You are on page 1of 41

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PENANGANAN BENCANA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Andri Farrizqi 20146310174


Anjas Asmara 20146310180
Elly Irmayanti 20146320191
Hilda Dwi Kurnia 20146320185
Jalaluddin 20146310223
Johanes R B 20146310172
Mistiana 20146320211
Yosua Septian 20146310179

PRODI DIPLOMA IV KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2016 / 2017


KATA PENGANTAR

Terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menerima ilmu hingga kami telah mencapai
jenjang tertinggi dalam status pendidikan, yaitu sebagai mahasiswa. Tak lupa pula
kami berterima kasih kepada-Nya karena telah memberi kami waktu untuk
menyelesaikan makalah dari mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat . Dalam
proses pembuatan makalah ini kami sebagai tim penyusun mengalami berbagai
hambatan, akan tetapi dengan kesabaran serta dukungan dari media yang
memadai, makalah ini dapat tertuntaskan dengan baik.
Tak ketinggalan pula kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
selesai tepat pada waktunya, juga membantu dalam pengumpulan bahan,
penyusunan dan pembuatan makalah.
Tentunya sebagai manusia, kami sebagai penyusun tak lepas dari berbagai
kesalahan, dan kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat di
makalah kami ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca
sebagai bahan evaluasi atas makalah yang kami susun. Harapannya agar kami
menjadi lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga bermanfaat bagi semua
pembaca.

Singkawang, November 2016

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. LatarBelakang..................................................................................................................................1

B. RumusanMasalah.............................................................................................................................1

C. TujuanMasalah................................................................................................................................2

BAB II 3

PEMBAHASAN 3

BAB III 10

PENUTUP 10

A. Kesimpulan....................................................................................................................................10

B. Saran..............................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana merupakan satu peristiwa alam atau lingkungan buatan


manusia yang berpotensi merugikan kehidupan manusia, harta, benda atau
aktivitas manusia (Harta,2009). Bencana alam (natural disaster) yang
melanda suatu daerah dapat mengakibatkan terganggunya ketenangan dan
pola hidup manusia. Dalam hal-hal tersebut, bencana alam mampu
menghancurkan harapan hidup anggota masyarakat dengan menghilangkan
sebagian atau semua kekayaan yang dimiliki baik yang berbentuk benda
hidup, seperti anggota keluarga, ternak, dan tanaman maaupun benda mati,
seperti rumah, perkarangan, ladang, dan sawah tempat masyarakat
menggantungkan hidup (Sukandarrumidi, 2010).

Indonesia memiliki kondisi geografis yang sangat rentan terhadap


bencana alam terutama banjir dan perubahan iklim. Hal ini di indikasikan
dari, persoalan klasik Indonesia yang terjadi sepanjang tahun, yakni banjir di
musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau, sehingga saat ini ada
istilah lain dari musim di Indonesia, yaitu bukan lagi musing penghujan dan
musim kemarau tapi menjadi musim banjir daan musim kekeringan/
(Kodoatie dan Sjarief, 2010).

Banjir sering terjadi di Indonesia yang beriklim tropis, terutama pada


wilayah dengan kemiringan lereng landai atau daratan. Masalah ini mulai
muncul sejak manusia bermukim dan melakukan bernagai kegiatan di
kawasan yang berupa daratan banjir (flood-plain). Kondisi lahan di kawasan
ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi dan kemudahan
sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Oleh
karena itu, dikota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-
kegiatan penting, pariwisata, prasarana, perhubungan dan sebagainya
sebagian besar tumbuh dan berkembang dikawasan ini. Di seluruh Indonesi,
tercatat 5.590 sungai induk dan 600 diantaranya berpotensi menimbulkan
banjir. Daerah rawan banjir yang dicakup sungai-sungai induk ini mencapai
1,4 juta hektar (Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Resiko Bencana,
2010).

Dari berbagai kajian yang telah dilakukan,banjir yang melanda daerah-


daerah rawan pada dasarnya disebabkan 3 hal. Pertama, kegiatan manusia
yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan berdampak pada
perubahan alam. Kedua, peristiwa alam seperti curah hujan yang tinggi dapat
menyebabkan air sungai meluber. Ketiga, degradasi lingkungan seperti
hilangnya tumbuhan oenutup tanah pada catchment area, pendangkalan sungai
akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan lainnya ( Rencana Aksi
Nasional Pengurangan Resiko Bencana 2010-2012, 2010). Perubahan
penggunaan lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan
faktor lain. Penggundulan hutan di bagian hulu DAS dan alih fungsi lahan
hutan merupakan faktor utamanya, perubahan penggunaan lahan memberikan
kontribusi dominan kepada aliran permukaan (run off). Air ujan yang turun ke
tanah akan menjadi aliran permukaan dan sebagian meresap kedalam tanah.
Suatu kawasan hutan yang beralih fungsi menyebabkan kurangnya daya tahan
terhadap run off, akibat adanya peningkatan aliran permukaan tanah yang
menuju sungai dan terjadi peningkatan debit sungai (kadoatie dan sjrief,
2010).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat di tarik suatu rumusan masalah


antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan bencana?


2. Apa saja jenis bencana ?
3. Bagaimana penangan bencana di Rumah Sakit ?
4. Bagaimana penanganan bencana di lapangan ?
C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan yang hendak di capai dari hasil pemaparan di atas adalah

1. Mengetahui apa yang dimaksud bancana.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari bencana.
3. Mengetahui bagaimana penanganan bencana di Rumah Sakit.
4. Mengetahui bagaimana penanganan bencana di lapangan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bencana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoesia, bencana mempunyai arti
sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau
penderitaan. Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang
disebabkan oleh alam.(Purwaarminta, 2006)

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah


peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan, lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis. Bencana merupakan pertemuan tiga unsur, yaitu
ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh suatu
kejadian.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban
manusia (Kamadhis UGM, 2007).

B. Jenis-jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara
lain:

1. Bencan alam adalah bencana yang diakibat kan oleh peristiwa atau
serangkain peristiwa yang disebabkan oleh alam atara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal nteknologi,
gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencan yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror
(UU RI, 2007).
Bencana dan dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebab yaitu
bencana geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial seperti terlihat Tabel
2.1.

