You are on page 1of 4

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Nama klien Tn. M berusia 25 tahun , beragama Islam, Pendidikan terakhir SMP, Suku /
Bangsa MELAYU/ Indonesia, Tn. M sudah menikah, mempunyai 2 orang anak, Tn. M bertempat
tinggal di Selakau, Kabupaten Sambas, klien dibawa ke RSJ oleh polisi karena membacok
istrinya, berbicara sendiri, berperilaku aneh selama 6 bulan dan sering mondar mandir tanpa
alasan dan bertingkah laku aneh sejak pulang dari malaysia satu minggu yang lalu, pasien
pulang dari malaysia diantar bukan pulang sendiri, keluarga tidak tahu apakah pasien
memiliki masalah di malaysia karena klien tidak pernah bercerita tentang masalahnya.
Sekitar 6 bulan yang lalu pasien sering marah-marah sendiri, tatapan mata tajam dan mata
berwarna merah. Semenjak masuk rumah sakit klien lebih sering diam dan tatapan mata
masih tajam.

Sesuai dengan data yang di dapat dari klien, klien menunjukkan tanda-tanda gejala marah :
muka merah, pandangan tajam dan data yang didapat menampakkan gejala perilaku kekerasan.

B. DIAGNOSA KEPEARAWATAN

Dengan adanya data-data hasil pengkajian pada kasus Tn. M kelompok menyimpulkan
terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d
perilaku kekerasan dan perilku kekerasan b.d koping individu tidak efektif.

Diagnosa yang didapat koping individu tidak efektif b.d perilaku kekerasan hal ini didukung
karena pada kasus Tn. M didapatkan hasil sebagai berikut : membacok istrinya, berbicara
sendiri, berperilaku aneh selama 6 bulan dan sering mondar mandir tanpa alasan dan
bertingkah laku aneh sejak pulang dari malaysia satu minggu yang lalu dan klien tidak mau
bercerita apabila ada masalah.

Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang berhubungan
dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah, memaksakan kehendak, menyerang
atau menghindar, mengatakan dengan jelas (asertivines), memberontak (acting out), amuk atau
kekerasan (violence).
Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pada dasarnya efektif pada saat
pengkajian ditemukan klien muka merah.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang ada pada Tn. M.

Diagnosa yang didapat yaitu, koping individu tidak efektif b.d perilaku kekerasan terhadap
orang lain dan lingkungan. Pada diagnosa pertama ini terdapat 7 rencana keperawatan serta 7
tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk SP 1 adalah membina hubungan saling percaya. Dengan
mengungkapkan komunikasi terapeutik yaitu menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
verbal, perkenalkan diri dengan sopan, menanyakan nama lengkap klien nama panggilan yang
disukai klien, menjelaskan tujuan pertemuan, menunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
klein apa adanya, memberi perhatian pada klien, dan memperhatikan kebutuhan dasar klien. Pada
SP 1 kelompok tidak mengalami hambatan karena klien dapat diajak bekerja sama dengan cukup
kooperatif.

Rencana keperawatan yang telah disusun oleh kelompok untuk SP 2 adalah memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya. membantu klien untuk
mengungkapkan penyebab jengkel dan marah. Tindakan yang telah dilakukan kelompok adalah
memberikan kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya, membantu klien
mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 2 kelompok tidak mengalami
kesulitan atau kendala, karena klien melihat istrinya seperti warga yang ingin membunuhnya.

Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3 adalah menganjurkan klien untuk
mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, jengkel, observasi tanda, perilaku kekerasan
pada klien. Pada SP 3 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien mampu untuk
mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel dan
marah, yaitu saat marah klien berbicara dengan nada tinggi, tangan mengepal, matanya menatap
tajam, wajahnya tampak merah.

Rencana keperawatan yang kelompok susun untuk SP 4 adalah anjurkan klien mengungkapkan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. membantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan. Membicarakan dengan klien apakah yang klien lakukan
masalahnya selesai. Tindakan keperawatan untuk SP 4 ini kelompok tidak mengalami kesulitan
kendala karena klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan yaitu membacok
istrinya yang ia kira adalah seorang waga yang ingin membunuhnya.
Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah bicarakan akibat atau kerugian dari
cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat atau cara yang digunakan oleh
klien. Menanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara baru yang sehat. Tindakan
kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien membicarakan akibat dan kerugian yang
klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan
akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada SP 5 kelompok tidak mengalami kendala
karena klien kooperatif sehingga klien mampu menyebutkan akibat dan kerugian dari cara yang
telah klien gunakan adalah klien sangat menyesal dan ingin minta maaf setelah dirinya marah
marah dan membacok istrinya.

Rencana keperawatan untuk SP 6 adalah apakah klien klien ingin belajar cara yang baru yang sehat,
berikan pujian jika klien mengetahui cara klien yang sehat, didiskusikan dengan klien cara yang
sehat tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada klien apakah klien mau mempelajari
cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika mengetahui cara baru dan sehat tersebut,
mendiskusikan cara yang baru dan sehat. Pada SP 6 ini kelompok tidak mengalami kendala karena
klien kooperatif, klien mengatakan ia sering sholat jika dirumah dan ketika halusinasina datang ia
beristihfar.

D. EVALUASI

Pengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan menghasilkan sebagai


berikut :Diagnosa 1 yaitu koping individu tidak efektif b.d perilaku kekerasan. Pada diagnosa
pertama, akan menjabarkan atau menjelaskan hasil yang diperoleh.

Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling percaya dengan menunjukkan
ekspresi wajah yang bersahabat: menunjukkan rasa senang: kontak mata kurang: mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk berdampingan dengan perawat dan
mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada SP 1 tidak ada kendala karena klien kooperatif.
Kesimpulan pada SP 1 telah dapat dilakukan dan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
oleh penulis.

Evaluasi SP 2 klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien dapat mengungkapkan


penyebab perasaan jengkel atau marah(dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Pada SP 2 ini
kelompok tidak mengalami kendala karena klien bisa mengungkapkan penyebab jengkel: bila
keinginannya tidak dipenuhi. Kesimpulan SP 2 dapat dilakukan dengan baik dan sudah sesuai
dengan intervensi yang telah direncanakan dan disusun oleh kelompok.
Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat marah atau jengkel dan klien
menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau marah yang dialami yaitu : suka marah-marah, bicara
keras, perilaku tidaak wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak mengalami kendala
dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana yang disusun.

Evaluasi SP 4 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan yaitu :
marah-marah, suara keras dan suka memukul pintu rumah tetangganya. Klien dapat bermain peran
sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dapat mengetahui cara yang biasa dapat
menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan
tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 4 dapat terlaksanan dengan
baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang di lakukan oleh klien yaitu :
dapat merugikan orang lain dan diri sendiri maupun orang lain. Dalam SP 5 ini penulis tidak
mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama.
Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat mempraktekan cara yang sehat
menyalurkan kemarahanya yaitu dengan sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini penulis mengalami
kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak dapat diajak kerjasama.
Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

You might also like