You are on page 1of 26

TUGAS : DISASTER 1

PROSEDUR MANAJEMEN BENCANA

OLEH

KELOMPOK VII

JUMIATIN (P201301301)

VIVIANTI MUCHSIN (P20131311)

I K ADICAHYONO (P201301441)

DEWY NURSEFRIYANI (P201301335)

STIKES MANDALA WALUYA KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2013/201

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat limpahan rahmatnya
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan pembahasan prosedur manajemen
bencana

Makalah ini sebagai salah satu bahan untuk membahas mengenai prosedur manajemen
bencana.

Bahan mengenai prosedur manajemen bencana di peroleh dari berbagai sumber. Semoga kita
dapat memanfaatkan makalah ini untuk lebih menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
pembahasan tersebut serta dapat mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas.

Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sangat kami harapkan.

Kendari, april 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. i

Daftar isi............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan masalah.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3

A. Prosedur manajemen bencana.............................................................................. 3


B. Konsep medis....................................................................................................... 10
C. Konsep keperawatan............................................................................................ 16

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 25


A. Kesimpulan.......................................................................................................... 25
B. Saran.................................................................................................................... 25

Daftar pustaka..................................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prosedur Operasi Standar bencana merupakan suatu gambaran terstruktur dan tertulis
tentang langkah- langkah yang telah disepakati bersama oleh seluruh institusi pelaksana
tentang siapa yang melakukan apa, saat kapan, dimana dan bagaimana pelaksanaannya.
Prosedur dibutuhkan saat pelaksana suatu kegiatan terdiri dari berbagai institusi yang
memiliki kewenangan sendiri- sendiri dan kegiatan tersebut menuntut waktu yang singkat
untuk ditanggapi.
Dalam penanggulangan bencana yang memiliki waktu tanggapan singkat seperti
gempabumi dan tsunami, prosedur merupakan suatu keharusan hingga dapat memintas jalur
koordinasi dan mempercepat upaya penanganan demi memperkecil risiko negatif yang
mungkin timbul.
Dalam situasi keadaan Darurat bencana sering terjadi kegagapan pananganan dan
kesimpang siuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,sehingga
mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana.
Sistem Koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, Penyaluran bantuan,
distribusi logistic sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan penanganan
tanggap darurat kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan kondisi di
lapangan yang seperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja Pos
Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana yang baik, terstruktur dan sistematis.
Dalam kondisi Kedaruratan Bencana diperlukan sebuah institusi yang menjadi
pusat Komando dan Koordinasi kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan
bencana yang terjadi. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dapat
dilengkapi dengan PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana dengan gugus tugas yang
terdiri dari unit kerja yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan system yang
terpadu dalam penanganan Kedaruratan bencana.
Mengelola bencana tidak bisa dilakukan hanya dilakukan hanya dengan cara dadakan
atau insidentil tetapi harus dilakukan secara terencana dengn manajemen yang baik, jauh
sebelum suatu bencana terjadi melalui suatu proses yang di sebut manajemen bencana.
Sejarah juga di penuhi dengan berbagai peristiwa bencana, misalanya benua
atlantis,letusan gunung visevius di yunani serta gunung krakatau dan merapi di pulau jawa.
Dalam abad modern juga terjadi berbagai bencana seperti tsunami di aceh, gempa bumi di
peru, dan cina di samping bencana yang terjadi akibat perbuatan manusia misalnya bom atom
di hirosima dan nagasaki, chernobyl di rusia, bhopal di india dan kasus lapindo di indonesia.
Peristiwa bencana senatiasa dengan cerita tragis penderitaan manusia yang tidak
habis-habisnya. Menyisakan kerusakan alam dan materi yang tidak ternilai serta hancurnya
peradaban manusia.
Oleh karena itu selama masih hidup di muka bumi yang rawan dengan berbagai
bencana hendaknya manusia senantiasa wasapada dan siaga menghadapi setiap kemungkinan
terburuk yang datang menimpanya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana prosedur manajemen bencana
2. Bagaimana konsep medis dari luka bakar
3. Bagaimana konsep keperawatan luka bakar

C. Tujuan
1. Mengetahui prosedur manajemen bencana
2. Mengetahui konsep medis luka bakar
3. Mengetahui konsep keperawatan luka bakar

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prosedur manajemen bencana


1. Pengertian prosedur manajemen bencana
Adalah penanganan bencana yang memuat mengenai tata cara penanganan, tugas dan
tanggung jawab, sistem komunikasi, sumber daya yang di perlukan, prosedur pelaporan, dan
lainnya.
Prosedur manajemen bencana ini harus di siapkan dan di tetapkan untuk setiap tingkat
organisasi baik di tingkat insiden, darurat,maupun level korporat, yang mencakup aspek taktis
aspek dan aspek strategis.
Prosedur manajemen bencana harus di syahkan dan di tetapkan oleh manajemen tertinggi
dalam organisasi, misalnya kepala daerah , pimpinan perusahaan atau organisasi.

