Professional Documents
Culture Documents
Judul Penelitian :
No Telpon : 085260080726
Hasil penelitian ini akan direkomendasikan sebagai masukan untuk program pelayanan
Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi
siapapun. Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak responden dengan cara : 1)
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah membaca penjelasan penelitian ini dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang
saya ajukan, maka saya mengetahui manfaat dan tujuan penelitian ini, saya mengerti
bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden.
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi saya. Saya
mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi
Persetujuan yang saya tanda tangani menyatakan bahwa saya berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Bireuen, ..................................2009
Responden,
.............................................
Nama Jelas
KUESIONER A
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan teliti pertanyaan berikut ini!
2. Isilah jawaban pada tempat yang tersedia
3. Apabila pertanyaan berupa pilihan, cukup dijawab dengan memberikan tanda () pada
tempat yang tersedia
( ) Saudara kandung
( ) Tidak rutin
( ) Tidak
( ) Sudah mandiri
KUESIONER B
BEBAN KELUARGA
Petunjuk Pengisian :
1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda check list ( ) pada jawaban yang
sesuai dengan pilihan anda : TAK = Tidak Ada Kesulitan, R = Tingkat Kesulitan
Ringan, S = Tingkat Kesulitan Sedang, dan B = Tingkat Kesulitan Berat.
2. Setiap soal hanya berisi satu jawaban
Aktivitas Fisik
5 Berdiri untuk waktu yang lama (sekitar 30 menit)
7 Keluar rumah
Perawatan Diri
9 Mandi
10 Berpakaian
11 Makan
13 Menjalin persahabatan
15 Aktivitas seksual
Kegiatan Sosial
21 Mengikuti kegiatan sosial di masyarakat (pengajian,
kenduri, gotong royong)
KUESIONER C
KEMAMPUAN KELUARGA
Petunjuk Pengisian :
1. Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda check list () pada jawaban yang
sesuai dengan pilihan anda : STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, S= Setuju,
dan SS = Sangat Setuju
2. Setiap soal hanya berisi satu jawaban
a. KEMAMPUAN KOGNITIF
No Pernyataan STS TS S SS
1 Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera
b. KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK
Petunjuk Pengisian :
1. Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda check list () pada jawaban yang
sesuai dengan pilihan anda : TP = Tidak Pernah, KK = Kadang-kadang, SR = Sering,
dan SL = Selalu.
KISI-KISI SOAL
Beban Keluarga
Kemampuan Kognitif
Kemampuan psikomotor
1. Berinteraksi 5 1,2,3,4,5
2. Merawat kebersihan diri 4 6,7,8,9
3. Membantu pasien melakukan 7 10,11,12,13,14,15,16
aktifitas
4. Memberikan pujian 1 17
5. Mengatasi stress dalam keluarga 4 18,19,20
Petunjuk Pengisian :
1. Penilaian berdasarkan prilaku yang ditampilkan oleh klien pada saat diobservasi.
2. Berilah tanda cheklist ( ) pada bagian tindakan/prilaku yang dilakukan oleh keluarga :
Dilakukan (Ya) dan tidak dilakukan (Tidak).
Keluarga : Tanggal :
No Tindakan yang dilakukan oleh keluarga Ya Tidak
1 Mengajak anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa untuk ngobrol dengan anggota
keluarga yang lain
2 Mengajarkan cara mandi kepada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Pertanyaan :
1. Selama ini sudah berapa kali perawat CMHN berkunjung ke rumah dalam 1 minggu :
....... kali
2. Selama ini sudah berapa kali Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) berkunjung ke rumah dalam
1 minggu : ....... kali
3. Selama ini sudah berapa kali perawat CMHN melakukan kegiatan penyuluhan
kesehatan jiwa di masyarakat : ......... kali
5. Selama ini sudah berapa kali klien dibawa ke Puskesmas atau RS : ....... kali
6. Pada saat Bapak/Ibu membawa klien kontrol ke Puskesmas, apa yang Bapak?Ibu
dapatkan : .........................................................................................
10. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan penjelasan di Puskesmas tentang akibat tidak minum
obat?
MODUL PANDUAN
Oleh :
Hasmila Sari, S.Kep, Ns
Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp, M.App.Sc
Novi Helena CD, S.Kp, M.Sc
Herni Susanti, S.Kp, M.N
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan salah satu sasaran dalam meningkatkan kesehatan mental, karena
keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang berperan dalam
meningkatkan kesehatan keluarganya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
baik secara fisik maupun mental. Keluarga didefinisikan sebagai dua orang atau lebih
yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Pada
keluarga tidak dapat dipisahkan oleh apapun karena dalam suatu keluarga ada suatu
ikatan emosional yang tidak dapat diputuskan oleh seorangpun, walaupun terkadang
secara fisik terpisah tetapi ikatan emosional tidak dapat dihilangkan.
Kesehatan keluarga terdiri dari kesehatan fisik dan mental yang saling ketergantungan.
Kesehatan fisik dan mental tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi.
Kesehatan fisik akan mempengaruhi kesehatan mental, begitu pula sebaliknya.
