You are on page 1of 39

BAB 1

PENDAHULUAN

Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada
tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.1
Tumor adalah penyakit pada gen, basis biologisnya adalah kelainan
genetik. Fator penyebab tumor menimbukkan mutasi gen pada sel tubuh hingga
timbul kelainan genetik, manifestasi gen menjadi kacau, timbul kelainan pada
morfologi, metabolisme dan fungsi sel tumor yang berbeda dari sel normal.
Penelitian menunjukkan timbulnya tumor merupakan hasil dari banyak mutasi gen
yang melibatkan banyak tahapan. Mutasi gen yang berbeda dan intensitas mutasi
yang berbeda menghasilkan jenis tumor yang berbeda.1
Begitu tumor terbentuk, pertumbuhannya bersifat otonom, karakteristik
tumor diturunkan ke generasi sel berikutnya, pertumbuhannya relatif tidak dapat
dikendalikan tubuh, aktif dan tidak terbatas. Pertumbuhan yang invasif, kelainan
metabolisme dan fungsinya merupakan ancaman bagi tubuh. Jaringan tumor
dalam intensitas berlainan kehilangan kemampuan berdiferensiasi sehingga
morfologinya berbeda dari jaringan normal. Kelainan morfologi tumor merupakan
dasar bagi diagnosis patologi tumor.1
Tumor dapat di bagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Daya tumbuh
tumor jinak terbatas, biasanya tumbuh ekpansif lokal, laju pertumbuhannya relatif
lambat. Tumor jinak dapat mendesak jaringan organ sekitarnya, namun biasanya
tidak berinfiltrasi merusak jaringan sekitarnya, juga tidak bermetastasis, sehingga
bahayanya relatif kecil. Tumor ganas sering kali tumbuh dengan pesat, bersifat
invasif (menginfiltrasi jaringan sekitarnya) dan bermanifestasi, bila tidak
mendapatkan terapi yang efektif biasanya membawa kematian.1

1
BAB II
BASIC SCIENCE TUMOR

Tumor

Neoplasma Non neoplasma

Maligna Benigna Kista Radang Hipertrofi

Karsinoma Sarkoma

Skema 1 : Tumor

1. DEFINISI TUMOR

Berdasarkan onkologi atau ilmu yang mempelajari tentang penyakit yang


disebabkan oleh tumor, pengertiannya terbagi dua. Tumor dalam arti umum
adalah jaringan sel liar berupa benjolan atau pembengkakan abnormal dibagian
tubuh. Sedangkan dalam arti khusus, tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh
neoplasma.2
Istilah tumor digunakan untuk setiap bengkak akibat pembelahan sel, baik
kanker (ganas) atau bukan kanker (jinak). Terkadang kata tumor digunakan bagi
pembengkakan yang bukan disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal, seperti
radang atau kista.3

2. KLASIFIKASI TUMOR
1. TUMOR NEOPLASMA
Secara klinis tumor di bedakan atas golongan neoplasma dan non
neoplasma. Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru massa
abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasi

2
dengan pertumbuhan jaringan normal secara terus demikian walaupun
rangsangan yang memicu tersebut telah berhenti.4

Neoplasma mempunyai 2 komponen dasar, yaitu :


a. parenkim, yang terdiri atas sel yang telah mengalami transformasi atau
neoplastik. Parenkim neoplasma menentukan perilaku nama tumor
bersangkutan.
b. Stroma, penunjang non neoplastik yang bersasal dari pejamu dan terdiri
atas jaringan ikat dan pembuluh darah. Stroma mengandung pembuluh
darah dan memberikan dukungan begi pertumbuhan sel parenkim dan
sangat penting untuk pertumbuhan neoplasma.5

Gambar 2.1 : komponen dasar tumor (parenkim dan stoma)

