You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan dari Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Salah satu indikator derajat kesehatan
masyarakat adalah angka kematian ibu (AKI). Semakin tinggi angka kematian ibu di
suatu negara akan menunjukkan bahwa derajat kesehatan yang buruk dan belum
berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya1.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 208/100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1000 kelahiran hidup (Susenas
2010). Penyebab utama kematian ibu yang langsung adalah perdarahan, eklampsia
dan infeksi. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah anemia, terlalu muda usia
untuk hamil (< 20 tahun), terlalu tua usia untuk hamil (> 35 tahun), terlalu banyak
anak (> 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan1.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Indonesia menghimbau agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terampil. Ini berkaitan dengan
program Millenium Development Goals (MDGs) dimana Indonesia menargetkan agar
dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi serta meningkatkan
cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menjadi 95% pada tahun
20151.
Rendahnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan.
Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam
pelayanan persalinan di desa adalah dukun bayi (dukun beranak, dukun bersalin).
Sosio-kultural masyarakat berperan penting pada tingginya persalinan yang
ditolong oleh dukun. Ini disebabkan oleh tradisi masyarakat yang masih percaya pada
dukun dan keterjangkauan yang dipengaruhi juga oleh faktor geografis2.
Kemampuan tenaga non profesional / dukun bersalin masih kurang,
khususnya yang berkaitan dengan tanda-tanda bahaya, resiko kehamilan dan
persalinan serta rujukannya yang berakibat pada banyaknya komplikasi dalam
persalinan yang terlambat ditangani dan mengakibatkan kematian 1,3.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
gambaran pemilihan tenaga penolong persalinan di Desa Laburunci Kecamatan
Pasarwajo tahun 2017

1.2 Rumusan Masalah


Masih tingginya persalinan yang ditolong oleh dukun di Desa Laburunci
Kecamatan Pasarwajo. Perlu diketahui apakah faktor umur, pendidikan, pengetahuan,
paritas, persepsi, dan anjuran petugas berhubungan dengan pemilihan tenaga
penolong persalinan.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor penyebab yang berhubungan dengan banyaknya pemilihan
dukun sebagai tenaga penolong persalinan di Desa Laburunci Kecamatan Pasarwajo
tahun 2017.

Tujuan Khusus
1. Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu bersalin di Desa Laburunci
Kecamatan Pasarwajo tahun 2017
2. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu bersalin di Desa
Laburunci Kecamatan Pasarwajo tahun 2017
3. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu bersalin di Desa
Laburunci Kecamatan Pasarwajo tahun 2017
4. Diketahuinya distribusi frekuensi paritas ibu bersalin di Desa Laburunci
Kecamatan Pasarwajo tahun 2017
5. Diketahuinya distribusi frekuensi anjuran petugas kesehatan untuk persalinan
dengan petugas kesehatan terhadap ibu di Desa Laburunci Kecamatan Pasarwajo
tahun 2017
6. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap ibu dalam memilih tenaga penolong
persalinan di Desa Laburunci Kecamatan Pasarwajo tahun 2017
7. Diketahuinya faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan banyaknya
pemilihan dukun sebagai tenaga penolong persalinan di Desa Laburunci
Kecamatan Pasarwajo tahun 2017

D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk penelitian
selanjutnya.
2. Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas diharapkan dapat menjadi masukan
dalam menyusun dan melaksanakan program kesehatan ibu dan anak pada
masa yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan (Partus)
Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan biasa atau persalinan
normal atau persalinan spontan terjadi apabila bayi lahir dengan presentasi belakang
kepala tanpa memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan
umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam4.
Persalinan dianggap normal juga jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Seorang wanita
belum dikatakan inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada
serviks4.

Fisiologi Persalinan
Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu 4,5 :
Kala I : kala pendataran dan dilatasi serviks, dimulai ketika telah tercapai kontraksi
uterus yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks, dan berakhir
ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm)
Kala II : Kala pengeluaran janin (ekspulsi janin), dimulai ketika dilatasi serviks
sudah lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir.
Kala III : Waktu untuk pelepasan dan ekspulsi plasenta
Kala IV : Satu jam setelah plasenta lahir lengkap