Kesehatan mental keluarga, merupakan sebuah interaksi. Kesehatan keluarga
menunjukkan kepada keadaan dimana terjadi proses internal atau dinamika, seperti
hubungan interpersonal keluarga. Fokusnya terletak pada hubungan antara keluarga
dan subsistem-subsistemnya, seperti subsistem orang tua atau keluarga dan para
anggotanya (Friedman, 1998).
1
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
Masalah kesehatan mental pada awalnya kurang mendapat perhatian oleh karena tidak
langsung terkait sebagai penyebab kematian. Perhatian terhadap masalah kesehatan
mental meningkat setelah World Health Organization (WHO) pada tahun 1993
melakukan penelitian tentang beban yang ditimbulkan akibat penyakit dengan
mengukur banyaknya tahun suatu penyakit dapat menimbulkan ketidakmampuan
penyesuaian diri hidup penderita (Disability Adjusted Life Years/DALYs). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa ternyata gangguan mental mengakibatkan
beban cukup besar yaitu 8,1 persen dari global burden of disease (GDB) melebihi
beban yang diakibatkan oleh penyakit tuberkulosis dan kanker. Dari 8,1 persen GDB
yang ditimbulkan oleh gangguan neuropsikiatris, gangguan depresi memberikan beban
terbesar yaitu 17,3 persen, sedangkan gangguan psikosis memberikan beban 6,8
persen (Hartanto, 2003). Gangguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan
kematian, namun akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan
beban berat bagi keluarga, baik mental maupun materi karena penderita tidak dapat
lagi produktif.
Penyelesaian masalah saat merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
dapat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga.
Menurut Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2000), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu predisposing factor (faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, sistem
nilai, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi), enabling factor (faktor pemungkin
2
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
yang meliputi ketersediaan sarana dan prasarana, fasilitas kesehatan) dan reenforcing
factor (faktor penguat yang meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan petugas
kesehatan, undang-undang dan peraturan pemerintah). Berdasarkan paparan diatas,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus diketahui dan
dimiliki oleh keluarga sehingga dapat memberikan asuhan yang berkualitas kepada
klien.
3
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
Untuk menghilangkan praktek pasung yang masih banyak terjadi di masyarakat perlu
adanya kesadaran dari keluarga yang dapat diintervensi dengan melakukan terapi
keluarga. Salah satu terapi keluarga yang dapat dilakukan adalah psikoedukasi
keluarga. Terapi keluarga ini dapat memberikan support kepada anggota keluarga.
Keluarga dapat mengekspresikan beban yang dirasakan seperti masalah keuangan,
sosial dan psikologis dalam memberikan perawatan yang lama untuk anggota
keluarganya. Tujuan umum dari psikoedukasi keluarga adalah menurunkan intensitas
emosi dalam keluarga sampai pada tingkatan yang rendah sehingga dapat
meningkatkan pencapaian pengetahuan keluarga tentang penyakit dan mengajarkan
keluarga tentang upaya membantu mereka melindungi keluarganya dengan
mengetahui gejala-gejala perilaku serta mendukung kekuatan keluarga (Stuart &
Laraia, 2005).
B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan perawat mampu:
1. Melakukan psikoedukasi keluarga pada keluarga dengan salah satu anggota yang
mengalami tindakan pemasungan
2. Melakukan evaluasi psikoedukasi keluarga pada keluarga dengan salah satu anggota
yang mengalami tindakan pemasungan
3. Melakukan pendokumentasian
4
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN PSIKOEDUKASI KELUARGA
(FAMILY PSYCHOEDUCATION) PADA KELUARGA DENGAN PASUNG
A. Pengertian
Family Psychoeducation therapy adalah salah satu elemen program perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui
komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang
bersifat edukasi dan pragmatik (Stuart & Laraia, 2005 ).
Sedangkan menurut Carson (2000), psikoedukasi merupakan alat terapi keluarga yang
makin popular sebagai suatu strategi untuk menurunkan faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan perkembangan gejala-gejala perilaku. Jadi pada prinsipnya
psikoedukasi dapat membantu anggota keluarga dalam meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit melalui pemberian informasi dan edukasi yang dapat mendukung
pengobatan dan rehabilitasi pasien dan meningkatkan dukungan bagi anggota keluarga
itu sendiri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan utama psikoedukasi keluarga adalah untuk berbagi informasi tentang
perawatan kesehatan jiwa (Varcarolis, 2006). Sedangkan menurut Levine (2002),
tujuan psikoedukasi keluarga adalah untuk mencegah kekambuhan klien gangguan
jiwa, dan untuk mempermudah kembalinya klien ke lingkungan keluarga dan
masyarakat dengan memberikan penghargaan terhadap fungsi sosial dan okupasi
klien gangguan jiwa. Tujuan lain dari program ini adalah untuk memberi dukungan
5
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
terhadap anggota keluarga yang lain dalam mengurangi beban keluarga terutama
beban fisik dan mental dalam merawat klien gangguan jiwa untuk waktu yang
lama.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang penyakit dan pengobatan
b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam upaya menurunkan angka
kekambuhan
c) Mengurangi beban keluarga
d) Melakukan penelitian yang berkelanjutan tentang perkembangan keluarga
e) Melatih keluarga untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan, bertukar
pandangan antar anggota keluarga dan orang lain
6
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
E. Tempat
Family psychoeduction dapat dilakukan di rumah sakit baik rumah sakit umum maupun
rumah sakit jiwa dengan syarat ruangan harus kondusif. Dapat juga dilakukan di rumah
keluarga sendiri. Rumah dapat memberikan informasi kepada perawat tentang
bagaimana gaya interaksi yang terjadi dalam keluarga, nilainilai yang dianut dalam
keluarga dan bagaimanan pemahaman keluarga tentang kesehatan.
