You are on page 1of 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama


fungi atau jamur, yang berfungsi menghambat atau bahkan membasmi mikroba
jenis lain. Selain dihasilkan oleh mikroba, antibiotika saat ini juga dibuat
secara semisintetik atau sintetik penuh.1

Penisilin G merupakan salah satu jenis antibiotik -laktam yang paling


sering digunakan, yaitu sekitar 19 % dari pasar antibiotik dunia. Hal ini
dikarenakan penisilin G memiliki daya hambat yang kuat terhadap dinding sel
bakteri, penicillin G termasuk jenis antibiotik dengan toksisitas yang rendah,
serta merupakan antibiotik yang efektif untuk berbagai jenis bakteri gram
positif.2

Penggunaan antibiotik penisilin G efektif untuk mengobati infeksi


streptokokus, pneumokokus, sifilis, tetanus, dan gonokokus, namun
penggunaan antibiotik ini harus diperhatikan pada pasien yang hipersensitif
terhadap penisilin dan gangguan fungsi ginjal. Penggunaan penisilin sebaiknya
melalui parenteral dikarenakan proses absorbsi pada pemberian per oral
menyebabkan antibiotik rusak oleh asam lambung. Efek samping yang sering
terjadi oleh karena pemakaian antibiotik ini antara lain adalah reaksi alergi
berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioedem, leukopenia, trombositopenia,
syok anafilaksis pada pasien yang alergi, dan diare pada pemberian secara
peroral.3

Dalam makalah referat ini menjelaskan tentang penggunaan antibiotik


Penicillin G terhadap pengobatan faringitis. Penyakit tersering yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes atau bakteri Streptococcus
hemolyticus grup A sebagai akibat adanya infeksi lokal adalah terjadinya
infeksi pada saluran pernapasan dan biasanya menyeabkan terjadinya faringitis
akut pada anak-anak yang berusia 5-15 tahun.4
2

Faringitis merupakan penyakit dengan peradangan pada dinding faring


yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes. Virus dan bakteri melakukan
invasi ke faring dan menyebabkan inflamasi (keradangan) lokal. Infeksi group
A streptococcus hemolitik dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang
hebat, karena bakteri ini zat berbahaya (toksin)ekstraseluler. Pada umumnya
bakteri ini menyerang anak usia sekolah (terutama usia 4-7 tahun), dan orang
dewasa. Penularan penyakit ini bisa melalui sekret hidung dan ludah (droplet
infection).4

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana penggunaan antibiotik penicillin G terhadap pengobatan faringitis ?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui penggunaan antibiotik penicillin G terhadap pengobatan faringitis
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi farmakologi antibiotik penicillin G
2. Menganalisis penggunaan penicillin G terkait penyakit faringitis
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Faringitis

2.1.1 Pengertian Faringitis

Faringitis merupakan penyakit dengan peradangan pada dinding


faring yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes. Virus dan bakteri
melakukan invasi ke faring dan menyebabkan inflamasi (keradangan)
lokal. Infeksi group A streptococcus hemolitik dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini zat berbahaya
(toksin)ekstraseluler. Pada umumnya bakteri ini menyerang anak usia
sekolah (terutama usia 4-7 tahun), dan orang dewasa. Penularan penyakit
ini bisa melalui sekret hidung dan ludah (droplet infection).4
Faringitis merupakan penyakit umum menyerang dewasa dan
anak. Berdasarkan National Ambulatory Medical Care Survey dan
National Hospital Ambulatory Medical Care Survey telah
mendokumentasikan antara 6,2 9,7 juta kunjungan anak-anak dengan
kasus faringitis ke klinik dan departemen gawat darurat setiap tahun, dan
lebih dari 5 juta kunjungan oran dewasa pertahun.5
Frekuensi faringitis lebih sering terjadi pada anak dengan usia 5-
15 tahun dibandingkan anak usia dibawah 3 tahun. Kira-kira sekitar 15-
30% kasus pada anak usia sekolah dan 10% kasus terjadi pada dewasa.5

