Professional Documents
Culture Documents
3 SKS
Dosen: A. Judhie Setiawan, MSi
Pendahuluan
Banyak survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga atau perusahaan di Indonesia
perusahaan lain. Kualitas pelayanan yang lebih baik inilah yang kemudian akan
berkontribusi pada tingkat kepuasan pelanggan. Jadi, hubungan fokus pada pelanggan
- kualitas pelayanan - tingkat kepuasan merupakan rantai yang memang sudah terbukti
secara empiris.
Tidak mungkin terjadi fokus pada pelanggan tanpa didahului oleh fokus pada
karyawan. Oleh karena itu, jika kita bicara fokus pada pelanggan maka konteks
seharusnya adalah pada pelanggan internal dan eksternal. Dalam hal ini terkadang
perusahaan lupa. Ia terlalu banyak berkonsentrasi pada pelanggan eksternal, kurang
memperhatikan pelanggan internalnya.
Budaya membangun service culture pada pelanggan internal sudah seharusnya menjadi
tujuan perusahaan yang ingin customer focus. Membangun service culture ini tidak
cukup hanya melalui pelatihan-pelatihan singkat, apalagi yang dilakukan sesaat
menjelang adanya kontes kepuasan pelanggan.
Pada awalnya, pendekatan top down merupakan cara yang efektif dalam membangun
service culture ini. Artinya, kesadaran dan contoh teladan harus datang dari pucuk
pimpinan, disemaikan ke bawah dengan berbagai media penyampaian. Membangun
service culture ini harus dipandang sebagai sesuatu yang stratejik sifatnya. Oleh karena
itu, dorongan dari atas akan sangat efektif. Baru setelah mulai berjalan, empowerment
of employees menjadi tahap berikutnya. Memberikan keleluasaan pada karyawan pada
batas tertentu akan mendorong karyawan berkreasi dalam memberikan pelayanan
terbaik bagi pelanggan. Dari dua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa membangun
service culture bukanlah upaya instan yang akan memberikan hasil instan pula. Ini yang
penting disadari.
Service culture harus dibangun dalam tubuh perusahaan secara keseluruhan. Tidak
hanya pada frontliners. Banyak service provider yang mengira dengan melatih para
frontliners agar dapat memiliki budaya melayani, berarti tugasnya sudah selesai.
Padahal, para fronliners ini tidak mungkin dapat melakukan tugasnya dengan baik tanpa
adanya dukungan dari back office yang juga memiliki orientasi yang sama.
Satu hal yang rasanya perlu dicermati oleh para service provider saat ini, sebagai
contoh industri telekomunikasi, yaitu: adanya pola outsource karyawan, terutama
karyawan yang menjadi garda terdepan perusahaan. Dengan pola ini, di satu sisi
memang perusahaan dapat mencapai efisiensi yang diinginkan, namun di sisi lain ada
risikonya. Karyawan ousource ini belum tentu dapat menghayati nilai-nilai perusahaan,
apalagi memahami secara utuh service culture yang dibangun oleh perusahaan.
Akibatnya, service delivery-nya belum tentu optimal, atau dengan kata lain, belum
mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan. Inilah yang terkadang merupakan
salah satu sebab dari timbulnya over promise-under delivery.
Membangun service culture perlu didukung dengan pola reward dan punishment yang
jelas dan memadai. Menuntut karyawan memiliki budaya melayani tanpa adanya
penghargaan yang baik, tidak akan efektif. Karyawan hanya akan menjadi mediocre,
melayani seadanya dan secukupnya, karena memang kurang termotivasi. Customer
focus bukanlah suatu retorika, yang hanya dicanangkan untuk mencapai tujuan sesaat.
Customer focus sesungguhnya adalah nadi suatu perusahaan, yang denyutnya harus
terasa terus selama perusahaan hidup dan berkembang.
dialokasikan untuk kepentingan ini dengan harapan akan berhasil merayu dan
pada layanan pelanggan secara internal. Padahal, layanan pelanggan secara internal
Menurut Craig Harrison dalam Turning Customer Service Inside Out! How Poor
Internal Customer Service: Negatively Impacts External Customers, yang penting justru
mulai dari perusahaan Anda. Cepat atau lambat riak-riak efeknya akan sampai ke
pelanggan Anda.