Faktor Resiko dan Tanda Bahaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan
diri yang khusus agar ibu dalam keadaan sehat. Faktor-faktor resiko pada ibu hamil
diantaranya adalah4,5 :
1. Ibu hamil usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Primipara (kehamilan pertama) atau multipara kehamilan telah lebih dari 4
kali.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Tinggi badan kurang dari 145 cm
5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
6. Riwayat keluarga menderita diabetes, hipertensi dan riwayat penyakit
kongenital.
7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada seorang ibu hamil, maka semakin
tinggi risiko kehamilannya6.
Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas adalah gejala yang
menunjukkan ibu dan bayi yang dikandungannya dalam keadaan bahaya. Bila ada
tanda bahaya, ibu segera dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapat pertolongan6.
Tanda bahaya pada ibu hamil yang perlu dikenali yaitu:
1. Ibu tidak mau makan dan muntah
2. Berat badan ibu hamil tidak naik
3. Perdarahan
4. Bengkak tangan atau wajah dan dapat diikuti kejang
5. Gerakan janin kurang atau tidak ada
6. Kelainan letak janin didalam rahim
7. Ketuban pecah sebelum waktunya
8. Persalinan lama
9. Penyakit ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan
10. Demam tinggi pada masa nifas
2.2 Tenaga Penolong Persalinan
Yang dimaksud dengan tenaga penolong persalinan adalah orang-orang yang
biasa memeriksa wanita hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan
nifas. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan selama persalinan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tenaga kesehatan (mereka yang mendapatkan pendidikan formal
seperti dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat bidan) dan bukan tenaga
kesehatan, yaitu dukun bayi yang terlatih dan tidak terlatih4.

Tenaga Kesehatan
Komplikasi dan kematian ibu serta neonatal sering terjadi pada masa sekitar
masa persalinan. Oleh sebab itu intervensi ditekankan pada kegiatan pertolongan
persalinan yang aman yaitu oleh tenaga kesehatan 1. Persalinan oleh tenaga kesehatan
dianggap memenuhi persyaratan sterilitas, selain itu bila mendadak terjadi resiko
tinggi atau mengalami keadaan gawat darurat maka penanganan atau pertolongan
pertama serta rujukan dapat segera dilakukan. Dalam menolong persalinan, teknik
pertolongan persalinan dan prinsip sterilisasi alat kesehatan diterapkan oleh tenaga
kesehatan sehingga diharapkan persalinan aman dapat diperoleh. Keterbatasan dari
penolong persalinan ini adalah pelayanan hanya terbatas pada pelayanan medis, tanpa
terjangkau oleh faktor budaya sehingga rasa aman secara psikologis kurang terpenuhi.
Kadang-kadang pelayanan tidak terjangkau dari segi keberadaan dan jarak.
Umumnya imbalan jasa berupa uang sehingga menyulitkan masyarakat miskin
Diharapkan setiap ibu hamil memanfaatkan petugas kesehatan seperti dokter,
bidan dan perawat dalam pertolongan persalinan. Dengan memilih tenaga kesehatan
sebagai penolong persalinan, ibu akan mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
prinsip bebas kuman dan prosedur standar pelayanan. Jika ditemui adanya komplikasi
dalam persalinan, ibu akan mendapatkan pertolongan yang tepat7.

Bukan Tenaga Kesehatan (Dukun)


Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting
dalam pelayanan persalinan adalah dukun bayi (dukun beranak, dukun bersalin).
Dalam lingkungannya, dukun bayi merupakan tenaga terpercaya, Dukun bayi adalah
seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang dapat kepercayaan
serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh
keterampilan tersebut dengan secara turun temurun belajar secara praktis atau cara
lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas
kesehatan1.
Anggapan dan kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan dukun beranak
berkaitan pula dengan sistim nilai budaya masyarakat sehingga dukun bayi pada
umumnya diperlakukan sebagai tokoh masyarakat potensi sumber daya manusia.
Pengetahuan tentang fisiologi dan patologi dalam kehamilan, persalinan serta nifas
sangat terbatas, sehingga bila timbul komplikasi ia tidak mampu mengatasinya,
bahkan tidak mampu untuk menyadari arti dan akibatnya4.
Hasil studi yang dilakukan Balitbang Kes (2006) menyatakan bahwa
kemampuan tenaga non profesional / dukun bersalin masih kurang, khususnya yang
berkaitan dengan tanda-tanda bahaya, resiko kehamilan dan persalinan serta
rujukannya. Kurangnya pengetahuan dukun bayi dalam mengenal komplikasi yang
mungkin timbul dalam persalinan dan penanganan komplikasi yang tidak tepat akan
meningkatkan resiko kematian pada ibu bersalin 8. Alasan ibu memilih dukun bayi
dalam persalinan karena pelayanan yang diberikan lebih sesuai dengan sistem sosial
budaya yang ada, mereka sudah dikenal lama karena berasal dari daerah sekitarnya
dan pembayaran biaya persalinan dapat diberikan dalam bentuk barang9.

