Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny O
Janis kelamin : Perempuan
Umur : 33 tahun
Alamat : Ambit, Waled
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
II. ANAMNESIS
- Keluhan Utama
Nyeri perut bagian bawah
1
- Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengeluhkan keluhan serupa 5 tahun yag lalu yang hilang
timbul. Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat Hipertensi disangkal.
Riwayat penyakit benjolan pada payudara disangkal.
- Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah berobat ke dokter spesialis kandungan 1 tahun
yang lalu namun tidak ditemukan kelainan.
- Riwayat Menstruasi
Pasien pertama kali menstruasi saat berumur 12 tahun, siklus mestruasi
teratur 1 bulan sekali lamanya menstruasi 7 hari dan disertai nyeri saat
menstruasi, pernah keluar darah diluar siklus menstruasi disangkal.
- Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengatakan menggunakan kb suntik 3 bulan selama 1 tahun dan
berhenti 5 tahun terakhir.
- Riwayat Pernikahan
Pasien telah menikah selama 15 tahun dan merupakan pernikahan
pertamanya.
2
- Riwayat Obstetri
Pasien mengaku hamil 1 kali dan anak sekarang berumur 9 tahun dan
belum pernah mengalami keguguran.
Abdomen :
Inspeksi : Cembung, tidak ada tanda peradangan
Aukultasi : Bising usus (+) 10 kali/menit
Perkusi : timpani seluruh lapang paru, diatas benjolan pekak
Palpasi : Supel, defans muscular (-), tes undulasi (-), teraba
massa ukuran sekitar 6x6 cm di region hipogastric hingga iliaca
sinistra, permukaan licin, dapat digerakan, nyeri tekan (-), konsistensi
kenyal.
Ekstremitas: Akral hangat. Crt< 2 detik, oedem (-)
e. Status Ginekologi
1. Genitalia eksterna
Rambut pubis distribusi merata, perdarahan pervaginam (-), tanda
peradangan (-), benjolan pada vulva(-)
2. Genitalia interna
Benjolan pada vagina (-), pembesaran kelenjar bartholini (-), teraba
massa ukuran sekitar 6 cm x 6 cm , permukaan licin, dapat digerakan,
nyeri tekan (-), konsistensi kenyal.
4
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG : uterus AF ukuran 6,4x3,1, massa hipoecoic 11x9,2
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium.Dalam kehamilan,
tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat
atau kista lutein.Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan
kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang halangi masuknya
kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro et al, 2009).
6
2.2 Anatomi Sistem Reproduksi Perempuan
7
a. Mons Pubis
Mons pubis atau monsveneris adalah bagian yang menonjol berisi lemak
yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis.Setelah pubertas, kulit
monsveneris tertutup oleh rambut ikal yang membentuk pola distribusi
tertentu yaitu pada wanita berbentuk segitiga.Mons veneris berfungsi
sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
b. Labia Mayora
Labia mayora berupa dua buah lipatan bulatan jaringan lemak lanjutan
mons pubis ke arah bawah yang ditutupi kulit dan belakang banyak
mengandung pleksus vena.Panjang labia mayora 7 8 cm dan agak
meruncing pada ujung bawah.Secara embriologis, labia mayora homolog
dengan skrotum pada pria.Labia mayora berfungsi sebagai pelindung
karena kedua bibir ini menutupi lubang vagina sementara bantalan
lemaknya bekerja sebagai bantal.
c. Labia Minora
Labia minora atau nimfe adalah lipatan jaringan tipis dan bila terbuka
terihat lembab dan kemerahan, menyerupai selaput mukosa.Pada labia
minora banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung saraf.
d. Klitoris
Klitoris merupakan organ erektil yang homolog dengan penis dan terletak
dekat ujung superior vulva.Panjang klitoris jarang melebihi 2 cm, bahkan
dalam keadaan ereksi sekalipun (Verkauf dkk.1992) dan posisinya sangat
terlipat karena tarikan labia minora.
