You are on page 1of 40

PRESENTASI KASUS

DISLIPIDEMIA PADA LAKI-LAKI USIA LANJUT DENGAN


KESULITAN MERUBAH POLA MAKAN YANG KURANG SEHAT

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh
Manarul Ulfah
NIM : 20110310169

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN HIPERTENSI STAGE I, DAN


OBESITAS I PADA LAKI-LAKI LANSIA DENGAN KESULITAN
MERUBAH POLA MAKAN YANG TIDAK SEHAT

i
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu KedokteranKeluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

MANARUL ULFAH
NIM : 20110310169

Telah dipresentasikan pada tanggal 10 Agustus 2016

Dokter Pembimbing Fakultas Dokter Pembimbing Puskesmas

dr. Oryzati Hilman Agrimon, dr. Desy Kurniawati


M.Sc.CMFM,Ph.D

Mengetahui
Kepala Puskesmas Wirobrajan

dr. Iva Kusdyarini

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang
Maha Esa, yang telah memberikan hidayah dan anugerah-Nya sehingga presentasi
kasus dengan judul DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN HIPERTENSI
STAGE I, DAN OBESITAS GRADE I PADA LAKI-LAKI LANSIA
DENGAN KESULITAN MERUBAH POLA MAKAN YANG TIDAK
SEHAT ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga serta para sahabat, tabiin, tabiit
tabiin dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Presentasi kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti


ujian kepaniteraan Ilmu Kedokteran keluargaFakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Puskesmas Wirobrajan.
Pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah berperan serta dalam membantu penyelesaian presentasi kasus
sekaligus laporan home visit ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. dr. Oryzati Hilman Agrimon, M.Sc.CMFM,Ph.D. selaku dokter pembimbing
fakultas kedokteran yang telah memberikan banyak masukan dan
pertimbangan guna menyempurnakan penulisan presentasi kasus ini
4. dr. Desy Kurniawati selaku dokter pembimbing Puskesmas yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan
5. dr.Iva Kusdyarini sebagai Kepala Puskesmas Wirobrajan.
6. Seluruh karyawan Puskesmas Wirobrajan yang telah membantu kelancaran
home visit kasus ini
7. Pasien Tn.S. yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan waktunya
untuk home visite

iii
8. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian presentasi
kasus ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih belum
sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar
dikemudian hari penulis dapat mempersembahkan suatu hasil yang lebih baik.
Akhir kata, penulis mengharapkan presentasi kasus ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu
kedokteran.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Agustus 2016
Penyusun

Manarul Ulfah

iv
DAFTAR ISI

Error: Reference source not found7

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Anamnesis Illness.....................................................................................7


Tabel 2 Penilaian Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat...........................8
Tabel 3 Pemeriksaan Ekstremitas..........................................................................11
Tabel 4 Monitoring Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah dan tekanan Darah.....11
Tabel 5 Family APGAR........................................................................................14
Tabel 6 Family SCREEM.....................................................................................15
Tabel 7 Family Life Line......................................................................................16
Tabel 8 Obat Hiperglikemi Oral dan Insulin........................................................25
Tabel 9 Kriteria Pengendalian DM......................................................................28
Tabel 10 Modifikasi gaya Hidup dalam penanganan Hipertensi.........................29
Tabel 11 Jenis Antihipertensi Oral.......................................................................36

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah Rumah Pasien............................................................................6


Gambar 2 Genogram..............................................................................................12
Gambar 3. Family Map..........................................................................................13
Gambar 4. Alogaitma Penegakan Diagnosis DM menuut PERKENI 2011...........24

viii
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.S
Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 13 Maret 1940
Umur : 76 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat :Wirobrajan WB II/174, Wirobrajan,
Yogyakarta
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan Pegawai Kantor Pos, Pedagang
Toko Sembako
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 2
Nomor Rekam Medis : 12295
Kunjungan Puskesmas : 04-08-2016
Kunjungan Rumah : 05-08-2016
Jaminan Kesehatan : BPJS

B. Autoanamnesis
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh kesulitan merubah pola makan yang tidak sehat
semenjak menderita Kencing Manis.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas untuk kontrol rutin Diabetes Mellitus dan
Hipertensi. Pasien merupakan pasien yang datang secara rutin setiap 2
minggu ke Puskesmas Wirobrajan untuk mengontrol penyakit
Diabetesnya. Saat ini keluhan pasien adalah kesulitan merubah pola
makannya yang tidak sehat. Selama 20 tahun menderita Diabetes Mellitus
pasien tidak menerapkan pola makan dengan DM. Pasien mengaku makan
seperti biasa layaknya orang sehat dengan porsi besar dan tanpa
memantang makanan apapun. Selain itu, pasien juga gemar ngemil tanpa
memperhatikan waktu makan.
Meski sudah 20 tahun menderita Diabetes Mellitus, namun saat ini pasien
tidak mengeluhkan gejala-gejala yang berhubungan dengan Diabetes
Mellitus beserta komplikasinya. Keluhan seperti telapak kaki terasa tebal,

1
kesumutan, pandangan mata kabur, dan luka sulit sembuh semuanya
disangkal.
Pasien mengetahui dirinya menderita DM saat pemeriksaan GCU kantor
pada tahun 1995. Saat itu pasien belum mengeluhkan gejala apapun. Pada
tahun 1998 pasien merasa dirinya sering lemes, sering haus, sering BAK,
dan sering merasa lapar. Selain itu pasien juga mengeluh sering
mengantuk dan pandangan kabur. Kemudian pasien periksa ke Dokter.
Dilakukan pemeriksaan kadar gula darah dengan hasil 350. Akhirnya
pasien didiagnosis DM. Mulai saat itu pasien rutin kontrol di Puskesmas
untuk penanganan penyakitnya.
Tekanan darah mulai naik sekitar 1 bulan terakhir. Pasien tidak
mengeluhkan gejala apapun yang berhubungan dengan hipertensi. Pasien
mengetahui tekanan darahnya meningkat saat kontrol DM ke Puskesmas.
Pasien diberikan pengobatan anti hipertensi dari Puskesmas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat Stroke : Disangkal
Riwayat Sakit Jantung : Disangkal
Riwayat Sakit Ginjal : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Operasi dan Dirawat di rumah sakit: Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Diabetes :
Saudara kandung kedua (adik nomor 1)
Riwayat SakitJantung : Disangkal
Riwayat Stroke : Disangkal
Riwayat Sakit Ginjal : Disangkal

5. Riwayat Personal Sosial Lingkungan (RPSL)


- Pendidikan
Pasien bersekolah hingga kelas 2 Sekolah Menengah Atas, kemudian
pasien berhenti sekolah karena saat itu keluarganya tidak mempunyai
biaya yang cukup untuk sekolah.