2.3 Teori Health Beliefe Model


Health Belief Model adalah perubahan perilaku kesehatan dan psikologis yang
dikembangkan oleh Irwin M. Rosenstock pada tahun 1966 untuk mempelajari dan
mempromosikan pelayanan kesehatan. Beberapa tahun terakhir model ini telah
digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan yang lebih umum. Dalam hal ini,
model keyakinan kesehatan adalah nilai harapan dari segi teori yang diasumsikan
bahwa seseorang memiliki keinginan untuk menghindari penyakit atau untuk
mendapatkan kebaikan didasarkan pada keyakinannya bahwa tindakan kesehatan
tertentu akan dapat mencegah masalah kesehatan10.
Teori Health Belief Model menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup
kehidupan sosial atau masyarakat. Model kepercayaan kesehatan ini merupakan suatu
system kepercayaan yang mempengaruhi untuk mengambil tindakan yang dapat
dilihat dibawah ini
Perilaku adalah hasil dari
Persepsi Kerentanan Tingkat resiko yang dirasakan seseorang
terhadap masalah kesehatan

Persepsi Ancaman Tingkat kepercayaan seseorang bahwa


konsekuensi masalah kesehatan yang
akan menjadi semakin parah

Persepsi Manfaat Hasil positif yang dipercaya sebagai hasil


dari tindakan

Petunjuk untuk bertindak Pristiwa eksternal yang memotivasi


seseorang untuk bertindak

Hasil penelitian menggambarkan bahwa seseorang akan mentaati segala


sesuatu yang dianjurkan petugas karena merasa ada manfaatnya. Kepercayaan
seseorang terhadap sesuatu yang dianggap bahaya akan memunculkan respon positif
untuk melakukan aktifitas pencegahan. Sebaliknya penjelasan yang tidak menguatkan
kepercayaan seseorang tidak akan menggerakkan niatnya untuk mengerjakan sesuatu
yang seharusnya dilakukan11.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan
pendekatan kualitatif.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di posyandu Desa Laburunci
Kecamatan Pasarwajo pada tahun 2017

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang telah mempunyai anak di
Desa Laburunci Kecamatan Pasarwajo

3.3.2 Sampel dan Besar Sampel


3.3.2.1 Sampel
Sampel pada peneitian ini adalah ibu berumur 20-40 tahun yang telah
mempunyai anak yang datang ke posyandu dan memenuhi kriteria inklusi

3.3.2.2 Besar Sampel


Besarnya sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 ibu-ibu yang datang
ke posyandu

3.3.3 Pemilihan Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah Accidental Sampling. Sampel


adalah seluruh responden yang datang ke posyandu dan memenuhi kriteria
inklusi.

3.3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Ibu berumur 20-50 tahun yang telah mempunyai anak yang datang ke
posyandu
2. Ibu yang bersedia mengikuti penelitian dan mengisi kuesioner setelah
diberikan penjelasan (Informed Consent)
3. Ibu bersedia dihubungi untuk diwawancarai lebih lanjut apabila data
tidak jelas

3.3.4.2 Kriteria Eksklusi

Ibu yang tidak bersedia mengikuti penelitian setelah mendapat penjelasan.

3.4 Definisi Operasional

Alat Skala
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner - Baik, jika jawaban Nominal
diketahui atau dijawab yang benar 7-10
responden, dalam penelitian - Kurang, jika
ini tentang kehamilan dan jawaban yang
persalinan benar < 7
Sikap Kecenderungan yang Kuesioner - Baik, jika jawaban Nominal
dipelajari untuk bertingkah yang benar 4
laku secara konsisten - Kurang, jika
terhadap suatu objek, dalam jawaban yang
penelitian ini terhadap benar < 4
pemilihan persalinan

3.5 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada mini project ini menggunakan data primer sebagai
informasi, yaitu melalui kuesioner terstruktur yang berisi data identitas responden dan
20 pertanyaan, 10 pertanyaan tentang pengetahuan dan 10 pertanyaan tentang sikap.

