Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
FAKHURRAHMAN BENNY S. 121150092
DIYAH AYU SARI 121150100
DISUSUN OLEH
APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
FAKHURRAHMAN BENNY S. 121150092
DIYAH AYU SARI 121150100
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Praktikum Pemisahan Difusional dengan judul Difusivitas Integral dengan lancar
tanpa suatu halangan apapun. Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat
Praktikum Pemisahan Difusional.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Danang Jaya, M.T. selaku kepala laboratorium.
2. Ir. Endang S., M.T. selaku asisten pembimbing.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan.
4. Rekan-rekan sesama praktikan atas kerja samanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sebagai evaluasi untuk kegiatan mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat umum.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMBANG
C = Konsentrasi (mol/L)
DAB = Difusivitas massa komponen A melalui B (cm2/menit)
dCA/dx = Gradien konsentrasi A dalam arah X (g/cm2)
E = Persen Asam Oklasat dalam pipa kapiler (%)
JAX = Fluks molar A dalam arah X (g/cm2. detik)
L = Panjang pipa kapiler (cm)
N = Normalitas (N)
t = Waktu (detik)
V = Volume cairan (ml)
vii
INTISARI
viii
MAKALAH PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
DIFUSIVITAS INTEGRAL
BAB I
PENDAHULUAN
Transfer massa berlangsung secara difusi antara dua fase atau lebih,
kebanyakan dalam operasi pemisahan konstituen dari campuran terdapat dua fase
yang saling bersinggungan yang dinamakan sebagai kontak fase.
Dinamika sistem sangat berpengaruh terhadap kecepatan transfer massa.
Sehingga dalam transfer massa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Difusi molekuler yaitu transfer massa yang disebabkan oleh gerakan
molekul secara acak dalam fluida yang diam atau bergerak secara
laminer. Difusi molekuler juga merupakan difusi yang berhubungan
dengan gerakan molekul-molekul melalui sesuatu zat yang disebabkan
oleh tenaga panasnya. Kecepatan rata-rata molekul tergantung pada
suhunya. Molekul bergerak melalui lintasan zig-zag, sehingga kecepatan
difusinya, yaitu jarak bersih yang ditempuh dalam satu arah, hanya
merupakan bagian kecil dari panjang lintasan yang sesungguhnya.
Sehingga difusi molekuler berjalan dengan sangat lambat.
b. Difusi olakan yaitu transfer massa yang terjadi apabila ada suatu fluida
yang mengalir melalui sebuah permukaan dengan aliran turbulen, atau
transfer massa yang dibantu oleh dinamika aliran.
Jika ditinjau, sebuah gas yang mengalir secara turbulen melalui sebuah
permukaan dalam keadaan tetap, dan pada saat yang sama dalam aliran tersebut
terjadi difusi equimolar arus berlawanan. Komponen A mendifusi dari permukaan
dinding ke badan utama gas, sedangkan komponen B mendifusi dari badan utama
gas ke permukaan dinding. (Hardjono, 1989)
Dalam mengamati aliran laminer dalam percobaan, prinsip prinsip yang
harus kita ketahui adalah partikel partikel fluida mengalir secara teratur dan
sejajar dengan sumbu tabung, hal ini dapat dilihat dari besarnya bilangan Reynold
( Re ) pada aliran fluida tersebut. Sedangkan sifat aliran turbulen partikel partikel
tidak lagi mengalir secara teratur ( Re > 2000 ). (Brown, 1950)
Difusivitas adalah suatu faktor perbandingan yaitu, difusivitas massa atau
komponen yang mendifusi melalui komponen pendifusi. Zat yang terlarut akan
mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya
rendah. Kecenderungan zat untuk mendifusi dinyatakan dengan koefisien difusi.
Koefisien difusi merupakan sifat spesifik sistem yang tergantung pada suhu,
tekanan dan komposisi sistem. DAB adalah koefisien difusi untuk komponen A yang
mendifusi melalui B. Dari hubungan dasar difusi molekuler yaitu fluks molar relatif
terhadap kecepatan rata-rata molar JA. Yang pertama kali ditemukan oleh Fick
untuk sistem isotermal dan isobarik.
Yang dimaksud dengan fluks sendiri adalah banyaknya suatu komponen, baik
dalam satuan massa atau mol, yang melintasi satu satuan luas permukaan dalam
satu satuan waktu. Fluks dapat ditetapkan berdasarkan suatu koordinat yang tetap
di dalam suatu ruangan, suatu koordinat yang bergerak dengan kecepatan rata-rata
massa, atau suatu koordinat yang bergerak dengan kecepatan rata-rata molar.