F. Kriteria Terapis
1. Minimal lulus S2 Keperawatan Jiwa
2. Berpengalaman dalam praktek keperawatan jiwa
G. Metode Terapi,
Metode Family psychoeducation terapy dapat dilakukan dengan modifikasi beberapa
metode antara lain dengan diskusi atau tanya jawab, dinamika kelompok atau
demonstrasi tergantung kebutuhan terapi.
H. Alat Terapi
Alat terapi tergantung metode yang dipakai. Antara lain alat tulis dan kertas, leaflet,
booklet, poster dan lain sebagainya. Namun alat yang paling utama adalah diri perawat
sebagai terapis. Sebagai terapis, perawat harus bisa menjadi role model bagi keluarga.
I. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada family psychoeducation therapy disesuaikan dengan
tujuan setiap sesi. Hal yang diharapkan tersebut adalah:
1. Keluarga bersedia menyepakati kontrak, mengetahui tujuan, dapat mengungkapkan
masalah pribadi dan masalah yang dirasakan dalam merawat anggota keluarga
dengan gangguan jiwa khususnya dengan pasung dan dapat menyampaikan
keinginan dan harapannya selama mengikuti program psikoedukasi keluarga.
2. Keluarga mengetahui informasi dan cara merawat gangguan jiwa yang dialami oleh
anggota keluarga khususnya dengan pasung.
3. Keluarga mengetahui dan mampu melakukan manajemen stres keluarga.
4. Keluarga mengetahui dan mampu melakukan manajemen beban keluarga.
5. Keluarga mampu mengatasi hambatan dalam berhubungan dengan tenaga
kesehatan dan tersedianya dukungan untuk pembentukan Self Help Group.
7
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
J. Proses Pelaksanaan
Meski tidak ada satupun program bisa menjelaskan struktur umum yang dapat
memodifikasi kebutuhan pertemuan individu keluarga, tetapi yang paling penting dari
program Family Psyhcoeducation adalah bertemu keluarga berdasarkan pada
kebutuhan, dan keluarga mendapat kesempatan untuk bertanya, bertukar pandangan
dan bersosialisasi dengan anggota yang lain dan tenaga kesehatan jiwa profesional.
2. Pelaksanaan
Berdasarkan uraian tujuan khusus yang akan dicapai kelompok, pencapaian terapi
Family Psyhcoeducation dapat dilakukan dalam 5 sesi :
Sesi 1 : Pengkajian Masalah Keluarga
Sesi 2 : Perawatan Klien Gangguan Jiwa (Pasung)
Sesi 3 : Manajemen Stres Keluarga
Sesi 4 : Manajemen Beban Keluarga
Sesi 5 : Pemberdayaan Komunitas Membantu Keluarga
8
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
BAB III
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI
FAMILY PSYCHOEDUCATION
B. SETTING
Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman
C. ALAT DAN BAHAN
Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi)
D. METODE
Curah pendapat, ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
E. LANGKAH LANGKAH :
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan keluarga 2 hari sebelum pelaksanaan terapi
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. PELAKSANAAN
Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik : salam dari terapis.
b. Memperkenalkan nama dan panggilan terapis.
c. Menanyakan nama dan panggilan peserta.
d. Validasi :
Menanyakan bagaimana perasaan peserta dalam mengikuti program psikoedukasi
keluarga saat ini.
9
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
e. Kontrak :
Menjelaskan tujuan pertemuan pertama yaitu untuk bekerjasama dan membantu
keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan jiwa khususnya
dengan pasung.
f. Terapis mengingatkan langkah langkah setiap sesi sebagai berikut :
1) Menyepakati pelaksanaan terapi selama 5 sesi
2) Lama kegiatan 45 60 menit
3) Keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai dengan anggota keluarga
yang tidak berganti.
Fase Kerja :
a. Menanyakan tentang apa yang dirasakan keluarga selama ini terkait dengan
gangguan jiwa yang dialami salah satu anggota keluarga.
1) Masalah pribadi yang dirasakan anggota keluarga sendiri.
2) Masalah dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
3) Keluarga menuliskan masalahnya pada buku kerja keluarga.
4) Terapis menuliskan pada buku kerja sendiri.
b. Menanyakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga dengan adanya
salah satu anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.
1) Setiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan perubahan-
perubahan yang dialami dalam keluarga.
c. Menggali penyebab keluarga melakukan pasung terhadap anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa.
d. Menanyakan keinginan dan harapan keluarga selama mengikuti psikoedukasi
keluarga.
e. Memberikan kesempatan keluarga untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan
hasil diskusi yang sudah dilakukan.