e. Vestibulum
8
Vestibulum adalah daerah berbentuk buah almond yang dibatasi labia
minora sebelah lateral dan memanjang dari klitoris sampai fouschettx,
berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang yaitu orificium uretra
eksternum, introitus vagina, ductus glandula Bartholini kanan dan kiri dan
duktus skene kanan dan kiri, antara fouschettx dan liang vagina disebut
fosa navikularis.
f. Ostium Uretra
Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum,1 sampai
1,5 cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang vagina. Meatus
uretra terletak di dua pertiga bagian bawah uretra terletak tepat di atas
dinding anterior vagina.
g. Ostium vagina dan Himen
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Himen atau selaput dara adalah lapisan tipis yang menutupi sebagian besar
dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi
dapat keluar. Lubang himen biasanya berbentuk bulan sabit atau sirkular,
namun kadang kala berupa banyak lubang kecil (kribiformis), bercelah
(septata) atau berumbai tidak beraturan (fimbriata).Bentuk serta
konsistensi himen sangat bervariasi terutama terdiri atas jaringan ikat
elastin dan kolagen. Himen imperforata, suatu lesi yang jarang, yang
merupakan keadaan ketika liang vagina tertutup sama sekali dan
mengakibatkan retensi cairan menstruasi.
h. Vagina
i. Perineum
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjang perineum kurang lebih
4 cm. Jaringan utama yang menopang perineum adalah diafragma pelvis
dan urogenital.
10
Gambar. 2. Organ Interna Wanita ( Cunningham, 2004 )
a. Uterus
1) Fundus uteri
2) Korpus uteri
3) Serviks uteri
11
ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah, namun masih memiliki
serabut otot polos.Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan sekret yang kental dan
lengket dari kanalis servikalis.Jika saluran kelenjar serviks tersumbat dapat
berbentuk kista, retensi berdiameter beberapa milimeter yang disebut sebagai
folikel nabothian.
tidak turun.
12
4) Ovarium
13
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon yaitu hormon seks steroid (estrogen, progesteron,
dan androgen) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan
fungsi wanita normal.Hormon estrogen bertanggung jawab atas
pertumbuhan pola rambut aksila serta pubik dan berperan dalam
mempertahankan kalsium dalam tulang.Progesteron dipengaruhi oleh
estrogen sehingga dapat menimbulkan retensi cairan dalam jaringan, juga
dapat menyebabkan penumpukkan lemak.
5) Tuba fallopii
sempit seluruhnya.
2.3 Etiologi
14
Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun,
secara umum dapat digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami.
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofisis, atau indung telur itu sendiri.Kista indung
telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak
sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen
sebagai respon terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan
luteinizing hormon (LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -
10 cm (folikel normal berukuran maksimum 2,5 cm); berasal dari folikel
ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat
multipel dan bilateral.Biasanya asimtomatik atau tanpa gejala.
15
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi.
a. Pengobatan infertilitas
Pasien yang sedang diobati untuk infertilitas dengan induksi ovulasi
dengan gonadotropin atau bahan lainnya, seperti clomiphene citrate atau
letrozole, dapat membentuk kista ovary sebagai bagian dari ovarian
hyperstimulation syndrome.
b. Tamoxifen
Tamoxifen dapat mengakibatkan kista ovari benigna fungsional yang
biasanya timbul setelah penghentian terapi.
c. Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua
saat kadar hCG tertinggi.
d. Hypothyroidism
Karena kemiripan antara subunit alpha thyroid-stimulating hormone
(TSH) dan hCG, hipotirodisme dapat menstimulasi pertumbuhan kista
16
ovarii.
e. Gonadotropin maternal
Efek transplasental dari gonadotropin maternal dapat menyebabkan
pembentukan dari kista ovarii neonatal dan fetal.