A. Neoplasma Benigna (Tumor Jinak)


a. Definisi Neoplasma Beingna (Tumor Jinak)
Pertumbuhan abnormal, namun bukan kanker yang mungkin terjadi di
berbagai bagian tubuh. Neoplasma benigna tumbuh lebih lambat dan tidak di
ketahui dapat bermetastasis atau menyebar ke jaringan di sekitarnya.6
b. Ciri-Ciri Neoplasma Benigna (Tumor Jinak)
1. Diferensiasi/anaplasia
Berdiferensiasi baik, strukturnya serupa dengan jaringan asal.2
2. Laju pertumbuhan
Biasanya progresif dan lambat, dapat berhenti atau beregresi; jarang
dijumpai gambaran mitotik, dan kalaupun ada, gambarannya normal.2

3
3. Invasi lokal
Biasanya berupa massa berbatas tegas, kohesif dan ekspansif, tidak
menginvasi atau menginfiltrasi jaringan normal di sekitarnya.2
4. Metastasis
Tidak dijumpai.2

c. Proses Pertumbuhan Neoplasma Benigna (Tumor Jinak)


1) Sel tumor
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh
secara autonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga bentuk
dan struktur sel ini berbeda dengan sel normal. Perbedaan sifat sel tumor ini
bergantung pada besarnya penyimpangan bentuk, dan fungsi, autonominya
dalam sifat pertumbuhan, dan kemampuannya berinfiltrasi, dan
bermetastasis.2
Sel tumor memiliki beragam bentuk (polimorfik) serta warna
(polikromasi) karena banyaknya asam nukleat dalam inti dan tidak
meratanya distribusi kromatin inti. Inti sel relatif besar dibandingkan dengan
rasio inti/neoplasma pada sel normal. Insiden mitosis lebih tinggi dan
sifatnya abnormal. Susunan sel yang tidak teratur disebut susunan anaplastik.
Sel tumor bersifat tumbuh terus tanpa batas sehingga tumor makin lama
makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya.2
Secara morfologik, pertumbuhan sel dapat dibedakan menjadi dua
fase, yaitu fase mitosis dan interfase. Pada interfase, sel baru tumbuh
menjadi sel dewasa, sementara terjadi sintesis DNA, RNA. Enzim, dan
protein baru, serta duplikasi untai tunggal kromosom menjadi untai ganda.
Lamanya interfase sangat beragam dari beberapa jam sampai bertahun-tahun,
bahkan ada sel yang tidak akan mengalami lagi fase mitosis (lihat gambar
2.2). Sel normal dalam keadaan tidak aktif akan masuk ke dalam siklus G0,
yaitu fase istirahat, dan akan aktif kembali memasuki siklus sel G1 S G2
M, jika diperlukan dapat memasuki siklus G1, gap -1:S, sintesis DNA;G2,

4
gap -2, dan M, mitosis atau pembelahan sel (lihat gambar 2.2). Dalam
keadaan fisiologis, sel membelah diri untuk mengganti sel yang mati.2
Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di suatu tempat
(unisentrik), tetapi kadang-kadang tumor berasal dari beberapa organ
(multilokuler), pada waktu bersamaan (sinkron) atau berbeda (metakron).
Selama pertumbuhan tumor disebut masih dalam fase lokal. Akan tetapi, jika
telah terjadi infiltrasi ke organ sekitarnya, tumor telah mencapai fase lokal
ini disebut penyebaran per kontinuitatum karena masih berhubungan
langsung dengan tumor induknya.2
Untuk mengukur kecepatan pertumbuhan tumor dipakai parameter
waktu ganda (doubling time), yakni waktu yang diperlukan oleh tumor
untuk mencapai volume menjadi dua kali semula. Semakin pendek waktu
ganda, semakin cepat pertumbuhannya dan pada umumnya semakin ganas
pula tumor tersebut.2
Sebesar 5-10% neoplasma disebabkan oleh kelainan genetik (loss of
heterozygocities, LOH), yaitu ketidakstabilan genom pada sebuah rantai alel
berupa kerusakan satu rantai alel yang dalam waktu singkat akan diikuti oleh
pasangan alel-nya sehingga menimbulkan neoplasma.2

Gambar 2.2 :
Daur pembiakan sel

fase G1 atau fase tumbuh pertama sangat bervariasi. Sel yang tidak
melanjutkan pertumbuhan masuk ke fase G0 dan menjalankan faalnya sampai
mati. Contoh sel yang menetap dalam fase G0 adalah sel saraf normal. Fase
S1 atau fase sintesis dan fase G2 atau fase tumbuh-kedua, merupakan fase
persiapan menjelang fase mitosis.