Koefisien difusi dapat dijumpai pada persamaan hukum Fick :
dC A ......... (1)
JAx= -DAB
dx
dimana :
JAx : Fluks molar A dalam arah X ( g/cm2.detik )
DAB : Difusivitas massa A melalui B ( cm2/menit )
dCA
: Gradien konsentrasi ( mol/cm4)
dx
Tanda negatif menunjukkan bahwa difusi terjadi dengan arah yang sejalan
dengan penurunan konsentrasi.
JAxx JAxx+x
x x+
x=0 x x=L
Neraca Massa :
Massa Masuk Massa Keluar Massa Yang Bereaksi = Massa Akumulasi.
dC dC dC
DAB A A DAB A A 0 A x A
dx x dx x x dx
.......................(2)
d 2C A dCA
DAB
dx2 dx .........................................................................(4)
d 2C A 1 dCA
2
dx DAB dx .........................................................................(5)
dimana :
CA = Konsentrasi asam oksalat (mol/L)
DAB = Difusivitas asam oksalat (cm2/menit)
t = Waktu difusi (menit)
L = Panjang pipa (cm)
Untuk DAB yang tetap dan DAB , t/L2 kecil, maka persamaan ( 6 ) dapat
didekati dengan :
D t
E = 100 200 AB
2 ..............................................................(12)
L
D t
100 E = 200 AB
2
L
.............................................................(13)
1 t
log ( 100 E ) = log ( 200 D AB.. ) + 2 Log ( L2 )
........................(14)
t
2 log ( 100 E ) = 2 log ( 200 D AB.. ) + Log ( L2 )
......................(15)
t
Sehingga persamaan dapat dibuat grafik hubungan antara Log ( ) terhadap
L2
Log ( 100-E ) dan juga persamaan diatas dapat diselesaikan dengan metode Least
Square, dengan persamaan pendekatan secara garis lurus sebagai berikut :
y=a+bx .......................................................(16)
dimana :
y = 2 log ( 100 E )
a = 2 log ( 200 D . )
AB
t
x = Log ( )
L2
b = tan = gradien = 1
dengan :
E = Perbandingan asam oksalat yang tertinggal
t = Waktu (menit)
L = Panjang pipa kapiler (cm)
DAB = Koefisien difusi (cm2/menit)
I.4 Hipotesis
Nilai DAB dipengaruhi oleh waktu dan konsentrasi, semakin besar konsentrasi
asam oksalat semakin besar pula DAB nya, semakin lama waktu difusi maka akan
semakin banyak asam oksalat yang terdifusi oleh air.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1.2 Bahan
a. Air
b. Larutas Asam Oksalat (H2C2O4)
c. Aquadest
d. Larutan NaOH
e. Larutas Asam Standar
f. Indikator PP
Keterangan Gambar:
1. Bak penampung air
2. Kran pengatur aliran
3. Pipa kapiler
4. Bak difusi
5. Outlet
sebagai volume NaOH sebelum difusi. Hal yang sama dilakukan untuk asam
oksalat (X2).
Selanjutnya percobaan difusi, mula-mula pipa kapiler diisi dengan asam
oksalat dan diusahakan agar tidak ada gelembung udara di pipa kapiler, lalu pipa
kapiler disusun dalam bak air dengan diurutkan posisinya dari posisi tinggi ke
rendah, lalu air dialirkan dan alirannya diatur agar laminer. Pada saat permukaan
air sejajar dengan pipa kapiler paling tinggi, waktu dicatat sebagai t=0. Kemudian
pipa kapiler diambil setiap selang waktu 5 menit secara berurutan. Selanjutnya
asam oksalat yang terdapat pada pipa kapiler diambil dengan jarum suntik dan
dimasukkan ke dalam labu takar kemudian ditambah aquadest hingga volume 10
ml, lalu larutan dipindah ke erlenmeyer. Kemudian tambahkan indikator PP dan
dititrasi dengan NaOH. Percobaan diulang untuk asam oksalat (X2).
Menimbang berat pipa yang diisi dengan aquadest, sehingga diperoleh berat
aquadest
d. Percobaan difusi
Mengisi pipa kapiler dengan asam oksalat dan mengusahakan tidak ada
gelembung udara.
Menyusun pipa kapiler dalam bak air dengan mengurutkan dari posisi
tertinggi ke rendah.
Mengalirkan air dan mengatur agar alirannya laminer, pada saat air
mencapai puncak pipa kapiler waktu dicatat sebagai t=0.