2.1.2 Gejala Klinis Faringitis

Perjalanan penyakit bergantung pada perjalanan infeksi sekunder


dan virulensi kumannya serta daya tahan tubuh penderita, akan tetapi
biasanya faringitis sembuh dalam 3-5 hari. Faringitis yang disebabkan
oleh bakteri mempunyai gejala seperti : 6

1. Demam atau menggigil


2. Nyeri saat menelan
4

3. Terdapat folikel bereksudat dan purulen pada dinding faring


4. Faring bagian posterior merah atau bengkak
5. Mungkin batuk
6. Terjadi pembesaran KGB (Kelenjar Getah Bening) leher anterior
7. Onset mendadak dari nyeri tenggorokan
8. Tidak mau makan/menelan
9. Malaise (Gelisah)
10. Anoreksia (tidak nafsu makan)

2.1.3. Etiologi Faringitis

Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak


mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-
60%) dan yang paling sering adalah bakteri (5-40%).7
Ada beberapa bakteri yang menjadi penyebab faringitis akut
seperti Neisseria Gonorrhoeae, Corynebacterium diptheria,
Arcanobacterium haemolyticum. Namun, kebanyakan faringitis akut
disebabkan bakteri yang termasuk Group A Beta Hemolytic
Streptococcus (GABHS) yang merupakan penyebab faringitis akut pada
5-15% dewasa dan 20-30% pada anak-anak dengan usia 5-15 tahun.7,8
Faktor lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin,
turunnya sistem imun tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus,
konsumsi makanan yang kurang bergizi, konsumsi alkohol yang
berlebihan, merokok, dan seseorang yang tinggal dilingkungan yang
terdapat penderita yang sakit tenggorokan atau demam.9

2.2 Penicillin G
Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum, dari berbagai
jenis yang dihasilkan perbedaannya hanya terletak pada gugusan-samping R.
Benzilpenisilin atau Penisilin G merupakan derivat yang paling aktif.10 Penisilin
G termasuk dalam bagian antibiotik golongan -laktam yang memiliki aktivitas
menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding
sel mikroba dan juga bersifat sebagai bakterisidal. Penisilin G efektif terutama
5

terhadap mikroba Gram-positif dan Spirochaeta, selain itu beberapa mikroba


Gram-negatif juga sangat sensitif terhadap penisilin G antara lain gonokokus
yang tidak menghasilkan penisilinase.11

Mekanisme aksi penicillin terhadap kuman Gram positif adalah dengan


mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir sintesis dinding sel. Cara
yang dilakukan yaitu dengan menghambat protein PBP (penicillin binding
protein). PBP merupakan enzim dalam membran plasma sel bakteri yang secara
normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan silang dengan
peptidoglikan dinding sel bakteri, dan mengeblok aktivitas enzim transpeptidase
sehingga dinding sel bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis.12

1.2.1 Farmasi-Farmakologi
1.2.1.1 Sifat Fisiko-Kimia dan Rumus Kimia Obat
2. NamaKimia : (2S,5R,6R)-3,3-dimethyl-7-oxo-6-[(2-
phenylacetyl)amino]-4-thia-1-azabicyclo[3.2.0]heptane-2-
carboxylic acid
3. Sinonim : Benzil penisilin
4. Rumus molekul : R-C9H11N2O4S
5. Berat Molekul : 334,4 g/mol
6. Sediaan : Bubuk garam natrium atau kalium IV,IM

Gambar 1. Rumus Kimia Penisilin G


6

6.2.1.1 Farmakologi Umum


Penisilin G merupakan antibiotik berspektrum sempit
yang memiliki khasiat bakterisidnya yang sangat kuat dan
toksisitas yang dimiliki relatif rendah. Penisilin G masih
merupakan pilihan utama pada infeksi dengan kuman-kuman
Gram-positif dan sebagai obat profilaksis terhadap penyakit
tertentu.13 Resorpsi Penisilin G tidak tahan asam sehingga dalam
penggunaannya hanya dapat digunakan sebagai terapi injeksi
intramuskular atau infus intravena. Waktu paruhnya sangat
singkat hanya 30 menit dan kadar darahnya cepat menurun
sehingga Penisilin G diberikan secara parenteral sebagai senyawa
prokain dan benzatin dengan kerja panjang dan dalam dosis
sangat tinggi.14