Tabel 2.1 Jenis Bencana Alam Berdasarkan Penyebabnya

Jenis Penyebab Bencana Alam Beberapa contoh kejadiannya


Bencana alam geologis Gempa bumi, tsunami, letusan gunung
berapi, longsor/gerakan tanah,
amblesan atau abrasi
Bencana alam klimatologis
Banjir, banjir bandang, angin puting
beliung, kekeringan, hutan(bukan oleh
Bencana alam ekstrnal-terestrial manusia)

Impact atau hantaman atau benda dari


angkasa luar

Sumber : Kamadhis UGM, 2007

Bencana alam geologis adalah bencana adalah bencana alam yang


disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam bumi. Sedangkan bencana alam
klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim, suhu
atau cuaca. Lain halnya dengan bencana alam ekstra-terestrial, yaitu bencana alam
yang disebabkan oleh gaya atau energi dari luar bumi, bencan alam geologis dan
klimatologis lebih sering berdampak terhadap manusia.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010), jenis-jenis


bencana alam antara lain:

A. Gempa Bumi
merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan disloksasi
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan
terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di
permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan
runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran
gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan
kerusakan tanah lainnya yang merusak pemukiman penduduk. Gempa bumi
juga menyebabkan bencana ikutan berupa, kecelakaan industri dan
transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan
lainnya.

B. Tsunami
diartikan sebagai gelombang laut dengan periode yang ditimbulkan oleh
gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa
gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami
yang naik kedaratan(run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100 km/jam dan
ketinggian air.

C. Letusan gunung berapi


adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilAH erupsi . Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas
lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan material sekitar nya yang merupakan cairan
pijar(magma). Magma akan mengintrusi batuan bumi. Setiap gunung api
memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk
yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan
gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung
api memiliki resiko merusak dan mematikan.

D. Tanah longsor
merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya
tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada
gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng.

E. Banjir
dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang
begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-
tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai mapun karena
pengundululan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah
penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.

F. Kekeringan
adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air
baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.

G. Angin topan
adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 12`0 km/jam atau
lebis yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan
selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa.
Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca.
Angin paling kencang yang terjadi didaerah tropis ini umumnya berpusar
dengan radius ratusan kilometer disekitar daerah sistem tekanan rendah yang
ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Di indonesia dikenan dengan
sebutan angin badai.
H. Gelombang pasang
adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat
menimbulkan bahaya baikn di lautan, maupun di barat terutama daerah
pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin
kencang atau topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada
pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang
sekitar 10-100 km/jam. Gelombang pasang sangat berbahya bagi kapal-kapal
tersebut. Jika terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan tersapunya
daerah pinggir pantai atau disebut dengan abrasi.

I. Kegagalan teknologi
adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan dsain,
pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam pengguna teknologi
dan industri.

J. Kebakaran
adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan dilanda api
serta hasilnya menimbulkan kerugian. Sedangkan lahan dan hutan adalah
keadaan dimana lahan dan hutan dilanda api sehingga mengakibatkan
kerusakan lahan dan hutan serta hasil-hasilnya dan menimbulkan kerugian.

K. Aksi teror atau sabotase


adalah semua tindakan yang menyebbkan keresahan masyarakat,
kerusakan bangunan, dan mengancam atau membahayakan jiwa seseorang
atau banyak orang oleh seseorang atau golongan tertentu yang tidak
bertanggung jawab. Aksi teror atau sabotase biasanya dilakukan dengan
berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan seperti pemboman suatu
bangunan/tempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba suatu wilayah,tempat, dan
sebagainya. Aksi teror atau sabotase sangat sulit dideteksi atau diselidiki oleh
pihak berwenang karena direncanakan seseorang atau golongan secara diam-
diam dan rahasia.
L. Kerusuhan atau konflik sosial
adalah suatu kondisi diman terjadi huru-hara atau kerusuhan atau perang
atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan
lapisan masyarakat, golonagan, suku, ataupun organisasi.

M. Epidemi, wabah dan kejadian luar biasa


merupakan ancaman yang diakibatkan oleh menyebarnya penyakit
menular yang bangkit disuatu daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi atau
wabah atau kejadian luar biasa (KLB) dapat mengakibatkan meningkatnya
jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang
perna terjadi di indonesia dan sampai sekatrang masih harus terus diwaspadai
atara lain demam berdarah, malaria, flu burung, busung lapar dan HIV/AIDS.
Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehingga
kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian lokal dalm waktu singkat
bisa menjadi bencana nasional yang banyak menimbulkan korban jiwa.
Kondisi lingkungan yan buruk, perubahan iklim, makan dan pola hidup
masyarakat yang salh merupakan beberapa faktor yang dapat memicu
terjainya bencana.

C. Kriteria Bencana
1. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Nasional.
a. Bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem
pemerintahan di daerah tersebut, baik dalam kawasan satu provinsi
atau lebih tidak berfungsi.
b. Infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami
rusak berat dan tidak berfungsi.
c. Korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta
kerusakan bangunan dan rumah tempat tinggal sangat banyak
sehingga menyebabkan unsur-unsur BPBD Provinsi/BPBD
Kabupaten/Kota tidak mampu mengatasi akibat bencana tersebut.
d. Hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat banyak,
selanjutnya Presiden menetapkan Bencana Nasional.

2. Kriteria Bencana alam pada Skala Tingkat Provinsi.


a. Bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya
mekanisme sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena
bencana.
b. Infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi.
c. Korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur
BPBD Provinsi masih mampu mengatasi.
d. Unsur-unsur BPBD Provinsi masih mampu mengatasi terhadap
korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul.

3. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Kabupaten/Kota.


a. Bencana yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme
sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.
b. Infrastruktur yang ada di kawasan tersebut semua berfungsi.
c. Unsur-unsur BPBD Kabupaten/Kota mampu mengatasi terhadap
timbulnya korban manusia maupun kerusakan daerah.

D. Korban Bencana
1. Manusia. Korban manusia akibat suatu bencana baik yang mengalami
luka ringan, luka berat dan meninggal dunia.
2. Harta Benda. Korban harta benda akibat bencana dapat berupa
hilangnya atau rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta
sarana dan prasarana umum lainnya.
3. Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana
lingkungan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara
umum.
E. Hakekat Penanggulangan Bencana
1. Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2. Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara Pemerintah
dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, dukungan dan
prakarsa masyarakat serta Pemerintah Daerah.
3. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya
bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan dan
kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak
dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
4. Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan
yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan
meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir
batin.

