Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
FAKHURRAHMAN BENNY S. 121150092
DIYAH AYU SARI 121150100
DISUSUN OLEH
APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
FAKHURRAHMAN BENNY S. 121150092
DIYAH AYU SARI 121150100
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
DIFUSIVITAS INTEGRAL
(D-3)
DISUSUN OLEH
APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
FAKHURRAHMAN BENNY S. 121150092
DIYAH AYU SARI 121150100
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Pemisahan Difusional dengan judul Difusuvitas Integral dengan
lancar tanpa suatu halangan apapun. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat
Praktikum Pemisahan Difusional.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Danang Jaya, M.T. selaku kepala laboratorium.
2. Ir. Endang S., M.T. selaku asisten pembimbing.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan.
4. Rekan-rekan sesama praktikan atas kerja samanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sebagai evaluasi untuk kegiatan mendatang.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat umum.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMBANG ........................................................................................ viii
INTISARI............................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
I.2 Tujuan Percobaan ......................................................................................1
I.3 Tinjauan Pustaka .......................................................................................1
I.4 Hipotesis ....................................................................................................6
BAB II PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Alat dan Bahan .........................................................................................7
II.2 Rangkaian Alat .........................................................................................8
II.3 Cara Kerja ................................................................................................8
II.4 Bagan Alir ................................................................................................9
II.5 Analisis Perhitungan ..............................................................................10
BAB III PEMBAHASAN
III.1 Hasil Percobaan ....................................................................................13
III.2 Pembahasan ..........................................................................................15
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan ...........................................................................................17
IV.2 Kritik dan Saran ....................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMBANG
C = Konsentrasi (mol/L)
DAB = Difusivitas massa komponen A melalui B (cm2/detik)
dCA/dx = Gradien konsentrasi A dalam arah X (g/cm2)
E = Persen Asam Oklasat dalam pipa kapiler (%)
JAX = Fluks molar A dalam arah X (g/cm2. detik)
L = Panjang pipa kapiler (cm)
N = Normalitas (N)
viii
INTISARI
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Transfer massa berlangsung secara difusi antara dua fase atau lebih,
kebanyakan dalam operasi pemisahan konstituen dari campuran terdapat dua fase
yang saling bersinggungan yang dinamakan sebagai kontak fase.
Dinamika sistem sangat berpengaruh terhadap kecepatan transfer massa.
Sehingga dalam transfer massa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Difusi molekuler yaitu transfer massa yang disebabkan oleh gerakan
molekul secara acak dalam fluida yang diam atau bergerak secara
laminer. Difusi molekuler juga merupakan difusi yang berhubungan
dengan gerakan molekul-molekul melalui sesuatu zat yang disebabkan
oleh tenaga panasnya. Kecepatan rata-rata molekul tergantung pada
suhunya. Molekul bergerak melalui lintasan zig-zag, sehingga kecepatan
difusinya, yaitu jarak bersih yang ditempuh dalam satu arah, hanya
merupakan bagian kecil dari panjang lintasan yang sesungguhnya.
Sehingga difusi molekuler berjalan dengan sangat lambat.
b. Difusi olakan yaitu transfer massa yang terjadi apabila ada suatu fluida
yang mengalir melalui sebuah permukaan dengan aliran turbulen, atau
transfer massa yang dibantu oleh dinamika aliran.
Jika ditinjau, sebuah gas yang mengalir secara turbulen melalui sebuah
permukaan dalam keadaan tetap, dan pada saat yang sama dalam aliran tersebut
terjadi difusi equimolar arus berlawanan. Komponen A mendifusi dari permukaan
dinding ke badan utama gas, sedangkan komponen B mendifusi dari badan utama
gas ke permukaan dinding. (Hardjono, 1989)
Dalam mengamati aliran laminer dalam percobaan, prinsip prinsip yang
harus kita ketahui adalah partikel partikel fluida mengalir secara teratur dan
sejajar dengan sumbu tabung, hal ini dapat dilihat dari besarnya bilangan Reynold
( Re ) pada aliran fluida tersebut. Sedangkan sifat aliran turbulen partikel partikel
tidak lagi mengalir secara teratur ( Re > 2000 ). (Brown, 1950)
Difusivitas adalah suatu faktor perbandingan yaitu, difusivitas massa atau
komponen yang mendifusi melalui komponen pendifusi. Zat yang terlarut akan
mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya
rendah. Kecenderungan zat untuk mendifusi dinyatakan dengan koefisien difusi.