Fase Terminasi :
a. Evaluasi :
1. Menyimpulkan hasil diskusi sesi I
2. Menanyakan perasaan keluarga setelah selesai sesi I
3. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan keluarga
dalam menyampaikan apa yang dirasakan
10
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
b. Tindak Lanjut :
1. Menganjurkan keluarga untuk menyampaikan dan mendiskusikan pada anggota
keluarga yang lain tentang masalah yang dihadapi keluarga dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada keluarga dengan gangguan jiwa.
c. Kontrak :
1. Menyepakati topik sesi 2 yaitu menyampaikan tentang gangguan jiwa
khususnya terkait dengan gangguan yang dialami oleh klien pasung.
2. Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.
Format Evaluasi
Sesi I Psikoedukasi Keluarga : Pengkajian Masalah Keluarga
Keterangan :
Isilah Ya = jika keluarga melakukan, Tidak = jika keluarga tidak melakukan.
2. Dokumentasi Kemampuan
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga yaitu masalah pribadi yang dirasakan anggota keluarga dan masalah
yang dialami selama merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa, perubahan
perubahan yang terjadi dalam keluarga dan penyebab keluarga melakukan pasung
pada anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
11
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
Format Dokumentasi
Sesi I Psikoedukasi Keluarga : Pengkajian Masalah Keluarga
2.
3.
B. SETTING
Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman
C. ALAT
Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi)
D. METODE
Ceramah, diskusi, curah pendapat dan tanya jawab
E. LANGKAH LANGKAH
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan keluarga minimal 2 hari sebelumnya
b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta
12
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
2. PELAKSANAAN
Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : salam dari terapis.
b. Evaluasi : menanyakan perasaan keluarga hari ini dan menanyakan apakah
keluarga mempunyai pertanyaan dari pertemuan sebelumnya, misalnya tentang
masalah yang dialami oleh anggota keluarga yang lain.
c. Kontrak : menyepakati waktu dan lama sesi.
Fase Kerja
a. Mendiskusikan tentang gangguan jiwa yang dialami oleh salah satu anggota
keluarga (khususnya klien pasung, misalnya : perilaku kekerasan, halusinasi).
1. Anggota keluarga menyampaikan pengalamannya selama ini
2. Memberi kesempatan anggota keluarga lain untuk memberi pendapat
b. Menyampaikan tentang konsep gangguan jiwa meliputi pengertian, penyebab,
tanda, prognosis, intervensi dan terapi.
1. Anggota keluarga menyampaikan pengalaman mereka
2. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
c. Mendiskusikan cara merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya pasung)
yang selama ini dilakukan oleh keluarga.
d. Mendemonstrasikan cara merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya
pasung), misalnya klien dengan halusinasi atau perilaku kekerasan.
1. Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan kembali salah satu cara merawat
klien dengan gangguan jiwa (khususnya pasung), misalnya halusinasi.
2. Memberi masukan terhadap halhal yang perlu ditingkatkan oleh keluarga.
3. Memberi kesempatan anggota keluarga lain untuk memperagakan cara
merawat klien dengan gangguan jiwa di rumah.
Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi II selesai
b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama peserta yang baik
2. Tindak lanjut : menganjurkan keluarga untuk menyampaikan tentang materi
gangguan jiwa yang telah dijelaskan kepada anggota keluarga yang lain
3. Kontrak : menyepakati topik sesi berikutnya, waktu dan tempat untuk pertemuan
berikutnya.
13
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
Format Evaluasi
Sesi II Psikoedukasi Keluarga : Perawatan Klien Gangguan Jiwa (Pasung)
No Kegiatan Keluarga
Ya Tidak
1 Hadir dalam terapi
2 Menyebutkan pengertian gangguan
jiwa
3 Menjelaskan gangguan jiwa yang
dialami anggota keluarga
Menyebutkan dan mendemonstrasikan
cara merawat klien dengan pasung
4 Aktif dalam diskusi
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga yaitu tentang gangguan jiwa yang dialami oleh anggota keluarga.
Format Dokumentasi
Sesi II Psikoedukasi Keluarga : Perawatan Klien Gangguan Jiwa (Pasung)
14
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
1. Keluarga mampu berbagi pengalaman dengan anggota keluarga lain tentang stres
yang dirasakan akibat salah satu anggota mengalami gangguan jiwa (pasung) dalam
keluarga.
2. Keluarga mendapatkan informasi tentang cara mengatasi stres yang dialami akibat
salah satu anggota mengalami gangguan jiwa (pasung) dalam keluarga.
3. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara mengatasi stres.
4. Keluarga dapat mengatasi hambatan dalam mengurangi stres.
B. SETTING
Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman
C. ALAT
Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi)
D. METODE
Ceramah, diskusi, curah pendapat, Role play (bermain peran) dan tanya jawab
E. LANGKAH LANGKAH
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan keluarga minimal 2 hari sebelumnya
b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta
2. PELAKSANAAN
Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : salam dari terapis
b. Validasi : menanyakan perasaan keluarga hari ini dan menanyakan apakah
keluarga mempunyai pertanyaan dari pertemuan sebelumnya, yaitu tentang materi
gangguan jiwa terkait dengan keadaan klien pasung di rumah.
c. Kontrak : menyepakati lama waktu terapi (sesi) serta materi yang akan
disampaikan.
Fase Kerja
a. Menanyakan pada keluarga terkait stres yang mereka alami dengan adanya klien
gangguan jiwa (pasung).