2
- Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pada tahun 1968 dan pernikahan ini merupakan
pernikahan yang pertama. Dari pernikahan ini pasien dikaruniai 4 orang
anak

- Riwayat Sosial
Pasien tinggal hanya berdua dengan istrinya. Hubungan pasien dengan
istrinya terjalin dengan baik. Mereka bersama-sama menjalankan bisnis
toko sembakonya. Semua anak-anak pasien tidak tinggal di rumah
pasien, mereka sudah berkeluarga dan tinggal bersama pasangan
masing-masing. Meskipun demikian anak-anak pasien sering
mengunjungi pasien.
Hubungan dengan keluarga besar terjalin dengan baik, meskipun dalam
keluarga besar terjadi perbedaan agama seperti adik pasien ada yang
beragama Kristen, Islam, dan juga Kejawen, Namun komunikasi tetap
berjalan dengan baik dan tak pernah menyinggung masalah keagamaan.
Hubungan psien dengan tetagga sekitar berjalan dengan baik. Dahulu
pasien pernah menjadi ketua RW.
Pasien masih aktif berkumpul dalam komunitas kesenian Jawa seperti
Gamelan, tari dan pasien juga mengikuti kelompok olahraga Catur.
Dalam hubungan dengan teman-temannya pasien tergolong mudah
berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan baik.

- Riwayat Pekerjaan
Dahulu pasien bekerja sebagai pegawai Kantor Pos namun
sudah pensiun sejak tahun 1998. Setelah pensiun pasien membuka
usaha toko sembako bersama istrinya.
Untuk kebutuhan sehari-hari pasien mengandalkan
pendapatannya dari gaji pensiunan pegawai Kantor Pos sekitar Rp
1.500.000 dan hasil pendapatan dari toko sembako miliknya sekitar
Rp.4.000.000. Dari hasil ini pasien beranggapan bahwa pendapatannya
cukup untuk biaya hidup berdua dengan istrinya. Semua anak-anak
pasien sudah bekerja dan berpenghasilan.

3
- Lingkungan Tempat Tinggal
Lokasi Rumah
Rumah terletak di Wirobrajan WB II/174, Wirobrajan, Yogyakarta.
Rumah pasien berada di tepi jalan kecil yang termasuk kawasan
padat penduduk, jarak antar rumah berdekatan.
Kondisi Rumah
Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran sekitar 10m x 8m.
Rumah merupakan kepemilikan sendiri. Rumah terdiri dari 2 lantai.
Rumah berdinding tembok, berlantai keramik, beratap genteng yang
terdiri dari ruang tamu, ruang tengah, kamar tidur, dapur, kamar
mandi, dan tempat mencuci baju. Kondisi rumah cukup bersih dan
rapi dengan ventilasi dan penerangan cukup baik. Rumah tidak
memiliki halaman, Pintu utama langsung berhadapan dengan jalan
kecil.
Ruang Rumah
Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu 1 ruang tamu, 1 ruang
tengah, 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 ruang makan, dan 1 kamar mandi.
Pencahayaan
Cahaya yang masuk ke seluruh ruangan rumah cukup baik dengan
jendela dan ventilasi memadai.
Kebersihan
Ruangan rumah tampak bersih, tidak berdebu, barang dan perabot
rumah tangga tertata rapi.
Kepadatan
Tiap ruangan dalam rumah cukup luas. Pasien hanya tinggal berdua
dengan istrinya sehingga rumah pasien tergolong luas.

Sanitasi dasar
a. Persediaan air bersih: Sumber air minum, memasak, mandi dan
mencuci berasal dari air sanyo sumur.
b. Jamban keluarga: Memiliki jamban keluarga di dalam rumah.
c. Sarana pembuangan air limbah: Limbah kamar mandi dan dapur
dialirkan ke dalam saluran menuju selokan bagian belakang
rumah. Septic tank berada pada bagian belakang rumah. Jarak
septic tank jengan sumur kurang lebih 10 meter.

4
d. Tempat pembuangan sampah: Terdapat tempat pembuangan
sampah di depan rumah. Sampah akan diambil secara rutin oleh
petugas kebersihan.
e. Halaman: Rumah tidak memeiliki halaman, dan pintu utama
langsung berhadapan dengan jalan kecil.

Gambar 1. Denah Rumah

- Gaya Hidup
o Pola Makan
Meski sudah sekitar 20 tahun menderita DM namun pasien
tidakpernah mengatur pola makan sesuai Diit DM. Pasien selalu
makan dalam porsi yang besar dan tidak pernah memantang
makanan. Pasien makan 3x dalam sehari. Pasien gemar makan buah
dan sayur, maka dari itu pasien selalu makan sayur dalam porsi

5
besar.Pasien gemar makan gorengan. Pasien gemar ngemil tanpa
memperhatikan waktu. Pasien banyak minum air putih. Pasien
adalah seseorang yang gemar mengkonsumsi kopi. Pasien
menegtahui gaya hidup dari pola makannya kurang baik, namun
pasien merasa kesulitan merubah gaya hidupnya karena keinginan
makannya.

o Olahraga
Pasien rutin olahraga berupa jalan santai di lingkungan sekitar
hampir setiap pagi.
o Istirahat
Waktu tidur pasien sekitar kurang lebih 6 8 jam. Biasanya pasien
dapat tidur nyenyak.
o Kebiasaan
Pasien tidak merokok dan mengonsumsi alkohol. Dahulu pasien
pernah merokok namun sejak tahun 1994 pasien berhenti merokok
atas kemauan sendiri ats dasar menyayangkan uang gajinya jika
untuk membeli rokok. Pasien pernah minum alkohol namun tidak
mengkonsumsinya secara rutin, hanya kada-kadang jika mendapat
jamuan.