2. Jenis-jenis manajemen bencana


Manajemen bencana pada dasarnya dapat di bagi atas tiga tingkatan yaitu pada tingakat
lokasi, tingkat unit, atau daerah dan tingkat nasional atau koporat. Untuk tingkat lokasi
disebut manajemen insiden ( insident managemen ), pada tingkat daerah atau unit di sebut
manajemen darurat ( emergency manajemen) dan pada tingkat yang lebih tinggi di sebut
manajemen krisis (crissis management ).
a. Manajemen Insiden ( Incident Management )
Yaitu penanggulangan kejadian di lokasi atau langsung di tempat kejadian. Biasanya
di lakukan oleh tim tanggap darurat yang di bentuk atau petugas-petugas lapangan sesuai
dengan ,keahlian masing-masing.
Penggulangann bencana pada tingkat ini bersifat teknis.
b. Manajemen darurat ( emergency management )
Yaitu upaya penanggulangan bencana di tingkat yang lebih tinggi yang
mengkoordinir lokasi kejadian sebagai contoh, terjadi bencana di kota pariaman sumbar,
maka pada tingkat manajemen bencana di lakukan di level propinsi, sedangkan
penaggulangnnya ada di tingkat kabupaten.
c. Manajemen krisis ( crisis management )
Manajemen krisis berada di tingkat yang lebih tinggi misalnya tingkat nasional atau
tingkat korporat bagi suatu perusahaan yang mengalami bencana.
Perbedaan tugas dan tanggung jawab pada ketiga tingkatan ini adalah berdasarkan
fungsinya yaitu taktis ( tactic) dan stategis ( strategic). Pada tingkat manajemen insiden
tugas dan tanggung jawab lebih lebih banyak bersifat taktis, semakin ke atas tugasnya
akan lebih banyak menangani hal-hal yang strategis.
Pengaturan fungsi dan peran ini sangat penting di lakukan dalam mengembangkan
suatu manajemen bencana. Benturan di lapangan pada dasarnya terjadi karena
pengaturan tugas adan peran ini tidak jelas dan bertabrakan. Misalnya siapa yang
bertanggung jawab mengkoordinir bantuan dari pihak luar dan siapa yang mengelola
bantuan tersebut setelah berada di lapangan. Siapa pula yang menentukan kebijakan
manajemen bencana dan siapa yang melakukan penerapannya di lapangan.
Peran antara ketiga tingkatan ini sangat berbeda. Tim taktis berperan langsung di
lapangan, misalnya tim SAR, Tim Medis, Tim pemadam kebakaran, Tim penyelamat,
dan Tim perbaikan
Pada tingkat ke dua yang bersifat setengah taktis dan strategis berperan untuk
mendukung pelaksanaan tugas tim di lapangan, memberikan arahan dan sekaligus juga
memantau pelaksanaan manajemen bencana di lapangan. Tim ini juga bertugas
melakukan monitoring langsung mengenai upaya penanggulan sekaligus mengevaluasi
permasalahan yang di hadapi tim penanggulangan dan bagaimana mengatasinya.
Pada tingkat nasional atau korporat yang lebih bersifat strategis, tugasnya adalah
menentukan kebijakan, misalnya menetapkan kondisi darurat nasional atau menetapkan
anggaran yang di perlukan, mengadakan koordinasi dengan tim eksternal lainnya. Dalam
kondisi normal, organisasi tingkat korporat juga bertugas dan berperan menetapkan dan
mengembangkan pedoman atau prosedur operasional yang di perlukan dalam
menghadapi suatu bencana.
3. Tahapan manajemen bencana
Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang di lakukan untuk mengelola
bencana dengan baik dan aman melalui 3 tahapan sebagai berikut :
1) Pra bencana
a. Kesiagaan
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang di lakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna.
Membangun kesiagaan adalah unsur penting, namun tidak mudah di lakukan
karena menyangkut sikap mental dan budaya serta di siplin di tengah masyarakat.
Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan
anggota masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.
b. Peringatan dini
Langkah lainnya yang perlu di siapkan sebelum bencana terjadi adalah peringatan
dini. Langkah ini di perlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang
bencana yang akan terjadi sebelum kejadian seperti banjir, gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api, atau badai.
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak, khususnya
mereka yang potensi terkena bencana akan kemungkinan datangnya suatu bencana di
daerah masing-masing. Peringatan di dasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah
yang dimiliki, diolah atau di terima dari pihak yang berwenang mengenai
kemungkinan akan datangnya suatu bencana. Sebagai contoh jauh sebelumnya badai
katrina tiba, badan yang berwenang sudah dapat melakukan ramalan dan
memperkirakan kapan terjadinya, badai, lokasi, serta kekuatannya. Dengan demikian
anggota masyarakat dapat diberi informasi sehingga mereka dapat mempersiapkan
dirinya dengan baik.
Dewasa ini sistem peringatan dini sudah berkembang pesat didukung oleh
berbagai temuan teknologi. Di indonesia berbagai ramalan atau perkiraan akan
datangnya bencana sudah banyak di lakukan seperti cuaca, gempa, tsunami, dan
banjir. Pemerintah telah memasang berbagai peralatan peringatan dini di berbagai
kawasan indonesia.
c. Mitigasi
Menurut peraturan pemerintah (PP) No.21 tahun 2008, mitigasi bencana adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi bencana adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang di
timbulkan akibat suatu bencana. Dari bataasan ini sangat jelas bahwa mitigasi bersifat
pencegahan sebelum kejadian.
Mitigasi bencana harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui
berbagai upaya dan pendekatan.
2) Saat bencana : Tanggap darurat
Tahapan paling krusial adalah sistem manajemen bencana adalah saat bencana
sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa
peringatan atau terjadi secara tiba-tiba. Bencana banjir, mungkin dapat di perkirakan
sebelumnya berdasarkan angka curah hujan yang terjadi. Bencana angin topan juga
dapat dipresidikan sebelumnya sehingga saat kejadian masyarakat sudah
memepersiapkan dirinya masing-masing. Namun banyak bencana, khususnya gempa
bumi yang masih sulit di perkirakan terjadinya.
Oleh karena itu di perlukan langkah-langkah tanggap darurat untuk dapat mengatasi
dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat di
minimalkan.