5
2) Induksi
Neoplasma dimulai dengan kerusakan DNA yang menimbulkan
peningkatan aktivitas onkogen, perubahan gen yang mengatur apoptosis, dan
inaktivasi gen supresor tumor sehingga sel terpacu untuk terus ber proliferasi,
kehilangan kendali terhadap proliferasi sel, kehilangan kemampuan
menghentikan siklus sel, dan kemampuan apoptosis. Singkat kata, pertumbuhan
sel neoplasma seperti mobil yang gas nya besar dan rem nya blong, lebih cepat
pertumbuhan dan memperbanyak diri tanpa dapat dikendalikan. Sel juga
kehilangan kemampuan untuk memperbaiki DNA yang rusak serta mengalami
gangguan telomer. Mekanisme perbaikan gen yang rusak dimulai dengan
menghentikan siklus sel, perbaikan DNA, kembali ke siklus atau apoptosis jika
kerusakan DNA tidak berhasil diperbaiki.
Pada awalnya, pertumbuhan jumlah sel berjalan eksponensial (deret ukur).
Akan tetapi, dengan semakin banyaknya jumlah sel, nutrisi dan pasokan oksigen
semakin berkurang, sehingga pertumbuhan sel melambat dan mendatar
(plateauing). Semakin berkurangnya oksigen dan nutrisi ini menyebabkan
sebagian sel kanker masuk pada fase istirahat G0 (senesscent cell). Sebagian sel
kanker lainnya bahkan masuk pada tahap apoptosis atau mengalami nekrosis.
Nekrosis sering terjadi di bagian sentral tumor, sehingga timbul tanda serupa
abses yang sering kali salah diterapi sebagai abses. Akibat iskemia, terjadi
peningkatan gangguan nutrisi intratumor sehingga sel kanker menghasilkan
protein tertentu, seperti VEGE (vascular endothelial growth factor) serta
beberapa protein lain, untuk merangsang pembentukan pembuluh darah baru
(neoangiogenesis).
Secara klinis, pada tahap awal, terjadi inisiasi karena ada inisiator (zat
karsinogenik) yang memulai pertumbuhan sel yang abnormal. Inisiasi dapat
berlangsung selama puluhan tahun sebelum timbul gejala atau tanda penyakit.
Bersamaan dengan atau setelah inisiasi, terjadi promosi yang dipicu oleh
promotor sehingga terbentuk sel-sel yang polimorfis dan anaplastik. Pembawa
promotor mungkin merupakan karsinogen yang sama dengan pembawa inisiator,
tetapi sering kali berbeda. Selanjutnya progresi yang ditandai dengan invasi sel-

6
sel ganas ke membran basalis atau kapsul. Semua proses ini terjadi sesuai dengan
tahap induksi tumor.2