6. Anamnesis Illness
Illness merupakan keaadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang
didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari empat
komponen berupa perasaan, ide/pemikiran, dan harapan pasien terhadap
penyakit yang ia alami, serta efek penyakit terhadap fungsi/kehidupan
sehari-hari pasien. Berikut adalah illness Tn.S:

Tabel 1. Anamnesis Illness


No Komponen Pasien
1. Perasaan Saat pasien mengetahui dirinya terkena DM dan
hipertensi, ia merasa mengapa dapat terkena
penyakit tersebut, padahal orang tua pasien bukan
penderita DM dan hipertensi.
Awalnya pasien tidak percaya dengan hasil
pengukuran kadar gula darah dan tekanan darah

6
yang tinggi karena pada awalnya pasien tidak
merasakan gejala apapun. Namun setelah muncul
gejala, dan periksa ulang pasien dapat menerima
jika dirinya menderita DM dan Hipertensi.

2 Ide/Pemikiran Pasien merasa bahwa DM dan hipertensi yang


dideritanya merupakan penyakit akibat gaya
hidupnya yang kurang baik seperti terlalu banyak
makan dan minum kopi. Pasien menegtahui gaya
hidup dari pola makannya kurang baik, namun
pasien merasa kesulitan merubah gaya hidupnya
karena keinginan makannya.
DM dan Hipertensi tidak dapat sembuh namun
dapat dikontrol jika pasien kontrol secara rutin.

3 Harapan Pasien menginginkan agar tetap menjalani


hidupnya dengan baik meskipun menderita DM
dan hipertensi.
4 Efek Terhadap Pasien tidak merasa terganggu aktivitasnya karena
Fungsi penyakit DM dan hipertensi yang dideritanya. Hal
ini dikarenakan pasien sudah pensiun dan
aktivitasnya lebih fleksibel.

7. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Tabel 2. Penilaian Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Indikator / Pertanyaan Jawaban


No.

1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2 Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan

3 Menimbang berat badan balita setiap bulan

4 Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan Ya

5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Ya

7
6 Menggunakan jamban sehat Ya

Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah dan


7 Ya
lingkungannya sekali seminggu

8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Ya

9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Ya

10 Tidak Merokok Ya

Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, rumah tangga pasien


tergolong keluarga berperilaku hidup bersih dan sehat.

8. Review Sistem
a. Sistem saraf pusat : Nyeri kepala (-), tidak ada keluhan
b. Sistem saraf perifer : Kesemutan(-),tidak ada keluhan
c. Sistem kardiovaskular : Nyeri dada (-), tidak ada keluhan
d. Sistem respirasi : Sesak nafas (-), tidak ada keluhan
e. Sistem gastrointestinal : Mual (-), tidak ada keluhan
f. Sistem urinary : BAK nyeri (-), tidak ada keluhan
g. Sistem muskuloskeletal : Badan nyeri (-),tidak ada keluhan.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran&Kesan Umum : Compos Mentis, Baik.
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit, regular, isi, dan tegangan cukup
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 22 x/menit
3. Antropometri
Tinggi Badan : 169cm
Berat Badan : 78 kg
IMT : 27,36kg/m2
Status Gizi : Obesitas I (WHO, Asia Pasifik 2000)
4. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : Simetri, mesosefal
Rambut : Bergelombang, warna hitam, sebagian
besar sudah beruban
5. Pemeriksaan Mata
Palpebra : Edema (-/-)
Konjungtiva :Anemis(-/-), hiperemis (-/-)
Sklera : Ikterik(-/-)
Pupil : Reflek cahaya(+/+), isokor (2mm/2mm)

8
6. Pemeriksaan Hidung : Secret (-/-), epitaksis (-/-)
7. Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
8. Pemeriksaan Leher
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Kelenjar Inn : Tidak membesar, nyeri (-)
JVP : Tidak meningkat
9. Pemeriksaan Dada
Pulmo:
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), deformitas (-),
retraksi (-)
Palpasi : Simetris, nyeri tekan (-), vokal fremitus normal
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V
Perkusi : Batas jantung kanan atas: SIC II parasternal
dextra. Kanan bawah: SIC IV parasternal dextra. Kiri atas: SIC II
parasternal sinistra. Kiri bawah: SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
10. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, massa
(-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut
11. Pemeriksaan Ekstremitas

Tabel 3.Pemeriksaan Ekstremitas


Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Edema - - - -
Akral Hangat Hangat Hangat Hangat
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tremor - - - -
Pulsatil Normal Normal Normal Normal
Nadi Reguler Reguler Reguler Reguler

D. Monitoring Tekanan Darah dan Kadar Glukosa Darah

9
Pengukuran pada Februari Juli 2016 :

Tabel4. Monitoring Hasil Gula Darah dan Tekanan Darah


GDS Tekanan Darah
2/5/2016 196 130/80
5/6/2016 230 130/80
4/7/2016 225 140/90
2/8/2016 230 150/90
4/8/2016 150/90
5/8/2016 140/90

10
E. Perangkat Penilaian Keluarga
Berikut ini adalah perangkat keluarga yang terdiri atas family
genogram, family map, family life cycle, family life line, family APGAR,
family SCREEM.

1. Genogram

Gambar 2. Genogram

12
2. Bentuk Keluarga
Nuclear Family
3. Family Map

Gambar 3. Family Map

4. Family Life Cycle

13
Keluarga ini adalah families in later life karena telah terjadi regenerasi dan
pertukaran peran dari pasangan yang tua ke pasangan dewasa (Cater &
McGoldick,1989).

5. Family APGAR
Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat atau
tidaknya suatu keluarga dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat
kesehatan keluarga.