3) Pasca bencana
a. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
Di tingkat industri atau perusahaan fase rehabilitasi di lakukan untuk
mengembalikan jalannya operasi perusaahn seperti sebelum bencana terjadi upaya
rehabilitasi misalnya memperbaiki peralatan yang rusak dan memulihkan jalannya
perusahaan seperti semula.
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya
masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Proses rekonstruksi adalah tidak mudah dan memerlukan upaya keras dan
terencana dan peran serta semua anggota masyarakat. Sebagai contoh, rekostruksi
aceh pasca tsunami memerlukan waktu dari 5 tahun agar kondisi fisik dan mental
lingkungan dan teknis, serta prasarana ekonomi di bangun kembali dan diharapkan
akan lebih baik di bandingkan kondisi sebelum bencana.
4. Prosedur penanggulangan keadaan darurat kebakaran dalam ruangan
a. Susunan organisasi
Peran kebakaran ruangan terdiri dari :
1. Pengelola gedung
2. Unsur pimpinan
Pengelola gedung sebagai unsur pimpinan umum
Kepala keamanan sebagai kordinator tim kebakaran
Pengawas teknik sebagai koordinator kelompok tekhnisi
Komandan pemadam ini
3. Unsur staff
Petugas telepon
Operator radio
Petugas sound system
Petugas evaluasi

4. Tim Teknisi
Operator panel alarm
Operator lift dan escalator
Operator Ac
Operator listrik
Operator genset
Operator pompa kebakaran
5. Team Security
Kelompok pemadaman
Kelompok evakuasi
Kelompok pengamanan
Kelompok penolong/penyelamat/pppk

Satuan tugas atau satgas peran kebakaran akan segera berfungsi pada saat
terjadi bahaya kebakaran;

b. Uraian tugas pimpinan umum ruangan


Mengerti dan memahami mengenai keadaan geografis dan tata letak daerah ruangan yang
menjadi tanggung jawabnya, maupun mengenai ruangan secara keseluruhan khususnya jalan-
jalan keluar ( Emergency exit untuk menyelamatkan diri.
Memahami sepenuhnya tentang sistem pemadam kebakaran, peralatan deteksi
kebakaran, alarm, cara bekerja/penggunaanya dan lokasi alat pemadam di dalam ruangan
Memahami sepenuhnya tentang cara pemadam kebakaran dan memastikan bahwa cara
ini dapat di ikuti dengan semestinya di area yang tanggung jawab.
Memahami sepenuhnya tentang prosedur darurat yang harus di ikuti saat keadaan
darurat.
Memberikan daftar yang up to date tentang personil di bawah tanggung jawabnya dan
berusaha memberikan pelatihan mengenai sistem usaha pencegahan bencana dan evakuasi.
Bersama chief security, menentukan tempat berkumpul yang aman.
Menguasai tata cara pertolongan pertama pada kecelakaan (p3k) dan menyediakan kotak
pppk sesuai standar.