2
Koefisien difusi merupakan sifat spesifik sistem yang tergantung pada suhu,
tekanan dan komposisi sistem. DAB adalah koefisien difusi untuk komponen A yang
mendifusi melalui B. Dari hubungan dasar difusi molekuler yaitu fluks molar relatif
terhadap kecepatan rata-rata molar JA. Yang pertama kali ditemukan oleh Fick
untuk sistem isotermal dan isobarik.
Yang dimaksud dengan fluks sendiri adalah banyaknya suatu komponen, baik
dalam satuan massa atau mol, yang melintasi satu satuan luas permukaan dalam
satu satuan waktu. Fluks dapat ditetapkan berdasarkan suatu koordinat yang tetap
di dalam suatu ruangan, suatu koordinat yang bergerak dengan kecepatan rata-rata
massa, atau suatu koordinat yang bergerak dengan kecepatan rata-rata molar.
Koefisien difusi dapat dijumpai pada persamaan hukum Fick :
dC A ......... (1)
JAx= -DAB
dx
dimana :
JAx : Fluks molar A dalam arah X ( g/cm2.detik )
DAB : Difusivitas massa A melalui B ( cm2/detik )
dCA
: Gradien konsentrasi ( mol/cm4)
dx
Tanda negatif menunjukkan bahwa difusi terjadi dengan arah yang sejalan
dengan penurunan konsentrasi.
JAxx JAxx+x
x x+
x=0 x x=L
Neraca Massa :
Massa Masuk Massa Keluar Massa Yang Bereaksi = Massa Akumulasi.
dC dC dC
DAB A A DAB A A 0 A x A
dx x dx x x dx
.......................(2)
3
Persamaan ( 2 ) dibagi dengan A dx, maka :
d dCA dCA
DAB
dx dx dx .........................................................................(3)
d 2C A dCA
DAB
dx2 dx .........................................................................(4)
d 2C A 1 dCA
2
dx DAB dx .........................................................................(5)
4
dimana :
CA = Konsentrasi asam oksalat (mol/L)
DAB = Difusivitas asam oksalat (g/cm2.detik)
t = Waktu difusi (menit)
L = Panjang pipa (cm)
Untuk DAB yang tetap dan DAB . t/L2 kecil, maka persamaan ( 6 ) dapat
didekati dengan :
5
D t
E = 100 200 AB
2 ..............................................................(12)
L
D t
100 E = 200 AB
2
L
.............................................................(13)
1 t
log ( 100 E ) = log ( 200 D AB. . ) + 2 Log L2
........................(14)
t
2 log ( 100 E ) = 2 log ( 200 D AB. . ) + Log L2
......................(15)
t
Sehingga persamaan dapat dibuat grafik hubungan antara Log terhadap
L2
Log ( 100-E ) dan juga persamaan diatas dapat diselesaikan dengan metode Least
Square, dengan persamaan pendekatan secara garis lurus sebagai berikut :
y=a+bx .......................................................(16)
dimana :
y = 2 log ( 100 E )
a = 2 log ( 200 D . )
AB
t
x = Log
L2
b = tan = gradien = 1
dengan :
E = Perbandingan asam oksalat yang tertinggal
t = Waktu (menit)
L = Panjang pipa kapiler (cm)
DAB = Koefisien difusi (g/cm2.detik)
I.4 Hipotesis
Nilai DAB dipengaruhi oleh waktu dan konsentrasi, semakin besar konsentrasi
asam oksalat semakin besar pula DAB nya, semakin lama waktu difusi maka akan
semakin banyak asam oksalat yang terdifusi oleh air.
6
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1.2 Bahan
a. Air
b. Larutas Asam Oksalat (H2C2O4)
c. Aquadest
d. Larutan NaOH
e. Larutas Asam Standar
f. Indikator PP
7
II.2 Rangkaian Alat
Keterangan Gambar:
1. Bak penampung air
2. Kran pengatur aliran
3. Pipa kapiler
4. Bak difusi
5. Outlet
8
Selanjutnya percobaan difusi, mula-mula pipa kapiler diisi dengan asam
oksalat dan diusahakan agar tidak ada gelembung udara di pipa, lalu pipa kapiler
disusun dalam bak air dengan diurutkan posisinya dari posisi rendah ke tinggi, lalu
air dialirkan dan alirannya diatur agar laminer. Pada saat air sampai puncak pipa
kapiler waktu dicatat sebagai t=0. Kemudian pipa kapiler diambil setiap selang
waktu 5 menit secara berurutan. Selanjutnya asam oksalat yang terdapat pada pipa
kapiler diambil dengan jarum suntik dan dimasukkan kedalam erlenmeyer
kemudian ditambah aquades hingga volume airnya 10 ml. Kemudian tambahkan
indikator PP dan dititrasi dengan NaOH. Percobaan diulang untuk asam oksalat
(X2).
