You are on page 1of 37

Arti Penting Analisis Laporan Keuangan

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya


dilakukan karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan
tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan
yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di
bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen
masa lalu dan prospeknya di masa datang.
Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan
gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah
dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah
yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai
kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai
pihak, seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen
sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan biasanya terdiri dari :
1. Neraca; yaitu laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, modal dari
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal
tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup dan ditentukan
sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender (misalnya pada
tanggal 31 Desember 2002)
b. Laporan laba rugi; suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dari
penjualan, berbagai biaya, dan laba yang diperoleh oleh perusahaan selama
periode tertentu.
c. Laporan saldo laba; menunjukkan perubahan laba ditahan selama periode
tertentu.
d. Laporan arus kas; Menujukkan arus kas selama periode tertentu.
e. Catatan atas laporan keuangan; berisi rincian neraca dan laporan laba
rugi, kebijakan akuntansi, dan lain sebagainya.
Analisa Rasio Keuangan
Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang
rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat
dibedakan menjadi :
a. Perbandingan Internal (Time Series Analysis) yaitu membandingkan rasio-
rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
b. Perbandingan Eksternal (Cross Sectional Approach) yaitu membandingkan
rasio-rasio antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya yang
sejenis pada saat yang bersamaan atau membandingkannya dengan rasio
rata-rata industri pada saat yang sama.
Jenis rasio laporan keuangan, biasanya dikelompokkan ke dalam lima
kelompok rasio, (R. Agus Sartono, 1998), yaitu :
1) Liquidity Ratio yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya.
Liquidity Ratio yang umum digunakan antara lain :

1
a) Current Ratio, merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas
(solvabilitas jangka pendek) yaitu kemampuan untuk membayar hutang
yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
Formulasinya : Current Ratio = Current Assets / Currents Liabilities
b) Quick Ratio, merupakan alat ukur bagi kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang
lebih likuid.
Formulasinya : Quick Ratio = (Currents Assets Inventory) / Current
Liabilities
2) Activity Ratio merupakan alat ukur sejauh mana efektivitas perusahaan
dalam menggunakan sumber daya sumber dayanya. Rasio rasio ini
antara lain :
a) Receivable Turn Over = Sales / Account receivable.
b) Periode Pengumpulan Piutang (Average collection period) = 360 /
Receivable turnover.
c) Inventory Turnover, yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan
persediaan atau rasio untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode tertentu.
Formulasinya : Inventory Turnover = Cost of Goods Sold / Average
Inventory
d) Average days in inventory = 360 / Inventory turnover
e) Total Assets Turnover, yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan
aktiva secara keseluruhan.
Formulasinya : Total Assets Turnover = Sales / Total Assets
3) Leverage Ratio yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan hutang. Rasio -rasio ini antara lain :
a) Debt To Total Assets Ratio, yaitu rasio yang menghitung berapa bagian
dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan hutang.
Formulasinya : Debt To Total Assets Ratio = Total Liabilities / Total Assets
b) Time Interest Earned Ratio, yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar
keuntungan dapat berkurang (turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan
keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga.
Formulasinya : Time interest earned ratio:= Earning Before Interest and Tax
/ Interest Expense
4) Profitability Ratio yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Rasio ini antara
lain : Gross profit margin = Gross profit / Sales
Operating profit margin = EBIT / Sales
Net profit margin = EAT / Sales
Return on assets = EAT / Total assets
Return on equity = EAT / Equity
5) Market Value Ratios;
a. Dividend payout ratio = Dividend / EAT
b. Dividend yield = Dividend per share / Price per share
c. Earning per-share = EAT / Number of share outstanding
d. Price earning ratio = Price per share / Earning per share
e. Price book value ratio = Price per share / Book value per share

2
Yang dimaksud dengan :
Liquidity Ratio, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya,
membaik.
- Activity Ratio, merupakan alat ukur sejauh mana efektivitas perusahaan
dalam menggunakan sumber dayanya, terdiri dari beberapa indikator;
Receivable Turn Over (membaik), Average collection period (membaik),
Inventory Turnover / yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan
persediaan atau rasio untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode tertentu (membaik),
Average days in inventory (membaik), Total Assets Turnover / yaitu rasio
untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan
(memburuk).
- Leverage Ratio, yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan hutang. Rasio -rasio ini antara lain : Debt To Total Assets
Ratio, yaitu rasio yang menghitung berapa bagian dari keseluruhan
kebutuhan dana yang dibiayai dengan hutang (memburuk), Time Interest
Earned Ratio, yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar keuntungan dapat
berkurang (turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena
perusahaan tidak mampu membayar bunga (membaik).
- Profitability Ratio yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Rasio rasio ini
antara lain : Gross profit margin (membaik), Operating profit margin
(membaik), Net profit margin (membaik), Return on assets (memburuk),
dan Return on equity (membaik).

LAPORAN KEUANGAN SISTEM DU PONT


Pengertian Laporan Keuangan
Dalam upaya untuk membuat keputusan yang rasional, pihak ekstern
perusahaan maupun pihak intern perusahaan seharusnya menggunakan
suatu alat yang mampu menganalisis laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Di bawah ini merupakan pengertian laporan
keuangan dari beberapa ahli, antara lain :
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan
Keuangan (2002:63), Laporan Keuangan adalah laporan yang diharapkan
bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan
informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan
gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan adalah :
Laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonominya. (IAI, 2002 : par 47)
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:105), laporan keuangan adalah laporan yang
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada
saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

3
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Laporan
Keuangan adalah :
1. Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk
membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal maupun pihak
eksternal perusahaan.
2. Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja
keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan, apakah dalam kondisi
yang baik atau tidak.
3. Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang diklasifikasikan,
pada periode tertentu.
4. Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama periode yang bersangkutan.
Macam Macam Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan berbagai macam laporan
keuangan yang terdiri atas bagian tertentu mengenai suatu informasi yang
penting. Sebenarnya laporan keuangan banyak macamnya, namun yang
akan penulis bahas di sini hanyalah laporan keuangan yang pokok saja, yaitu
neraca dan laporan rugi laba.
1 Laporan Neraca
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan
Keuangan (2002:63), Neraca adalah laporan yang meringkas posisi
keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan
sumber daya ekonomis (asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal
saham, dan hubungan antar item tersebut.
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:107), Laporan Neraca, yang disebut juga dengan laporan
posisi keuangan perusahaan, adalah laporan yang menggambarkan posisi
aktiva, kewajiban dan modal pada saat tertentu.
Neraca itu sendiri mempunyai elemen-elemen antara lain sebagai berikut :
1. Aktiva (Assets, Harta)
Aktiva adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Aktiva biasanya terdiri dari :
1. Aktiva Lancar
Meliputi kas dan aktiva lain yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau
ditukarkan dengan uang tunai. Aktiva lancar disajikan di neraca berdasarkan
urutan likuiditasnya, dimulai dari akun yang paling likuid. Yang termasuk
dalam aktiva lancar, yaitu kas, surat berharga, piutang usaha, persediaan
barang dagangan, dan lainnya.
2. Aktiva Tetap
Merupakan aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan
dan biasanya memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi mengenai
manfaatnya dimasa yang akan dating. Aktiva tetap antara lain : peralatan,
mesin, bangungan, dan lainnya.
3. Aktiva Lain-Lain
Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan ke dalam aktiva lancar
maupun aktiva tetap perusahaan, antara lain : hak paten, nama baik
( goodwill ), dan lainnya.

4
4. Hutang ( Liabilities )
Hutang adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi oleh suatu
perusahaan. Hutang biasanya terbagi menjadi :
a. Hutang Lancar
adalah kewajiban-kewajiban yang harus segera dilunasi oleh perusahaan
dengan penggunaan aktiva lancar atau dengan pembentukan kewajiban
lancar lainnya dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Yang
termasuk hutang lancar adalah hutang dagang, hutang gaji, hutang biaya,
serta hutang lancar lainnya.
b. Hutang Jangka Panjang
Adalah kewajiban-kewajiban yang tidak diharapkan untuk segera dilunasi
dalam siklus operasi normal perusahaan, tetapi pengembaliannya dilakukan
dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Yang termasuk hutang jangka
panjang adalah hutang hipotek, hutang obligasi, dan hutang jangka panjang
lainnya.
5. Modal
Modal pada hakikatnya adalah hak pemilik perusahaan atas kekayaan
perusahaan. Yang termasuk elemen dalam modal antara lain modal saham,
laba ditahan, dan elemen modal lainnya.
Bentuk Penyajian Neraca
Menurut Sofyan S.Harahap (2006:112), dalam menyajikan neraca dapat
dibagi dalam tiga bentuk sebagai:
1. Bentuk Neraca Staffel atau Report Form
Neraca ini dilaporkan satu halaman vertical. Disebelah atas dicantumkan
total aktiva dan dibawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal.
2. Bentuk Neraca Skontro atau Account Form
Disini aktiva disajikan di sebelah kiri ( di Inggris, di kanan) dan kewajiban
serta modal ditempatkan disebelah kanan, sehingga penyajiannya sebelah
menyebelah.
3. Bentuk Yang menyajikan posisi Keuangan (Financial Position form)
Dalam bentuk ini, posisi keuangan tidak dilaporkan sepeti dalam bentuk
sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi.Dalam bentuk ini,
pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi hutang lancar, dan hasil
pengurangannya diketahui sebagai modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva
tetap dan aktiva lainnya, kemudian dikurangi hutang jangka panjang maka
akan diperoleh modal pemilik.