15
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
Fase Terminasi
a. Evaluasi
1. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi III selesai
2. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama peserta yang baik
b. Tindak lanjut : menganjurkan keluarga untuk berlatih cara mengurangi stres.
c. Kontrak : menyepakati topik sesi berikutnya, waktu dan tempat untuk pertemuan
berikutnya.
Format Evaluasi
Sesi III Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Stres Keluarga
No Kegiatan Keluarga
Ya Tidak
1 Hadir dalam terapi
2 Menyebutkan tanda-tanda stres yang dialami
keluarga
3 Menyebutkan cara mengatasi stress dalam
merawat klien gangguan jiwa (khususnya
dengan pasung)
4 Memperagakan cara mengatasi stres yang telah
diajarkan
5 Aktif dalam diskusi
16
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga, yaitu cara mengatasi stres dalam merawat anggota keluarga dengan
gangguan jiwa (pasung).
Format Dokumentasi
Sesi III Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Stres Keluarga
B. SETTING
Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman
C. ALAT
Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi)
D. METODE
Ceramah, diskusi, curah pendapat, Role play (bermain peran) dan tanya jawab
E. LANGKAH LANGKAH
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan kembali 2 hari sebelumnya
b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta
17
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
2. PELAKSANAAN
Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : salam dari terapis.
b. Evaluasi : menanyakan penerapan cara mengatasi stres yang sudah dilakukan
keluarga di rumah sesuai dengan yang diajarkan pada sesi sebelumnya dan hasil
yang dirasakan.
c. Kontrak : menyepakati kontrak waktu dan topik yang akan disampaikan yaitu
tentang beban keluarga.
Fase Kerja
a. Menanyakan pendapat anggota keluarga tentang tanda-tanda beban yang dialami
keluarga akibat adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(pasung).
1) Anggota keluarga menyampaikan pengalaman mereka.
2) Memberikan kesempatan anggota keluarga lain untuk memberi tanggapan.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas kemampuan anggota keluarga
menyampaikan pendapat/perasaannya.
b. Menanyakan pendapat anggota keluarga tentang cara mengatasi beban yang sudah
dilakukan dengan adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa
(pasung).
c. Menjelaskan tanda-tanda dan cara mengatasi beban yang dialami keluarga karena
adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa (pasung) dengan
menggunakan leaflet.
d. Meminta anggota keluarga untuk mengulangi menyebutkan tanda-tanda dan cara
mengatasi beban yang dirasakan keluarga akibat adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa (pasung) sesuai dengan penjelasan terapis.
e. Terapis mendemonstrasikan satu cara untuk mengatasi beban yang dipilih oleh
keluarga.
f. Memberi kesempatan anggota keluarga untuk mendemonstrasikan ulang.
g. Memberikan pujian atas partisipasi anggota keluarga selama pelaksanaan terapi.
18
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi IV selesai
b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama keluarga
2. Tindak lanjut
Menganjurkan keluarga untuk menerapkan cara mengatasi beban yang telah
diajarkan.
3. Kontrak : menyepakati waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
Format Evaluasi
Sesi IV Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Beban Keluarga
No Kegiatan Keluarga
Ya Tidak
1 Hadir dalam terapi
2 Menyebutkan tanda-tanda dan cara mengatasi
beban dalam merawat klien gangguan jiwa
(khususnya dengan pasung)
3 Memperagakan cara untuk mengatasi beban
keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa
(khususnya dengan pasung)
4 Aktif dalam diskusi
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga, yaitu cara mengatasi beban keluarga serta demonstrasi cara mengatasi
beban keluarga.
Format Dokumentasi
Sesi IV Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Beban Keluarga
Memperagakan cara
Menyebutkan cara
No Nama Keluarga mengatasi beban yang
mengatasi beban
dipilih keluarga
1
2
3
19
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
A. TUJUAN SESI V :
1. Keluarga dapat mengungkapkan hambatan dalam merawat klien gangguan jiwa
(khususnya pasung) di rumah.
2. Keluarga dapat mengungkapkan hambatan dalam berhubungan dengan tenaga
kesehatan dan mengetahui cara mengatasi hambatan dalam berkolaborasi.
3. Keluarga dapat berdiskusi dengan tenaga kesehatan dari Puskesmas tentang sistem
rujukan, advokasi hak-hak klien gangguan jiwa dan mencari dukungan untuk
pembentukan Self Help Group.
B. SETTING
Peserta (keluarga), terapis dan tenaga kesehatan dari Puskesmas duduk berhadapan
dengan posisi melingkar.
C. ALAT
Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi)
D. METODE
Ceramah, diskusi, curah pendapat dan tanya jawab
E. LANGKAH LANGKAH
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan kembali 2 hari sebelumnya
b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta
2. PELAKSANAAN
Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : salam terapeutik dari terapis
b. Evaluasi : mengevaluasi hasil keluarga dalam menerapkan cara untuk mengatasi
beban pada keluarga dan melakukan latihan asertif
c. Kontrak : menyampaikan topik pada sesi ini yaitu tentang pemberdayaan
komunitas.