F. Asas Penanggulangan Bencana


1. Kemanusiaan
Memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak azasi manusia,
harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara
proporsional.
2. Keadilan
Setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana harus
mecerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara
tanpa kecuali.

3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.


Penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan
latar belakang antara lain, agama, suku, golongan, gender atau status
sosial.
4. Keseimbangan, Keselarasan dan Keserasian.
Dalam penanggulangan bencana harus mencerminkan keseimbangan
kehidupan sosial dan lingkungan, keselarasan tata kehidupan dan
lingkungan serta mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan
sosial masyarakat.
5. Ketertiban dan kepastian hukum.
Penanggulangan bencana harus dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
6. Kebersamaan
Penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung
jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat yang dilakukan
secara gotong royong.
7. Kelestarian lingkungan hidup.
Materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana
mencerminkan kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan
untuk generasi yang akan datang demi untuk kepentingan bangsa dan
negara.
8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara optimal sehingga mempermudah dan mempercepat
proses penanggulangan bencana baik pada tahap pencegahan, pada saat
terjadi bencana maupun pada tahap pasca bencana.

G. Tujuan Penanggulangan Bencana


1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
4. Menghargai budaya lokal.
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan
kedemawanan.
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

H. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana


1. Cepat dan tepat. Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara
cepat dan tepat sesuai dengan tuntunan keadaan.
2. Prioritas. Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan
manusia.
3. Koordinasikan dan keterpaduan. Penanggulangan bencana didasarkan
pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan
keterpaduan adalah penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai
sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan
saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan berdaya guna
adalah dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak
membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. Sedangkan
berhasil guna adalah kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil
guna dalam mengatasi kesulitan masyarakat.
5. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan transparansi
pada penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggung jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti dapat
dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemandiriaan. Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus
dilakukan oleh masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.
7. Nondiskriminasi. Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak
memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,
agama, ras dan aliran politik apapun.
8. Nonproletisi. Dalam penanggulangan bencana dilarang
menyebarkan agama atau kenyakinan terutama pada saat pemberian
bantuan dan pelayanan darurat bencana.

I. Pentahapan Penanggulangan Bencana.


1. Pra Bencana.
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi :
1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.
2) Pemahaman kerentanan masyarakat.
3) Analisa kemungkinan dampak bencana.
4) Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana.
5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana.
6) Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang tersedia.
7) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan
dengan : BNPB untuk tingkat nasional, BPBD untuk tingkat
Provinsi, BPBD untuk tingkat Kabupaten/Kota dan ditetapkan
oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya untuk jangka waktu 5 tahun.
8) Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala
setiap 2 tahun sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana.
9) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dilakukan
berdasarkan pedoman yang ditetapakan oleh kepala BNPB.
Pengurangan resiko bencana dilakukan untuk mengurangi ancaman
dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
menghadapai bencana melalui kegiatan :

1) Pengenalan dan pemantauan resiko bencana.


2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.
3) Pengembangan budaya sadar bencana.
4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan
bencana.
5) Penerapan upaya fisik dan non fisik dan pengaturan
penanggulangan bencana.
6) Untuk melakukan upaya pengurangan resiko bencana
dilakukan penyusunan rencana aksi pengurangan resiko baik
secara nasional maupun daerah.
Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan
kerentanan pihak yang terancam bencana dengan melakukan
kegiatan meliputi :

1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber


bahaya/ancaman bencana.
2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya
alam yang secara tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana.
3) Pemantauan penggunaan tehnologi.
4) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.
5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan Dilakukan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah melalui koordinasi,integrasi dan
sinkronisasi dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana
penanggulangan bencana kedalam rencana pembangunan pusat dan
daerah.

Persyaratan Analisis Resiko Bencana. Setiap kegiatan pembangunan


yang mempunyai resiko tinggi yang dapat menimbulkan bencana
dilengkapi analisis resiko bencana sebagai bagian dari usaha
penanggulangan bencana sesuai kewenangannya, dan ditetapkan
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang
ditunjukkan dalam dokumen yang disyahkan oleh pejabat
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
selanjutnya BNPB melakukan pemantauan dan evaluasi atas
pelaksanaannya.

Pelaksanaan dan penegakan tata ruang. Dilakukan untuk


mengurangi resiko bencana yang mencakup pemberlakuan
peraturan tentang penataan ruang, standard keselamatan dan
penerapan sanksi terhadap pelanggar dimana pemerintah secara
berkala melaksanakan pemantauan & evaluasi.

Pendidikan dan Pelatihan serta Persyaratan Standard Teknis


Penanggulangan Bencana. Dilaksanakan dan ditetapkan oleh
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.


a. Kesiap siagaan.
Kesiap siagaan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana
dilakukan melalui :
1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan darurat
bencana.
2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim peringatan
dini.
3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar.
4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi tentang
mekanisme tanggap darurat.
5) Penyiapan lokasi evakuasi.
6) Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran prosedur
tetap tanggap darurat bencana.
7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk
pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
b. Peringatan Dini.
Dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam
rangka mengurangi resiko terkena bencana serta mempersiapkan
tindakan tanggap darurat dan dilakukan melalui :
1) Pengamatan gejala bencana.
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana.
3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.
4) Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana.
5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat
.
c. Mitigasi.
Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat yang
berada pada kawasan rawan bencana, yang dilakukan melalui :
1) Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis resiko
bencana.
2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan tata
bangunan.
3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik
secara konvensional maupun modern.