Respon
Hampir
Hampir
Kriteria Pertanyaan Kadang tidak
selalu
(1) pernah
(2)
(0)
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah
Adaptasi
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya
Saya puas dengan keluarga saya karena
Kemitraan dapat membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya hadapi
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
Pertumbuhan
mengembangkan kemampuan yang saya
miliki
Saya puas dengan kehangatan / kasih
Kasih sayang
sayang yang diberikan keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang disediakan
Kebersamaan
keluarga untuk menjalin kebersamaan
Total 8
8-10 = fungsi keluarga baik ( Highly functional family)
Klasifikasi 4-7 = fungsi keluarga kurang baik (Modeetely dysfunctional family)
0-3 = keluarga tidak fungsional (Severely dysfunctional family)
Berdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam keluarga
Kesimpulan
dengan fungsi keluarga baik.
Tabel 5. Family APGAR

6. Family SCREEM

Tabel 6. Family SCREEM


Aspek Sumber Daya Patologi

14
Social o Hubungan pasien dengan istri,
anak, cucu dan keluarga besar terjalin
baik.
o Hubungan dengan Tetangga dan
Tahun lingkungan
Usia sekitar baik.
Life Event/Crisis Severity of
o Hubungan dengan teman-teman Illness
dalam kelompok Seni Jawa dan
Permainan Catur terjalin baik.
1995 55 tahun Didiagnosis DM

1998 58 tahun Pensiun dari pekerjaannya

Cultural
1998 Pasien
58 tahunmenjunjungotinggi adat Jawa
Muncul yang
Gejala DM
ia wujudkan dengan aktif dalam
o Didiagnosis DM ulang
kelompok kesenian Jawa.
Tidak terpengaruhi oleh mitos kesehatan
Religious
2016 Pasien
76 tahun adalah sesorang yangHipertensi
Didiagnosis sangat Pasien tidak taat terhadap
toleransi dengan anggota keluarga yang syariat Agama Islam yang
beragama lain. dianutnya, pasien sekarang
lebih memilih agama adat.

o Kebutuhan materiil pasien tercukupi -


dari uang gaji pensiunan pegawai
kantor pos dan toko sembako yang ia
Economy miliki.
o Semua anak pasien sudah bekerja dan
berpenghasilan

Pasien berpendidikan cukup. Dari


pendidikan tersebut pasien mudah
Education
memahami keadaan penyakitnya.

o Pasien memiliki jaminan kesehatan Kesulitan merubah pola


BPJS mandiri makan yang tidak sehat.
Medical
o Akses ke puskesmas mudah
o

7. Family Life Line


Tabel 7. Family Life Line

F. Diagnosis Banding
Diabetes Mellitus tipe II

15
Toleransi Glukosa terganggu
Hipertensi Stage I
Pre-Hipertensi Stage
Obesitas I

G. Diagnosis Kerja
Diabetes Melitus Tipe II, Hipertensi Stage I, Obesitas I

H. Diagnosis Psikososial
Kesulitan Merubah Pola Makan yang TidakSehat

I. Diagnosis Holistik
Diabetes Melitus Tipe II Tak Terkendali Dengan Hipertensi Stage I, dan
Obesitas Grade I pada Laki-laki Usia Lanjut dengan Kesulitan Merubah Pola
Makan yang Tidak Sehat

J. Manajemen Komprehensif

1. Promotif
Edukasi kepada pasien dan minimal 1 anggota keluarga yang tinggal
berdekatan atau tetangga dekat pasien mengenai:
a. Gambaran hipertensi dan diabetes melitus sebagai penyakit kronis
yang dapat dikendalikan. Ditekankan bahwa DM dan hipertensi tidak
dapat sembuh, namun dapat dikontrol
b. Gambaran penyebab, gejala, faktor risiko, komplikasi serta
penggelolaan DM, hipertensi dan obesitas.
c. Pentingnya modifikasi gaya hidup sehat berkesinambungan untuk
mengendalikan DM dan hipertensi, yaitu makanan gizi seimbang, aktifitas
fisik teratur, dan pola istirahat yang cukup
d. Pentingnya penurunan berat badan untuk pengelolaan DM,
hipertensi, dan obesitas yang dialami pasien
e. Pentingnya minum obat dan kontrol ke dokter sekaligus monitoring
kadar gula darah dan tekanan darah minimal sebulan sekali.
f. Pentingnya kontrol penyakitnya ke Fasilitas Kesehatan setiap 10 hari
atau 2 minggu.

16
g. Pentingnya monitor kadar gula darah minimal 1 bulan sekali, serta
monitor profil lipid dan HbA1c 3 bulan sekali.
h. Pentingnya menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
i. Pentingnya dukungan keluarga dalam pengelolaan penyakit pasien.

2. Preventif
Menerapkan pola makan dengan prinsip 3J untuk diit DM dan DASH
untuk hipertensi, dan obesitas. Mengatur pola makan dengan
memperbanyak konsumsi sayur dan buah, mengurangi asupan garam
hingga maksimal 2-6,5 gram/hari (satu sendok teh), menghindari
konsumsi makanan/minuman manis/pedas, mengurangi makanan
berminyak dan bersantan

Melakukan aktifitas fisik atau olahraga rutin selama 30 menit hampir


setiap hari (3-5x/minggu). Lebih baik bila diikuti senam kaki
diabetes setiap pagi
Istirahat cukup minimal 6-8 jam/hari.
Melakukan manajemen stres yang baik.
Konsultasi dengan ahli gizi untuk pengelolan makanan terkait dengan
DM, hipertensi, dan obesitas pasien, terutama mengenai diet DASH
(Dietary Approach to Stop Hypertension) dan 3J (Jenis, Jadwal,
Jumlah)
Melakukan monitoring gula darah dan tekanan darah sebulan sekali
disertai minum obat teratur.
Screening anggota keluarga untuk penyakit hipertensi dan diabetes
mellitus.

3. Kuratif
a. Pengobatan DM tipe II dengan kombinasi 2 OHO, yaitu Metformin
500 mg diminum 2 x 1 setelah makan pada siang dan sore hari serta
Glibenclamid diminum 1 x 1 sebelum makan di pagi hari
b. Pengobatan hipertensi stage II dengan antihipertensi Amlodipin 5 mg
diminum 1 x 1 saat malam.