20
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
Fase Kerja
a. Menanyakan hambatan yang dirasakan selama merawat klien gangguan jiwa
(khususnya pasung) di rumah
1) Masing masing keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
2) Memberi kesempatan kepada keluarga lain untuk menanggapi
b. Menanyakan hambatan dalam berhubungan dengan tenaga kesehatan selama ini
1) Masing-masing keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
2) Memberi kesempatan kepada keluarga lain untuk menanggapi
c. Menjelaskan kepada keluarga bagaimana seharusnya hubungan keluarga dengan
tenaga kesehatan
d. Menjelaskan kepada keluarga bagaimana cara mengatasi hambatan dalam
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
e. Memberi kesempatan keluarga untuk berdiskusi dengan tenaga kesehatan dari
Puskesmas tentang sistem rujukan, advokasi hak-hak klien gangguan jiwa dan
mencari dukungan untuk pembentukan Self Help Group.
1) Masing masing keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
2) Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3) Memfasilitasi dialog antara keluarga dengan pihak Puskesmas
4) Menyimpulkan hasil diskusi
Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi V selesai
b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama peserta yang baik
2. Tindak lanjut
a. Menganjurkan keluarga untuk tetap menerapkan apa yang telah dilakukan
selama terapi yaitu merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya pasung)
di rumah, menyarankan keluarga untuk memanfaatkan sistem rujukan yang
telah ada, menjalankan kelompok swabantu yang akan difasilitasi oleh pihak
puskesmas dan disepakati oleh keluarga
3. Terminasi akhir yaitu menyerahkan kelompok pada pihak puskesmas.
21
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
Format Evaluasi
Sesi V Psikoedukasi Keluarga : Pemberdayaan Komunitas Membantu Keluarga
No Kegiatan Kode Peserta
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Hadir dalam terapi
2 Menyampaikan hambatan yang dialami
dalam merawat klien gangguan jiwa
(khususnya dengan pasung)
3 Menyampaikan hambatan yang dialami
dalam berhubungan dengan tenaga
kesehatan
4 Menyebutkan cara mengatasi hambatan
dalam merawat klien gangguan jiwa
(khususnya dengan pasung) dan dalam
berhubungan dengan tenaga kesehatan
5 Mengetahui sistem rujukan
6 Menyepakati adanya kelompok swabantu
yang akan difasilitasi oleh Puskesmas
7 Aktif dalam diskusi
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga, yaitu hambatan yang dialami dalam merawat klien dan dalam
berhubungan dengan tenaga kesehatan, menyebutkan cara mengatasi hambatan dan
kesepakatan keluarga untuk pembentukan Self Help Group yang akan difasilitasi
oleh Puskesmas.
Format Dokumentasi
Sesi V Psikoedukasi Keluarga : Pemberdayaan Komunitas Membantu Keluarga
Menyebutkan hambatan Kesepakatan
dalam merawat klien & Menyebutkan cara keluarga untuk
No Nama Keluarga
dalam berhubungan mengatasi hambatan pembentukan
dengan tenaga kesehatan SHG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
22
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
PENGARUH FAMILY PSYCHOEDUCATION THERAPY
TERHADAP BEBAN DAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM
MERAWAT KLIEN PASUNG DI KABUPATEN BIREUEN
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
MANUSKRIP PENELITIAN
Hasmila Sari
NPM : 0706194690
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
DEPOK
JULI 2009
Email : s_a_r_y_99@yahoo.com
Abstrak
Pasung merupakan suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada tangan dan/atau kaki
seseorang, diikat atau dirantai, diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah
ataupun di hutan. Bireuen menempati urutan pertama untuk kasus pasung terbanyak di
Aceh. Keluarga dengan klien gangguan jiwa yang dipasung seringkali merasakan beban
yang berkaitan dengan perawatan klien. Alasan keluarga melakukan pemasungan adalah
mencegah prilaku kekerasan, mencegah risiko bunuh diri, mencegah klien meninggalkan
rumah dan ketidakmampuan keluarga merawat klien gangguan jiwa. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh FPE terhadap beban dan kemampuan keluarga dalam merawat
klien pasung dan mengetahui tingkat kemandirian klien pasung dalam perawatan diri
setelah mendapatkan asuhan keperawatan defisit perawatan diri. Desain penelitian quasi
eksperiment dengan pendekatan pre post test without control group. Penelitian dilakukan
di 8 Puskesmas di Kabupaten Bireuen menggunakan total sampling yaitu 20 keluarga yang
terdiri dari 11 keluarga dengan klien pasung dan 9 keluarga dengan klien lepas pasung.
Family Psychoeducation (FPE) merupakan sebuah metode terapi keluarga yang
dikembangkan oleh NAMI (National Alliance for Mentally Ill) untuk memberikan
dukungan kepada keluarga. FPE dilakukan melalui 5 sesi dan asuhan keperawatan defisit
perawatan diri sebanyak 4 sesi. Hasil uji statistik dependen t-Test menunjukkan penurunan
beban keluarga dan peningkatan kemampuan keluarga secara bermakna setelah mendapat
FPE. Aspek kemandirian klien (aktivitas harian, aktivitas sosial, cara mengatasi masalah
dan pengobatan) dalam perawatan diri meningkat secara bermakna setelah mendapat
intervensi defisit perawatan diri. Diharapkan penerapan FPE pada keluarga dengan pasung
dapat dilakukan di pelayanan kesehatan jiwa Puskesmas sehingga pada akhirnya dapat
tercapai Aceh Bebas Pasung.
