aktivitas, mobilitas, inkontensia, nutrisi, kondisi klinis, dan
pengetahuan.

Tanda dan gejala dekubitus:


Derajat I Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak
sebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet, kulit tidak berwarna,
hangat atau keras. Derajat II Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai
seluruh dermis hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yang
dangkal, dengan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit. Derajat III
Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung,
berbatasan dengan fascia daro otot-otot. Sudah mulai didapati infeksi dengan
jaringan nekrotik yang berbau. Derajat IV terjadi nekrosis jaringan, perluasan
ulkus yang menembus otot, hingga tampak tulang di dasar ulkus yang dapat
mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.

C. Mekanisme Luka
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda
lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru
atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada
bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas,
arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam.

D Proses Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka melalui 4 tahap yaitu :
1. Tahap respon inflamasi akut terhadap cedera
Tahap ini dimulai saat terjadi luka selanjutnya terjadi proses
hemostasis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator lain lebih
dari sel-sel lain yang rusak, disertai proses peradangan dan migras sel darah
putih kedaerah yang rusak.
2. Tahap deskriptif
Pada tahap ini terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag.

3. Tahap poliferatif
Pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringna ikat dan
menginfiltrasi luka.
4. Tahap maturasi
Pada tahap ini terjadi reetitelisasi, kontstraksi luka dan organisasi
jaringan ikat.

You might also like