Laporan Laba Rugi


Menurut A.J. Keown, dkk, dalam buku Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
yang diterjemahkan oleh Chaerul D. Djakman (2004:80), laporan rugi laba
adalah laporan utnuk periode tertentu yang terdiri atas penerimaan bersih
dikurangi beban periode itu.
Menurut Sofyan S.Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:73), Laba rugi menggambarkan hasil yang diperoleh atau
diterima oleh perusahan selama satu periode tertentu, serta biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut. Hasil dikurangi biaya-

5
biaya merupakan laba atau rugi. Kalau hasil lebih besar dari biaya berarti
laba,sebaliknya, kalau hasil lebih kecil dari biaya-biaya, berarti rugi.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisa Laporan
Keuangan (2002:56), Laporan LabaRugi adalah lebih meringkaskan hasil dari
kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
Laporan Laba/Rugi sendiri punya elemen-elemen antara lain sebagai
berikut :
1. Pendapatan
Adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu perusahan atau
penyelesaian kewajiban (kompensasi keduanya) selama periode tertentu,
yang timbul dari penjualan barang-barang, penyerahan jasa, dan elemen
pendapatan lainnya.
2. Biaya
Adalah kenaikan dalam ekuitas atau penggunaan selama periode tertentu
yang timbuln dari penjualan barang, penyerahan jas, dan lainnya.
3. Keuntungan
Adalah kenaikan dalam aktiva bersih yang timbul dari transaksi-transaksi
atau kejadian lain dank arena kondisi-kondisi yang mempengaruhi aktiva
bersih.
4. Kerugian
Adalah penurunan dari aktiva bersih yang timbul dari trnsaksi-transaksi atau
kegiatan lain dan kondisi yang mempengaruhi aktiva bersih.
Kelemahan Laporan Keuangan
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis atas Laporan
Keuangan (2006:17), kelemahan laporan keuangan diantaranya sebagai
berikut :
1. Laporan Keuangan bersifat Historis, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat, bukan masa kini
2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan
taksiran dan berbagai pertimbangan
3. Laporan keuangan bersifat konservatif dalm menghadapi ketidakpastian
4. Laporan Keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/ transaksi daripada bentuk hukumnya (Formalitas)
5. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan
pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi
dan sifat dari informasi yang dilaporkan
6. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan, umumnya diabaikan.
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis keuangan adalah usaha untuk menemukan kelemahan kinerja
keuangan yang dapat menimbulkan masalah dimasa yang akan datang dan
untuk menentukan kekuatan kinerja keuangan yang dapat diandalkan.
Peralatan analisis yang digunakan untuk menemukan kelemahan dan
kekuatan tersebut adalah laporan keuangan yang mencakup neraca, laporan
laba rugi, aliran kas serta laporan sumber dan penggunaan dana (Martin,
2002:481).

6
Analisis keuangan melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan, yaitu
(1) Neraca merupakan ringkasan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik
pada satu titik tertentu, biasanya pada akhir tahun. (2) Laporan Laba Rugi
terditi dari penghasilan dan biata perusahaan pada periode waktu tertentu,
biasanya untuk satu tahun takwim. Dari kedua laporan tersebut, beberapa
laporan turunan dapat dihasilkan seperti laporan laba ditahan, laporan
sumber dan penggunaan dana dan laporan arus kas (Van Horne and
Wachowichz, 2004:128).
Laporan Keuangan yang pengertiannya dapat dilihat pada keterangan
sebelumnya dapat dianalisis melalui banyak cara. Sebelum melangkah lebih
jauh, analisis laporan keuangan dapat didefinisikan bermacam-macam.
Menurut Sofyan S.Harahap (2006:189), analisis laporan keuangan terbagi
menjadi dua yaitu, analisis dan laporan keuangan. Kata analisis adalah
memecahkan atau menguraikan suatu unit menjadi berbagai unit terkecil.
Sedangkan laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaaan pada ssat tertentu atau jangka
waktu tertentu.
Sehingga dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa analisis laporan
keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan maenjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mmpunyai makna antar satu dengan yang lain antara data
kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan putusan yang tetap.
Tujuan dan Macam-macam Analisis Laporan Keuangan
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:18), salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah
menganalisa laporan keuangan perusahan. Analisa ini didasarkan pada
laporan keuangan yang sudah disusun. Tujuan analisa laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1. Screening
Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
perusahaan dari laporan keuangan taanpa pergi langsung ke lapangan.
2. Understanding
Memahami perusahan, kondisi keuangan dan hasil usahanya
3. Forecasting
Analisa dilakukan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimas
yang akan datang
4. Diagnosis
Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah
yang terjadi, baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah-
masalah lain dalam perusahaan.
5. Evaluation
Analisa dilakukan utnuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola
perusahaan
Disamping tujuan tersebut di atas, analisa laporan keuangan juga dapat
digunakan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan.

7
Dengan melakukan analisa laporan keuangan, maka informasi yang dibaca
dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan
satu pos dengan pos lainnya akan dapat menjadi indicator-indikator tentang
posisi dan prestasi keuangan perusahaan, serta menunjukan kebenaran
penyusunsan laporan keuangan.
Analisa laporan keuangan dibagi oleh banyak ahli berbagai macam bentuk.
Diantaranya mengemukakan beberapa tehnik analisis sebagai berikut :
1. Cross Sectional Tehnique
1.1 Common Size Statement (Laporan bentuk awam)
1.2 Analisa rasio
1. Time series Tehnique
2. Trend Statement
2.2 Analisa Laporan Keuangan
2.3 Ukuran Variabilitas
1. Gabungan Laporan Keuangan dengan Non Keuangan
3.1 Informasi Pasar Produk
3.2 Informasi Pasar Modal
Kelemahan Analisis Laporan Keuangan
Seperti semua yang ada di dunia, karena tidak ada yang sempurna, analisis
laporan keuangan pun demikian. Analisa laporan keuangan mempunyai
beberapa kelemahan yang akan dijelaskan lebih lanjut oleh beberapa ahli.
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:152), ada beberapa kelemahan analisa laporan keuangan,
diantaranya sebagai beriktu :
1. Analisa laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan. Oleh
karena itu, kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat, agar
kesimpulan dari analisa yang dilakukan itu tidak salah.
2. Objek analisa laporan keuangan hanya laporan keuangan.
3. Objek analisa laporan keuangan adalah data histories yang
menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bias berbeda dengan kondisi atau
keadaan masa depan.
4. Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing
perlu mendapat perhatian tersendiri, karena perbedaan bias saja timbul
karena masalah kurs konversi atau metode konsolidasi.
5. Kelemahan analisa laporan keuangan
Tehnik analisa rasio merupakan sebagian dari konsep analisa laporan
keuangan. Tehnik analisa rasio memiliki kelemahan sebagai berikut :
1. Rasio diambil dari data akuntansi yang juga memiliki sifat tersendiri yang
harus diketahui, dan memerlukan tafsiran tersendiri. Dan Bukan tidak
mungkin data akuntansi itu sendiri mengandung data manipulasi atau
kesalahan lainnya. Perbedaan yang sama-sama boleh dalam akuntansi
misalnya perbedaan metode penyusutan akan memberikan data keuangan
yang berbeda, penilaian persediaan, periode akuntansi, dan lain-lain.
2. Dalam menilai suatu rasio baik atau buruk, analisis harus hati-hati. Turn
Over yang tinggi belum tentu baik. Mungkin perusahaan melakukan obral
besar-besaran dan cenderung mau bangkrut atau mungkin jenis

8
perusahaannya berbeda. Rasio Turn Over untuk supermarket berbeda sekali
dengan perusahaan dealer mobil mewah.
3. Membandingkan dengan Industrial Ratio (yagn belum ada di Indonesia)
harus hati-hati. Karena banyak trick yang digunakan manajemen untuk
memperbaiki rasio.
4. Harus juga disadari bahwa laporan keuangan yang dianalisa tidak
menggambarkan perubahan nilai uang dan tenaga belinya.
5. Hati-hati terhadap kemungkinan adnaya window dressing, income
smoothing atau laporan konsolidasi.
Alat Pengukur Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual
yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen (Helfert, 2003:67).
Untuk menilai kinerja perusahaan perlu dilibatkan analisis dampak keuangan
kumulatif dan ekonomi dari keputusan, dan mempertimbangkannya dengan
menggunakan ukuran komparatif.
Alat kinerja keuangan yang hingga saat ini masih banyak digunakan adalah
rasio keuangan, seperti Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA),
atau Return On Investment (ROI). Analisis Rasio Keuangan sangat
bermanfaat bagi stakeholder, yaitu dalam hal : (1) Memberikan dasar dalam
meramalkan prospek perusahaan pada masa yang akan dating, (2)
Memberikan petunjuk atau gejala gejala yang timbul dari informasi yang
disajika, dan (3) Memudahkan dalam menginterprestasikan laporan
keuangan (Miswanto, 2003:81). Jika dicermati secara seksama penilaian
kinerja dengan menggunakan rasio keuangan mengandung keterbatasan
yang sangat fundamental. Beberapa keterbatasan tersebut antara lain : (1)
Rasio Keuangan tidak disesuaikan dengan tingkat harga, (2) Rasio Keuangan
sulit digunakan sebagai pembanding antar perusahaan sejenis jika terdapat
perbedaan metode akuntansinya dan (3) Rasio Keuangan hanya
menggambarkan kondisi sesaat, yaitu pada tanggal laporan keuangan dan
periode pelaporan keuangan (Munawir, 2002:65).
Rasio Keuangan adalah suatu bentuk rumusan matematis yang
menunjukkan hubungan diantara variable variable yang terdapat dalam
laporan keuangan (Miswanto, 2003:81). Dalam analisis rasio keuangan
terdapat beberapa kategori yang terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas, aktivitas dan nilai pasar. Khusus rasio nilai pasar ini berlaku
untuk perusahaan yang sudah go public.
Pengambilan Keputusan
Setiap tindakan yang dilakukan orang sebenarnya sudah melalui proses
pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini didasarkan pada
informasi. Dalam proses pengambilan keputusan yang baik, peranan model
dan informasi sangat penting. Semakin banyak dan akurat informasi
mestinya semakin baik keputusan yang diambil. Dalam dunia bisnis,
keputusan yang salah akan menghasilkan kerugian bagi perusahaan.
Sedangkan keputusan yang benar akan menghasilkan keuntungan (laba)
bagi perusahaan.
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:39), Pengambilan Keputusan adalah Proses memilih satu