Abstract
LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan mental pada awalnya kurang mendapat perhatian oleh karena tidak
langsung terkait sebagai penyebab kematian. Perhatian terhadap masalah kesehatan mental
meningkat setelah World Health Organization (WHO) pada tahun 1993 melakukan
penelitian tentang beban yang ditimbulkan akibat penyakit dengan mengukur banyaknya
tahun suatu penyakit dapat menimbulkan ketidakmampuan penyesuaian diri hidup
penderita (Disability Adjusted Life Years/DALYs). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ternyata gangguan mental mengakibatkan beban cukup besar yaitu 8,1 persen dari
global burden of disease (GDB) melebihi beban yang diakibatkan oleh penyakit
tuberkulosis dan kanker. Dari 8,1 persen GDB yang ditimbulkan oleh gangguan
neuropsikiatris, gangguan depresi memberikan beban terbesar yaitu 17,3 persen, sedangkan
gangguan psikosis memberikan beban 6,8 persen (Hartanto, 2003). Gangguan jiwa
walaupun tidak langsung menyebabkan kematian, namun akan menimbulkan penderitaan
yang mendalam bagi individu dan beban berat bagi keluarga, baik mental maupun materi
karena penderita tidak dapat lagi produktif.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengatakan saat ini
hanya tersedia sekitar 8.500 tempat tidur di rumah sakit jiwa seluruh Indonesia padahal
jumlah penderita gangguan jiwa berat di Indonesia diperkirakan sekitar 10 juta jiwa.
Bekerjasama dengan anggota keluarga merupakan bagian penting dari proses perawatan
klien gangguan jiwa (Stuart & Laraia, 2005). Keluarga merupakan unit yang paling dekat
dengan klien dan merupakan perawat utama bagi klien. Oleh karenanya peran keluarga
sangat besar dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah. Family
psychoeducation terapy adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan jiwa
keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang
terapeutik (Stuart & Laraia, 2005). Tujuan utama psikoedukasi keluarga adalah untuk
Berdasarkan penelitian terkini di tanah air, prevalensi gangguan jiwa di Nanggroe Aceh
Darusalam menempati urutan kedua yaitu sebesar 18,5 per mil maka diperkirakan angka
kejadian gangguan jiwa berat sebanyak 78.064 jiwa (Riskesdas, 2007). Untuk Kabupaten
Bireuen dengan jumlah penduduk tahun 2008 sebanyak 396.390 jiwa, berarti diperkirakan
terdapat 7.333 penduduk di masyarakat yang mengalami gangguan jiwa berat. Sebagian
kasus sudah mendapat perawatan baik di BPKJ Banda Aceh maupun di Puskesmas tetapi
pada beberapa kasus ditemukan masih adanya praktek pasung yang dilakukan oleh
keluarga klien. Jumlah kasus pasung yang ditemukan dalam periode 2005 sampai 2008
adalah sebanyak 49 kasus. Selama penerapan CMHN terdapat 29 kasus pasung yang sudah
dilepas. Data terakhir yang peneliti dapatkan masih ada 20 kasus pasung yang tersebar di
seluruh Kabupaten Bireuen.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode intervensi semu (quasi eksperiment) dengan rancangan
pre post test without control group design dengan intervensi Family Psychoeducation.
Pada penelitian ini diterapkan total sampling dimana yang menjadi sampel adalah semua
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari data karakteristik
keluarga dan klien, beban dan kemampuan keluarga serta kemandirian klien yang meliputi
empat aspek (aktivitas harian, aktivitas sosial, cara mengatasi masalah dan pengobatan)
yang diadopsi dari berbagai sumber dan modifikasi peneliti. Instrumen sudah diuji coba
satu kali di Kabupaten Aceh Besar pada 8 keluarga dengan karakteristik yang sama dan
kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pertanyaan yang tidak valid kemudian
dimodifikasi dengan berpedoman pada referensi yang ada melalui perbaikan redaksi
pernyataan dan tetap digunakan untuk penelitian.
Pada penelitian ini telah diteliti 20 keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
pasung yang semuanya telah diberikan terapi family psychoeducation dengan perincian 11
keluarga dengan klien yang masih dipasung dan 9 keluarga dengan klien yang sudah lepas
pasung. Pengumpulan data dilakukan selama 6 minggu yang dimulai dengan pre test untuk
mengetahui skor awal beban dan kemampuan keluarga serta kemandirian klien.
Psikoedukasi diberikan sebanyak 5 sesi dan asuhan keperawatan defisit perawatan diri 4
sesi. Pada minggu terakhir dilakukan post test untuk mengetahui beban dan kemampuan
keluarga serta tingkat kemandirian klien sesudah pelaksanaan psikoedukasi dan pemberian
asuhan keperawatan.