Menimbang berat pipa yang diisi dengan aquades, sehingga diperoleh berat
aquades
9
b. Standarisasi larutan NaOH
Mengambil asam standard 10 ml larutan
10
2. Menentukan Normalitas NaOH
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume asam standart (ml)
N1 = Normalitas asam standart (N)
V2 = Volume NaOH (ml)
N2 = Normalitas NaOH (N)
5. Menentukan Difusivitas
Dapat ditentukan dari rumus:
.D AB .t
E 100 200
L2
Yang dijabarkan menjadi:
t
2 Log (100 E ) Log 2 Log (200 D AB )
L2
11
Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan metode Least Square:
y = a + bx
dimana : y = 2 log (100-E)
t
x = log ( )
L2
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
Tabel 3. Standarisasi Asam Oksalat X1 sebelum difusi
Volume NaOH Volume Asam Oksalat Normalitas Asam
No
(ml) (ml) Oksalat (N)
1 4,70 10 0,0493
2 4,60 10 0,0483
3 4,65 10 0,0488
14
Tabel 6. Hasil Perhitungan Volume NaOH sebelum dan setelah difusi asam oksalat
(X2)
Volume NaOH Normalitas Asam Oksalat
Volume
(ml)
Waktu Asam
Sebelum Setelah Difusi
(menit) Sebelum Sesudah Oksalatat
Difusi Sebelum Setelah
Difusi Difusi (ml)
Pengenceran pengeceran
5 3,8 1,1 10 0,0398 0,03268 0,0115
10 3,8 1,2 10 0,0398 0,03650 0,0126
15 3,8 1,2 10 0,0398 0,03668 0,0126
20 3,8 1,2 10 0,0398 0,03681 0,0126
25 3,8 1,2 10 0,0398 0,03708 0,0126
III.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan koefisien difusivitas cairan (DAB).
Difusivitas memiliki dimensi yaitu panjang pangkat dua dibagi dengan waktu. Nilai
dari koefisien dari difusivitas tergantung dari tekanan temperatur (suhu) dan
komposisi sistem.
Pada percobaan ini dilakukan proses titrasi menggunakan indikator PP.
Percobaan titrasi digunakan untuk menentukan normalitas asam oksalat sebelum
difusi.
Penggunaan aquadest hingga volume larutan asam oksalat yang akan dititrasi
sebanyak 10 ml dimaksudkan untuk mempermudah proses titrasi karena sedikitnya
asam oksalat yang terdapat pada pipa kapiler karena volume pipa kapiler yang kecil.
Untuk mengetahuo normalitas asam oksalat setelah difusi harus dilakukan titrasi
karena normalitas yang akan dihitung adalah normalitas asam oksalat sebanyak
volume pipa kapiler.
Dari hasil percobaan normalitas asam oksalat X1 sebelum dan sesudah difusi
mengalami naik turun, karena kurang cermatnya dalam melihat volume buret.
Sedangkan, hasil percobaan pada saat asam oksalat X2 sebelum dan sesudah difusi
15
didapatkan normalitas asam oksalat tetap. Hal ini disebabkan karena kurang
cermatnya dalam melihat volume buret, dan saat memasang pipa kapiler kurang
sama ketinggiannya sehingga proses difusi berlangsung pada waktu yang tidak
bersamaan.
16
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Koefisien difusivitas integral (DAB) yang didapatkan dengan larutan asam
oksalat X1 = 0,0276 cm2/menit
2. Koefisien difusivitas integral (DAB) yang didapatkan dengan larutan asam
oksalat X2 = 0,0375 cm2/menit
17
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G. 1950. Unit Operation. New York : John Willey and Sons, Inc.