R/ Metformin tab mg 500 No. XXVIII


S 2 dd tab I p.c (siang dan sore)
R/ Glibenclamid tab No. XIV
S 1 dd tab I a.c (pagi)

17
R/ Amlodipin tab mg 5 No. XIV
S 1 dd tab I (malam)

4. Rehabilitatif
Pada pasien ini belum memerlukan terapi rehabilitatif

5. Paliatif
Pada pasien ini belum memerlukan terapi paliatif

18
BAB II
ANALISA KASUS

A. Analisa Kasus
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah Diabetes Mellitus (DM) tipe II
terkontol, hipertensi stage II, dan obesitas I. Diagnosis dibuat berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien didiagnosis
awal mengalami DM pada tahun 1995 dan didagnosis hipertensi pada tahun
2016, pasien rutin kontrol di Puskesmas Wirobrajan setia 2 minggu sekali.
Diagnosa DM tegak berdasarkan kriteria PERKENI (2011) dengan
adanya tiga gejala klasik DM (polidipsi, polifagi, poliuri) dengan GDS pasien
tahun 1995 yaitu 200 mg/dl. Dan diulang pada tahun 1998 dengan GDS pasien
350mg/dl. Penggolongan hipertensi pasien sesuai dengan Joint National
Committee VII, yaitu tekanan darah sistolik 140mmHg atau tekanan darah
diastolic 90mmHg digolongkan sebagai Hipertensi stage I. Sedangkan indeks
massa tubuh pasien 27,36 kg/m2 (25-29,9) termasuk golongan obesitas I
(WHO Asia Pasifik, 2000).
Semenjak terdiagnosis DM selama kurang lebih 20 tahun, pasien ini
tidak melakukan perubahan gaya hidup. Pasien tidak menerapkan pola diit
DM dan Hipertensi. Pasien makan seperti biasa yaitu dengan porsi banyak
dan suka makan camilan tanpa memperhatikan waktu. Pasien sesekali pernah
mencoba merubah gaya hidup dengan mengatur pola makan namun selalu
tidak berhasil karena pasien selalu memiliki nafsu makan yang tinggi. Namun
pasien selalu rutin olah raga yaitu jalan santai setiap pagi di sekitar lingkungan
tempat tinggalnya.
Pasien menjalani kontrol rutin setiap 2 minggu sekali di Puskesmas
untuk mengontrol DM dan hipertensinya. Pasien mendapatkan terapi
farmakologi yaitu menggunakan 2 OHO dan 1 obat antihipertensi. Obat
hipoglikemik oral pasien adalah Metformin 500 mg sebagai penambah
sensitivitas insulin dan penghambat gluconeogenesis, serta Glibenclamid
yang merupakan turunan Sulfonil Urea sebagai insulin secretagogue.

19
Hipertensi stage I pasien diterapi dengan Amlodipin 5 mg merupakan
golongan Calcium Channel Blocker (CCB). Efek samping pemberian
Amlodipin pada malam hari berupa edema perifer juga harus diawasi
meskipun selama 4 bulan pemberian , efek samping tersebut tidak muncul.
Dari perangkat penilaian keluarga family SCREEM, pasien memiliki
sumber daya yang cukup kuat tanpa kondisi patologis dari komponen sosial,
kultural, ekonomi, edukasi. Dari sisi ekonomi, pasien beranggapan
pendapatannya setiap bulan dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain
itu, sumber daya kesehatan berupa jaminan kesehatan BPJS dan akses yang
mudah menuju puskesmas harus dimanfaatkan untuk melakukan pemantauan
dan kontrol diabetes mellitus dan hipertensi secara rutin. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) yang telah dilakukan juga harus selalu dijaga.
Dari segi psikososial, pasien memiliki masalah berupa kesulitan
memperbaiki pola makan yang tidak sehat. Selama 20 tahun menderita
Diabetes Mellitus pasien tidak menerapkan pola makan dengan diit DM.
Dahulu sesekali pasien pernah mencoba untuk menerapkan pola makan sehat
sesuai dengan diit DM, namun usaha tersebut tidak pernah berhasil dan hanya
bertahan 1 hingga 2 hari. Kendala pasien untuk merubah pola makannya yang
tidak sehat ini dikarenakan pasien tidak dapat mengendalikan nafsu makannya
yang terlalu besar. Permasalahan psikososial ini dapat diatasi dengan
menerapkan manajemen komprehensif seperti yang telah dijabarkan pada
BAB I khususnya preventif berupa konseling 5A. Setelah dilakukan konseling
5A pasien mulai mendapatkan solusi dari permasalahannya. Pasien ingin
mencoba menerapkan pola makan sehat dengan diit DM secara berkala. Pasien
ingin mulai mencoba menerapkan diit DM 1 hari, kemudian minggu
berikutnya 2 hari, 3 hari, kemudian 1 minggu, 1 bulan, hingga pasien dapat
menerapkan pola makan sehat secara terus-menerus.
Pada pasien ini dilakukan manajemen komprehensif mulai dari
promotif, preventif, serta kuratif. Manajemen promotif dan preventif sekunder
ini bertujuan agar pasien yang sudah menderita Diabetes Mellitus dan
Hipertensi tidak mengalami komplikasi dari penyakitnya. Selain itu pasien ini
juga membutuhkan saran untuk pemeriksaan screening komplikasi Diabetes

20
Mellitus, seperti halnya pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya
komplikasi Retinopati Diabetikum dan pemeriksaan fungsi ginjal untuk
menegetahui adanya komplikasi berupa gagal ginjal. Untuk manajemen
kuratif pada pasien ini diberikan pengobatan farmakologi yang diminum oleh
pasien secara rutin setiap harinya. Untuk manajemen rehabilitatif dan paliatif
pada pasien ini belum dibutuhkan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DIABETES MELITUS
1. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe II
Penatalaksanaan DM tipe II di Indonesia menggunakan pendekatan
4 pilar penatalaksanaan diabetes melitus sesuai konsensus penatalaksanaan