9
alternatif daari beberapa alternatif yang ada. Pengambilan keputusan ini
harus dapat dilakukan oleh semua orang dalam perusahaan jika kita ingin
perusahaan menjadi besar.
Kesulitan Dalam Pengambialan Keputusan
Pengambilan keputusan ini sangat sulit karena beberapa sifat, factor atau
keadaan yang melingkupinya yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Certainly: Kemungkinan akibat yang akan timbul diketahui pasti. Misalnya
jika dimasukkan bahan yang salah produksi pasti rusak.
2. Risk: Kemungkinan akibatnya diketahui tetapi tidak jumlah nilainya.
Misalnya memproduksi barang jenis baru.
3. Uncertainly: Kemungkinan yang timbul tidak diketahui dan tidak pasti,
alternative, dan akibatnya juga serba tidak pasti. Misalnya membuka
perusahaan (bisnis lain yang baru).
Penulis lain mencatat beberapa kesulitan mengambil keputusan ini yaitu :
1. Variabel serba tidak pasti, karna menyangkut persoalan kini dan yang
akan datang;
2. Lingkungan yang terus berubah dan tidak pasti;
3. Input dan output juga tidak pasti;
4. Kompleksitas lingkungan;
5. Dinamika masyarakat;
6. Persaingan dan;
7. Risiko yang ada;
Metode Pengambilan Keputusan
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:41), Untuk mengambila keputusan dapat menggunakan
metode sebagai berikut :
1. Rational Model
Dalam metode ini kita menggunakan pendekatan rasional dan akal, bukan
berdasarkan subyektif.
2. Behavioral Model
Dalam metode ini pengambilan keputusan diambil jika informasi tidak
lengkap dan jika pun ada mungkin tidak akurat.
3. Irrational Model
Keputusan dibuat cepat, seperti gerakan refleksi, dengan menggunakan
media subyektif yang ada dan terus dicari alasan rasionalnya belakangan.
Prosedur Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan adalah kegiatan memilih tindakan yang tepat
dari beberapa alternative yang dianggap tepat untuk menyelesaikan suatu
persoalan. Umumnya proseddur yang sebaiknya diikuti dalam proses
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
1. Penetapan sasaran atau tujuan yang akan dicapai.
2. Perincian tujuan dalam pola atau kelompok yang operasional.
3. Menyusun tindakan alternatif (courses of Actions) yang akan dipilih, untuk
mewujudkan tujuan yang ditetapkan.
4. Menilai masing-masing tindakan alternatif tersebut.
5. Memilih tindakan yang terbaik sebagai keputusan sementara.
6. Menginventarisasikan akibat-akibat sampingan yang tidak baik dari

10
keputusan sementara itu.
7. Menetapkan keputusan sementara menjadi keputusan terakhir dengan
menyusun rencana pelaksanaan (rencana implementasi).
Pengertian analisis keuangan system Du Pont
Menurut Bambang Riyanto, dalm bukunya Dasar-dasar pembelanjaan
perusahaan yang sering disebut sebagai Du Pont System adalah suatu
system analisis yang dimaksudkan untuk menunjukan hubungan antara
Return On Investment, Assets Turn Over , dan Profit Margin. ROI adalah
rasio keuntungan neto sesudah pajak dengan jumlah investasi (aktiva)
sehingga dalam Du Pont System diperhitungkan juga bnga dan pajak.
Menurut J. C. Van Horne & J. M. Wachowicz, Jr, dalam buku prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan, yang diterjemahkan oleh Heru Sutojo, Sistem Du
Pont adalah system yang menggunakan pendekatan tertentu terhadap
analisis rasio untuk mengevaluasi efektifitas perusahaan.
Menurut Sofyan S . Harahap, dalam buku Analisa Kritis Laporan Keuangan,
Du Pont memiliki cara sendiri dalm menganalisa laporannya. Caranya
hamper sama dengan analisa laporan keuangan biasa, namun pendektannya
lebih integrative dan menggunakan komposisi laporan keuangan sebagai
elemen analisisnya.
Menurut Mamduh M. Hanafi & Abdul Halim (2002:90), Analisa Du Pont
adalah analisis yang menghubungkan tiga macam rasio sekaligus, yaitu ROI,
Profit Margin & Asset Turn Over.
Menurut A. J. Keown, dkk (2004:102), analisa du Pont adalh system rasio
keuangan yang dirancang untuk menyelidiki determninan rasio
pengembalian ekuitas pemegang saham dan pengembalian aktiva

Analsis Rasio
Menurut Munawir (2004:37) Analisis rasio adalah suatu metode analisa
untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan
laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Menurut Mahmud M.Hanadie (2005:77) Analisis rasio adalah penggabungan
yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya
dalam laporan keuangan, hubungan antara unsur laporan tersebut
dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
Analisis ratio merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam
analisis laporan keuangan dengan kata lain diantara alat-alat analisis yang
selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan suatu
perusahaan di bidang keuangan adalah analisis ratio keuangan (Financial
Ratio Analysis)
Dalam Keown dkk (2002:60) tujuan dari analisis ratio adalah untuk
membantu manager finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh
perusahaan, berdasarkan informasi yang tersedia dan sifatnya terbatas.
Analisis ratio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern
perusahaan saja melainkan juga pihak luar dan ini berbeda menurut
kepentingan khusus dari analisis atau pihak yang berkepentingan.

11
Analisis ratio berguna bagi para analisis intern untuk membantu manajemen
membuat evaluasi mengenai hasil-hasil operasinya, memperbaiki kesalahan-
kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesultan
keuangan.

Modal Kerja dan Likuiditas


Struktur kekayaan suatu perusahaan erat hubungannya dengan struktur
modalnya. Dengan membandingkan elemen-elemen aktiva dengan elemen-
elemen pasiva, kita dapat memperoleh suatu gambaran tentang keadaan
keuangan suatu perusahaan. Salah satunya adalah keadaan likuiditas suatu
perusahaan pada saat tertentu.
Dalam melaksanakan aktivitasnya, perusahaan harus melakukan evaluasi
dan pengukuran terhadap apa yang telah dilakukannya sehingga perusahaan
dapat mengambil keputusan yang lebih baik untuk masa yang akan datang
yang dapat dilihat dari perhitungan rasio. Namun demikian, untuk dapat
membelanjai aktivitas operasi perusahaan sehari-hari tersebut perusahaan
selalu membutuhkan modal kerja dimana uang atau dana yang telah
dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan
dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil penjualan produknya.
Modal merupakan salah satu sumber daya yang terbatas, dan setiap badan
usaha membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari,
misalnya untuk membeli bahan baku, membayar upah buruh, gaji pegawai,
dan sebagainya. Perusahaan secara umum harus mempertahankan jumlah
modal kerja yang menguntungkan yaitu jumlah aktiva lancar yang harus
lebih besar daripada jumlah hutang lancar.
Hal ini dimaksudkan sebagai jaminan kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Pernyataan ini diperkuat
oleh Bambang Riyanto (2001;58) tentang pendefinisian modal kerja
berdasarkan konsep kualitatif:
Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari
aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
operasinya perusahaan tanpa menganggu likuiditasnya, yaitu yang
merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Modal kerja dalam
pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan tidak dapat
mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka kemungkinan
sekali perusahaan akan berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu
membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan
mungkin terpaksa harus dilikuidir (bangkrut).
Menurut Lukman Syamsuddin (2005;227):
Net working capital ini seringkali digunakan untuk mengukur risiko
technical insolvency (ketidakmampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajiban yang segera jatuh tempo). Semakin besar net working
capital, semakin likuid keadaan suatu perusahaan dan semakin kecil
kemungkinan perusahaan untuk tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban
yang segera jatuh tempo.

12
Untuk dapat mengendalikan net working capital tersebut maka dapat
dilakukan dengan membuat laporan sumber dan penggunaan modal kerja.
Mengenai penggunaan modal kerja, semakin besar aktiva lancar dapat
menutup hutang lancar berarti semakin besar kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang-hutangnya yang artinya perusahaan semakin
likuid. Tingkat likuiditas perusahaan hendaknya diikuti oleh penggunaan
dana secara efektif dan efisien, karena apabila terjadi kelebihan dana yang
disebabkan oleh ketidakefektivan penggunaan dana ini menunjukkan adanya
pengendapan dana yang disebut dengan idle money, dimana kelebihan dana
ini bukannya menguntungkan perusahaan tetapi malah merugikan, sebab
dana tersebut tidak bisa menambah keuntungan.
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
berhubungan dengan pihak luar perusahaan dinamakan likuiditas badan
usaha, sedangkan apabila berhubungan dengan pihak dalam perusahaan
atau proses produksi dinamakan likuiditas perusahaan.
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada
waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, artinya
perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar
yang lebih besar daripada hutang lancar. Sebaliknya, kalau perusahaan tidak
dapat memenuhi pembayaran pada saat ditagih atau kewajibannya pada
saat jatuh tempo, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan illikuid.
Likuiditas suatu badan usaha akan mengalami perubahan jika unsur-unsur
yang mempengaruhinya juga mengalami perubahan. Ada dua alat analisis
yang digunakan untuk menganalisis penggunaan modal kerja yaitu analisis
sumber dan penggunaan modal kerja dan analisis rasio keuangan. Laporan
tentang perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang
bagaimana manajemen perusahaan mengelola modal kerjanya yang dapat
dilihat dari peningkatan atau penurunan modal kerja untuk dua periode atau
lebih.
Dengan melakukan analisis sumber dan penggunaan modal kerja selain
dapat melihat perubahan modal kerja yang terjadi juga dapat berguna untuk
mengetahui bagaimana cara perusahaan melunasi pinjamannya. Laporan
perubahan modal kerja tersebut sangatlah penting karena beberapa ukuran
kinerja perusahaan masih tetap menggunakan komponen modal kerja, yaitu
likuiditas perusahaan. Apabila perusahaan dapat mempertahankan suatu
kondisi dimana sumber lebih besar daripada penggunaan modal kerjanya, ini
berarti akan diperoleh modal kerja yang cukup, maka diharapkan likuiditas
perusahaan akan meningkat. Apabila perusahaan mengalami kekurangan
modal kerja, keadaan ini akan mendorong perusahaan mengalami kredit
pada bank, dimana dengan semakin lamanya waktu pinjaman tersebut maka
beban bunga yang dipikul akan semakin besar pula sehingga bisa
mengakibatkan mengurangi laba dan akhirnya akan mengurangi
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban yang harus segera
dipenuhi.