Hardjono. 1989. Diktat Kuliah Operasi Teknik Kimia II. Hal 1 4. Yogyakarta :
Perry, R.A, 1973. Chemical Engineering Hand Book. 6th ed. New York : Mc. Graw
18
LAMPIRAN
Analisis Perhitungan
1. Menentukan volume pipa kapiler
Suhu aquades = 29C
Densitas aquades = 0,995945 g/ml
Berat aquadest = Berat pipa isi berat pipa kosong
= (12,7498 9,2456) gram
= 3,5042 gram
Volume pipa kapiler =
3,5042
Volume pipa kapiler = 0,995945 /
= 3,5184 ml
Dengan cara yang sama diperoleh :
Tabel 7. Data hasil pengamatan berat aquades dengan volume pipa
Panjang Berat Pipa Berat Pipa Berat Volume
No
Pipa (cm) Kosong (gr) Isi (gr) Aquadest (gr) Pipa (ml)
1 10,2 9,2456 12,7498 3,5042 3,5184
2 10,1 9,2366 12,6739 3,4373 3,4512
3 10 9,1140 12,5345 3,4205 3,4344
4 9,9 9,0857 12,4942 3,4085 3,4223
5 9,8 8,9613 12,3450 3,3837 3,3974
19
N1 = Normalitas asam standar (N)
V2 = Volume NaOH (ml)
N2 = Normalitas NaOH (N)
Pada sampel 1, jika volume NaOH = 9,3 ml
10 0,1
2 = = 0,107 N
9,3
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana :
V1 = Volume NaOH sebelum difusi
N1 = Normalitas NaOH
V2 = Volume asam oksalat
N2 = Normalitas asam oksalat
20
Jika pada sampel 1 ,volume NaOH (V1 ) = 4,7 ml
volume asam oksalat (V2 ) = 10 ml
Maka Normalitas asam oksalat pada sampel 1 adalah
4,7 0,105
2 = = 0,0493 N
10
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana :
V1 = Volume NaOH sebelum difusi
N1 = Normalitas NaOH
V2 = Volume asam oksalat
N2 = Normalitas asam oksalat
Jika pada sampel 1 ,volume NaOH (V1 ) = 3,8 ml
volume asam oksalat (V2 ) = 10 ml
21
Dengan cara yang sama diperoleh :
Tabel 10. Data hasil pengamatan volume NaOH dengan Normalitas H2C2O4
Volume NaOH Volume Asam Oksalat Normalitas Asam
No
(ml) (ml) Oksalat (N)
1 3,8 10 0,0399
2 3,9 10 0,0409
3 3,7 10 0,0388
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana :
V1 = Volume NaOH setelah difusi
N1 = Normalitas NaOH
V2 = Volume asam oksalat
N2 = Normalitas asam oksalat
Jika pada sampel 1 ,volume NaOH (V1 ) = 1,3 ml
volume asam oksalat (V2 ) = 10 ml
Maka Normalitas asam oksalat pada sampel 1 adalah
1,3 ml x 0,105 N
2 = = 0,01365 N
10
22
Dengan cara yang sama diperoleh :
Tabel 11. Data hasil pengamatan volume NaOH dengan normalitas asam oksalat
(X1)
Normalitas Asam
Volume NaOH
Volume Asam Oksalat sesudah difusi
No sesudah difusi
Oksalat (ml) (setelah pengenceran)
(ml)
(N)
1 1,3 10 0,01365
2 1,4 10 0,0147
3 1,6 10 0,0168
4 1,2 10 0,0120
5 1,9 10 0,01995
Tabel 12. Data hasil pengamatan volume NaOH dengan normalitas asam oksalat
(X2)
Normalitas Asam
Volume NaOH
Volume Asam Oksalat sesudah difusi
No sesudah difusi
Oksalat (ml) (setelah pengenceran)
(ml)
(N)
1 1,1 10 0,0115
2 1,2 10 0,0126
3 1,2 10 0,0126
4 1,2 10 0,0126
5 1,2 10 0,0126
23
N1 = Normalitas asam oksalat (X1 dan X2)
V2 = Volume pipa kapiler
N2 = Normalitas asam oksalat sesudah difusi sebelum pengencera
Jika pada sampel 1 , volume pipa kapiler (V2 ) = 3,5184 ml
Maka :
Normalitas asam oksalat X1 pada sampel 1 adalah
10 0,01365
2 = = 0,038796 N
3,464147
24
Dengan cara yang sama diperoleh :
Tabel 14. Data hasil pengamatan volume NaOH dengan normalitas asam oksalat
(X2) setelah difusi sebelum pengenceran
Normalitas asam
Volume Volume
oksalat sesudah
Asam Pipa
No difusi (sebelum
Oksalat Kapiler
pengenceran)
(ml) (ml)
(N)
1 10 3,5184 0,03268
2 10 3,4512 0,03650
3 10 3,4344 0,03668
4 10 3,4223 0,03681
5 10 3,3974 0,03708
Dimana :
E = % Sisa asam oksalat
N = Normalitas asam oksalat setelah difusi
No = Normalitas asam oksalat sebelum difusi
Untuk Asam Oksalat X1
Jika: N = 0,01365 N
No = 0,0488 N
0,01365
= x 100% = 27,97% %
0,0488
25
Dengan cara yang sama :
Tabel 15. Persentase asam oksalat (X1)
No N No E%
1 0,01365 0,0488 27,97
2 0,0147 0,0488 30,12
3 0,0168 0,0488 34,42
4 0,0120 0,0488 24,59
5 0,01995 0,0488 40,88
. .