c. Uraian tugas tim


Unsur pimpinan mempunyai tugas memberikan pengarahan/nasehat
kepada tim kebakaran
Koordinator tim kebakaran bertanggung jawab :
1) Menginventarisir secara berkelanjutan atau sarana fire protection
dan personil peran kebakaran
2) Melatih para pekerja
3) Menyusun prosedur tanggap darurat untuk mendukung operasi
penanggulangan kebakaran,
4) Memimpin operasi pemadam tingkat awal dan penyelamatan jiwa.
Operator telepon mempunyai tugas : menerima dan mencatat laporan
keadaan darurat dan segera menghubungi komandan kebakaran.
Operator sound system mempunyai tugas menyampaikan pengumuman
atau perintah komandan kebakaran seluruh ruangan.
Operator kontrol panel mempunyai tugas :
1) Memonitor terus-menerus kontrol panel untuk mengetahui secara
dini kejadian kebakaran
2) Jika monitor kontrol panel menyala dan alrm berbunyi, segera
menghubungi segera mengubungi posko lewat telepon/sound
system untuk pengecekan situasi.
3) Jika tidak diperoleh informasi dari ruangan yang terbakar segera
menuju kelantai/zona tersebut untuk memeriksa kejadian yang
sebenarnay dan segera melaporkan kepada komandan kebakaran.
4) Dalam hal terjadi false alam, segeraa menemui komandan masing-
masing lantai untuk di beritahukan kepada seluruh penghuni
dilantai tersebut.
Team teknisi
1. Operator panel alarm
a) Bila terjadi false alarm segera menetukan penyebab dan
memberitahukannya kepada petugas security
b) Bila terjadi alarm sebagai pemberitahuan adanya agar segera
melaporkannya kepada komandan kebakaran.
2. Operator lift/eskalator
a) Lift tidak beroperasi dan kereta lift berada pada lantai dasar
b) Eskalator tidak di operasikan dan berfungsi sebagai tangga
darurat
3. Operator AC. Sistem AC pada posisi tidak bekerja.
4. Operator listrik. Siaga untuk mengoprasikan on atau off listrik
pada lantai tertentu, atau seluruh ruangan sesuai instruksi
komandan kebakaran.
5. Operator genset. Siaga untuk mengoprasikan genset secara manual
bila sistem otomatis tidak dapat bekerja pada saat pasokan listrik
pln terputus.
6. Operator pompa air. Siaga untuk mengoprasikan pompa kebakaran
secara manual bila sistem otomatis tidak bekerja sehingga dapat
menyediakan air untuk kebutuhan pemadam kebakaran.
7. Kelompok PPPK
a. Memberikan pertolongan kepada korban ( sakit, cedera,
meninggal ) setelah di evakuasi oleh petugas evakuasi.
b. Berusaha memanggil ambulan dan mengatur penggunaanya.
c. Mengatur pengiriman orang sakit dan cedera kerumah sakit
yang terdekat dengan menggunakan ambulan.

B. Konsep medis
1. Definisi
luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringn yang di sebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (smeltzer,
suzanna,2002 )
klasifikasi luka bakar
untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan,
lika bakar di di klasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka,
yakni :
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. luka bakar karena air panas
c. luka bakar karena bahan kimia
d. luka bakar karena listrik
e. luka bakar karena radiasi
f. luka bakar karena suhu rendah
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat 1
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
Kulit kering, hiperemi berupa eritema,
Dan Tidak di jumpai bulae
Nyeri karena ujung-ujung saraff sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Lika bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi inflamasi di sertai
proses eksudasi
Di jumpai bulae
Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal
Luka bakar derajat II ini di bedakan menjadi 2 ( dua ), yaitu :
Derajat II dangkal ( superficial )
Kerusakan mengenai bagian suferfisial dari dermis
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh,
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Derajat II dalam ( deep )
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis,
Oragan-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian besar masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel, yang tersisa, biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan
Tidak di jumpai bulae
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering letaknya lebih
rendah di banding kulit sekitar
Terjadi koaagulasi protein pada epidermis dan dermis yang di kenal sebagai eskar
Tidak di jumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar
luka.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Luka bakar mayor
Luka bakar dengan luas lebih dari 25 % pada orang dewasa dan lebih dari
20 % pada anak-anak.
Luka bakar fulthickness lebih dari 20%
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan perineum
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luas lukanya.
Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
Luka bakar fulthickness kurang dari 10%.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata,telinga,kaki,dan
perineum
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang di definisikan oleh trofina (1991 ) dan griklak
(1992) adalah:
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang
dari 10% pada anak-anak
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah,tangan dan kaki
Luka tidak sirkumfer.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
4. ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan metode yaitu:
Rule of nine
Kepala dan leher : 9%
Dada depan dan belakang : 18%
Abdomen depan dan belakang : 18%
Tangan kanan dan tangan kiri : 18%
Kaki kanan dan kiri : 18%
Genital : 1%
2. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dri sumber panas ke tubuh melalui kondukso
atau radiasi elektromagnetik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar di bagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran nafas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistematik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
( kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan
penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
3. Fase lanjut
fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah
pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertropik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.

3. Manifestasi klinis
Penilaian dalam memberikan terapi dn perawatan, luka bakar di klasifikasikan
berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriuan luka.
Luka bakar derajat 1 : merah dan kering, mungkin terdapat bula memucat dengan
tekanan, sedikit atau dengan tidak ada edema,kesemutan super sensitivitas, nyeri yang
hilang dengan pendingin.
Luka bakar derjat 2 : luka yang nyeri, merah atau pucat, berbecak bula, edema, cairan
eksudat,folikel rambut intak, kepucatan, dengan tekanan, sensitive terhadap udara
dingin.
Luka bakar derajat 3 : eskar putih pucat, dan kelenjarkeringat rusak.merah cherry,
cokelat atau hitam, kulit terbuka dengan lemak yang terlihat, edema, tidak memucat
dengan tekanan, tidak nyeri,folikel rambut dan kelenjar keringat rusak
Luka bakar derajat 4 : eskar yang keras dan menyerupai kulit, tidak ada sensasi,
tulang terbakar.
4. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatau sumber panas
kepada tubuh Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik.Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi
atau kimia.Destrusi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi
isi sel.Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan.
Jaringan yang dalam termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karean luka
bakar elektrik atau kontak yang lama agens penyebabnya (burning agent ). Nekrosis
dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut.sebagai selama contoh, pada kasus luka bakar
tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air panas dari
shower dengan suhu 68,9C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis
serta dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (fullthickness injur ). Pajanan selama
15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,1C mengakibatkan cedera full-
thicknes yang serupa. Suhu yang kurang dari 44S dapat di toleransi dalam periode
waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.