KETEPATAN LAPORAN KEUANGAN


13
Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (1997) laporan keuangan merupakan ringkasan dari
proses pencatatan, yang merupakan ringkasan dari transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang b
ersangkutan.
Laporan keuangan ini dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik
perusahaan.
Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut
ini: (1) Neraca; (2) laporan laba rugi; (3) laporan perubahan ekuitas; (4)
laporan arus kas; dan (5) catatan atas laporan keuangan. Perusahaan
dianjurkan untuk menyajikan laporan keuangan yang menjelaskan
karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan
perusahaan dan kondisi ketidakpastian (IAI, 2007).
Menurut PSAK No. 1 (IAI, 2007) tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: (1) aset; (2)
kewajiban; (3) ekuitas; (4) pendapatan dan beban termasuk keuntungan
dan kerugian; dan (5) arus kas.
Accounting Principles Board Statement No. 4 (dalam Belkaoui, 2006, h.212)
mengklasifikasi tujuan laporan keuangan menjadi tujuan khusus, tujuan
umum, dan tujuan kualitatif, serta menempatkan mereka di bawah suatu
kumpulan pembahasan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diringkas sebagai
berikut:
1. Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar
dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi
keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi
keuangan.
2. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber
daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis agar dapat:
1. Mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya;
2. Menunjukkan pendanaan dan investasinya;
3. Mengevaluasi kemampuan dalam memenuhi komitmen-komitmennya;
4. Menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai perubahan
dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan
untuk memperoleh laba agar dapat:
1. Menyajikan ekspektasi pengembangan dividen kepada para investor;
2. Menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam membayar kreditor
dan pemasok, memberikan pekerjaan bagi karyawankaryawannya,
membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk perluasan usaha;

14
3. Memberikan informasi untuk perencanaan dan pengendalian kepada
manajemen;
4. Menyajikan profitabilitas jangka panjang.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
mengestimasi potensi penghasilan bagi perusahaan.
d. Untuk memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan
dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban.
e. Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan
pengguna laporan.
3. Tujuan kualitatif dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Relevansi, yang artinya pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan
paling besar untuk memberikan bantuan kepada para pengguna dalam
keputusan ekonomi mereka.
b. Dapat dimengerti, yang artinya tidak hanya informasi tersebut jelas,
tetapi para pengguna juga harus dapat memahaminya.
c. Dapat diverifikasi, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung oleh
pengukuran-pengukuran yang independen, dengan menggunakan metode-
metode pengukuran yang sama.
d. Netralitas, yang artinya informasi akuntansi ditujukan kepada kebutuhan
umum dari pengguna, bukannya kebutuhan-kebutuhan tertentu dari
pengguna-pengguna yang spesifik.
e. Ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal,
untuk menghindari adanya keterlambatan atau penundaan dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
f. Komparabilitas (daya banding), yang secara tidak langsung berarti
perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan diakibatkan oleh
perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang diterapkan.
g. Kelengkapan, yang artinya adalah telah dilaporkannya seluruh informasi
yang secara wajar memenuhi persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain.
Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan tidak hanya memuat laporan keuangan namun juga
cara-cara lain dalam mengkomunikasikan informasi yang berhubungan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dengan informasi yang diberikan
oleh sistem akuntansi yaitu informasi mengenai sumber daya, kewajiban,
penghasilan perusahaan, dan lain-lain (Belkaoui, 2006, h.233).
Financial Accounting Standards Board (Hendriksen dan Van Breda, 2000,
h.136) meringkaskan bahwa tujuan-tujuan pelaporan keuangan adalah
sebagai berikut:
a. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna bagi
investor dan kreditor dan pemakai lain yang sekarang dan yang potensial
mengambil keputusan rasional untuk investasi, kredit dan yang serupa.
b. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi guna membantu
investor dan kreditor dan pemakai lain yang sekarang dan yang potensial
dalam menetapkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas
prospektif dari deviden atau bunga dan hasil dari penjualan, penarikan, atau
jatuh tempo surat berharga atau pinjaman.
c. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai sumber daya

15
ekonomi dari satuan usaha, tuntutan terhadap sumberdaya tersebut
(kewajiban satuan usaha itu untuk mentransfer sumber daya ke satuan
usaha lain dan modal pemilik), dan pengaruh transaksi, kejadian, dan situasi
yang mengubah sumberdaya dan tuntutannya pada sumberdaya tersebut.
Pelaporan keuangan itu bukanlah merupakan sebuah akhir, tetapi ia
dimaksudkan untuk memberi informasi yang berguna dalam melakukan
pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi. Tujuan dari pelaporan
keuangan bukanlah suatu hal yang abadi, mereka akan dipengaruhi oleh
lingkungan
ekonomi, legal, politik, dan sosial di mana pelaporan keuangan terjadi.
Tujuan juga dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan dari jenis
informasi yang
dapat diberikan oleh pelaporan keuangan (Belkaoui, 2006, h.234). Pelaporan
keuangan diharapkan memberi informasi mengenai kinerja keuangan
perusahaan selama suatu periode dan bagaimana manajemen dari sebuah
perusahaan menggunakan tanggung jawab pengurusannya kepada pemilik.
Pelaporan keuangan tidak dirancang untuk mengukur nilai dari perusahaan
bisnis secara langsung, namun informasi yang disajikannya mungkin dapat
membantu bagi mereka yang ingin memperkirakan nilainya.
Peraturan Penyampaian Laporan Keuangan di Indonesia
Pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dinyatakan
dengan jelas bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan
keuangan berkala dan laporan insidental lainnya kepada Bapepam. Bapepam
mengeluarkan Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-
80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik
untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan
auditor independennya kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir
bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan
perusahaan. Namun sejak tanggal 30 September 2003, Bapepam semakin
memperketat peraturan dengan dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor
X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.
Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan keuangan
tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim
dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan
ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Dalam Peraturan
Bapepam Nomor X.K.2 disebutkan bahwa Laporan Keuangan yang harus
disampaikan ke Bapepam terdiri dari:
1. neraca;
2. laporan laba rugi;
3. laporan perubahan ekuitas;
4. laporan arus kas;
5. laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai
dengan jenis industrinya; dan
6. catatan atas laporan keuangan.

16
Namun peraturan tersebut kemudian tidak berlaku bagi emiten atau
perusahaan publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan
Bursa Efek di negara lain, dengan dikeluarkannya Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor 40/BL/2007 tentang
Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan
Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa
Efek di Indonesia dan Bursa
Efek di Negara Lain. Dalam lampirannya, yaitu Peraturan Bapepam Nomor
X.K.7, disebutkan bahwa batas waktu penyampaian laporan keuangan
tahunan kepada Bapepam dan LK dilakukan mengikuti ketentuan di negara
lain tersebut.
Berkaitan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
persyaratan ketepatan waktu merupakan suatu keharusan, karena
perusahaan yang tidak tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya
akan dikenakan sanksi administrasi dan denda sesuai dengan ketentuan
pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang
Pasar Modal yang menyatakan bahwa :
Emiten yang pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif,dikenakan
sanksi denda Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan
penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling
banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
Pasar modal di Indonesia memandang keterlambatan tersebut sebagai
pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan informasi di pasar modal.
Ketepatan waktu juga turut mendukung kinerja pasar yang efisien dan cepat
serta mengurangi kebocoran dan rumor di pasar saham (Ukago, 2004).
Ketepatan Waktu (Timeliness)
Salah satu cara untuk mengukur transparansi dan kualitas pelaporan
keuangan adalah ketepatan waktu. Rentang waktu antara tanggal laporan
keuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan ke
publik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan
(McGee, 2007).
Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat
karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi
laporan keuangan berguna bagi para pemakainya. Keempat karakteristik
tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan.
Untuk
mendapatkan informasi yang relevan tersebut, terdapat beberapa kendala,
salah satunya adalah kendala ketepatan waktu.
Hendriksen dan Van Breda (2000, h.145) menyatakan bahwa informasi tidak
dapat relevan jika tidak tepat waktu, yaitu hal itu harus tersedia bagi
pengambil keputusan sebelum kehilangan kapasitasnya untuk
mempengaruhi keputusan. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansinya,
tetapi relevansi tidaklah mungkin tanpa ketepatan waktu. Oleh karena itu,
ketepatan waktu adalah batasan penting pada publikasi laporan keuangan.
Akumulasi, peringkasan dan penyajian selanjutnya informasi akuntansi harus

17
dilakukan secepat mungkin untuk menjamin tersedianya informasi sekarang
di tangan pemakai. Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa laporan
keuangan harus disajikan pada kurun waktu yang teratur untuk
memperlihatkan perubahan keadaan perusahaan yang pada gilirannya
mungkin akan mempengaruhi prediksi dan keputusan pemakai.
Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Hilmi dan Ali (2008) menggunakan tiga
kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya:
(1) preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa (2) auditors report
lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal
laporan auditor ditandatangani, (3) total lag: interval jumlah hari antara
tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan
oleh bursa.
Sesuai dengan peraturan X.K.2 yang diterbitkan Bapepam, maka
penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dikatakan tepat
waktu apabila diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir bulan
ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan publik
tersebut. Keterlambatan penyampaian laporan keuangan bisa berakibat
buruk bagi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara
tidak langsung, para investor mungkin
menanggapi keterlambatan tersebut sebagai sinyal yang buruk bagi
perusahaan.
Secara langsung, sebagai contoh di pasar modal Indonesia pada tahun 2009,
perusahaan-perusahaan publik yang melanggar prinsip keterbukaan
informasi dengan tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan tepat
waktu telah dikenakan sanksi administrasi dan denda.

RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI


KONDISI KEUANGAN
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan kombinasi dari data keuangan suatu
perusahaan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan dibuat secara
periodik.
Ada beberapa pengertian laporan keuangan diantaranya sebagai berikut:
Menurut IAI (IAI, 2002 : 2) :
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang
lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara,
misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana) catatan (notes)
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan.
Menurut Munawir (2000 : 2), laporan keuangan adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak pihak yang
berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut.

18
Sedangkan menurut Harnanto (1998:3), laporan keuangan adalah keadaan
keuntungan dan hasil usaha perusahaan serta memberikan rangkuman
historis dari sumber ekonomi, kewajiban perusahaan dan kegiatan yang
mengakibatkan perubahan terhadap sumber ekonomi yang dinyatakan
secara kuantitatif dalam satuan mata uang.
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonominya.
1. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan
tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC
No. 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi :
1. untuk keputusan investasi dan kredit,
2. mengenai jumlah dan timing arus kas,
3. mengenai aktiva dan kewajiban,
4. mengenai kinerja perusahaan,
5. mengenai sumber dan penggunaan kas,
6. penjelas dan interpretif, serta
7. untuk menilai stewardship.
Ketujuh tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca,
laporan arus kas dan pengungkapan laporan keuangan.
Menurut PSAK No. 1 :
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan keputusn ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
perusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4)
pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas.
2. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen komponen berikut
ini:
a) Neraca
b) Laporan laba rugi
c) Laporan perubahan ekuitas
d) Laporan arus kas
e) Catatan atas lapoaran keuangan.
2.1 Neraca
Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah
menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat
tutup buku. Neraca minimal mencakup pos pos berikut (IAI, 2004) :
a) Aktiva berwujud,
b) Aktiva tidak berwujud,