3.6 Metode Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan setelah kuesioner terkumpul, selanjutnya data
tersebut akan diolah melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Editing.
Setelah pengumpulan data, dilakukan kembali pemeriksaan kembali terhadap
lembar kuesioner yang meliputi kelengkapan jawaban isian yang diberikan responden
dan untuk memastikan semua pertanyaan telah dijawab atau diisi dan melihat
kekeliruan yang mempunyai kemungkinan mengganggu pengolahan data selanjutnya.
2. Coding.
Pada tahap ini diberikan pemberian nomor untuk mengurutkan data. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kesalahan dan memudahkan pengolahan data.
3. Tabulating.
Data yang telah diberikan kode disusun secara berurutan dari responden
pertama sampai dengan yang terakhir dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel
sesuai dengan sub variabel yang diteliti kemudian dihitung frekuensinya.
3.7 Analisis Data
Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dengan bantuan
Microsoft Excel, yaitu untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti. Data
disajikan dalam bentuk tabel dan ditentukan persentase perolehan untuk tiap-tiap
kategori. Skoring pengetahuan ditentukan dengan nilai 1 untuk jawaban ya dan 0
untuk jawaban tidak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2017 di posyandu Desa Laburunci.
Setiap ibu diberikan kuesioner dan dilakukan wawancara terhadap ibu-ibu yang hadir
di posyandu agar bisa mendapatkan ibu yang sesuai dengan kriteria inklusi. Total
sampel diperoleh sebanyak 30 orang.

4.1.1 Karakteristik Responden


4.1.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data distribusi responden menurut usia
dengan usia responden yang paling muda adalah 20 tahun dan yang paling tua adalah
50 tahun.
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan usia

Distribusi antar kelas umur terlihat merata dengan frekuensi ibu-ibu terbanyak pada
umur 34-40 tahun.
4.1.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan gambaran umum mengenai
pendidikan responden. Data tersebut menggambarkan bahwa mayoritas responden
berpendidikan Sekolah Dasar (SD), yaitu sebanyak 36,7%. Distribusinya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

4.1.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas


Paritas merupakan jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu.
Didapatkan ibu yang telah melakukan persalinan 1-3 kali adalah sebanyak 10 ibu
(33.3%) dan ibu yang telah melakukan persalinan > 3 kali adalah sebanyak 20 ibu
(66.6%).
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Paritas
Tempat Persalinan Frekuensi Persentase (%)
Persalinan 3 kali 10 33,3%
Persalinan > 3 kali 20 66,6%
Jumlah 30 100,00

4.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Persalinan


Pemilihan ibu untuk tempat persalinan terlihat di tabel 4.3. Sebanyak 81
persalinan dlakukan di dukun (66.39%) dan sebanyak 41 persalinan dilakukan di
tenaga kesehatan (33.61%)
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Persalinan
Tempat Persalinan Frekuensi Persentase (%)
Persalinan di Dukun 81 66,39%
Persalinan di Tenaga Kesehatan 41 33,61%
Jumlah 122 100,00

4.1.2 Hasil Penelitian Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah
Tangga tentang Pemilihan Tenaga Persalinan
Hasil penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan ibu rumah tangga
tentang pemilihan tenaga persalinan terlihat di tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5 Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang


Pemilihan Tenaga Persalinan
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 26 86,70%
Rendah 4 13,30%
Jumlah 30 100,00

Responden dikatakan memiliki pengetahuan yang baik apabila persentase


jawaban yang benar 7-10 dari total semua pertanyaan. Dikatakan memiliki
pengetahuan rendah jika persentase jawaban yang benar < 7. Dari tabel diatas
didapatkan sebanyak 86.7% dari ibu-ibu responden memiliki pengetahuan yang baik
dan sebanyak 13.3% memiliki pengetahuan yang rendah mengenai pemilihan tenaga
persalinan. Dari 10 pertanyaan yang diajukan, banyak ibu yang belum menjawab
dengan benar tentang pertanyaan ke 5, 8, dan 9.
Hasil penelitian mengenai sikap ibu rumah tangga tentang pemilihan tenaga
persalinan dapat dilihat di tabel 4.6 dibawah ini.

Tabel 4.6 Gambaran Sikap Ibu Rumah Tangga tentang


Pemilihan Tenaga Persalinan
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Baik 10 33,30
Kurang Baik 20 66,70
Jumlah 30 100,00

Responden dikatakan memiliki sikap yang baik apabila persentase jawaban


yang benar 4 dari total semua pertanyaan. Dikatakan memiliki pengetahuan rendah
jika persentase jawaban yang benar < 4, Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak
33.3% yang menunjukkan sikap yang baik dan 66.7% memiliki sikap yang kurang
baik dalam pemilihan tenaga persalinan. Dari 7 pertanyaan yang diajukan, banyak ibu
yang masih memiliki sikap yang kurang baik mengenai persalinan terutama pada
pertanyaan ke 6 dan 7.