Perusahaan / Organisasi pada layanan pelanggan secara internal sesuai dengan fokus
Ketika berpikir tentang layanan pelanggan kita berpikir tentang karyawan yang
melayani pelanggan di konter atau telepon. Tapi, sebenarnya layanan pelanggan terjadi
juga dalam perusahaan dengan jenis usaha lain. Seberapa baik karyawan Anda
Menurut Harrison layanan pelanggan secara internal mengacu pada layanan yang
mengarah pada bagian lain dalam perusahaan Anda. Itu juga tercermin pada tingkat
ditentukan oleh mutu pelayanan yang saling diberikan pelanggan internal, yaitu
para karyawan, satu sama lain.
cara setiap orang memahami bahwa mereka memiliki pelanggan dan mendorong
perilaku mereka dan kami yang sering dilakukan, baik oleh manajemen maupun
karyawan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan filosofi pelayanan organisasi perlu
diberikan.
7 Ada suatu pemahaman yang berkembang bahwa agar organisasi bisa menjadi
lebih tanggap terhadap pelanggan, proses kerjanya harus menjadi ramping dan
langsung.
12 Dorongan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi para pelanggan
sering kali mengubah hubungan organisasi dengan para pemasoknya. Para
pemasok merupakan bagian penting dalam program mutu pelayanan. Oleh
karena itu, sangat bermanfaat melibatkan mereka dalam perencanaan perbaikan
pelayanan.
13 Cara tersebut akan membuat para pemasok sadar terhadap program kepedulian
pada pelanggan yang dilakukan oleh organisasi/perusahaan sehingga mereka
mengetahui standar produk serta mutu pelayanan yang juga harus mereka
laksanakan.
14 Sebagaimana halnya organisasi yang menjalin kerja sama dan aliansi, masing-
masing pihak harus memahami kebutuhan pihak lainnya, serta menyamakan
nilai-nilai yang ditawarkan.
16 Seluruh standar pelayanan harus realistis, dapat dicapai dan diukur. Para
karyawan harus dilibatkan dalam menetapkan standar pelayanan yang akan
menjadi dasar dari pekerjaan yang akan mereka laksanakan.
17 Standar yang keras dan standar yang lunak harus ditetapkan. Standar yang
keras dapat dihitung, misalnya memproses 95% aplikasi dalam waktu 24 jam.
Standar yang lunak merupakan standar kualitatif, misalnya sikap ramah dan
sopan kepada para pelanggan. Standar bisa juga ditetapkan berdasarkan
standar lokal maupun nasional.
Kepedulian Karyawan
Mendengarkan Pelanggan
Langkah awal yang penting dalam mengembangkan berbagai bentuk pelayanan adalah
mendapatkan umpan balik dari pelanggan. Organisasi (perusahaan) perlu
mendengarkan suara pelanggan bila ingin mendapatkan pelanggan baru dan
mempertahankan pelanggan yang telah ada.
Di samping itu, keluhan pelanggan, juga merupakan masukan yang amat penting
untuk melakukan improvement terhadap proses dan sistem pelayanan kepada
pelanggan.
Hanya sebagian kecil pelanggan yang bersedia menyampaikan keluhan. Begitu juga
dalam hal memberikan pujian. Itulah sebabnya, pengukuran terhadap keluhan dan
pujian sering kali tidak tepat.
Ada dua metode utama yang dapat digunakan untuk mendengarkan pelanggan dan
mendapatkan umpan balik dari pelanggan, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif:
20 Kuantitatif
21 Fakta (data),
27 Survey on-line.
28 Kualitatif
29 Opini/pendapat pelanggan,
32 Video,
Metode kualitatif memberikan umpan balik dari pelanggan terhadap hal-hal dan
opini yang tersembunyi serta memberikan peluang bagi organisasi untuk menggali
perasaan dan kebiasaan pelanggan secara mendalam.
53 Berikan keyakinan bahwa di masa dating hal yang sama tidak akan
terulang lagi.