3. Tanggap Darurat.
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan
sumber daya dilakukan untuk mengidentifikasi :
1) Cakupan lokasi bencana.
2) Jumlah korban.
3) kerusakan prasarana dan sarana.
4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan.
5) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana.
Keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan bencana untuk tingkat
nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat Provinsi oleh Gubernur
dan tingkat Kabupaten/Kota oleh Bupati/Wali kota. Pada saat
status keadaan darurat bencana ditetapkan BNPB dan BPBD
memiliki kemudahan akses dibidang :
1) Pengerahan sumber daya manusia.
2) Pengerahan peralatan.
3) Pengerahan logistik.
4) Imigrasi, cukai dan karantina.
5) Perijinan.
6) Pengadaan barang dan jasa.
7) Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang / barang.
8) Penyelamatan.
9) Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.
c. Penyelamatan dan Evakuasi Korban.
Pada tahap ini dilakukan dengan memberikan pelayanan
kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi pada suatu
daerah melalui upaya :
1) Pencarian dan penyelamatan korban
2) pertolongan darurat.
3) Evakuasi korban dan pemakaman korban yang meninggal dunia.
4) Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Dalam tahap ini pemerintah harus
menyediakan kebutuhan dasar meliputi
a) Kebutuhan air bersih dan sanitasi.
b) Pangan.
c) Sandang.
d) Pelayanan kesehatan.
e) Pelayanan Psikososial.
f) Penampungan dan tempat hunian.
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan. Dilakukan dengan
memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan dan
psikososial. Adapun yang termasuk kelompok rentan terdiri atas
:
a) Bayi, balita dan anak-anak.
b) Ibu yang sedang mengandung dan menyusui.
c) penyandang cacat.
d) Lanjut usia.
6) Pemulihan prasarana dan sarana vital. Pemulihan prasarana dan
sarana vital bertujuan berfungsinya prasarana dan sarana vital
dengan segera, agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung,
dilakukan dengan memperbaiki/menggantikan kerusakan akibat
bencana.

4. Pasca Bencana
Dalam penanganan penanggulangan bencana ditahap pasca bencana
dilakukan kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum.
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4) Pemulihan sosial psycologis.
5) Pelayanan kesehatan.
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
7) Pemulihan sosial ekonomi budaya.
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban.
9) Pemulihan fungsi pemerintah.
10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
11) Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan peraturan
pemerintah.
b. Rekonstruksi.
Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik
meliputi :
1) Pembangunan kembali sarana dan prasarana.
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
3) Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan
yang lebih baik dan tahan bencana.
5) Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha dan masyarakat.
6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
7) Peningkatan fungsi pelayanan publik.
8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
9) Ketentuan lain mengenai rekonstruksi diatur dengan peraturan
pemerintah.
J. Penanganan Bencana Di Rumah Sakit
Sebagai contoh bencana dari dalam rumah sakit yang banyak menyebabkan
kerugian dan korban adalah kebakaran. Oleh karenanya metodologi ini
dititik beratkan pada penanggulangan kebakaran, selanjutnya bencana lain
tinggal mengikutinya. Kebakaran di Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi :
- Kebakaran Ringan : Kebakaran yang melibatkan area yang sempit, dengan
api yang kecil.
- Kebakaran Sedang : kebakaran yang melibatkan area lebih luas bersifat
lokal dengan besarnya api sedang.
- Kebakaran Berat : kebakaran yang melibatkan area yang luas dengan api
yang besar.

ORGANISASI
Secara otomatis organisasi penaggulangan bencana menjadi aktif
sesuai ketentuan yang berlaku.
PERENCANAAN SDM
Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi
penanggulangan bencana ditentukan berdasarkan :
- Golongan Kebakaran.
- Jumlah korban yang ada pada saat itu.
Dengan demikian dapat dibuatkan perencanaan SDM sebagai berikut :
a. Berdasarkan Golongan Kebakaran
Kebakaran Ringan : Untuk memadamkan api diperlukan 1 2 orang
dari pegawai yang dinas atau yang berada disekitar
kejadian saja dengan menggunakan 1-2 APAR.

Kebakaran Sedang : Untuk memadamkan api diperlukan 3-5 orang dari


pegawai yang dinas dengan APAR yang
jumlahnya lebih banyak, 2-3 orang untuk
evakuasi pasien, dokumen, ataupun barang
berharga lainnya yang ada di ruangan / lokasi
kejadian.

Kebakaran Berat : Untuk memadamkan api diperlukan bantuan dari


dinas kebakaran, dengan mengerahkan seluruh
pegawai yang berdinas saat itu untuk melakukan
evakuasi.
b. Berdasarkan Jumlah Korban yang ada pada saat itu
Berdasarkan jumlah korban pada saat itu maka untuk memobilisasi
perencanaan SDM dapat digunakan ketentuan pada penanggulangan
bencana massal.

PERENCANAAN LOGISTIK
Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun
alat medis sangat diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadi
peranan penting bagi tim pendukung logistik untuk merencanakan
pelaksanaan sesuai dengan kondisi saat itu.

PERENCANAAN KOMUNIKASI
Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit
merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu ada hal hal yang harus
dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
- Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar
- Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan
alamat) dan isi berita yang menyebutkan jenis kejadian, lokasi
kejadian, jumlah korban, tindakan yang telah dilakukan.
- Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima
berita, isi berita dan mencari kebenaran berita tersebut,
melaporkan ke atasan.

Alat alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :


- Pagging
- Airphone/intercom
- Telepon
- Faximile
- Pesawat HT
- Handphone

PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peranan Transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk
pengangkutan korban, oleh karena itu pimpinan disaster dapat
menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk korban ke rumah
sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan Ambulan
118.

PELAPORAN
Informasi tentang jumlah / beratnya korban dan kerusakan harus
segera didapat dalam 2 s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat
dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim Disaster, selanjutnya
dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direktur rumah sakit.
Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk
mengatur proses pelayanan terhadap korban dan mengatur unsur
penunjang yang mendukung prose pelayanan sehingga dapat berjalan
sebagaimana mestinya penanganan bencana di rumah sakit pada sistem
penanganan bencana adalah sebagai berikut.

1. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya
untuk mencegah risiko kecacatan dan atau kematian dimulai sejak di lokasi
kejadian, proses evakuasi dan proses transportasi ke IGD atau area berkumpul.
Kegiatan dimulai sejak korban tiba di IGD.
Penanggung jawab : Ketua Tim Medical Support (Ka. IGD)
Tempat : Triase IGD/lokasi kejadian/area berkumpul/tempat
perawatan
Prosedur di lapangan : - Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya
Kasus (hijau, kuning, merah)
- Menentukan prioritas penanganan
- Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman
- Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang didalamnya
- Transportasi korbsan ke IGD
Di rumah sakit (IGD) :
a. Lakukan triage oleh tim medik.
b. Penempatan korban sesuai hasi triage.
c. Lakukan stabilisasi korban.
d. Berikan tindakan definitif sesuai dengan
kegawatan dan situasi yang ada (Merah, Kuning
Hijau).
e. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasusnya
(ruang perawatan dan OK).
f. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena
pertimbangan medis maupun tempat perawatan.
2. PENGELOLAAN BARANG MILIK KORBAN
Barang milik korban hidup berupa pakaian, perhiasan, dokumen dan
lainnya ditempatkan secarakhusus untuk mencegah barang tersebut hilang
maupun tertukar.Sedangkan barang, milik korban meninggal, setelah
didokumentasikan oleh koordinator tim forensik selanjutnya diserahkan ke
pihak kepolisian yang bertugas di forensik.
Tempat : Ruang triage IGD
Penanggungjawab : Kepala Ruangan Triage IGD
Prosedur :
a. Catat barang yang dilepaskan dari korban
atau dibawa oleh korban
b. Bila ada keluarga maka barang tersebut
diserahkan kepada keluarga korban dengan
menandatangani form catatan
c. Tempatkan barang milik korban pada
kantong plastik dan disimpan
dilemari/locker terkunci
d. Bila sudah 1 minggu barang milik korban
belum diambil baik oleh pasien sendiri
maupun keluarganya, maka barang-barang
tersebut diserahkan kepada Ka. Humas
dengan menandatangani dokumen serah
terima selanjutnya Ka. Humas menghubungi
pasien maupun keluarganya. Apabila dalam
waktu 1 bulan barang belum diambil, maka
barang tersebut diserahkan oleh Ka. Humas
ke Polsek terdekat.

3. PENGOSONGAN RUANGAN DAN PEMINDAHAN PASIEN


Pada situasi bencana maka ruang perawatan tertentu harus dikosongkan
untuk menampung sejumlah korban dan pasien-pasien di ruangan tersebut
harus dipindahkan ke ruangan yang sudah ditentukan.
Tempat : Lantai .......... Ruang Perawatan ............
Penanggung jawab : Ka. Ruangan ........
Prosedur :
a. Ka. Bidang Keperawatan menginstruksikan
kepala ruangan yang dimaksud untuk
mengosongkan ruangan
b. Ka. Ruangan berkoordinasi ke kepala
ruangan lain untuk memindahkan pasiennya
c. Ka. Ruangan dan Wakil serta perawat primer
menjelaskan pada pasien/keluarganya alasan
pengosongan ruangan
d. Ka. Ruangan mencatat ruangan-ruangna
tempat tujuan pasien pindah dan
menginstruksikan petugas billing
e. Ka. Ruangan melaporkan proses
pengosongan ruangan kepada Ka. Bidang
Keperawatan

4. PENGELOLAAN MAKANAN KORBAN DAN PETUGAS


Makanan untuk pasien dan petugas, persiapan dan distribusinya
dikoordinir oleh Instalasi Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang
disampaikan oleh kepala ruangan maupun penangung jawab pos. Makanan
yang dipersiapkan dengan memperhitungkan sejumlah makanan cadangan
untuk antisipasi kedatangan korban baru maupun petugas baru/relawan.
Tempat : Instalasi Gizi dan Posko Donasi (makanan)
Penanggung jawab : Ka. Instalasi Gizi
Prosedur :
a. Instalasi Gizi mengkoordinasikan jumlah
korban dan petugas yang ada ke
ruangan/posko sebelum mempersiapkan
makanan pada setiap waktu makan
b. Instalasi Gizi mengumpulkan semua
permintaan makanan dari ruangan/posko
c. Instalasi Gizi mengkoordinir persiapan
makanan dan berkolaborasi dengan posko
donasi makanan yang akan/dapat
didistribusikan
5. PENGELOLAAN TENAGA RUMAH SAKIT
Pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang diperlukan saat penanganan
bencana. Tenaga yang dimaksud adalah SDM rumah sakit yang harus
disiagakan serta pengelolaannya saat situasi bencana.
Tempat : Bagian SDM
Penanggungjawab : Ka. Bagian SDM
Prosedur :
a. Ka. Bagian SDM berkoordinasi dengan
Ka.Bidang/Bagian/Ka. Instalasi yang terkait
untuk kesiapan tenaga
b. Koordinasi dengan pihak lain bila
diperlukan tenaga tambahan/volunteer dari
luar rumah sakit
c. Dokumentasikan semua staff yang bertugas
untuk setiap shift

6. PENGENDALIAN KORBAN BENCANA DAN PENGUNJUNG


Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di
rumah sakit ditertibkan dan diarahkan pada tempat berkumpul yang
ditentukan. Demikian pula korban diarahkan untuk dikumpulkan pada
ruangan/area tempat berkumpul yang ditentukan.
Tempat/area berkumpul : Lihat pembahsan ruangan dan area
berkumpul terbuka
Penanggung jawab : Ka. Instalasi Pengamanan
Prosedur :
a. Umumkan kejadian dan lokasi
bencana melalui speaker dan
informasikan agar korban
dipindahkan dan diarahkan ke area
yang ditentukan
b. Perintahkan Ka. Ruangan untuk
memindahkan korban
c. Koordinir proses pemindahan dan
alur pengunjung ke area dimaksud

7. KOORDINASI DENGAN INSTANSI LAIN


Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana
maupun efek dari bencana yang ada. Bantuan ini diperlukan sesuai dengan
jenis bencana yang terjadi. Instansi terkait yang dimaksud adalah satkorlak,
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Kepolisian, Dinas Pemadam
Kebakaran, SAR, PDAM, PLN, TELKOM, PMI, RS Jejaring, Institusi
Pendidikan Kesehatan, Perhotelan dan PHRI.
Tempat : Pos Komando
Penanggung jawab : Komandan RS
Prosedur :
a. Koordinir persiapan rapat koordinasi dan
komunikasikan kejadian yang sedang
dialami serta bantuan yang diperlukan
b. Hubungi instansi terkait untuk meminta
bantuan sesuai kebutuhan
c. Bantuan instansi terkait dapat diminta
kepada Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Pusat, termasuk
lembaga/instansi/militer/polisi dan atau
organisasi profesi

8. PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN/ALAT HABIS PAKAI


Penyediaan obat dan bahan/alat habis pakai dalam situasi bencana
merupakan salah satu unsur penunjang yang sangat penting dalam pelayanan
kesehatan, oleh karena itu diperlukan adanya persediaan obat dan bahan/alat
habis pakai sebagai penunjang pelayanan korban.
Tempat : Instalasi Farmasi
Penanggung jawab : Kepala Instalasi Farmasi
Prosedur :
a. Menyiapkan persediaan obat dan bahan/alat
habis pakai untuk keperluan penanganan
korban bencana
b. Distribusikan jumlah dan jenis obat dan
bahan/alat habis pakai sesuai dengan
permintaan unit pelayanan
c. Membuat permintaan bantuan apabila
perkiraan jumlah dan jenis obat dan
bahan/alat habis pakai tidak mencukupi
kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan atau
Departemen Kesehatan RI
d. Bantuan obat dan bahan/alat habis pakai
kepada LSM/lembaga donor darah pilihan
terakhir, namun apabila ada yang berinat
tanpa ada permintaan, buatkan kriteria dan
persyaratannya
e. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai
dan memenuhi persyaratan penyimpanan
obat dan bahan/alat habis pakai
f. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian
g. Lakukan pemusnahan/koordinasikan ke
pihak terkait apabila telah kadaluarsa dan
atau tidak diperlukan sesuai dengan
persyaratan

9. PENGELOLAAN VOLUNTEER (RELAWAN)


Keberadaan relawan sangat diperlukan pada situasi bencana.
Individu/kelompok organisasi yang berniat turut memberikan bantuan
sebaiknya dicatat dan diregistrasi secara baik oleh bagian SDM, untuk
selanjutnya diikutsertakan dalam membantu proses pelayanan sesuai dengan
jenis ketenagaan yang dibutuhkan.
Tempat : pos relawan
Penanggungjawab : Ka. Bagian SDM
Prosedur :
a. Lakukan rapid assessment untuk mengetahui
jenis dan jumlah tenaga yang diperlukan
b. Umumkan kualifikasi dan jumlah tenaga
yang diperlukan
c. Lakukan seleksi secara ketat terhadap
identitas, keahlian dan keterampilan yang
dimiliki dan pastikan bahwa identitas
tersebut benar (identitas organisasi profesi)
d. Dokumentasikan seluruh data relawan
e. Buatkan tanda pengenal resmi/name tag
f. Informasikan tugas dan kewajibannya
g. Antarkan dan perkenalkan pada tempat
tugasnya
h. Pastikan relawan tersebut terdaftar pada
daftar jaga ruangan/unit dimaksud
i. Buatkan absensi kehadirannya setiap
shift/hari
j. Siapkan penghargaan/sertifikat setelah
selesai melaksanakan tugas

10. PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN


Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk situasi
bencana untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari
bencana.
Tempat : Lingkungan rumah sakit
Penanggung jawab : Koordinator Kesling
Prosedur :
a. Pastikan sistem pembuangan dan
pemusnahan sampah dan limbah medis dan
non medis sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
b. Catat dan laporkan pemakaian bahan bakar
dan jumlah sampah medis yang dibakar serta
kualitas hasilnya
c. Kontrol seluruh pipa dan alat yang dipakai
untuk pengolahan sampah dan limbah agar
tidak terjadi pencemaran lingkungan
d. Koordinasi kebersihan ruangan dan
pemisahan sampah medis dan sampah umum
dengan petugas ruangan

11. PENGELOLAAN DONASI


Pada keadaan bencana, rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan baik
berupa obat, bahan/alat habis pakai, makanan, alat medis/non medis, maupun
finansial.
Tempat : Pos Donasi
Penanggung jawab : Ka. Bagian Umum
Prosedur :
a. Catat semua asal, jumlah dan jenis donasi
yang masuk baik berupa obat, makanan
barang dan uang maupun jasa
b. Catat tanggal kadaluarsa
c. Distribusikan donasi yang ada kepada pos-
pos yang bertanggung jawab :
d. Laporkan rekapitulasi jumlah dan jenis
donasi (yang termasuk, yang didistribusikan
dan sisanya) kepada pos komando
e. Sumbangan yang ditujukan langsung kepada
korban akan difasilitasi oleh kepala ruangan
atas sepengetahuan ketua manajemen
support

12. PENGELOLAAN LISTRIK, TELEPON DAN AIR


Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan
sambungan telepon saat disaster membutuhkan kesiapsiagaan dari tenaga
yang melaksanakannya. Persiapan pengadaan maupun sambungannya mulai
dilaksanakan saat aktifasi bencana di rumah sakit.
Tempat : unit pelayanan di RSKD Duren Sawit
Penanggungjawab : Ka. Bagian Umum
Prosedur :
a. Pastikan sistem berfungsi dengan baik dan
aman
b. Siapkan penambahan dan jaga stabilitas
listrik agar layak pakai dan aman
c. Siapkan penambahan line telepon untuk SLI
maupun sambungan keluar lainnya
d. Jaga kualitas air sesuai dengan syarat
kualitas maupun kuantitas air bersih dan
hindari kontaminasi sehingga tetap aman
untuk digunakan
e. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait
(PLN, PT TELKOM, PDAM) untuk
menambah daya, menambah line dna tetap
menjaga ketersediaan listrik, telepon
maupun air
f. Distribusikan kebutuhan listrik, telepon dan
air ke area yang membutuhkan
g. Berkoordiasi dengan pengguna/ruangan dan
penanggung jawab area
h. Lakukan monitoring secara rutin

13. PENANGANAN KEAMANAN


Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area transportasi korban
dari lokasi ke IGD, pengamanan sekitar triage dan IGD pada umumnya serta
pengamanan pada unit perawatan dan pos-pos yang didirikan.
Tempat : alur masuk ambulance ke IGD, seluruh unit
pelayanan dan pos
Penanggungjawab : Ka. Instalasi Pengamanan
Prosedur :
a. Atur petugas sesuai dengan wilayah
pengamanan
b. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait
seperti kepolisian
c. Atur dan arahkan pengunjung ke lokasi yang
ditentukan pada saat bencana internal
d. Lakukan kontrol rutin dan teratur
e. Dampingi petugas bila ada keluarga yang
mengamuk

14. PENGELOLAAN INFORMASI


Informasi baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form
yang ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah
korban baik korban hidup, korban meninggal, asal negara, tempat perawatan
korban dan status evakuasi ke luar rumah sakit. Informasi ini meliputi
identitas korban, SDM dan fasilitas yang diperlukan untuk penanganan
korban.
Tempat : Pos informasi
Penanggung jawab : Ka. Bagian Umu
Prosedur :
a. Lengkapi semua data korban yang
mencakup nama pasien, umur dan
alamat/asal negara dari korban rwat jalan,
rawat inap dan meninggal serta evakuasi dan
lengkapi dengan data tindakan yang telah
dilakukan
b. Informasi di update setiap 12 jam untuk 2
hari pertama (jam 08.00 dan jam 20.00) dan
24 jam untuk hari-hari berikutnya (jam
08.00)
c. Informasi ditulis pada papan informasi dan
dipasang di pos informasi
d. Setiap lembar informasi yang keluar
ditandatangani oleh komandan bencana dan
diserahkan kepada pihak yang membutuhkan
oleh penanggung jawab pos informasi.