5. Komplikasi
1. Hipertropi jaringan parut.
Terbentuknya hipertropi jaringan parut pada luka bakar dipengaruhi oleh :

Kedalaman luka bakar


Sifat kulit
Usia pasien
Lamanya waktu penutupan kulit
Penanduran kulit
Jaringan kulit menglami pembetukan secara efekif pada sebulan post luka, dengan
warna berubah menjadi merah merah tua sampai coklat dan teraba keras, setelah
12-18 bulan jaringan parur akan matur dan warna coklat muda akan teraba lembut /
lemas.

2. Kontraktur
Kontaktur dapat menyebabkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa
tindakan yang dapat mencegah kontraltur adalah :

Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini


Ambulasi yang dilakukan pada 2-3 kali/hari segera mungkin pada pasien
yang terpasang alat invasive, molisasi dibantu.
Pressure garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang
bertujuan menekan timbulnya hipertropi scar (menghambat mobilisasi dan
mendukung terjadinya kontrakatur )
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka
bakar mengalami kehilangan volume
Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami
kehilangan volume cairan dan gangguan Na-K pump
Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosise dan
kehilangan protein
Faal hati dan ginjal
CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan
HCT dan RBC, trombositopenia lokal, leukositosis, RBC yang rusak
Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali phospate
Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia
Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan
menunjukkan faktor yang mendasari
ECG : untuk mengetahui adanya aritmia
7. Penalatalaksanaan
Penatalaksanaan farmakologi

Luka bakar yang dalam atau fullthicknes pada awalnya di lakukan


dengan menggunakan zat/obat anti mikroba topikal, yaitu Krim silver
sulvadiazine, 1% Mafenideluas acetate, Larutan Mafedine Acetate 5%, Silver
nitrate 5%.
Penatalaksanaan non farmakologi

prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan


proses luka bakar ini meliputi intervensi pertolongan pertama pada situasi :
untuk luka bakar termal (api ) berhenti, berguling, dan berbaring tutup
individu dengan selimut dan gulingkan pada api yang lebih kecil. Berikan
kompres dingin untuk menurunkan suhu dari luka (es dingin menyebabkan
cedera lanjut pada jaringan yang terkena )
untuk luka baka kimia (cairan), bilas dengan air sebanyak mungkin dari kulit.
Untuk luka bakar kimia (bedak), sikat bedak kimia dari kulit kemudian bilas
dengan air
untuk luka bakar listrik matikan sumber listrik pertama-tama sebelum
berusaha untuk memisahkan korban dengan bahaya.

C. KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian

a. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan
informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari klien. Umur
seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2
tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F
dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap
luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat
disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan
paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien
mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan
ekspansi paru.

c. Riwayat penyakit sekarang


Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan
pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatanketika dilakukan
pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (48 jam pertama terjadi
perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang)

d. Riwayat penyakit masa lalu


Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami
luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit
kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol

e. Riwayat penyakit keluarga


Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan
kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan

f. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola
menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan
anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena
klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan.
Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri .

g. Riwayat psiko sosial


Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga
luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam
melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.

h. Pemeriksaan fisik
1) keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai
menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat

2) TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak
adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama

3) Pemeriksaan kepala dan leher


Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka
bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar

Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang
menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan
kimia akibat luka bakar

Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.

Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan
kurang

Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen

Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi
untuk mengataasi kekurangan cairan

4) Pemeriksaan thorak / dada


Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal
fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi,
suara nafas tambahan ronchi

5) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
6) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan
kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.

7) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
kekuatan oto menurun karen nyeri

8) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay
darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)

9) Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).
Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and
Browder) sebagai berikut

1 th 2 th Dewasa
Bag tubuh
Kepala leher 18% 14% 9%

Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 %

Badan depan 18% 18% 18%

Badan belakang 18% 18% 18%

Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%

Genetalia 1% 1% 1%

Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan volume cairan


2. Resiko infeksi b/d hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun
3. Ketidakseimbangan nutruisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hipermetabolisme dan
kebutuhan bagi kesembuhan luka.
4. Kerusakan integritas kulit b/d luka bakar terbuka
5. Nyeri akut/kronis b/d saraf yang terbuka , kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.