19
c) Aktiva keuangan,
d) Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas,
e) Persediaan,
f) Piutang usaha dan piutang lainnya,
g) Kas dan setara kas,
h) Hutang usaha dan hutang lainnya,
i) Kewajiban yang diestimasi,
j) Kewajiban berbunga jangka panjang,
k) Hak minoritas,
l) Modal saham dan pos ekuitas lainnya.
2.2 Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu (Munawir, 2000:26). Tujuan pokok laporan laba rugi adalah
melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan
berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara
wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos pos berikut (IAI, 2004:) :
a) Pendapatan,
b) Laba rugi usaha,
c) Beban pinjaman,
d) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diperlukan menggunakan metode ekuitas,
e) Beban pajak,
f) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan,
g) Pos luar biasa,
h) Hak minoritas,
i) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
2.3 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan
harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama
laporan keuangan, yang menunjukan (IAI, 2004) :
a) Laba atau rugi bersih perode yang bersangkutan,
b) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam
ekuitas,
c) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait,
d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,
e) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahan, dan
f) Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing masing jenis modal saham,
agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan
secara terpisah setiap perubahan.
Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari
transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran

20
dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari
kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.
2.4 Laporan arus kas
Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para
pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan,
struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan
untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptsi
dengan perubahan keadaan dan peluang (IAI, 2004). Informasi arus kas
berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas
dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model
untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan
(future cash flow) dari berbagai perusahaan.
2.5 Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan
dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan
atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI, 2004) :
a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang
penting,
b) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, dan laporan perubahan ekuitas,
c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar.
3. Analisis Laporan Keuangan
Menurut Leopold A. Bernstein, analisis laporan keuangan merupakan suatu
proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi
posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan
masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa
mendatang (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002 : 52 ).
Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan
tehnik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk
memperoleh ukuran ukuran dan hubungan hubungan yang berarti dan
berguna dalam proses pengambilan keputusan ( Dwi Prastowo dan Rifka
Juliaty, 2002 : 52).
Tujuan analisis laporan keuangan sendiri menurut Dwi Prastowo dan Rifka
Juliaty (2002 : 53) antara lain :
1. sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau
merger
2. sebagai alat forecasting menenai kondisi dan kinerja keuangan di masa
datang
3. sebagai proses diagnosis terhadap masalah masalah manajemen,
operasi atau masalah lainnya
4. sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

21
Tehnik analisis laporan keuangan dikategorikan menjadi dua metode, yaitu
(Dwi Prastowo : 54):
1. Metode analisis horizontal, adalah metode analisis yang dilakukan dengan
cara membandingkan laporan keuangan oleh beberapa periode sehingga
dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya.
Metode ini terdiri dari 4 analisis, antara lain :
a. Analisis komparatif (comparative financial statement analysis)
Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi atau
laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya.
b. Analisis trend
Adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi
daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik
atau bahkan turun. Sebuah alat yang berguna untuk perbandingan tren
jangka panjang adalah tren angka indeks. Analisis ini memerlukan tahun
dasar yang menjadi rujukan untuk semua pos yang biasanya diberi angka
indeks 100. Karena tahun dasar menjadi rujukan untuk semua
perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dimana kondisi bisnis normal.
c. Analisis arus kas (cash flow analysis)
Adalah suatu analisa untuk sebab sebab berubahnya jumlah uang kas atau
untuk mengetahui sumber sumber serta penggunaan uang kas selama
periode tertentu. Analisis ini terutama digunakan sebagai alat untuk
mengevaluasi sumber dana penggunaan dana. Analisis arus kas
menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahaan memperoleh
pendanaannya dan menggunakan sumber dananya. Walaupun analisis
sederhana laporan arus kas memberikan banyak informasi tentang sumber
dan penggunaan dana, penting untuk menganalisis arus kas secara lebih
rinci.
d. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis)
Adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab sebab perubahan laba kotor
suatu perusahaan dari periode ke periode yng lain atau perubahan laba kotor
suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
2. Metode analisis vertikal, adalah metode analisis yang dilakukan dengan
cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu. Metode ini terdiri
dari 3 analisis, antara lain :
a. Analisis common size
Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada
masing masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui
struktur permodalannya dan komposisi perongkosannya yang terjadi
dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Analisis common size
menekankan pada 2 faktor, yaitu :
1. sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban
lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas.
2. komposisi aktiva, termasuk jumlah untuk masing masing aktiva lancar
aktiva tidak lancar.
b. Analisis impas (break-even)
Adalah analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh
suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian,

22
tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini
juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk
berbagai tingkat penjualan.
c. Analisis ratio.
Analisis ratio adalah suatu cara untuk menganalisis laporan keuangan yang
mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah
lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya.
Berikut ini akan di bahas lebih lanjut mengenai analisis ratio, karena
penelitian ini akan menggunakan analisis ratio dalam menganalisis laporan
keuangannya, guna memprediksi kondisi keuangan perusahaan yang tidak
sehat.
Analisis rasio (ratio analysis) merupakan suatu alat analisis keuangan yang
sangat populer dan banyak digunakan. Namun perannya sering disalah
pahami dan sebagai konsekuensinya, kepentingan sering dilebih lebihkan.
Kita harus ingat bahwa rasio merupakan alat untuk menyatakan pandangan
terhadap kondisi yang mendasari, dalam hal ini adalah kondisi financial
perusahaan. Rasio merupakan titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang
diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasikan area yang memerlukan
investigasi lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan
penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan
tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing masing
komponen yang membentuk rasio (Wild, Subramanyan, Hasley, 2004:).
Rasio harus diinterpretasikan dengan hati hati karena faktor faktor yang
mempengaruhi pembilang dapat berkorelasi dengan faktor yang
mempengaruhi penyebut. Sebagai contoh, perusahaan dapat memperbaiki
rasio beban operasi terhadap penjualan dengan mengurangi biaya yang
menstimulasi penjualan. Pengurangan jenis biaya seperti ini, kemungkinan
berakibat pada penurunan penjualan atau pangsa pasar jangka panjang.
Dengan demikian, profitabilitas yang tampaknya membaik dalam jangka
pendek, dapat merusak prospek perusahaan di masa depan. Kita harus
menginterpretasikan perubahan tersebut dengan tepat. Banyak rasio
memiliki variabel penting yang sama dengan rasio lainnya. Dengan
demikian, tidaklah perlu untuk menghitung semua rasio yang mungkin untuk
menganalisis sebuah situasi. Rasio, seperti sebagian besar teknik analisis
keuangan, tidak relevan dalam isolasi. Rasio bermanfaat bila
diinterpretasikan dalam perbandingan dengan 1) rasio tahun sebelumnya, 2)
standar yang ditentukan sebelumnya, 3) rasio pesaing. Pada akhirnya,
variabilitas rasio sepanjang waktu sama pentingnya dengan trennya.
Beberapa studi telah menguji penggunaan informasi analisis keuangan
dengan menggunakan rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan untuk menggambarkan keeratan
hubungan antara rasio keuangan dengan fenomena ekonomi. Pada
umumnya analisis terhadap rasio merupakan langkah awal dalam analisis
keuangan guna menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan.
Ukuran yang digunakan adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara
dua data keuangan. Beberapa rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi
(Husnan, 1994; Machfoedz,1998 dalam Siddik,2003) :

23
1. Rasio Likuiditas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban financial jangka pendek. Rasio ini ditunjukkan pada besar kecilnya
aktiva lancar.
a. Current Ratio, merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar.
b. Quick Ratio, dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva
lancar, kemudian membagi sisanya dengan hutang lancar
2. Rasio Sensitivitas, menunjukkan proporsi penggunaan hutang guna
membiayai investasi perhitungannya ada 2 cara, pertama memperhatikan
data yang ada di neraca guna menilai seberapa besar dana pinjaman
digunakan dalam perusahaan; kedua, mengukur resiko hutang dari laporan
laba rugi untuk menilai seberapa besar beban tetap hutang (bunga ditambah
pokok pinjaman) dapat ditutup oleh laba operasi. Rasio sensitivitas ini antara
lain :
a. Total debt to total assets, mengukur presentase penggunaan dana dari
kreditur yang dihitung dengan cara membagi total hutang dengan total
aktiva.
b. Debt equity ratio, perbandingan antara total utang dengan modal.
c. Time interest earned, dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur seberapa jauh laba
bisa berkurang tanpa menyulitkan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
membayar bunga tahunan.
3. Rasio produktivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber sumber daya sebagaimana digariskan oleh kebijaksanaan
perusahaan. Rasio ini menyangkut perbandingan antara penjualan dengan
aktiva pendukung terjadinya penjualan artinya rasio ini menganggap bahwa
suatu perbandingan yang layak harus ada antara penjualan dan berbagai
aktiva misalnya : persediaan, piutang, aktiva tetap, dan lain lain. Rasio
produksi meliputi : inventory turnover, fixed assets turnover, account
receivable turnover, total assets turnover.
4. Rasio profitabilitas, digunakan untuk mengukur seberapa efekif
pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan,
a. Profit margin on sales, dihitung dengan cara membagi laba setelah pajak
dengan penjualan.
b. Return on total assets, perbandingan antara laba setelah pajak dengan
total aktiva guna mengukur tingkat pengembalian investasi total.
c. Return on net worth, perbandingan antara laba setelah pajak dengan
modal sendiri guna mengukur tingkat keuantungan investasi pemilik modal
sendiri.
5. Rasio pasar, diterapkan untuk perusahaan yang telah go public dan
mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai terutama pada
pemegang saham dan calon investor.
a. Price earning ratio, rasio antara harga pasar saham dengan laba per
lembar saham. Jika rasio ini lebih rendah dari pada rasio industri sejenis,
bisa merupakan indikasi bahwa investasi pada saham perusahaan ini lebih
beresiko daripada rata rata industri.
b. Market to book value, perbandingan antara nilai pasar saham dengan nilai

24
buku saham, juga merupakan indikasi bahwa para investor menghargai
perusahaan.
2.5 Prediksi Financial Distress
Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah
perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau
kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan
sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan.
Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam
keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum
kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu
keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi
memenuhi kewajiban kewajiban debitur karena perusahaan mengalami
kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan
usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan
dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan
bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi
perusahaan dan kewajiban kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup
dengan laba atau aktiva yang dimiliki.
Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan
mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan
dapat dilakukan tindakan tindakan untuk mengantispasi yang mengarah
kepada kebangkrutan.
Prediksi financial distress perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak.
Pihak pihak yang menggunakan model tersebut meliputi :
1. Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress
menpunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam
memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan
kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
2. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika
akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan
pembayaran kembali pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab
mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan
individu. Hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk
mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai
stabilitas perusahaan.
4. Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dan
antitrust regulation.
5. Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna
bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
6. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka
perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara)
dan biaya tidak langsung (kerugan penjualan atau kerugian paksa akibat
ketetapan pengadilan). Sehingga dengan adanya model prediksi financial
distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan

25
otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari
kebangkrutan.