15. JUMPA PERS


Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan
digunakan pihak rumah sakit pada saat jumpa pers. Pihak rumah sakit yang
menghadiri press release adalah Direktur sebagai Komandan RS, Komandan
Bencana, Ketua Medical Suport, dan Ketua manajemen support
Tempat : Aula
Penanggung jawab : Ka. Bagian Umum
Prosedur :
a. Jumpa pers dilaksanakan setiap hari jam
11.00 untuk 5 hari pertama, dua hari sekali
untuk hari berikutnya dan seterusnya
bilamana dipandang perlu
b. Undangan atau pemberitahuan kepada pers
akan adanya jumpa pers dilakukan oleh Ka.
Bagian Umum
c. Siapkan dan sebelumnya konfirmasikan
informasi yang akan disampaikan pada
jumpa pers kepada Direktur
d. Jumpa pers dipimpin oleh komandan rumah
sakit

16. PENGELOLAAN MEDIA


Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hampir 24 jam
disekitar rumah sakit meliputi proses pelayanan dan kunjungan tamu ke unit
pelayanan, bukan hanya berasal dari media regional, nasional tetapi juga
internasional sehingga perlu dikelola dengan baik.
Tempat : Ruangan Humas
Penanggung jawab : Ka. Bagian Umum
Prosedur :
a. Registrasi dan berikan identifikasi semua
media serta wartawan yang datang
b. Sampaikan bahwa semua informasi dapat
diperoleh dari pos informasi
c. Koordinasikan dengan petugas pengamanan
rumah sakit untuk pengaturannya
d. Peliputan media hanya diijinkan kepada
yang sudah memperoleh kartu identitas
e. Peliputan langsung pada korban bencana
atas seijin yang bersangkutan

17. PENGELOLAAN REKAM MEDIS


Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan rekam
medis sesuai dengan prosedur yang berlaku di rumah sakit. Pada rekam
medis diberikan tanda khusus untuk mengidentifikasi data korban dengan
segera.
Tempat : IGD
Penanggungjawab : Ka. Instalasi Rekam Medik
Prosedur :
18. IDENTIFIKASI KORBAN
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID. Label ID yang
dipasangkan pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah dilakukan
tindakan life saving, label ID akan dilepas dan disimpan pada rekam medik
yang bersangkutan.
Tempat : IGD, Kamar Jenazah
Penanggungjawab : Ka. Instalasi Rekam Medik
Prosedur :
a. Pasangkan label ID pada semua lengan atas
kanan korban hidup pada saat masuk ruang
triage atau korban meninggal pada saat
masuk kamar jenazah, serta dibuatkan rekam
mediknya
b. Kontrol semua korban bencana dan pastikan
sudah menggunakan label ID

19. PENGELOLAAN TAMU/KUNJUNGAN


Tamu dan kunjungan ke rumah sakit untuk meninjau pelaksanaan
pelayanan terhadap korban dilakukan berupa kunjungan format/non formal
kenegaraan atau oleh institusi, LSM partai politik maupun perseorangan.
Pengelolaannya diatur untuk mencegah terganggunya proses pelayanan dan
mengupayakan privacy korban. Tamu kenegaraan dari negara lain maupun
tamu kenegaraan RI dan tamu Gubernur akan didampingi oleh Direktur dan
Wakil Direktur. Tamu dari organisasi partai politik, LSM, institusi dll
diterima dan didampingi Direktur.
Tempat : Aula
Penanggung jawab : Ka. Bagian Umum
Prosedur :
a. Semua rencana kunjungan tercatat pada
bagian umum
b. Hubungi Direktur dan Wakil Direktur serta
jajarannya untuk menerima kunjungan
sesuai jenis kunjungan atau tamu yang akan
hadir
c. Siapkan ruangan rencana transit dan
kebutuhan lainnya (makanan/minuman) bila
dibutuhkan
d. Siapkan informasi/data korban dan
perkembangannya, data kesiapan rumah
sakit dan proses pelayanannya
e. Koordinasikan Ka. Bagian Umum dan
Bidang Keperawatan untuk kebersihan unit
terkait
f. Siapkan dokumentasi

20. PENGELOLAAN JENAZAH


Untuk kejadian bencana jenazah akan langsung dikirim ke ruang jenazah
untuk sementara selanjutnya akan dikirim ke RS rujukan lanjut. Pengelolaan
jenazah seperti identifikasi menentukan sebab kematian dan menentukan
jenis musibah yang terjadi, penyimpanan dan pengeluaran jenazah dilakukan
di RSCM.
Tempat : Kamar Jenazah
Penanggungjawab : Ka. IPL
Proses :
a. Registrasi semua jenazah korban bencana
yang masuk ke rumah sakit melalui kamar
jenazah
b. Bila diperlukan dilakukan identifikasi pada
korban untuk menentukan sebab kematian,
jenazah akan dikirmkan ke RS rujukan
bagian forensik
c. Identifikasi sesuai dengan guide line dari
DV-Interpil
d. Siapkan surat-surat yang diperlukan,
penyerahan ke polisi dari rumah sakit ke RS
rujukan bagian forensik
e. Buat laporan jumlah dan status jenazah
kepada ketua medical support dan pos
pengelolaan data
21. EVAKUASI KORBAN KE LUAR RUMAH SAKIT
Atas indikasi medis, sosial, politik dan hukum, maupun permintaan nigeria
yang bersangkutan atau atas permintaan keluarga pasien/korban pindah
ataupun keluar dari RS untuk dilakukan perawatan di rumah sakit tertentu di
luar RS tersebut Perpindahan/evakuasi korban ini dilakukan atas persetujuan
tim medis dengan keluarga maupun negara yang bersangkutan bila korban
adalah warga negara asing. Kelengkapan dokumen medik serta persetujuan
keluarga/negara yang bersangkutan diperlukan untuk pelaksanaan proses
evakuasi.
Tempat : IGD, Keperawatan
Penanggungjawab : Ketua Medical Support
Prosedur :
a. Pastikan adanya persetujuan medis, maupun
persetujuan keluarga /negara yang
bersangkutan sebelum proses evakuasi
dilakukan
b. Koordinasikan rencana evakuasi korban
kepada pihak/rumah sakit penerima
c. Pastikan pasien dalam keadaan stabil dan
siap untuk dievakuasi
d. Siapkan ambulance sesuai standar untuk
evakuasi pasien
e. Bila diperlukan hubungi pihak penerbangan
untuk kesiapan transportasi pasien
f. Pastikan adanya tim medis yang
mendampingi selama proses evakuasi