Asuhan Keperawatan Nanda Nic Noc


N Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
o
1 Kekurangan volume cairan NOC NIC
Definisi : penurunan cairan Fluid balance Fluid management
intravaskular, interstisial Hydration Timbang popok/pembalut jika
dan atau intra selular, ini Nutritional status : diperlukan
mengacu pada dehidrasi, fluid intake and food Pertahankan catatan intake dan
kehilanagan cairam serta Kriteria hasil output yang akurat
tanpa perubahan pada Mempertahankan urin Monitor status hidrasi(di
natrium. output sesuai dengan kelembapan membran mukosa,
Batasan karateristik usia dan bb, bj, urin nadi adekuat tekanan darah
Perubahan status mental normal, HT normal ostotatik),jika di perlukan.
Penurunan tekanan darah Tekanan darah, nadi, Monitor vital sign
Penurunan tekanan nadi suhu tubuh dalam batas Monitor,masukan
Penurunan volume nadi normal makanan/cairan dan hitung
Penurunan turgor kulit Tidak ada tanda-tanda intake kalori harian
Penurunan turgor lidah dehidrasi, elastisitas, turgor Kolaborasi pemberian cairan
kulit baik, membran intravena
Penurunan haluaran urin
mukosa lembab,tidak ada Monitor status nutrisi
Penurunan pengisian vena
rasa haus yang berlebihan. Berikan cairan intravena pada
Membran mukosa kering suhu ruangan
Kulit kering Dorong masukan oral
Peningkatan hematokrit Berikan penggantian
Peningkatan suhu tubuh nesogatrik sesuai output
Peningkatan frewkuensi Dorong keluarga untuk
nadi membantu pasien makan
Peningkatan kosentrasi Kolaborasi dengan dokter
urin
Penurunan berat badan
Haus
Kelemahan
Faktor yang berhubungan
Kehilangan cairan aktif
Kegagalan mekanisme
regulasi

2 Resiko infeksi NOC NIC


Definisi:mengalami immune status Infection control ( kontrol infeksi)
peningkatanresiko knowledge : infection - bersihkan lingkungan setelah di
terserangorganisme control pakai pasien lain
patogenik risk control - pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko : kriteria hasil - batasi pengunjung bila perlu
Penyskit kronis klien bebas dari tanda - instruksikan pada pengunjung
- Diabetes melitus dan gejala infeksi untuk mencuci tangan saat
- obesitas mendeskripsikan proses berkunjung dan setelah
pengetahuan yang tidak penularan penyakit, berkunjung meninggalkan
cukup untuk menghindari faktor yang pasien
pemanjanan patogen mempengaruhi - gunakan sabun antimikrobia
pertahan tubuh primer penularan serta untuk cuci tangan
yang tidak adekuat penatalaksanaannya - cuci tangan setiap sebelum dan
- gangguan peritaltis menunjukan kemampuan sesudah tindakan keperawatan
- kerusakan integritas untuk mencegah - gunakan baju ,sarung tangan
kulit timbulnya infeksi sebagai alat pelindung
- perubahan sekresi ph jumlah leukosit dalam - pertahankan lingkungan
- penurunan kerja siliris batas normal aseptik selama pemasangan
- merokok menunjukan perilaku alat
- stasis cairan tubuh hidup sehat. - monitor tanda dan gejala
- trauma jaringan infeksi sistemik dan lokal
vaksinasi tidak adekuat - monitor hitung granulosit ,
pemajanan terhadap WBC
patogen lingkungan - monitor kerentanan terhadap
Prosedur invasif infeksi
malnutrisi - batasi pengunjung
- pertahankan tehnik aseptik
pada pasien yang berisisko
- pertahankan tehnik isolasi
- berikan perawatan kulit pada
area epidema
- inspeksi kulit dan pmembran
mukosa terhadap kemerahan
dan panas
- inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
- dorong masukan nutrisi yang
cukup
- dorong masukan cairan
- dorong istrahat
- instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
- ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- ajarkan cara mengitung infeksi
- laporkan kecurigaan infeksi
3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan Nutritional status: Nutrition management
tubuh Nutritional satatus : - Kaji adanya alergi makanan
Definisi : asupan nutrisi food and fluid intake - Kolaborasi dengan ahli gizi
tidak cukup untuk Nutritional status : untuk menentukan jumlah
memenuhi kebutuhan nutrien intake kalori dan nutrisi yang di
metabolik Weight control butuhkan pasien
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : - Anjurkan pasien untuk
Kram abdomen Adanya peningkatan meningkatkan intake fe
Nyeri abdomen berat badan sesuai - Anjurkan pasien untuk
Menghindari makanan dengan tujuan meningkatakan protein dan
Berat badan 20 % atau Berat badan ideal sesuai vitamin C
lebih dibawah berat dengan tinggi badan - Berikan subtansi gula
badan ideal Mampu - Yakinkan dien yang di makan
Kerapuhan kapiler mengidentifikasi mengandung tinggi serat untuk
Diare kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
Tidak ada tanda-tanda - Berikan makanan yang terpilih
Kehilangan rambut
malnutrisi ( sudah dikonsultasikan dengan
berlebihan
Menunjukan ahli gizi )
Bising usus hiperaktif
peningkatan fungsi - Ajarkan pasien bagaimana
Kurang makanan pengecapan dari membuat catatan makanan
Kurang informasi menelan harian
Kurang minat pada Tidak terjadi penurunan - Monitor jumlah nutrisi dan
makanan berata badan yang kandungan kalori
Penurunan berat badan berarti - Berikan informasi tentang
dengan asupan makanan kebutuhan nutrisi
adekuat - Kaji kemampuan pasien untuk
Kesalahan konsepsi mendapatkan nutrisi yang di
Kesalahan informasi butuhkan
Membran mukosa pucat Nutrition monitoring
Ketidakmampuan - BB pasien dalam batas normal
memakan makanan - Monitor adanya penurunan
Tonus otot menurun berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
Mengeluh gangguan
aktivitas yang bisa di lakukan
sensasi rasa
- Monitor interaksi anak atau
Mengeluh asupan
orang tua selama makan
makanan kurang
- Monitor interksi anak atau
Cepat kenyang setelah orang tua selama makan
makan - Monitor lingkungan selama
Sariawan rongga mulut makan
Kelemahan otot - Jadwalkan pengobatan dan
pengunyah tindakan tidak selama jam
Kelemahan otot untuk makan
menelan - Monitor kulit dan pigmentasi
Faktor-faktor yang - Monitor turgor kulit
berhubungan : - Monitor kekeringan, rambut
Faktor biologis kusam, dan mudah patah
Faktor ekonomi - Monitor mual dan muntah
Ketidakmampuan untuk - Monitor pertumbuhan dan
mengabsorbsi nutrien perkembangan
Ketidakmampuan untuk - Monitor pucat, kemerahan, dan
mencerna makanan kekeringan jaringan
Ketidakmampuan konjungtiva
menelan makanan - Monitor kalori dan intake
Faktor psikologis nutrisi
- Catat adanya
edema,hiperemik,hipertonik
papila lidah,dan cavitas oral
- Catat jika lidah berwarna
magenta scarlet.