JOB ORDER COSTING


Akuntansi biaya penuh digunakan dalam perusahaan yang menghasilkan
produk secara pesanan (Job Order) untuk menentukan Harga pokok dan
Harga Jual dari produk yang dihasilkannya, yang dikenal dengan Metode
harga Pokok Pesanan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Pengumpulan biaya produksi didasarkan atas pesanan.
- Perhitungan harga pokok produksi persatuan dilakukan dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan dengan jumlah unit pesanan yang
bersangkutan, yang dihitung setelah pesanan tersebut selesai diproduksi.
- Penggolongan biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi
langsung dan tidak langsung.
Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasarkan biaya
yang sesungguhnya terjadi. Sedangkan biaya tidak langsung dibebankan
kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan di muka.
- Biaya Overhead Pabrik terdiri dari : Biaya Bahan penolong, biaya tenaga
kerja tidak langsung, dan biaya produksi lain-lain selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. BOP termasuk biaya produksi tidak
langsung.
Perhitungan Harga pokok menurut Metode Full Costing
Biaya bahan baku Rp. xx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xx
Biaya overhead pabrik :
Variable Rp. xx
Tetap Rp. xx (+)
Harga pokok produk .. Rp. xx
Perhitungan Harga pokok menurut Metode Variabel Costing
Biaya bahan baku Rp. xx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xx
Biaya overhead variabel Rp. xx (+)
Harga pokok produk Rp. xx
Perbedaan kedua metode perhitungan tersebut di atas, terletak pada
perlakuan terhadap Biaya Overhead Pabrik yang bersifat tetap, dimana pada
metode full costing diperhitungkan sebagai harga pokok, sedang pada
variable costing tidak diperhitungkan.
Alasannya adalah : BOP tetap tidak melekat pada persediaan produk yang
belum laku dijual, oleh karena itu diperhitungkan sebagai Biaya Periodik
yang akan dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya BOP tetap
tersebut

Penerapan akuntansi Biaya pada anggaran


Belanja Daerah
26
Akuntansi Biaya.
Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive
activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan
hasil tersebut harus memiliki manfaat. Akuntansi digunakan baik pada sektor
swasta maupun sektor publik untuk tujuan-tujuan yang berbeda. Dalam
beberapa hal, akuntansi sektor publik berbeda dengan akuntansi pada sektor
swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan
karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi. (Mardiasmo,
2002)

Activity Based Costing


2.1 Pengertian Activity Based Costing

Activity Based Costing Yang selanjutnya disingkat menjadi ABC, merupakan


suatu sistem informasi tentang pekerjaan (atau aktivitas) yang
mengkonsumsi sumberdaya dan menghasilan nilai bagi konsumen.
Definisi lainnya mengenai ABC, antara lain ABC adalah sistem akuntansi dan
alokasi yang menelusuri biaya ke produk menurut aktivitas-aktivitas yang
dilakukan terhadap produk, yang dimaksudkan untuk menghasilkan
informasi biaya bagi keputusan strategis, perancangan dan pengendalian
operasional.
Menurut Turney ABC sistem didefinisikan sebagai metodologi yang mengukur
biaya dan kinerja aktivitas-aktivitas sumber daya dan obyek biaya. Sumber
daya dibebankan ke aktivitas kemudian aktivitas dibebankan ke obyek biaya
sesuai dengan penggunaannya.
Definisi tersebut mencakup suatu range informasi biaya dan informasi
kinerja yang luas, tidak hanya tefokus pada product costing saja. ABC
system dapat juga dijadikan alat manajemen dalam melahirkan continuous
improvement.
Model ABC yang berbasis pada definisi tersebut diatas mempunyai 2 sudut
pandang yaitu:
1. Cost Assignment View (sudut pandang pembebanan biaya)
Sudut pandang ini ABC merefleksikan kebutuhan organisasi untuk
membebankan biaya ke aktivitas dan obyek biaya (baik produk, jasa
maupun konsumen) dan untuk menganalisis keputusan-keputusan yang
diambil (misalnya dalam hal penetapan harga, bauran produk, perencanaan
produk, perancangan produk dan lainnya). Cost assignment view ini
dibentuk dari bebrapa building block, tiga yang utama adalah:

a. Sumber daya, elemen-elemen ekonomi yang diarahkan ke kinerja


aktivitas dan merupakan sumber biaya. Sumber daya dalam industri
manufaktur meliputi tenaga kerja langsung, bahan baku langsung,
pendukung produksi, biaya tidak langsung produksi dan biaya-biaya diluar
produksi. Sumber daya mengalir keaktivitas yang merupakan proses atau
prosedur yang menyebabkan kerja.

27
b. Aktivitas, yang saling berhubungan berada didalam activity center.
Activity center merupakan kumpulan aktivitas yang biasanya terkumpul
menurut fungsi/proses. Bermacam-macam faktor yaitu resource driver
digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas. Faktor-faktor ini dipilih
untuk memperkirakan konsumsi sumberdaya oleh aktivitas. Setiap sumber
daya yang dilacak ke aktivitas menjadi suatu elemen biaya dalam suatu
activity cost pool dilacak ke obyek biaya melalui activity drivers.

c. Obyek biaya, titik akhir pelacakan biaya. Suatu obyek biaya adalah
mengapa suatu kerja dilakukkan dalam perusahaan, dan dapat berbentuk
produk ataupun customer.

2. Process view
Sudut pandang ini ABC menyediakn informasi mengenai kerja yang telah
dilakukan dalam suatu aktivitas dan hubungan antara kerja tersebut dengan
aktivitas yang lain.
Biaya jasa berdasar ABC dapat memberikan dasar yang layak dalam
pengambilan keputusan, diantaranya keputusan untuk membeli atau
membuat keputusan.

2.3.2. Cost Driver


Cost driver adalah faktor-faktor yang menentukan besar kerja dan usaha
yang diperlukan untuk melakukan suatu aktivitas. Pemicu biaya menjelaskan
mengapa suatu aktivitas dikerjakan secara spesifik, aktivitas dilaksanaan
sebagai reaksi atas kejadian yang sudah terjadi. Cost driver juga
menjelaskan seberapa besar usaha yang mesti dikeluarkan untuk
melaksanakan kerja tersebut. Pemicu biaya sangat bermanfaat karena
pemicu biaya mengungkap akan kesempatan untuk perbaikan. Sistem
akuntansi yang berbasis aktivitas merupakan sistem informasi yang
menyimpan dan memproses data berdasarkan aktivitas yang dilakukan
persahaan, ABC mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan, menelusuri biaya
aktivitas dan kemudian mengunakan berbagai cost driver untuk menelusuri
biaya dari aktivitas le prodeuk. Cost driver merefleksikan konsumsi aktivitas
oleh suatu produk.
ABC menggunakan jenis cost driver yang lebih banyak dibandingkan dengan
sistem akuntansi biaya tradisional. ABC menggunakan cost driver non unit
sebagai tambahan cost driver unit, termasuk activity level batch dan
tahapan yang paling sulit bagi perusahaan yang akan mengimplementasika
ABC. Biaya-biaya yang berperan dalam produksi begitu banyak dan
seringkali tidak sekelas hubungannya dengan produk. Selain itu dalam
pemilihan jenis dan jumlah cost driver, harus dipertimbangkan manfaat yang
diperoleh (berupa keakuratan data dan informasi biaya) dengan biaya
penggunaan ABC. Untuk menentukan jumlah cost drive perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini:
1. Biaya pengukuran, dengan kemudahan memperoleh data yang
dibutuhkan oleh cost driver.

28
2. Tingkat korelasi, aktualisasi konsumsi aktivitas yang berhubungan
dngan konsumsi yang ditimbulkan oleh cost driver.

2.2. Syarat- syarat Penerapan ABC


Persayaratan dasar yang membuat pertimbangan diterapkan ABC adalah:
1. Non unit based cost mempunyai prosentase yang signifikan dalam total
overhead cost. Jika jumlah unit based cost tidak material, maka tidak
menjadi masalah bagaimana pengalokasian ke individual cost.
2. Rasio konsumsi dari aktivitas unit based cost dan non unit based cost
harus berbeda. Jika produk mengkonsumsi semua overhead activities
dengan rasio yang kurang lebih sama, maka penggunaan unit based cost
driver sebagai dasar pengalokasian biaya menjadi tidak masalah.
Jadi perusahaan dengan product diversity rendah dapat menggunakan
sistem biaya tradisional tanpa masalah. Tetapi perusahaan dengan unit
based cost signifikan dan product university tinggi pun belum tentu
memerlukan ABC. ABC mensyaratkan 3 hal berikut agat pemanfataannya
menjadi lebih optimal.
1. Diversifikasi produk yang dihasilkan perusahaan tinggi.
Perusahaan memproduksi berbagai macam produk atau lini produk yang
diproses dengan menggunakan beberapa fasailitas manufaktur yang sama.
Dengan demikian akan timbul masalah unutk mengalokasikan atau
membebankan sumberdaya yang dikonsumsi masing-masing produk.
2. Perusahaan mengahapi persaingan yang ketat.
Informasi tentang harga pokok yang akurat akan lebih menduklung berbagai
macam pengambilan keputusan manajemen untuk berkompetisi.
3. Biaya pengukuran relatif rendah.
Biaya-biaya pengukuran untuk menghasilkan informasi biaya aktivitas relatif
rendah dibandinkan dengan manfaat yang akan diperoleh dari penerapan
sistem tersebut di masa yang akan datang.
2.4. Konsep Dasar ABC Sistem
Anggapan yang mendasari konsep ABC adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan menimbulkan biaya
ABC berangkat dengan anggapan bahwa sumber daya pembantu atau
sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuan untuk melaksanakan
kegiatan, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus
dialokasikan.
2. Produk menyebabkan timbulnya permintaan dan kegiatan.
Untuk membuat produk diperlukakn berbagai kegiatan, dan setiap kegiatan
memerlukan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
Dengan konsep dasar ABC tersebut, biaya merupakan konsumsi sumber
daya (seperti bahan baku, sumber daya manusia, tekhnologi, modal)
dihubungkan dengan kegiatan yang mengkonsumsi sumber daya tersebut.
Dengan demikian hanya dengan mengelola dengan baik kegiatan untuk
menghasilkan produk dan jasa, manjemen akan mampu membawa
perusahan unggul dalam persingan jangka panjang. Untuk mampu
mengelola kegiatan perusahaan, manajemen memerlukan informasi biaya