5. Menentukan Difusivitas
Dapat ditentukan dari rumus:
.D AB .t
E 100 200
L2
Yang dijabarkan menjadi:
1
Log(100 E) = 2Log ( 2 ) + Log (200 )
t
2 Log (100 E ) Log 2 Log (200 D AB )
L2
Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan metode Least Square:
y = a + bx
dimana : y = 2 log (100-E)
t
a = log ( )
L2
BAB III
PEMBAHASAN
Tabel 6. Hasil perhitungan volume NaOH sebelum dan setelah difusi asam oksalat
(X2)
Volume NaOH Volume Normalitas Asam Oksalat
Waktu (ml) Asam
(menit) Sebelum Sesudah Oksalatat
Sebelum Difusi Setelah Difusi
Difusi Difusi (ml)
III.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan koefisien difusivitas cairan (DAB).
Difusivitas memiliki dimensi yaitu panjang pangkat dua dibagi dengan waktu. Nilai
dari koefisien dari difusivitas tergantung dari tekanan temperatur (suhu) dan
komposisi sistem.
Pada percobaan ini dilakukan proses titrasi menggunakan indikator PP.
Percobaan titrasi digunakan untuk menentukan normalitas asam oksalat sebelum
difusi.
Penggunaan aquadest hingga volume larutan asam oksalat yang akan dititrasi
sebanyak 10 ml dimaksudkan untuk mempermudah proses titrasi karena sedikitnya
asam oksalat yang terdapat pada pipa kapiler karena volume pipa kapiler yang kecil.
Untuk mengetahui normalitas asam oksalat setelah difusi harus dilakukan titrasi
karena normalitas yang akan dihitung adalah normalitas asam oksalat sebanyak
volume pipa kapiler.
Dari hasil percobaan normalitas asam oksalat X1 sesudah difusi mengalami
penurunan, hal ini sudah sesuai teori yang ada. Adapun, persen kesalahan
disebabkan oleh kurang cermatnya dalam melihat volume buret.
Berdasarkan rumus diatas dapat dikatakan bahwa hubungan antara 2 log ( 100
t
E ) dan Log ( ) adalah berbanding lurus. Dimana jika nilai 2 log ( 100 E )
L2
t
semakin besar, maka nilai Log ( ) juga semakin besar.
L2
3,8
3,75
2 Log (100-E)
3,7
3,65 Y Data
Y Hitung
3,6
Linear (Y Data)
3,55 y = 0,2701x + 3,9033
R = 0,9955
3,5
-1,4 -1,2 -1 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0
Log (t/L2)
3,71
3,705
3,7
3,695
2 Log (100-E)
3,69
3,685
Y Data
3,68
3,675 Y Hitung
3,67 Linear (Y Data)
3,665
y = 0,0309x + 3,7036
3,66 R = 0,3372
3,655
-1,4 -1,2 -1 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0
Log (t/L2)
Dari hasil percobaan didapatkan hubungan antara 2 log ( 100 E ) dan Log (
t
) adalah berbanding lurus. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada.
L2
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Koefisien difusivitas integral (DAB) yang didapatkan dengan larutan asam
oksalat X1 = 0,06324 cm2/menit, didapatkan persamaan y = 0,27 x + 3,9.
2. Koefisien difusivitas integral (DAB) yang didapatkan dengan larutan asam
oksalat X2 = 0,01412 cm2/menit, didapatkan persamaan y = 0,03 x + 2,7.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G. 1950. Unit Operation. New York : John Willey and Sons, Inc.