4 Kerusakan integritas kulit NOC NIC


Definisi :perubahan Tissue integriti : skin Pressure management
/gangguan epidermis and mucous - Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik: membranes menggunakan pakaian yang
Kerusakan lapisan kulit Hemodyyalisis askes longgar
( dermis ) Kriteria hasil : - Hindari kerutan pada tempat
Gangguan permukaan Integritas kulit yang tidur
kulit ( epidermis ) baik bisa - Jaga kebersihan kulit agar tetap
Invasi struktur tubuh dipertahankan bersih dan kering
Faktor yang berhubungan ( sensasi , elastisitas, - Mobilisasi pasien ( ubah posisi
: temperatur, hidrasi, pasien setiap 2 jam sekali
Eksternal : pigmentasi ) - Monitor kulit adanya
- Zat kimia, radiasi Tidak ada luka/ lesi kemerahan
- Usia yang ekstrim pada kulit - Oleskan lotion atau
- Kelembapan Perfusi jaringan baik minyak/baby oil pada daerah
Menunjukan yang tertekan
- Hipertermia pemahaman dalam - Monitor aktifitas dan
- Faktor mekanik proses perbaikan kulit mobilisasi pasien
- Medikasi danan mencegah - Monitor status nutrisi pasien
- Lembab terjadinya sedera ber - Memandikan pasien dengan
- Imobilitas fisik ulang. sabun dan air hangat
Internal: Mampu melindungi Inssion site care
- Perubahan status kulit dan - Membersihkan , memantau dan
cairan mempertahankan meningkatkan proses
- Perubahan pigmentasi kelembapan kulit dan penyembuhan pada luka yang
- Perubahan turgor perawatan alami. di tutup dengan jahitan klip
- Faktor perkembangan atau straples
- Kondisi - Monitor proses kesembuhan
ketidakseimbangan area insisi
nutrisi - Monitor tanda dan gejala
- Penurunan imunologis infeksi
- Penurunan sirkulasi - Bersihkan area sekitar jahitan
- Kondisi gangguan atau staples, menggunakan lidi
metabolik kapas steril
- Gangguan sensasi - Gunakan preparat antiseptic,
- Tonjolan tulan sesuai program
- Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka ( tidak di
balut sesuai program.
5 Nyeri akut NOC NIC
Definisi : penglaman Pain level, Pain management
sensori dan emosional yang Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
tidak menyenangkan yang Comfort level secara
muncul akibat kerusakan Kriteria hasil : komprehensif,termaksud
jaringan yang aktual atau Mampu mengontrol lokasi,karakteristik, durasi,
potensial atau di gambarkan nyeri ( tahu penyebab frekuensi, kualitas, dan faktor
dalam hal kerusakan nyeri, mampu presifitasi
sedemikian rupa menggunakan tehnik - Observasi reaksi non verbal
(international associotion non farmokologi untuk dan ketidaknyamanan
for the study of pain ) : mengurangi nyeri, - Gunakan tehnik komunikasi
awitan yang tiba-tiba atau mencari bantuan,) terapeutik untuk mengetahui
lambat dariintensitasringan Melaporkan bahwa pengalaman nyeri pasien
hingga berat dengan akhir nyeri berkurang dengan - Kaji kultur yang
yang dapat di antisipasi atau menggunakan mempengaruhi respon nyeri
di prediksi dan berlang < 6 manajemen nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri
bln. Mampu mengenali masa lampau
Batasan karakteristik : nyeri ( skala, intensitas, - Evaluasi bersama pasien dan
Perubahan selera makan frekuensi dan tanda tim kesehatan lain tentang
Perubahan tekanan nyeri,) ketidakefektifan kontrol nyeri
darah Menyatakan rasa masa lampau
Perubahan frekuensi nyaman setelah nyeri - Bantu pasien dan keluarga
jantung berkurang untuk mencapai dan
Perubahan frekuensi menemukan dukungan
pernapasan - Kontrol lingkungan yang dapat
Laporan isyarat mempengaruhi nyeri seperti
Perilaku distraksi suhu ruangan, pencahayaan
( misalnya berjalan dan kebisingan
mondar mandir mencari - Kurangi faktor presipitasi nyeri
orang lain dan atau - Pilih dan lakukan penangana
nyeri ( farmakologi, non
aktivits lain, aktivitas farmokologi dan interpersonal)
yang berulang - Kaji tipe dan sumber nyeri
Mengeoresikan prilaku untuk menentukan intervensi
( misalnya gelisah, - Ajarkan tentang tehnik non
merengek, menangis) farmokologi
Masker wajah, mata - Berikan analgetik untuk
kurang bercahaya, mengurangi nyeri
tampak kacau, gerakan - Evaluasi ke efektifan kontrol
mata berpencar, atau nyeri
tetap pada satu fokus - Tingkatkan istirahat
meringis - Kolaborasikan dengan dokter
Sikap melindungi area jika ada keluhan dan tindakan
nyeri nyeri yang tidak berhasil
Perubahan posisi untuk - Monitor penerimaan pasien
menghindari nyeri tentang manajemen nyeri
Sikap tubuh melindungi Analgesik administration
Melaporkan nyeri - Tentukan lokasi, karakteristik,
secara verbal kualitas dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Gangguan tidur
- Cek instruksi dokter tentang
Faktor yang
jenis obat, dosis dan frekuensi
menghubungkan :
- Cek riwayat alergi
Agen cedera ( misalnya
- Pilih analgesik yang di
biologis , zat kimia,
perlukan atau atau kombinasi
fisik, psikologis
dari analgesik ketika
pemberian dari satu,
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
- Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal,
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektifitas analgesik,
tanda dan gejala