21
diabetes melitus PERKENI tahun 2011. Ke-4 pilar penatalaksanaan
diabetes melitus meliputi:
a. Edukasi, berupa edukasi perbaikan gaya hidup sehingga memiliki
perilaku sehat penyandang diabetes yaitu pola makan sehat,
kegiatan jasmani, penggunaan obat diabetes dan obat-obat pada
keadaan khusus secara aman dan teratur, pemantauan glukosa
darah mandiri (PGDM), perawatan kaki secara berkala, mengenal
dan menghadapi sakit akut dengan tepat, ketrampilan mengatasi
masalah sederhana dengan kelompok penyandang diabetes, serta
emanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
b. Terapi Gizi Medis (TGM), berupa keteraturan dalam hal jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Karbohidrat, tidak boleh lebih dari 55-65% dari total
kebutuhan energi dalam sehari, atau tidak boleh lebih dari
70%jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak
jenuh rantai tunggal
Protein, 10-15% dari total kalori per hari
Lemak, lemak jenuh maksimal 10 % dari total kebutuhan
kalori per hari, asam lemak tidak jenuh rantai panjang
maksimal 10% dari asupan kalori per hari
Serat, sekitar 25 g/1000 kkal/hari
Penyesuaian kebutuhan kalori sesuai perhitungan kalori
basal 25-30 kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi
faktor jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan
Menerapkan pola makan 3J yaitu jumlah kalori yang sesuai
dengan kebutuhan kalori. Jadwal makan teratur 5-6 kali/hari
(3 kali makan besar, 2-3 kali makan kecil, dengan selang
waktu 2-3 jam). Jenis makanan yang perlu diperhatikan
disini adalah makanan yang sehat seperti yang indeks
glikemiknya rendah, tinggi serat, protein dan lemak tak
jenuh.

22
c. Latihan jasmani yang bersifat aerobik (jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang) disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani
d. Intervensi farmakologis jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
mengunakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO). Berdasarkan cara
kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonylurea
dan glinid
Penambah sensitivitas insulin: metformin, tiazolidindion
(rosiglitazon dan pioglitazon)
Penghambat glukoneogenesis: metformin
Penghambat glukosidase alfa (acarbose)
e. Insulin, jika terjadi:
Penurunan berat badan cepat
Hiperglikemia berat disertai ketosis
Ketoasidosis diabetic
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional

Tabel 8. Obat hipoglikemik oral dan insulin terhadap penurunan HbA1c

23
24
Gambar 4. Algoritma farmakoterapi DM menurut PERKENI 2011

Dapat dilihat bahwa monoterapi diubah menjadi kombinasi 2 obat ketika


terjadi kegagalan atau kendali glukosa darah belum mencapai target. OHO
yang dapat dikombinasikan yaitu:
Golongan penambah sensitivitas insulin/biguanid, yaitu
Metformin, Tiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon)
Golongan insulin secretagogue: Sulfonil urea, Glinid
Golongan DPP IV-inhibitor

2. Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus Tipe II


a. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
Untuk menilai hasil terapi DM, hal yang paling mudah dilakukan
adalah dengan memantau kadar glukosa darah. Untuk memantau
kadar glukosa darah dapat dipakai darah kapiler. Waktu pemeriksaan
PGDM bervariasi, tergantung pada tujuan pemeriksaan yang pada
umumnya terkait dengan terapi yang diberikan. Waktu yang dianjurkan
adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah makan (menilai

25
ekskursi maksimal glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai
risiko hipoglikemia), dan di antara siklus tidur(untuk menilai adanya
hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa gejala),atau ketika
mengalami gejala seperti hypoglycemic spells(PERKENI,2011).
b. Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus
Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan
pengendalian DM yang baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes
terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang
diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang
diharapkan. Untuk usia > 60 tahun dengan komplikasi kadar glukosa
daah bisa lebih tinggi (puaa 100-125 mg/dl) dan sesudah makan 145-
180 mg/dl. Demikian pula status gizi dan tekanan darah.

Tabel 9. Kriteria pengendalian DM

B. HIPERTENSI
1. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari modifikasi gaya hidup dan terapi
farmakologi(Permenkes No 5 tahun 2014).
a. Gaya Hidup
Berdasarkan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension),
perencanaan diet yang dilakukan berupa makanan yang tinggi kalium
dan kalsium, rendah natrium, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Modifikasi gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah, mempertinggi
khasiat obat antihipertensi, dan menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler.

26
Pola diet DASH merupakan pola diet yang menekankan pada konsumsi
bahan makanan rendah natrium (<2300 mg/hari), tinggi kalium (4700
mg/hari), magnesium (>420 mg/hari), kalsium(>1000 mg/hari), dan
serat (25 30 g/hari) serta rendah asam lemak jenuh dan kolesterol
(<200 mg/hari) yang banyak terdapat pada buah - buahan, kacang-
kacangan, sayuran, ikan, daging tanpa lemak, susu rendah lemak, dan
bahan makanan dengan total lemak dan lemak jenuh yang rendah.
Bahan makanan yang terdapat dalam pola diet DASH merupakan bahan
makanan segar dan alami tanpa melalui proses pengolahan industri
terlebih dahulu sehingga memilki kadar natrium yang relatif rendah.
JNC (Joint National Committee on Prevention,Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure) VII tahun 2003 telah
mengesahkan pola diet DASH sebagai salah satu upaya dalam
mencegah peningkatan tekanan darah pada subjek hipertensi.16 Pola
diet DASH yang terdiri dari konsumsi bahan makanan diatas terbukti
secara klinis menurunkan tekanan darah secara signifikan dengan atau
tanpa pengurangan asupan natrium.13,14 Bahan makanan yang terdapat
dalam pola diet DASH adalah produk serealia dan biji-bijian sebanyak
7- penukar per hari, sayuran sebanyak 4-5 penukar per hari, buah-
buahan 4-5 penukar per hari, produk susu rendah atau tanpa lemak 2-3
penukar per hari, ikan, daging ebih dari 2 penukar per hari, kacang-
kacangan 4-5 penukar per minggu, minyak 2-3 penukar dalam sehari
dan pemanis 5 penukar per. minggu