Hardjono. 1989. Diktat Kuliah Operasi Teknik Kimia II. Hal 1 4. Yogyakarta :
Perry, R.A. 1973. Chemical Engineering Hand Book. 6th ed. New York : Mc. Graw
LAMPIRAN
Analisis Perhitungan
1. Menentukan volume pipa kapiler
Suhu aquadest = 29C
Densitas aquadest = 0,995945 g/ml
Berat aquadest = Berat pipa isi berat pipa kosong
= (12,7498 9,2456) gram
= 3,5042 gram
Volume pipa kapiler =
3,5042
Volume pipa kapiler = 0,995945 /
= 3,5184 ml
Dengan cara yang sama diperoleh :
Tabel 7. Data hasil pengamatan berat aquadest dengan volume pipa
Panjang Berat Pipa Berat Pipa Berat Volume
No
Pipa (cm) Kosong (gr) Isi (gr) Aquadest (gr) Pipa (ml)
1 10,2 9,2456 12,7498 3,5042 3,5184
2 10,1 9,2366 12,6739 3,4373 3,4512
3 10,0 9,1140 12,5345 3,4205 3,4344
4 9,90 9,0857 12,4942 3,4085 3,4223
5 9,80 8,9613 12,3450 3,3837 3,3974
10 0,1
2 = = 0,107 N
9,3
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana :
V1 = Volume NaOH sebelum difusi
N1 = Normalitas NaOH
V2 = Volume asam oksalat
N2 = Normalitas asam oksalat
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana :
V1 = Volume NaOH sebelum difusi
N1 = Normalitas NaOH
V2 = Volume asam oksalat
N2 = Normalitas asam oksalat
Jika pada sampel 1 ,volume NaOH (V1 ) = 3,8 ml
volume asam oksalat (V2 ) = 10 ml
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana :
V1 = Volume NaOH setelah difusi
N1 = Normalitas NaOH
V2 = Volume asam oksalat
N2 = Normalitas asam oksalat
Jika pada sampel 1 ,volume NaOH (V1 ) = 1,3 ml
Volume asam oksalat (V2 ) = 10 ml
Maka Normalitas asam oksalat pada sampel 1 adalah
1,9 ml x 0,105 N
2 = = 0,01995 N
10
Tabel 12. Data hasil pengamatan volume NaOH dengan normalitas asam oksalat
(X2)
Volume NaOH Normalitas Asam
Volume Asam
No sesudah difusi Oksalat sesudah difusi
Oksalat (ml)
(ml) (N)
1 1,2 10 0,0126
2 1,1 10 0,0126
3 1,1 10 0,0126
4 1,1 10 0,0126
5 1,1 10 0,0115
Dimana :
E = % Sisa asam oksalat
N = Normalitas asam oksalat setelah difusi
No = Normalitas asam oksalat sebelum difusi
Untuk Asam Oksalat X1
Jika: N = 0,01365 N
No = 0,0488 N
0,01995
= x 100% = 40,88 %
0,0488
. .
= 100 200
2
. .
100 = 200
2
1
log(100 ) = log(200 . ) + log 2
2
2 log(100 ) = 2 log(200 . ) + log
2
Persamaan diatas diselesaikan dengan metode Least Square
y = ax + b
Dimana :
Y = 2 log(100 )
x = log ( 2 )
b = 2 log(200( . )
a. Asam oksalat X1
Y = 2 log( 100 40,88) = 3,5434
5
X = log (10,22 )= -1,318
E% Waktu L
No X Y X2 X.Y
(X1) (menit) (cm)
2(200( . ) = 3,9
log(200( . ) = 1,95
(200( . ) = 89,125
( . ) = 0,4456
2
= 0,06324
b. Asam oksalat X2
Y = 2 log( 100 28,89) = 3,703
5
x = log (10,22 ) = -1,318
Waktu L
No E% X Y X2 X.Y
(menit) (cm)
1 31,66 5 10,2 -1,318 3,669 1,738 -4,837
2 31,66 10 10,1 -1,009 3,669 1,017 -3,701
3 31,66 15 10 -0,824 3,669 0,679 -3,023
4 31,66 20 9,9 -0,690 3,669 0,476 -2,533
5 28,89 25 9,8 -0,585 3,704 0,342 -2,165
-4,426 18,38 4,252 -16,26
y = ax + nb
xy = ax2 + bx
18,38 = -4,426 a + 5 b
-16,26 = 4,252 a + -4,426 b
2 (200( . ) = 3,7
log(200( . ) = 1,85
(200( . ) = 70,79
( . ) = 0,3540
2
= 0,01412
3,75
2 Log (100-E)
3,7
3,65 Y Data
Y Hitung
3,6
Linear (Y Data)
3,55 y = 0,2701x + 3,9033
R = 0,9955
3,5
-1,4 -1,2 -1 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0
Log (t/L2)
b. Asam Oksalat X2
Y = 0,03 x + 2,7
Y hitung = 0,03 (-1,318) + 2,7
Y hitung = 3,6605
3,669 3,6605
% Kesalahan = | | x100%
3,669
= 0,243 %
Dengan cara yang sama akan diperoleh data:
3,71
3,705
3,7
3,695
2 Log (100-E)
3,69
y = 0,0309x + 3,7036
R = 0,3372 3,685
Y Data
3,68
3,675 Y Hitung
3,67 Linear (Y Data)
3,665
3,66
3,655
-1,4 -1,2 -1 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0
Log (t/L2)