Analisis data diolah dengan program statistik meliputi analisis univariat untuk semua
variabel yaitu karakteristik klien pasung dan keluarganya, pelayanan CMHN yang diterima
klien, beban keluarga, kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotor keluarga, dan
empat aspek kemandirian klien sebelum dan sesudah intervensi. Analisis bivariat
dilakukan untuk mengetahui perbedaan beban keluarga, kemampuan keluarga, dan empat
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan tanggal 4 Mei sampai dengan 11 Juni 2009 disajikan
sebagai berikut :
1. Karakteristik Klien Pasung.
Diketahui rata-rata usia klien 35.7 tahun, lama menderita gangguan jiwa 11.65 tahun,
jumlah kekambuhan 4.15 kali dan lama dipasung 13.45 bulan, sebagian besar klien
berjenis kelamin laki-laki (75%), dan 55% klien rutin berobat serta masih berada dalam
kondisi terpasung.
Hasil analisis dari tabel 5.7 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
kemampuan kognitif keluarga sebelum dan sesudah intervensi (p value 0.000; alpha
0.05) dengan selisih mean 4.95. Kemampuan psikomotor juga menunjukkan
perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah intervensi (p value 0.000;
alpha 0.05) dengan selisih mean 4.60. Untuk hasil observasi kemampuan psikomotor
keluarga juga terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah
intervensi (p value 0.000; alpha 0.05) dengan selisih mean 1.70. Hasil tersebut
menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan keluarga yang cukup tinggi dari skor
penilaian awal.
Tabel 5.8
Analisis perbedaan aspek kemandirian klien sebelum dan sesudah
intervensi di Kabupaten Bireuen 2009 (n=20)
Dari tabel 5.8 diketahui terdapat perbedaan yang bermakna pada empat aspek
kemandirian klien (aktivitas harian, aktivitas sosial, cara mengatasi masalah dan
pengobatan) antara sebelum dan sesudah intervensi dengan p value 0.000 pada alpha
0.05.
Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik
keluarga dengan kemampuan keluarga (kognitif dan psikomotor) dengan p value >0.05;
alpha 5%.
PEMBAHASAN
A. Pengaruh FPE terhadap Beban Keluarga
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat penurunan beban keluarga dalam merawat
klien pasung setelah mengikuti psikoedukasi keluarga ke tingkat yang lebih rendah dari
skor 73.2 menjadi 68.45. Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa hasil penelitian
sebelumnya membuktikan hipotesis yang menyatakan ada perbedaan bermakna beban
keluarga sebelum dan sesudah mengikuti intervensi family psychoeducation. Penurunan
beban keluarga antara lain dapat dilihat di akhir penelitian yaitu setelah pelaksanaan
intervensi dimana 12 keluarga (70%) mengatakan bahwa keluarga tidak merasa malu
mengakui adanya salah satu anggota yang mengalami gangguan jiwa sehingga keluarga
merasa lebih percaya diri dalam bergaul dengan masyarakat. Hal lain yang ditemukan
adalah meningkatnya kepercayaan keluarga terhadap pelayanan tenaga kesehatan yang
ditunjukkan melalui kesediaan keluarga untuk mengambil obat secara rutin ke
Hal ini didukung proses latihan psikomotor keluarga dalam merawat klien secara
langsung dengan memberikan pengetahuan dan latihan terstruktur serta konsisten sesuai
dengan modul family psychoeducation yang telah disusun. Keluarga dilatih untuk
merawat klien dengan dilibatkan secara langsung dalam role play dan latihan tentang
cara merawat klien dengan pasung, manajemen stres dan beban, serta memonitor
kemampuan dan kegiatan klien sehari-hari. Pengetahuan yang memadai tentang
gangguan jiwa dan perawatannya akan mempengaruhi kesiapan keluarga untuk
bertindak dan bersikap sehingga dapat meningkatkan kemampuan psikomotor merawat
klien dengan pasung.
DAFTAR PUSTAKA
Carson, V.B. (2000). Mental Health Nursing: The nurse-patient journey. (2th ed.).
Philadelphia: W.B. Sauders Company.
Chien, W.T. & Wong, K.F. (2007). A Family Psychoeducation Group Program for
Chinese People With Schizophrenia in Hong Kong. Arlington.
www.proquest.com.pqdauto. diperoleh tanggal 25 Juni 2009.
Dopp, P. (2008). Single & Multi Family Network Interventions : An Integrative Response
to Serious Mental Illness. www.proquest.com.pqdauto. diperoleh tanggal 5 Februari
2009
Fitri, L.D.N. (2007). Hubungan Pelayanan Community Mental Health Nursing (CMHN)
dengan Tingkat Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa di Kabupaten Bireuen Aceh.
Tesis FIK UI. tidak dipublikasikan
Keliat, B.A., (2003). Pemberdayaan Klien dan Keluarga dalam Perawatan Klien
Skizofrenia dengan Perilaku Kekerasan di RSJP Bogor. Disertasi. Jakarta. FKM UI.
tidak dipublikasikan
Magliano, L. (2008). Families of people with severe mental disorders: difficulties and
resources. http://www.euro.who.int/pubrequest, diperoleh tanggal 23 Februari 2009
1
Ns. Hasmila Sari, S.Kep: Mahasiswa Program Pasca Sarjana Kekhususan Keperawatan Jiwa FIK UI.
2
Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp., M. App.Sc: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa FIK UI Jakarta.
3
Mustikasari, S.Kp., MARS : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa FIK UI Jakarta.
3
Novy Helena, S.Kp., M.Sc : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa FIK UI Jakarta.