f. Merokok
Risiko kista ovarii fungsional meningkat dengan merokok; resiko dari
merokok mungkin meningkat lebih jauh dengan penurunan indeks massa
tubuh (IMT)
g. Ligasi tuba
kista fungsional telah dihubungkan dengan sterilisasi ligasi tuba
a. Perasaan sebah
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
c. Makan sedikit terasa cepat kenyang
d. Sering kembung
e. Nyeri senggama
f. Nafsu makan menurun
17
g. Rasa penuh pada perut bagian bawah
h. Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali tumor
2.6 Klasifikasi
1. Tumor Nonneoplastik
tuboovarial.
b. Tumor lain
1) Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari beberapa
folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen
tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi
membesar menjadi kista. Kista ini berasal dari folikel yang
menjadi besar semasa proses atresia folikuli. Setiap bulan sejumlah
besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul
dengan degenerasi dari epitel follikel.Pada masa ini tampaknya
sebagai kista-kista kecil.Tidak jarang ruangan follikel diisi dengan
cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis.Biasanya besarnya tidak
melebihi sebuah jeruk.Sering terjadi pada pubertas, climacterium,
dan sesudah salpingektomi.
3) Kista Lutein
5) Kista Endometrium
6) Kista Stein-Laventhal
20
2. Tumor Neoplastik Jinak
Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini
berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu
elemen mengalahkan elemen lainnya. Ada penulis yang
berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum,
sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama
dengan tumor Brenner.
4) Kista endometrioid
5) Kista dermoid
2.7 Patofisiologi
1. Akibat pertumbuhan
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika
b. Putaran tangkai
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada
saat persetubuhan. Jika, robekan kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam
23
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai
tanda tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
2.8 Diagnosis
a. Anamnesa
24
Polikistik ovari menimbulkan sindroma polistik ovari, terdiri dari hirsutism,
inferilitas, aligomenorrhea, obesitas dan acne.Pada keganasan, dapat
ditemukan penurunan berat badan yang drastis.
b. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen.Walau pada
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal
ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause.Perabaan
menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile,
permukaan massa umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong
pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul
pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau
endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium.Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran
sel ovarium normal dan karsinoma ovarium. Level serum kurang dari
35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien
dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan
meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.
b. Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat-
sifat tumor.
c. Ultrasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam
rongga perut yang bebas dan tidak.USG adalah alat diagnostik
imaging yang utama untuk kista ovarium.Kista simpleks bentuknya
unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak
25
terdapat internal echo.Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan
merupakan kista fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma
serosa atau kista inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke
dalam lumen.Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga
kista neoplasma benigna.USG sulit membedakan kista ovarium
dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba.USG endovaginal
dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari struktur
pelvis.Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang
penuh. USG transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk
mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti
ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan kandung kemih yang penuh.
d. MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan,
dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI
ini biasanya tidak diperlukan
e. CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan
kurang baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai
untukmengidentifikasi organ intraabdomen dan retroperitoneum dalam
kasus keganasan ovarium.
f. Foto Rontgen
Menentukan adanya hidrotoraks.Pada kista dermoid kadang dapat
terlihat gigi.
g. Parasentesis
Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.
h. Tes kehamilan
Dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.
26
yaitu pada anamnesa menunjukkan gejala seperti yang disebutkan diatas
2. Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri atau kanan atau
2.9 Komplikasi
Infeksi dapat terjadi, jika dekat tumor terdapat sumber kuman patogen,
seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Perubahan keganasan
dapat terjadi pada kista jinak, misalnya pada kista denoma ovarii derosum,
kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid. Sindroma Meigs
ditemukan pada 40% dari kasus fibroma ovarii yaitu tumor ovarium disertai
asites dan hidrotoraks.
27
2.10 Penatalaksanaan
Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radisi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan obat
sitostatika seperti agents alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan
antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah
penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan
sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun sekali. (Moeloek et al, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
29
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2.Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-7. 2.
DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.
30
31