4.1.2 Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan
kualitatif yang bertujuan mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu dalam
memilih tenaga persalinan di Desa Laburunci pada tahun 2017. Penelitian ini
mendapatkan sampel sebanyak 30 orang ibu yang datang ke posyandu. Tabel 4.1
menunjukkan distribusi usia ibu-ibu yang datang ke posyandu dengan kelas terbanyak
pada umur 34-40 tahun. Dari 30 sampel tersebut didapatkan lebih dari setengah ibu
memiliki umur yang beresiko terhadap persalinan yaitu 17 ibu (56,6%) dan sisanya
13 ibu memiliki umur 20-35 tahun yang aman untuk persalinan. Wanita pada usia
diatas 35 tahun memiliki resiko yang tinggi dalam kehamilan dan angka kematian ibu
dan bayi lebih meningkat pada usia ini sehingga tidak dianjurkan untuk menjalani
kehamilan di usia ini13.
Pendidikan ibu ibu di desa Laburunci masih tergolong rendah dimana terdapat
11 ibu yang tamat SD (36.7%), 7 ibu yang tamat SMP (23%), 6 ibu yang tamat SMA
(20%) dan 6 ibu yang tidak sekolah (20%). Semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah seseorang menerima informasi. Sebaliknya pendidikan yang kurang
dapat menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang
diperkenalkan. Sehingga rendahnya sikap ibu dalam memilih tenaga persalinan juga
dipengaruhi faktor pendidikan ibu14. Hal ini serupa dengan penelitian Suhari, dkk
(2003) di Desa Sikapat Kecamatan Sumbang Banyumas Jawa Tengah. Ini terlihat dari
pemilihan tempat persalinan oleh ibu di Desa Laburunci yang mayoritas masih
memilih melakukan persalinan di dukun.
Jumlah persalinan yang dilakukan di dukun juga cukup tinggi. Dari hasil
penelitian didapatkan sebanyak 81 persalinan dilakukan di dukun (66.39%) dan
paritas ibu-ibu di desa Laburunci masih terhitung tinggi. Terdapat sebanyak 20 ibu
yang pernah melakukan persalinan leibh dari 3 kali. Sehingga tidak hanya pendidikan
saja yang mempengaruhi pemilihan tenaga persalinan seorang ibu. Terdapat
hubungan pencarian pertolongan tenaga persalinan dan pengalaman pertolongan
persalinan sebelumnya sehingga mempengaruhi pemilihan tenaga penolong
persalinan saat ini dan kemudian hari. Pada daerah pedesaan dengan paritas yang
tinggi cenderung menggunakan tenaga non kesehatan untuk menolong persalinan
dibandingkan ibu yang paritasnya rendah.
Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka
perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan ini
terkait dengan lingkungan dimana mereka berada. Keadaan lingkungan sekitar sedikit
banyaknya akan mempengaruhi pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan mengenai
kehamilan dan persalinan. Berdasarkan teori tersebut diatas, maka dalam bidang
keamanan ibu bersalin (safe motherhood) pengetahuan adalah apa yang diketahui
oleh ibu hamil mengenai kehamilan, perawatan kehamilan dan pertolongan
persalinan. Seandainya ibu hamil sudah mengetahui dan mengerti kebaikan
perawatan kehamilan atau siapa yang sebaiknya menolong persalinan akan timbul
pemikiran yang positif. Pemikiran ini akan menghasilkan sikap positif yaitu setuju
dalam hal tersebut dan selanjutnya ibu hamil berniat untuk memeriksakan kehamilan
atau melahirkan ditempat yang aman dan sehat buat ibu dan bayinya. Tingkat
pengetahuan ibu tentang kehamilan dan persalinan di Desa Laburunci sudah baik. Ini
terlihat dari sebanyak 26 ibu (86,7%) memiliki jawaban yang baik. Hal ini berbeda
dengan penelitian Bangsu (2007) dan Nafrida (2003) di Puskesmas Jua Gaek Solok
yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu
dnegan pemilihan tenaga penolong persalinan. Dari sepuluh pertanyaan yang
diajukan untuk menilai pengetahuan ibu mengenai kehamilan dan persalinan, banyak