29
yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan
perusahaan.
Pada awal penggembangannya ABC digunakan dalam perusahaan-
perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai macam produk dengan
biaya overhead tinggi. Dalam merancang ABC, kegiatan untuk memproduksi
dan menjual produk dalam perusahaan yang menghasilkan berbagai macam
produk dapat digolongkan ke dalam 4 macam kelompok besar yaitu:
1. Facility Sustaining Activity Cost
Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas
yang dimiliki perusahaan. Biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi,
biaya gaji karyawan kunci perusahaan adalah contoh jenis biaya yang
termasuk dalam facility sustainining activity cost. Biaya dibebankan kepada
produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan kapasitas activity
cost.
2. Product Sustaining Activity Cost
Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk
tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat
dipasarkan. Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit yang diproduksi dan
jumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual. Contoh biaya
ini adalah biaya desain produk, desain proses pengolahan produk, pengujian
produk, biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran jumlah unit
produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tertentu (product
life cycle).
3. Batch Activity Cost
Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksikan.
Setiap cost yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan
mesin dan peralatan sebelum suatu order prosuksi diproses adalah contoh
biaya yang termasuk dalam golongan biaya ini, besar kecilnya biaya ini
tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi.
Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam
setiap order produksi. Pembeli dibebani batch activity cost berdasarkan
jumlah batch actiity cost yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam setiap
menerima order dari pembeli.
4. Unit Level Activity Cost
Biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan.
Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya energi, biaya angkutan adalah
contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini, biaya ini dibebankan
kepada produk berdasarkan jumlah unit produk dikalikan dengan jumlah
produk yang sesunguhnya diperoleh.
2.5 Manfaat dan Kendala ABC
2.5.1 Manfaat ABC
ABC juga menekankan bahwa produk-produk atau jasa yang dihasilkan tidak
secara langsung menyerap sumber daya, tetapi menyerap aktivitas-aktivitas.
Aktivitas-aktivitas inilah yang secara langsung mengkonsumsi sumber daya.
Menurut Cooper, ABC punya maksd sebagai berikut:
1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan.
Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajemen

30
melakukan pengambilan keputusan dengan resiko yang lebih kecil, informasi
biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika
perusahaan menghadapi persaingan yang sangat tajam.
2. Kemungkinan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap
kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.
ABC mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan
biaya tersebut. dengan demikian informasi biaya yag dihasilkan oleh ABC
dapat digunakan oleh manajemen untuk memantau secara terus menerus
bebagai kegiatan yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan
produk dan melayani konsumen. Perbaikan berbagai kegiatan untuk
menghasilkan produk dan penghilangan kegiatan yang tidak menambah nilai
bagi konsumen dapat dipertimbangkan oleh manajemen bedasar informasi
biaya yang disajikan dengan sistem ABC.
3. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan.
Karena ABC menyediakan informasi biaya yag dihubungkan dengan berbagai
kegiatan untuk menghaslkan produk, maka manajemen akan memperoleh
kemudahan dalam memperoleh informasi yang relevan dengan pengambilan
keputusan yag menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka. Misalnya
manajemen mempertimbangkan untuk melakukan perbaikan dalam
kegaiatan set up fasilitas produksi, ABC dengan cepat mampu menyediakan
informasi batch related activities, sehingga memungkinkan manajer
mempertimbangkan akibat keputusan mereka terhadap konsumsi sumber
daya untuk kegiatan tersebut.
2.5.2 Kendala-kendala Penerapan ABC
Adanya kerancuan bahwa manajemen yang menggunaka ABC menganggap
produknya bisa lebih bersaing karena informasi biaya lebih akurat. ABC
memang merupakan alat yang dapat digunakan manajemn dalam
memperbaiki daya saing. Ebenarnya yang harus dilakukan adalah
memanage aktivitas, bukan biaya. Sebab jika hanya sekedar memanage
biaya, bisa saja aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (non value
added) yang biasanya tinggi, manajemen bukannya berusaha meniadakan
aktivitas tersebut, tetapi malah memotong biaya secara kesluruhan,
pandangan bahwa ABC dapat digunakan perusahan untuk memperoleh
keunggulan kompetitif adalah hal yang berbahaya dan untuk
menghindarinya sejak awal manajemen harus mengelola aktivitas bukannya
biaya.
Manajemen perlu menyadari apakah sistem manajemen biaya denganABC ini
memberikan informasi biaya yang benar-benar merupakan biaya produksi.
Tiga kendala dari biaya produksi yang dilaporkan berdasar ABC adalah:
a. Alokasi
Walaupun data aktivitas penting diperoleh, tetapi beberapa biaya masih
memrlukan alokasi biaya yang bersarkan volume. Misalnya biaya-biaya yang
berhubungan dengan gedung yaitu biaya sewa, asuransi dan paja bangunan.
Usaha-usaha untuk menelusuri aktivitas-aktivitas penyebab biaya ini
merupakan tindakan yang sia-sia dan tidak praktis.
b. Biaya pengukuran yang tinggi
ABC memerlukan baiya pengeluaran yang tinggi untuk mengoperasikan

31
sistem ini. Kebanyakan perusahaan hanya punya sedikit activity center
untuk memulainya yang sama untuk pengelompokan activity center.
c. Periode-periode akuntansi
Periode-periode waktu yang arbiter masih digunakna dalam menghitung
biaya-biaya. Banyak manajer yang ingin mengetahui apakah produk yang
dihasilkan mengunutnkan atau tidak. Tujuannya tidak saja untuk mengukur
seberapa banyak biaya yang sudah diserap oleh produk tersebut, tetapi juga
mengukur segi kompetitifnya dengan produk sejenis yang dihasilkan oleh
perusahaan lain. Manajemen dalam hal ini memerlukan pengukuran dan
pelaporan yang interim. Informasi untuk mengevaluasi perilaku aktivitas
biaya tersebut dapat diberikan pada saat siklus hidup produk itu berakhir
sehingga untuk pengukuran produk yang dimiliki siklus hidup lebih lama
membutuhkan bentuk pengukuran yang interin (sementara).
Selain kendala-kendala tersebut diatas, kendala-kendala yang timbul dalam
penerapan ABC adalah:
a. Banyak perusahaan yang belum secara ekstensif terotomatisasi sehingga
manajer merasa belum perlu mangganti sistem akuntansi biaya tradisional
untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan manufaktur tersebut.
b. Pelaksanaan otomatisasi dilaksanakan secara bertahap sehingga para
manajer hanya memusatkan perhatian pada proses produksi.
c. Kegiatan operasional secara otomatis dan manual dilakukan bersamaan
tetapi sistem akuntansi biaya tradisional disediakan bagi keduanya.
d. Para manajer sering berpendapat bahwa yang utama adalah pelaksanaan
produksi, urutan kertas kerja belakangan.
e. Kebutuhan, pelaporan eksternal mendorong akuntansi keuangan dipakai
juga untuk tujaun akuntansi manajemen internal karena pusat pehatian
sering diarahkan untuk mempersiapkan laporan keuangan eksternal, dengan
demikian banyak manajer meras tidak ada waktu untuk mengubah bentuk
laporan manajemen biaya dengan bentuk abru yang lebih relevan.
f. Keterbatasan sumber daya unutk melaksankan sistem akuntansi
manajemen biaya yang baru.
g. Para manajer sering bertahan untuk tidak berubah karena konflik antar
manajer.
2.5.3 Proses Pembebanan Biaya Pada ABC Sistem
Ada dua tahap prosedur pembebanan biaya pada ABC system, yaitu:
1. Prosedur tahap pertama
Pada tahap pertama ABC, aktivitas diidentifikasi, biaya dihubungkan dengan
masing-masing aktivitas. Aktivitas dan biayanya dibagi menjadi kelompok-
kelompok yang homogen. Suatu perusahaab dapat memiliki banyak aktivitas
yang berbeda-beda. Setelah aktifitas diidentifikasim, baiya untuk
menjalankan aktifitas juga ditentukan, dengan demikian perusahaan haru
menentukan activity driver yangsesuai unutk tipe-tipe aktivtas dan
menghitung tiap activity overhead rules. Untuk mengurangi jumlah rate
overhead dan unutk menyederhankan prosesnya, maka aktivitas
dikelompokkan ersama-sama dalam satu set yang homogen berdasar
karakteristik yang sejenis, yaitu aktivitas tersebut saling berhubungan
secara logis dan mempunyai rasio konsumsi untuk semua produk.

32
Kemudian langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menjumlahkan
biaya dengan semua set yang homogen itu, hal ini disebut dengan
homogeneus cost pool mempunyai rasio konsumsi yang sama, variasi biaya
untuk pool ini dapat dijelaskan dengan activit driver dihitung dengan
menghasilkan tarif kelompok/pool rate. Pada akhir pembebanan biaya pada
tahap pertama ABC menghasilkan:
a. Identifikasi aktifitas
b. Pembebanan biaya pada aktifitas
c. Pengelompokkan aktivitas terkait ke dalam suatu homogeneous cost pool
d. penjumlahan biaya pada suatu ativitas untuk mengidentifikasi
homogeneous cost pool
e. penghitungan pool/overhead rates.
2. Prosedur Tahap kedua
Pada tahap kedua, biaya setiap kelompok dilacak ke produk. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang sudah dihitng pada
tahap pertama dan mengukur jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh
setiap produk. Jumlah sumber daya dikonsumsi setiap produk dinyatakan
oleh jumlah activity center yang digunakan setiap produk, oleh karena itu,
biaya overhead yang dibebankan dari setiap kelompok biaya ke pada setiap
produk dihitung dengan cara mengalikan tarif kelompok dengan penggunaan
aktivitas.
Secara lebih rinci, langkah-langkah yang harus diambil dalam merancang
sistem penentuan arga pokok berdasar aktivitas adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan semua biaya yang dibebankan pada setiap departemen.
2. Memisahkan biaya-biaya ke dalam product driver cost dan customer
driver cost.
3. Memisahkan departemen pendukung ke dalam fungsi utama, fungsi
utama tersebut harus mempunyai biaya yang signifikan dan dipengaruhi
aktivitas yang berbeda.
4. memindahkan biaya-biaya ke departemn ke dalam kelompok biaya
fungsional (funsional cost pool).
5. mengidentifikasi pusat aktivitas
6. mengidentifikasi driver tahap pertama (proses yang homogen).
7. mengidentifikasi driver tahap kedua berdasarkan data yang tersedia,
korelasi sumber daya dan pengaruh prilaku.
8. mengidentifikasi tingkat aktifitas.
9. memilih jumlah cost driver.
2.4 Activity-Based Costing Untuk Pemerintah Daerah
Activity-Based costing banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur dan
perusahaan jasa. Dalam penelitian ini akan dikembagkan penerapan ABC
untuk organisasi sektor publik yang dalam hal ini diambil organisasi
pemerintahan.
Pemerintah sebagai organisasi yang tidak berorientasi mengejar laba
sebenarnya dapat menerpakna ABC. Penerpan ABC pada sektor publik
berbeda dibandingkan penerapan ABC sektor privat, hal ini disebabkan
karakteristik kegiatan pemerintah sedikit berbeda dibandingkan organisasi
swasta pada umumnya. Karakteristik aktivitas pemerintah daerah