6.2.1.2 Dosis
Pada infeksi umum pemberian Penisilin G diberikan secara
parenteral baik melalui intrmuskular dan intravena.
a. Dewasa : direkomendasikan dosis 1-4 mU / 1-4 juta Unit.14
b. Anak : direkomendasikan dosis 25.000-400.000 unit/kg/hari
dibagi dalam 4-6 dosis.14
c. Neonatus : direkomendasikan dosis 75.000-150.000
unit/kg/hari dibagi dalam 2 atau 3 dosis.8

6.2.1.3 Indikasi
Penisilin G merupakan salah satu jenis antibiotik yang
digunakan jika terjadi infeksi bakteri. Penisilin G yang
mempunyai aktivitas spectrum meliputi berbagai bakteri gram
positif meliputi streptococcus beta-hemolyticus (faringitis),
staphylococcus beta-lactamase-negative, spesies Actinomyces
(rhinitis, actinomycosis), beberapa Bacillus anthracis (anthrax),
spesies Corynebacterium (difteri, pyelonefritis), dan
7

Erysipelothrix rhusiopathiae (erysipelas), spesies Clostridium


(tetanus), Leptospira (leptospirosis), Neisseria gonorrhoeae
(Gonore), dan Treponema pallidum (sifilis).

2.2.1.5 Kontraindikasi
1) Pasien yang memiliki hipersensitifitas terhadap penisilin
2) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal

2.2.2 Farmakodinamik

Penisilin menghasilkan efek bakterisida dengan cara menginhibisi sistesis


dinding sel bakteri. Penisilin G melakukan penetrasi ke dinding sel dan
menempel atau berikatan pada protein spesifik di permukaan dalam dari
membrane sel bakteri. Pada sel yang tumbuh aktif, ikatan penisilin dengan
dinding sel akan mengganggu produksi dari peptidoglikan dinding sel dan
kemudian sel tersebut akan lisis pada lingkungan/suasana yang hipo atau
isoosmotik.

2.2.3 Farmakokinetik
2.2.3.1 Distribusi
Penisilin G didistribusikan secara luas. Bisa menembus plasenta barrier dan
masuk ke ASI.

2.2.3.2 Ekskresi

Penisilin G diabsorpsi secara cepat terutama melalui ginjal. Jika diberikan


secara injeksi, penisilin G yang diekskresi sebesar 60% atau lebih. Jika
diberikan secara peroral maka yang diekskresikan hampir sebesar 20 % pada
pasien dengan fungsi ginjal yang normal.

2.2.3.3 Waktu Paruh

Waktu paruh penisilin adalah 0,5-2 jam sehingga harus diberikan 3-4 kali
per hari.
8

2.2.3.4 Ikatan Protein

Sekitar 45-68% Penicillin G terikat protein plasma.15

2.2.3.5 Bioavailabilitas

Pemberian dosis intramuskular 600.000 unit penisilin G pada orang dewasa


biasanya menghasilkan kadar puncak dalam darah 1,0-1,3 unit per mL dalam
waktu 3 jam, konsentrasi pada tingkatan ini memiliki rata-rata 0,32 unit per mL
pada 12 jam, 0,19 unit per mL dalam 24 jam, dan 0,03 unit per mL dalam tujuh
hari. Pemberian dosis intramuskular 1.200.000 unit penicillin G pada orang
dewasa biasanya menghasilkan kadar puncak dalam darah 2,1-2,6 unit per mL
dalam waktu 3 jam, konsentrasi pada tingkatan ini memiliki rata-rata 0,75 unit
per mL dalam 12 jam, 0,28 unit per mL dalam 24 jam, dan 0,04 unit per mL
dalam tujuh hari. Obat ini didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dalam
jumlah yang sangat beragam. Jumlah tertinggi ditemukan di ginjal sedangkan
pada hati, kulit, dan usus ditemukan dalam jumlah yang rendah.16