ibu yang tidak mengetahui bahwa persalinan dengan jaminan BPJS yang dilakukan di
Puskesmas tidak memerlukan biaya.
Tabel 4.6 menunjukkan sebanyak 20 ibu (66,7%) di Desa Laburunci masih
memiliki sikap yang kurang baik dalam memilih tenaga penolong persalinan.
Meskipun pengetahuan ibu mengenai kehamilan dan persalinan sudah baik ternyata
banyak ibu memilih melakukan persalinan di dukun lebih karena faktor kepercayaan.
Hal ini terlihat dari banyaknya jawaban ibu yang lebih mengikuti saran keluarga atau
yang dituakan untuk memilih persalinan di dukun dan ibu juga lebih nyaman untuk
memanggil dukun untuk melakukan persalinan di rumah. Meski ada 11 ibu (36.6%)
yang menyatakan melakukan persalinan di dukun karena masalah biaya.
Sehingga banyak faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam melakukan
pemilihan tenaga penolong persalinan. Selain pendidikan, jumlah paritas, dan biaya,
pengalaman ibu dan keluarga dalam persalinan sebelumnya juga mempengaruhi
persepsi ibu dalam memilih tenaga penolong kesehatan untuk sekarang dan
kedepannya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Ibu ibu yang pernah melahirkan dan datang ke posyandu terbanyak pada umur 34-
40 tahun yaitu sebanyak 9 orang (30%) dan sebanyak 13 ibu (43,3%) memiliki
umur 20-35 tahun dan 17 ibu (56,6%) memiliki umur lebih dari 35 tahun yang
memiliki resiko tinggi dalam persalinan.
2. Tingkat Pendidikan ibu di Desa Laburunci masih rendah. Sebanyak 6 ibu yang
tidak sekolah (20%), 11 ibu yang tamat SD (36.6%), 7 ibu yang tamat SMP
(23,3%) dan 6 ibu yang tamat SMA (20%)
3. Jumlah paritas ibu di Desa Laburunci masih cukup tinggi. Didapatkan ibu yang
telah melakukan persalinan 1-3 kali adalah sebanyak 10 ibu (33.3%) dan ibu yang
telah melakukan persalinan > 3 kali adalah sebanyak 20 ibu (66.6%).
4. Ibu-ibu di desa Laburunci banyak yang lebih memilih dukun sewaktu memilih
tenaga penolong persalinan. Sebanyak 81 persalinan dlakukan di dukun (66.39%)
dan sebanyak 41 persalinan dilakukan di tenaga kesehatan (33.61%)
5. Tingkat pengetahuan ibu di Desa Laburunci mengenai kehamilan dan persalinan
sudah cukup baik. Didapatkan sebanyak 26 ibu (86.7%) memiliki pengetahuan
yang baik dan sebanyak 4 ibu (13.3%) memiliki pengetahuan yang rendah
mengenai pemilihan tenaga persalinan. Banyak ibu yang tidak mengetahui bahwa
persalinan dengan jaminan BPJS yang dilakukan di Puskesmas tidak memerlukan
biaya.
6. Sikap ibu-ibu di Desa Laburunci dalam memilih tenaga penolong kesehatan
masih rendah. Didapatkan sebanyak 10 ibu (33.3%) yang menunjukkan sikap
yang baik dan 20 ibu (66.7%) memiliki sikap yang kurang baik dalam pemilihan
tenaga persalinan karena faktor kepercayaan. Meskipun ada 11 ibu (36.6%) yang
menyatakan melakukan persalinan di dukun karena masalah biaya
7. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam melakukan pemilihan tenaga
penolong persalinan. Pendidikan, jumlah paritas, biaya, pengalaman ibu dan
keluarga dalam persalinan sebelumnya juga mempengaruhi persepsi ibu dalam
memilih tenaga penolong kesehatan untuk sekarang dan kedepannya.
5.2 Saran
1. Untuk Puskesmas Takimpo diharapkan dapat melakukan penyuluihan berkala
mengenai pemilihan tenaga persalinan di Desa Laburunci
2. Dapat dibentuk program agar bidan dan tenaga kesehatan lebih aktif memantau
ibu yang telah mendekati masa persalinannya.
3. Lebih disosialisasikan informasi bahwa persalinan menggunakan kartu BPJS di
puskesmas tidak dikenakan biaya
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan faktor
determinan pada ibu dalam melakukan pemilihan tenaga penolong persalinan.

You might also like