33
sebenarnya hampir mirip dengan perusahaan yang begerak di bidang jasa
yang kadangkala menimbulkan kesulitan, misalnya karakteristik output yang
sulit didefinisi an tidak terwujud. Selain itu, biaya kapasitas gabungan
mewakili sebagain besar proporsi dari total biaya dan sukar untuk dikaitkan
dengan aktivitas yang menghasilkan output.
Menurut Mark D. Abrahams dalam tulisannya yang berjudul Activity Based
Costing: Illustrations from the State of Iowa menyatakan bahwa Activity
Based Costing dalam lingkungan pemerintahan telah dilakukan di negara
bagian Iowa.
Konsep ABC serta langkah-langkahnya dianggap dapat diterapkan dalam
lingkungan pemerintahan. Activity based costing telah membuktikan bahwa
sistem ini merupakan alat manajemen yang handal pada kinerja sistem
manajemen negara bagian Iowa dengan menyediakan informasi biaya yang
penting. Manajer negara bagian Iowa menganjurkan mengunakan
pendekatan ini untuk penentuan peleayanan pemerintah dengan
menjalankan metode keep it simple untuk mencapai pembiayaan yang
spesifik denagn pencapaian yang minimum dan kerumitan yang tidak terlalu
banyak dalam metode penentuan biaya. Metode ini memungkinkan program
secara tersendiri untuk dikerjakan dengan biaya tersendiri untuk
menghubungkana antara biaya dan data program untuk tercapainya efisiensi
dan efektifitas dalam penyampaian pelayanan masyarakat.
Ada 4 langkah dasar untuk mengimplementsikan sistem ABC. Pertama,
sumber daya dan biaya harus terorganisasi dalam bentuk biaya unit kerja.
Kedua, biaya perlud dikategorikan kedalam kategori berpengaruh secara
langsung atau tidak langsung kah biaya tersebut terhadap aktivitas. Untuk
biaya yang tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan aktivitas,
sebuah metode indirect cost perlu untuk dipilih, apakah dengan mengunakan
KIS (Keep it simple) ataukah dengan metode full cost. Ketiga, direct cost
dan indirect cost perlu untuk ditujukan atau dialokasikan kepada aktivitas
yang spesifik. Dan terakhir, unit cost dihitung dengan memisahkan biaya
aktivitas dengan activity output.

Harga Pokok Proses


1.1. Penentuan Harga Pokok Proses
Penentuan harga pokok produk pada perusahaan yang memproduksi barang
secara masal atau berkesinambungan, seperti perusahaan semen,
perusahaan mie instant, perusahaan pengolah gandum, dan perusahaan
pembuat sepeda motor, sangat cocok menggunakan sistem harga pokok
proses. Dalam sistem harga pokok proses, biaya produksi dikumpulkan
untuk setiap periode. Harga pokok produk ditetapkan pada akhir periode.
Jika dalam sistem harga pokok pesanan digunakan buku pembantu kartu
harga pokok pesanan (job order cost sheet) yang dibuat untuk setiap
pesanan, maka dalam sistem harga pokok proses buku pembantu dibuat
untuk setiap jenis biaya pada masing-masing departemen terjadinya biaya
tersebut (pusat biaya). Departemen tempat terjadinya biaya, dapat
merupakan departemen produksi atau departemen pembantu.

34
1.2. Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk menentukan harga pokok produk disusunlah suatu laporan yang
disebut laporan harga pokok produksi. Laporan harga pokok produksi berisi
informasi tentang (1) kuantitas produksi, (2) unit ekuivalen (produksi
ekuivalen), (3) perhitungan harga pokok per unit, dan (4) perhitungan harga
pokok produk.
Informasi kuantitas produksi adalah informasi tentang jumlah unit yang
dimasukkan proses (unit masukan) dan jumlah unit yang dihasilkan dari
proses produksi (unit keluaran). Jumlah unit dimasukkan dalam proses
produksi harus sama dengan jumlah unit yang keluar dari proses produksi.
Unit ekuivalen produk (produksi ekuivalen) yaitu unit setara produk jadi
yang dihasilkan di departemen produksi dalam periode tertentu. Untuk itu,
terhadap barang dalam proses akhir harus dilakukan taksiran tingkat
penyelesaiannya. Tingkat penyelesaian menunjukkan kesetaraan dengan
produk jadi. Tingkat penyelesaian ditentukan berdasarkan biaya yang sudah
terserap.Umumnya tingkat penyelesaian dikelompokkan menjadi dua, yaitu
(1) tingkat penyelesaian biaya bahan baku dan (2) tingkat penyelesaian
biaya konversi. Oleh karena itu, unit ekuivalen untuk persediaan barang
dalam proses akhir dihitung dengan mengalikan jumlah unit barang dalam
proses akhir dengan tingkat penyelesaiannya.
Perhitungan harga pokok per unit dihitung untuk setiap elemen biaya
produksi yang terjadi di departemen produksi. Biaya produksi yang terjadi di
departemen produksi terdiri atas: biaya bahan baku dan atau harga pokok
dari departemen sebelumnya, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Harga pokok per unit tersebut dihitung dengan membagi
masing-masing biaya produksi dengan unit ekuivalennya. Total harga pokok
per unit setiap elemen biaya produksi tersebut merupakan harga pokok
barang jadi per unit di departemen produksi.
Perhitungan harga pokok merupakan perhitungan total harga pokok barang
jadi yang selesai diproses di departemen produksi dan barang dalam proses
akhir. Jumlah total harga pokok barang jadi dan barang dalam proses akhir
harus sama dengan jumlah biaya produksi yang dibebankan.
1.3. Laporan Harga Pokok Produksi Departemen Pertama
Dalam laporan harga pokok produksi departemen pertama informasi
pertama adalah laporan tentang kuantitas produksi yang terjadi di
departemen pertama yang melaporkan jumlah unit yang dimasukkan proses
(unit masukan) dan jumlah unit yang dihasilkan dari proses produksi (unit
keluaran). Jumlah unit dimasukkan dalam proses yang berupa barang dalam
proses awal dan barang masuk proses periode ini harus sama dengan jumlah
unit yang keluar dari proses produksi yang berupa barang jadi dan barang
dalam proses akhir.
Informasi kedua adalah perhitungan unit ekuivalen produk yaitu unit setara
produk jadi yang dihasilkan di departemen pertama pada periode tertentu.
Unit ekuivalen di departemen pertama terdiri atas unit ekuivalen biaya
bahan baku dan biaya konversi.
Informasi ketiga adalah perhitungan harga pokok per unit untuk setiap
elemen biaya produksi yang terjadi di departemen pertama. Biaya produksi

35
yang terjadi di departemen pertama terdiri atas: biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Harga pokok per unit
tersebut dihitung dengan membagi masing-masing biaya produksi dengan
unit ekuivalennya. Total harga pokok per unit setiap elemen biaya produksi
ini merupakan harga pokok barang jadi per unit di departemen pertama.
Informasi keempat adalah perhitungan total harga pokok barang jadi yang
selesai diproses di departemen pertama dan total harga pokok persediaan
barang dalam proses akhir. Jumlah total
harga barang jadi dan persediaan barang dalam proses akhir harus sama
dengan jumlah biaya produksi yang dibebankan

Harga Pokok Pesanan


A. TUJUAN
1. Mengetahui karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan
2. Melakukan akumulasi biaya berdasarkan pesanan
3. Membuat ayat jurnal akuntansi biaya berdasarkan metode harga pokok
pesanan
4. Membuat kartu biaya pesanan
B. MATERI
1. Karakteristik metode harga pokok pesanan
Metode harga pokok pesanan biasanya diterapkan di perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan. Perusahaan ini mengolah bahan baku
menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau dari dalam
perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus
b. Produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh
pemesan
c. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan bukan untuk memenuhi
persediaan di gudang
Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam kartu biaya pesanan. Kartu
ini berfungsi sebagai rekening pembantu yang digunakan untuk
mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan. Biaya produksi dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja)
dan biaya produksi tidak langsung (BOP). Biaya produksi langsung dicatat
dalam kartu biaya pesanan yang bersngkutan secara langsung, sedangkan
biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu biaya pesanan
berdasarkan suatu tarif tertentu. Contoh kartu biaya pesanan sebagai
berikut:
2. Pencatatan akuntansi metode harga pokok pesanan
a. Akuntansi biaya bahan baku
Untuk pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal
Persediaan bahan baku xxx
Utang usaha/Kas xxx
(jurnal jika menggunakan metode perpetual)

36
Pembelian xxx
Utang usaha/Kas xxx
(jurnal jika menggunakan metode periodik)
Sedangkan untuk penggunaan bahan baku dicatat dengan jurnal:
Barang dalam proses xxx
Persediaan bahan baku xxx
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah
BOP sesungguhnya xxx
Persediaan bahan penolong xxx
b. Akuntansi biaya tenaga kerja
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang adalah
Gaji dan upah xxx
Utang gaji dan upah xxx
Jurnal untuk mencatat distribusi biaya tenaga kerja adalah
Barang dalam proses xxx
BOP sesungguhnya xxx
Biaya administrasi dan umum xxx
Biaya pemasaran xxx
Gaji dan upah xxx
c. Akuntansi biaya overhead pabrik
Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi adalah:
BOP sesungguhnya xxx
Macam-macam biaya xxx
Jurnal untuk mencatat pembebanan BOP adalah:
Barang dalam proses xxx
BOP yang dibebankan xxx
Kemudian BOP yang dibebankan ditutup ke BOP sesungguhnya dengan
jurnal
BOP yang dibebankan xxx
BOP sesungguhnya xxx
d. Akuntansi untuk produk jadi
Jurnal untuk produk jadi adalah
Persediaan produk jadi xxx
Barang dalam proses xxx
e. Akuntansi untuk harga pokok produk dalam proses
Jurnal untuk mencatat produk dalam proses adalah
Persediaan produk dalam proses xxx
Barang dalam proses xxx
f. Akuntansi untuk pesanan yang dijual
Jurnal untuk mencatat pesanan yang telah terjual adalah
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan produk jadi xxx
Piutang dagang/Kas xxx
Penjualan xxx

37

You might also like