2.2.4 Toksisitas

2.2.4.1 Efek Samping

Efek samping dari penggunaan penisilin G dapat menimbulkan gejala


saluran cerna seperti rasa tidak enak di abdomen, mual, muntah, gejala
hipersensitifitas seperti urtikaria, skin rash. Toksisitas penisilin G rendah, tetapi
sebagian pasien, penisilin dapat menimbulkan reaksi alergi. Pada seorang pasien
tanpa riwayat alergi penisilin G dapat menimbulkan syok anafilaktik. Pemberian
penisilin dapat menimbulkan sindroma yang menyerupai serum sickness.17

2.2.4.2 Toksisitas

Gejala toksisitas yang ditimbulkan oleh penggunaan penisilin antara lain


gejala saluran cerna seperti rasa tidak enak di abdomen, mual, muntah, gejala
hipersensitifitas seperti urtikaria, skin rash, alergi dan meningkatnya fragilitas
kapiler ditandai dengan adanya ptekie.17
9

Penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu


toksisitas dan efek samping obat adalah dengan pemakaian antibiotik secara
rasional yaitu sesuai indikasi penyakit, diberikan dengan dosis tepat, dengan
interval waktu pemberian dan lama pemberian yang tepat, serta memperhatikan
riwayat alergi obat pada pasien.
10

BAB III

PENELITIAN YANG TELAH DILAKUKAN

3.1. Clinical trial


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Isnawati, et al (2001)
yang melibatkan 83 penderita tonsilofaringitis akut berusia 5-65 tahun dengan
melakukan usap tenggorok kemudian melakukan pemeriksaan secara
mikrobiologi. Setelah melakukan identifikasi kuman dan di isolasi selama 24
jam, kuman hasil isolasi diuji kepekaannya dengan cakram terhadap antibiotik
Penicillin G, amoksisilin, eritromisin, dan kotrimoksasol.
Dari isolasi kuman, didapatkan 5 jenis kuman yang berhasil diisolasi
yaitu Streptococcus viridans, Branhamella catarrhalis, Streptococcus
hemoliticus, Streptococcus pneumoniae, dan Streptococcus nonhemolyticus.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa Streptococcus
hemoliticus, Streptococcus pneumonia, dan Streptococcus nonhemolyticus masih
mempunyai sensitifitas yang tinggi terhadap Penicillin G dan amoksisilin.
Branhamella catarrhalis mempunyai sensitifitas 100% terhadap amoksisilin,
tetapi sensitifitas kuman Streptococcus nonhemolyticus terhadap eritromisin dan
kotrimoksazol hanya 60%.

3.2. Case history


Penelitian yang dilakukan Lisni, et al (2017) terhadap pasien rawat jalan
dengan diagnosis faringitis di salah satu Rumah Sakit kota Bandung dengan
jumlah pasien sebanyak 56 orang disebutkan bahwa penggunaan antibiotic
terbanyak adalah golongan sefalosporin. Hal ini terjadi karena banyaknya kasus
resistensi terhadap golongan penicillin sehingga golongan sefalosporin
digunakan sebagai alternatif pengobatan untuk faringitis.
11

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Penicillin G merupakan antibiotik berspektrum sempit yang memiliki


efek bakterisidal yang sangat kuat namun memiliki toksisitas yang rendah.
Penicillin G mempunyai aktivitas spektrum pada bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif.

Penatalaksanaan terapi farmakologi faringitis, menurut pedoman yang


digunakan sebagai standar pengobatan dalam penelitian, Depkes RI (2005):
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan, antibiotik yang
direkomendasikan untuk terapi faringitis adalah penisilin G, penisilin V, dan
amoksisilin. Ketiga antibiotik tersebut menjadi pilihan karena efektivitas dan
keamanannya sudah terbukti, berspektrum kerja sempit serta harganya yang
terjangkau, tetapi karena banyaknya kejadian resistensi pada golongan penicillin
maka golongan sefalosprorin digunakan sebagai terapi alternative pada
faringitis.

Golongan penicillin merupakan salah satu pilihan utama untuk


pengobatan faringitis karena memiliki mekanisme kerja menghambat
pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding mikroba.
Golongan ini terhadap bakteri yang sensitif penisilin akan menghasilkan efek
bakterisid (membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah
sedangkan pada mikroba dalam keadaan metabolik tidak lengkap tidak aktif
(tidak membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh penisilin kalau pun ada
pengaruhnya hanyak bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri).