Tabel 10. Modifikasi gaya hidup dalam penanganan hipertensi


Modifikasi Rekomendasi Perkiraan
Penurunan
Tekanan Darah
Sistolik (Skala)
Menurunkan Memelihara berat 5-20 mmHg/10
berat badan badan normal kg penurunan

27
(Indeks Massa Tubuh BB
18.524.9 kg/m2).
Melakukan pola diet Mengkonsumsi 8 14 mmHg
berdasarkan DASH makanan yang kaya
dengan buah-buahan,
sayuran, produk
makanan yang rendah
lemak, dengan kadar
lemak total dan
saturasi yang rendah.
Diet rendah natrium Menurunkan intake 2-8 mmHg
garam sebesar 2-8
mmHg tidak lebih dari
100 mmol per-hari
(2.4 gr Natrium atau 6
gr garam).
Olahraga Melakukan kegiatan 4 9 mmHg
aerobik fisik secara
teratur, seperti jalan
cepat (paling tidak 30
menit per-hari, setiap
hari dalam seminggu).
Membatasi Membatasi konsumsi 3- 4 mmHg
penggunaan alcohol alkohol tidak lebih
dari 2 gelas ( 1 oz atau
30 ml ethanol;
misalnya 24 oz bir, 10
oz anggur, atau 3 0z
80 whiski) per-hari
pada sebagian besar
laki-laki dan tidak
lebih dari 1 gelas per-

28
hari pada wanita dan
laki-laki yang lebih
kurus.

b. Farmakologi
Berdasarkan ESH-ESC (2013) obat-obat antihipertensi antara lain :
1). Diuretik
Khasiat antihipertensi diuretik adalah berawal dari efeknya
meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan air, sehingga mengurangi
volume plasma dan cairan ekstrasel. Tekanan darah turun akibat
berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi perifer tidak berubah
pada awal terapi. Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume
cairan interstisial berakibat berkurangnya kekakuan dinding pembuluh
darah dan bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular.
Diuretik tiazid : Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars
asendens ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan.
Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros
kalium.
Loop diuretic : Lebih poten dibanding tiazid dan harus digunakan
dengan hati-hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat
mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau
ketat.
Diuretic Hemat Kalium : Meningkatkan ekskresi natrium dan air
sambil menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan
dengan diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan
kalium.
Diuretik Osmotik : Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau
absorpsi ion dalam ginjal.
2). ACE inhibitor (ACE-i)
Akibat penghambatan ACE secara kompetitif kadar angiotensin II baik
lokal maupun dalam sirkulasi menurun. Hormon-hormon simpatis

29
seperti noradrenalin dan adrenalin juga menurun. Efek golongan obat
ACE inhibitors adalah vasodilatasi, terutama arteri perifer. Vasodilatasi
juga terjadi pada arteri koroner. Pada pasien gagal jantung, ACE
inhibitors juga menyebabkan dilatasi vena. Vasodilatasi terjadi karena
meningkatnya kadar agen-agen vasodilator seperti bradikinin,
prostgalndin dan nitrit oksida, dan karena berkurangnya vasokonstriktor
seperti angiotensin II, noradrenalin, adrenalin dan vasopresin. Sebagai
akibat vasodilatasi tekanan darah sistemik turun, beban afterload
jantung berkurang, aliran darah ke organ-organ penting seperti jantung
dan ginjal meningkat.
3). Antagonis Kalsium (CCA)
Bekerja pada otot jantung dan otot polos vascular, berperan dalam
peristiwa kontraksi jantung. Meningkatnya kadar kalsium dalam
sitosola kan meningkatkan kontraksi. Masuknya kalsium dari ekstrasel
ke intrasel dipacu oleh perbedaan kadar kalsium, dengan perbanding
kadar kalsium ekstrasel 10.000 kali lebih banyak dibanding intrasel saat
diastole.Dengan pemberian CCA, kanal kalsium akan dihambat, dan
menyebabkan vasodilatasi coroner dan perifer; penurunan kontraktilitas
jantung; serta penurunan automatisasi serta kecepatan konduksi pada
SA dan AV node.
4). Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Bekerja dengan cara menurunkan tekanan darah melalui sistem renin-
angiotensin-aldosteron. ARB mampu menghambat angiotensin II
berikatan dengan reseptornya, sehingga secara langsung akan
menyebabkan vasodilatasi, penurunan produksi vasopresin, dan
mengurangi sekresi aldosteron.
5). eta Blocker (BB)
BB akan menurunkan kebutuhan oksigen jantung dencan cara
menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas dan tekanan darah.
Suplai oksigen meningkat karena penurunan frekuensi denyut jantung
sehingga perfusi koroner membaik saat diastole.

30
Terdapat beberapa rekomendasi terapi berdasarkan guideline JNC 8 tahun
2014.
Rekomendasi 1:
a. Pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih, mulai terapi farmakologi
saat tekanan darah sistolik (systolic bloodpressure/SBP) 150mmHg atau lebih
ATAU tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure /DBP) 90mmHg atau
lebih. Tujuan: SBP kurang dari 150mmHg dan DBP kurang dari
90mmHgStrong Recommendation Grade A
b. Pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih, jika terapi farmakologi
tekanan darah tinggi menghasilkan hasil yang lebih rendah dibandingkan
tujuan terapi, contohnya <140mmHg, dan terapi tidak berhubungan dengan
efek merugikan pada kesehatan atau kualitas hidup, maka terapi tidak perlu
disesuaikanExpert Opinion Grade E
Rekomendasi 2:
a. Pada populasi umum usia kurang dari 60 tahun, mulai terapi farmakologi
saat tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure /DBP) 90mmHg atau
lebih. Tujuan: DBP kurang dari 90mmHg
b. *Untuk usia 30 sampai 59 tahunStrong Recommendation Grade A
*Untuk usia 19 sampai 29 tahunExpert Opinion Grade E
Rekomendasi 3:
Pada populasi umum usia kurang dari 60 tahun, mulai terapi farmakologi saat
tekanan darah sistolik (systolic bloodpressure/SBP) 140mmHg atau lebih.
Tujuan: SBP kurang dari 140mmHgExpert Opinion Grade E
Rekomendasi 4:
Pada populasi umum usia 18 tahun atau lebih dengan CKD, mulai terapi
farmakologi saat SBP 140mmHg atau lebih ATAU DBP 90mmHg atau lebih.
Tujuan: SBP kurang dari 140mm Hg dan DBP kurang dari 90mmHgExpert
Opinion Grade E
Rekomendasi 5:
Pada populasi umum usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes, mulai terapi
farmakologi saat SBP 140mmHg atau lebih ATAU DBP 90mmHg atau lebih.
Tujuan: SBP kurang dari 140mm Hg dan DBP kurang
dari 90mmHgExpert Opinion Grade E
Rekomendasi 6,7, dan 8 mengenai pemilihan obat antihipertensi
Rekomendasi 6:

31
Pada populasi umum tidak hitam (maksudnya bukan ras negroid/berkulit
hitam), termasuk penderita diabetes, terapi antihipertensi harus dimulai
dengan menyertakan obat di bawah ini:
Thiazide-type diuretic
Calcium channel blocker (CCB)
Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI) atau
Angiotensin receptor blocker (ARB).
Rekomendasi 7:
Pada populasi umum berkulit hitam (maksudnya ras negroid/berkulit hitam),
termasuk penderita diabetes, terapi antihipertensi harus dimulai dengan
menyertakan obat di bawah ini:
Thiazide-type diuretic , CCB.
Rekomendasi 8:
Pada populasi berumur 18 tahun atau lebih dengan CKD dan hipertensi, terapi
antihipertensi harus dimulai dengan menyertakan ACEI atau ARB untuk
meningkatkan kerja ginjal. Hal ini dilakukan terhadap semua pasien CKD
dengan hipertensi tanpa memperhatikan ras atau status diabetes.
Rekomendasi 9:
a. Tujuan utama terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan
mempertahankan tekanan darah sesuai target tujuan. Jika target tekanan darah
yang dituju tidak tercapai:
Naikkan dosis obat sebelumnya ATAU
Tambahkan obat kedua dari salah golongan obat yang disebutkan di
rekomendasi 6 (thiazide-type diuretic, CCB, ACEI, atau ARB)
c. Klinisi harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan regimen
terapi hingga target tujuan tekanan darah tercapai
d. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat:
Tambahkan obat ke-3 dari rekomendasi 6
Jangan gunakan ACEI dan ARB bersamaan untuk satu pasien
Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan menggunakan golongan
obat pada rekomendasi 6 karena merupakan kontraindkasi atau memerlukan
lebih dari 3 obat untuk mencapai target golongan darah, maka obat
antihipertensi dari golongan lain dapat digunakan.
e. Pasien yang tidak dapat mencapai target tekanan darah menggunakan
strategi di atas, ATAU pasien dengan komplikasi yang memerlukan
konsultasi klinis, maka dapat dipertimbangkan untuk dirujuk.

32
Dosis/hari
Kelas Obat Subkelas Contoh Obat (Frekuansi Efek samping
dosis harian)
Diuretik Hidroklortiazid Hipokalemia, hiperurisemia,
Tiazid 12,5-50 mg (1)
(HCT) hipoglikemia, peningkatan
Klordaridon 12,5-25 mg (1) kolesterol dan trigliserid
Loop diuretic Furosemid 20-80 mg(2) Hipokalemia, hiperurisemia
Diuretik Hiperkamemia,
Amilorid 5-10 mg(1-2)
hemat kalium Ginekomastia
Penyekat Propanolol 40-160 mg (1- Bronkospasme, bradikardia,
2) blok jantung, rasa lelah,
Atenolol 25-100 mg (1) peningkatan trigliserid
Bisoprolol 2,5-10 mg (1)
Penghambat Captopril 25-100 mg (2)
ACE Batuk-batuk, hiperkalemia,
Ramipril 2,5-20 mg (1) azotemia, angioedema
Lisinopril 10-40 mg (1)
ARB Valsartan 80-320 mg (1-
2)
Irbesatran 150-300 mg
Hiperkalemia, azotemia
(1)
Losatran 25-100 mg (1-
2)
CCB Nondihidropi Verapamil 120-360 mg
ridin (1)
Edema, Konstipasi
Diltiazem 120-540 mg
(1)
Dihidropiridi Amlodipin 2,5-10 mg (1)
n Edema, Konstipasi,
Nifedipin 30-60 mg (1) bradikardia, blok jantung
(Lepas lambat)
Agonis Klonidin Mulut kering, pusing,
0,1-0,8 mg (2) sedang ringan, kelelahan,
depresi, edema
Sentral Reserpin Angina, bradikardia,
0,1-0,25 mg sinkrop, pusing, depresi,
(1) mimpi buruk, diskinesia,
tardif, letargi
Hiperkalemia,
Antagonis
Spironolakton 25-50 mg (1) ginekomastia, hiponatremia,
Aldosterone
ruam
Tabel 11. Beberapa Jenis Anti Hipertensi Oral

33
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). 2014. Standart of Medical Care in


Diabetes. Diabetes care vol 37, Supplement 1.
Bill,K ;Twiggs,J; Bonie. 2015.Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8
Guideline Recomendation. Continuing Educational. Alabama Pharmacy
Asociation.
ESH-ESC. 2013. ESH/ESC Guideline for the Management ofarterial
hypertension. Jounal of Hypertension.
PERKENI. 2011. Konsensus Diabetes Melitus type 2 di Indonesia. Jakarta :
Penerbit Pengurus besar PEKENI.
PERMENKES RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nome
5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Soenarta, A dkk. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta: PERKI

Suryono, 2009. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Jakarta: Internal Pablishing.hal.1877.
Syafa. 2014. JNC (Joint National Committee on Prevention,Detection,
Evaluation, and Pengaruh Penerapan Pola Diit DASH terhdap Tekanan
Darah Sistolik dan Diastolik pada Kelompok Lansia dengan kesulitan.
Semarang: UNDIP.
Treatment of High Blood Pressure) VII tahun 2003 telah mengesahkan pola diet
Yogiantororo. 2009. Hipertensi Esensial Buku Aja Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta:
Internal Pablishing.hal.1086.

You might also like