K. Penanganan Bencana Di Lapangan


Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban
yang bersifat massal, karenanya berdasarkan jumlah korban yang
datang bencana dengan korban massal dibagi
menjadi 3 tingkat yaitu
1. Siaga 3 : jumlah korban yang datang 3 4 orang saja
2. Siaga 2 : jumlah korban yang datang 5 10 orang
3. Siaga 1 : jumlah korban yang datang lebih dari 10 orang
Keadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IGD yang
berdinas pada saat itu, yang selanjutnya dilaporkan kepada Ketua Tim
Disaster plan dan Direktur Rumah Sakit. Triage dipimpin oleh dokter IGD
bersama perawat IGD. Penanggulangan awal penderita dilakukan oleh dokter
IGD, perawat IGD, tenaga perawat dari ruangan lain yang dimobilisasikan.
Triase bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan yang
dibutuhkan oleh korban. Penilaian triage saat bencana sedikit berbeda dengan
triage pada kondisi normal, disesuaikan dengan jumlah korban dan
kemampuan kapasitas RS dalam melakukan pertolongan korban. Untuk triase
digunakan kartu kode warna setelah diperoleh informasi akurat tentang
keadaan penderita. Kartu warna yang dipergunakan disini adalah :
MERAH (immediate)
Korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan
kemungkinan bertahan hidup yang paling besar jika dilakukan tindakan
segera. Butuh tindakan operasi segera atau intervensi life-saving lainnya,
merupakan prioritas utama untuk tim bedah atau evakuasi/transportasi ke
fasilitas yang lebih baik. Termasuk korban-koran dengan :
a. Syok oleh berbagai kausa
b. Gangguan pernapasan
c. Trauma kepala dengan pupil anisokor
d. Perdarahan eksternal masif

KUNING (observation)
Korban dengan kondisi stabil saat datang, perawatan dapat
ditunda sementara, tetapi membutuhkan observasi ketat dan re-triage ulang
oleh petugas medis yang berpengalaman. Dalam kondisi normal,
kemungkinan merupakan penderita yang memerlukan tindakan segera.
Termasuk dalam kategori ini :
a. Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma
abdomen berat)
b. Fraktur multipel
c. Fraktur femur / pelvis
d. Luka bakar luas
e. Gangguan kesadaran / trauma kepala
f. Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan
ketat terhadap timbulnyakomplikasi, dan diberikan perawatan sesegera
mungkin.

HIJAU (wait / walking wounded)


Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, mencakup korban dengan :
a. Fraktur minor
b. Fraktur minor, luka bakar minor.

BIRU
Korban dengan kemungkinan survive / bertahan hidup nol atau kecil
sekali. Tindakan yang dilakukan hanya observasi atau jika
dimungkinkan pemberian analgesik. Termasuk dalam kategori ini adalah
:
a. Korban dengan trauma berat (severe injuries)
b. Uncompensated blood los
c. Korban dengan pemeriksaan neurologi yang negatif.
HITAM
Korban yang telah meninggal dunia. Pada label dituliskan : nama
korban, umur, jenis kelamin, alamat pasien. Bila korban tidak dikenal
ditulis tidak dikenal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam


dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis.
Beberapa potensi bencana yang perlu diwaspadai antara lain bencana
banjir, bencana tanah longsor, bencana letusan gunung api, bencana Gempa
Bumi, Bencana Tsunami, Bencana Kebakaran, Bencana Kekeringan.
Kekeringan, Bencana Angin Siklon Tropis, Bencana Wabah Penyakit dan
Bencana Kegagalan Teknologi.

B. Saran

Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus
mengetahui jenis-jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana
dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Saran-saran, kami sampaikan
kepada semua pihak untuk mengantisipasi dan penanggulangan bencana
agar tidak menimbulkan kerusakan, korban meninggal dan kerugian yang
besar.

1. Kepada Pemerintah agar meningkatkan managemen anti sipasi dan


penanggulangan bencana.
2. Pemerintah agar memiliki Lembaga atau Badan Khusus bahkan
mungkin yang lebih tinggi yaitu setingkat menteri untuk
mengantisipasi dan penanggulangan bencana.
3. Pemerintah agar memberikan sosialisasi dan simulasi kepada
masyarakat yang tinggal di daerah bencana, bagaimana cara
mengatasi bencana yang terjadi.

4. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan


pelestarian lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadi
diakibatkan oleh kerusakan lingkungan.

5. Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah bencana, agar


tidak terjadi korban dan kerugian yang besar.

6. Masyarakat pada umumnya harus mengetahui baik melalui Media


Elektronik( radio, TV dan Internet ) maupun Media Cetak ( buku
literature, surat kabar, majalah ) tentang bencana-bencana yang
terjadi dan bagaimana cara mengatasi atau menyelamatkan diri.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com//sejuta_bencana_terencana_di_indonesia (di akses 7 maret 2016)

http://id.wikipedia.org/wiki/bencana_alam. (di akses 8 maret 2016)

http://nasional.kompas.com/read.2011/01/03/09540611/berbagai.bencana.alam.masih.me
nanti(di akses 7

maret 2016)

http://www.indonesia.go.id/id/index.php?
option=com_content&task=view&id=6071&ltemid=1798(di

akses 8 maret 2016)

Effendy Nasrul.2012. dasar-dasar keperawatan kesehatan


masyatrakat.Jakarta.Buku Kedokteran EGC

https://endrosamboda1984.wordpress.com/2012/04/18/manajemen-bencana/
diakses tanggal 3 maret 2016 pukul 13:00

http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam diakses tanggal 3 Maret 2016 pukul


13.30

You might also like