= 100 200
2
. .
100 = 200
2
1
log(100 ) = log(200 . ) + log 2
2
2 log(100 ) = 2 log(200 . ) + log
2
26
Persamaan diatas diselesaikan dengan metode Least Square
y = ax + b
Dimana :
Y = 2 log(100 )
x = log (2 )
b = 2 log(200( . )
a. Asam oksalat X1
Y = 2 log( 100 27,97) = 3,7150
5
X = log (10,22 )= -1,318
E% Waktu L
No X Y X2 X.Y
(X1) (menit) (cm)
y = ax + bn
xy = ax2 + bx
18,335 = -4,425 a + 5 b
-16,274 = 4,252 a + -4,425 b
27
-0,1416 = a
3,541 = b
2 (200( . ) =
2(200( . ) = 3,541
log(200( . ) = 1,7705
(200( . ) = 58,952
( . ) = 0,294
2
= 0,0276
b. Asam oksalat X2
Y = 2 log( 100 28,89) = 3,703
5
x = log (10,22 ) = -1,318
Waktu L
No E% X Y X2 X.Y
(menit) (cm)
1 28,89 5 10,2 -1,318 3,703 1,737 -4,882
2 30,15 10 10,1 -1,008 3,6888 1,017 -3,720
3 30,15 15 10 -0,823 3,6888 0,678 -3,038
4 30,15 20 9,9 -0,640 3,6888 0,476 -2,545
5 30,15 25 9,8 -0,584 3,6888 0,341 -2,155
-4.425 18,457 4,252 -16,34
28
y = ax + nb
xy = ax2 + bx
18,457 = -4,425 a + 5 b
-16,343 = 4,252 a + -4,425 b
2 (200( . ) = 3,6737
log(200( . ) = 1,83685
(200( . ) = 68,683
( . ) = 0,3434
2
= 0,0375
29
= 0,34 %
Dengan cara yang sama akan diperoleh data:
Tabel 19. Persen kesalahan asam oksalat X1
No X Y data Y hitung % kesalahan
1 -1,318 3,715 3,727 0,34
2 -1,008 3,688 3,683 0,131
3 -0,823 3,633 3,657 0,666
4 -0,692 3,754 3,638 3,092
5 -0,584 3,543 3,623 2,266
3,75
2 Log (100-E)
3,7
3,65 Y Data
Y Hitung
3,6
Linear (Y Data)
3,55 y = -0,1376x + 3,5448
R = 0,2359
3,5
-1,5 -1 -0,5 0
Log (t/L2)
b. Asam Oksalat X2
Y = -0,0210 x + 5,720613
Y hitung = -0,0210 (-1,318) + 3,6737
Y hitung = 3,701
3,703 3,701
% Kesalahan = | | x100%
3,703
= 0,066 %
Dengan cara yang sama akan diperoleh data:
30
Tabel 20. Persen kesalahan asam oksalat X2
No X Y data Y hitung % kesalahan
1 -1,318 3,703 3,701 0,066
2 -1,008 3,6888 3,695 0,178
3 -0,823 3,6888 3,691 0,072
4 -0,640 3,6888 3,688 0,004
5 -0,584 3,6888 3,686 0,064
3,704
3,702
3,7
3,698
2 Log (100-E)
3,696
3,694 Y Data
3,692 Y Hitung
3,69 Linear (Y Data)
3,688
3,686 y = -0,0177x + 3,6762
R = 0,6893
3,684
-1,5 -1 -0,5 0
Log (t/L2)
31