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prosedur manajemen bencana adalah penanganan bencana yang memuat


mengenai tata cara penanganan, tugas dan tanggung jawab, sistem komunikasi,
sumber daya yang di perlukan, prosedur pelaporan, dan lainnya. Prosedur manajemen
bencana ini harus di siapkan dan di tetapkan untuk setiap tingkat organisasi baik di
tingkat insiden, darurat,maupun level korporat, yang mencakup aspek taktis aspek
dan aspek strategis.

Prosedur manajemen bencana harus di syahkan dan di tetapkan oleh


manajemen tertinggi dalam organisasi, misalnya kepala daerah , pimpinan perusahaan
atau organisasi.

Manajemen bencana pada dasarnya dapat di bagi atas tiga tingkatan yaitu pada
tingakat lokasi, tingkat unit, atau daerah dan tingkat nasional atau koporat. Untuk
tingkat lokasi disebut manajemen insiden ( insident managemen ), pada tingkat
daerah atau unit di sebut manajemen darurat ( emergency manajemen) dan pada
tingkat yang lebih tinggi di sebut manajemen krisis (crissis management).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (smeltzer,
suzanna,2002 ).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dri sumber panas ke tubuh
melalui kondukso atau radiasi elektromagnetik.
Resiko terjadinya bencana kebakaran dapat menimbulkan masalah fisik yang
kemungkinan diakibatkan oleh bahan kimia, termis, radiasi, ataupun listrik.

B. Saran
1. Di harapkan mahasiswa mengetahui prosedur manajemen bencana.
2. Di harapkan mahasiswa atau pembaca agar waspada dan siaga menghadapi
setiap kemungkinan bencana yang bakal terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.3.Ed.8. Jakarta
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda. Jilid 2. Jakarta
Ramli Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta
http/dokter gaul.com. khasiat minyak tawon untuk pengobatan luka.
Resiko bencana kebakaran
potensi menimbulkan masalah
fisik.
Pathway
Termis

Luka bakar derajat 1


Luka bakar derajat 2
Luka bakar derajat 3

Gangguan citra tubuh


Biologis Psikologis Defisiensi pengetahuan
Ansietas

Pada wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit

Kerusakan Di ruang tertutup


penguapan
mukosa Masalah keperawatan :

Keracunan gas Resiko infeksi


Oedema laring Peningkatan
Gangguan rasa nyaman
Masalah keperawatan pembuluh darah
Kerusakan integritas
CO mengikat HB
Obstruksi jalanKetidak seimbangan kulit
Kekurangan volume cairan
Ketidakefektifan HB tidak
nafas nutrisi kurangdari
Resiko kemampu
tidakefektifan Gangguan perfusi
Cairan
Tekanan
Ekstravasasi
Laju organ
intra
onkotik
cairan
metabolisme Hipovolemia
Gangguan
Gangguan &
sirkulasi
sirkulasi
jalan nafas
Gagal nafas menngikat O2 glukogenolisis penting
vaskular menurun Gangguan perfusi
kebutuhan jaringan otak
Hipoxia otak menurun
(H2o2,elektrolit
meningkat hemokonsentrasi
makro

You might also like