Selain untuk terapi faringitis, penicillin G juga efektif digunakan sebagai


terapi sifilis, serta juga sebagai terapi Pneumococcus pneumonia dengan dosis
tinggi.
12

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Penicillin G merupakan antibiotik golongan beta laktam yang termasuk


antibiotik generasi pertama yang masih digunakan hingga saat ini dan terbukti
efektif untuk terapi penyakit faringitis yang disebabkan oleh bakteri
Streptokokus beta hemolitikus grup A. Penicillin G juga dapat digunakan
sebagai obat untuk terapi penyakit lain seperti sifilis dan Pneumococcus
pneumonia.

5.1 Sumary

Penicillin g is an antibiotic the beta lactam including antibiotics the first


generation that still used until now and very effective for therapeutic pharyngitis
disease caused by bacteria streptococcus beta hemolitikus group a.Penicillin g
can also be used as a for therapeutic other diseases such as syphilis and
pneumococcus pneumonia.
13

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym, 2007. Penicillin G (VeterinarySystemic). The United States


Pharmacopeial Convention. Diakses dari
http://www.aavpt.org/associations/12658/files/penicillinG.pdf. Pada 18 Maret
2017.
2. Bai ZG, Yang KH, Liu YL, et al. Azithromycin vs. benzathine penicillin G for
early syphilis: a meta-analysis of randomized clinical trials. Int J STD
AIDS2008; 19:21721.
3. Bobone, et al. Antibiotik.Poltekkes Kemenkes RI Pangkal Pinang.2013
4. Ganitafuri, H. 2010. Daya Hambat Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Terhadap Pertumbuhan Isolat Klinis Bakteri Streptococcus hemolyticus In
Vitro. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
5. Fan, Ong Hooi. 2013. Karakteristik Penderita Faringitis Akut di RSUP Haji
Adam Malik Medan Tahun 2011-2012. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
6. Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol. 2. Jakarta: EGC (854-
856).
7. Rusmarjono, Efianty Arsyad soepardi. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi 6. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: 217-219.
8. Ferri. 2012. Pharyngitis/ Tonsilitis. In: Ferri: Ferris Clinical Advisor 2013, edisi
1. [diakses pada 8 september 2015].
9. Gore, Jill. 2013. Acute Pharyngitis. In: Journal of the American Academy of
Physician Assistants: February 2013 Vol. 26 Issue 2 (57-58). [Diakses pada : 4
September 2015].
10. Ciftci, E., Dogru, U., Guriz, H., Aysev, A.D., Ince, E., Antibiotic Susceptibillity
Of Streptococcus Pyogenes Strains Isolated From Throat Culture Of Children
With Tonsillopharyngitis., Ankara Med School. 23 mei 2003. (1);25; 15-20.
11. Clement, et al. Treament of Syphilis Systematic Review. 2014. Hal 2-3
12. Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi farmasi. Jakarta : Penerbit Erlangga
14

13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Sistem Kesehatan Nasional,


http://www.depkesRI.com//htm, diakses tanggal 3 Oktober 2013
14. Ghanem and Workowski. Management of Adult Syphilis. Clinical Infectious
Diseases 2011;53(S3):S11028
15. Ghanem, et al. Editorial commentary : The Optimal Dose of Penicillin Whwn
Treating Syphilis in HIV infected persons: Enough Already?.2000. Hal 5-6
16. Hardjosaputra, P., Purwanto, L., Kemalasari, T., Kunardi, L., Indriyantoro,
Indriyani, N., 2008, Data Obat di Indonesia, edisi; 11, PT.Muliapurna Jayaterbit,
Jakarta, hal.307-309.
17. Hidayat,Pengaruh ph, konsentrasi substrat, dan jenis bufer terhadap aktivitas
penisilin asilase dari bakteri alcaligenes faecalis pada hidrolisis penisilin g
menjadi 6-apa. 2013, hal 5

You might also like