3) Invasi lokal
Suatu tumor jinak tetap berada di tempatnya berasal. Tumor ini tidak
memiliki kemampuan untuk menginfiltrasi, menginvasi, atau menyebar ke tempat
jauh, seperti yang dilakukan oleh kanker. Sebagai contoh, karena fibroma dan
adenoma berkembang secara lambat maka sebagian dari tumor ini membentuk
kapsul fibrosa yang memisahkannya dari jaringan pejamu. Kapsul ini mungkin
berasal dari stroma jaringan asli karena sel parenkim mengalami strofi akibat
tekanan tumor yang membesar. Stroma trumor itu sendiri juga mungkin ikut
membentuk kapsul.5
Tidak semua tumor jinak memiliki kapsul. Sebagai contoh, leiomioma uterus
dipisahkan secara jelas dari otot polos di sekitarnya oleh suatu zona yang terdiri
atas meiometrium normal yang menggepeng dan tipis, tetapi tidak terdapat
kapsul sempurna. Bagaimanapun disekitar lesi ini terdapat bidang pemisah yang
berbatas tegas. Beberapa tumor jinak tidak berkapsul dan tidak memiliki batas
yang jelas; hal ini terutama ditemukan pada beberapa neoplasma jinak vaskular di
dermis.5

4) Metastasis
Istilah metastasis menunjukkan terbentuknya implan sekunder (metastasis)
yang terpisah dari tumor primer, mungkin di jaringan jauh. Neoplasma benigna
residif dan metastasis tidak ada atau jarang.5

7
d. Jenis Neoplasma Benigna (Tumor Jinak)
Secara umum diberi nama dengan penambahan akhiran - oma ke sel asal
tumor tersebut. Misal:5
1) Neoplasma Benigna Berasal Dari Mesenkimal
a) Fibrosit : fibroma
Tumor jinak yang berasal dari jaringat ikat. Sebagian besar lesi jaringan
fibrosa merupakan suatu pertumbuhan berlebihan yang menyerupai tumor
atau suatu reaksi proliferasi dari jaringan ikat fibrosa. Secara klinis dan
patologis, sulit dibedakan apakah lesi jaringan ikat fibrosa merupakan suatu
tumor sejati atau bukan. Tumor sejati dari jaringan ikat fibrosa jarang
ditemukan. Untuk membedakan dapat dilihat dari ada tidaknya simpai.
Tumor sejati mempunyai simpai. Suatu pertumbuhan yang berlebihan dari
jaringan lunak mulut seringkali berhubungan dengan iritasi kronis, misal gigi
palsu yang tidak baik. Pertumbuhan berlebih ini sering di namakan
hiperplasia fibrosa.7
Ukuran tumor ini biasanya kecil hanya sebesar 1-4 cm, sedang
bentuknya lonjong dan bersimpai.

a b
6
Gambar 2.3 :

a. Gambaran histologi fibroma : Terlihat proliferasi jaringan fibrosa padat


yang tumbuh ke segala arah. Inti sel-sel fibroblas yang berproliferasi
tampak kecil dan seragam. Gambaran mitosis jarang ditemukan).7
b. Gambaran klinis fibroma.6

8
b) Lipid : lipoma
Benjolan lemak yang tumbuh secara lambat diantara kulit dan lapisan
otot. Lipoma bisa bergerak atau bergeser jika ditekan dengan jari secara
perlahan dan terasa lunak. Ketika ditekan, lipoma biasanya tidak
menyebabkan rasa sakit.6

a b
6
Gambar 2.4 :
a. Gambar histologi lipoma (tampak folikel-folikel lemak)
b. Gambar klinis lipoma

c) Osteosit : osteoma
Osteoma merupakan suatu tumor jinak dari jaringan tulang yang
ditandai oleh pertumbuhan tulang yang berlebihan. Tulang yang mengalami
pertumbuhan adalah bagian kompakta dan spongiosa. Pertumbuhan bisa
bersifat multipel, pada tulang yang sama maupun pada beberapa tulang yang
berbeda. Tumor ini berupa tonjolan pada tulang.7

Gambar 2.5.1.

Gambar histologi osteoma (terdiri dari


jaringan osteoblastik dengan
pembentukan trabekula kecil dan
jaringan osteoid [jaringan tulang yang
belum mengalami kalsifikasi).7

9
a b
6
Gambar 2.5.2 :

a. Gambaran klinis osteoma


b. Gambaran radiologi osteoma

d) Chondrosit : chondroma
Kondroma merupakan tumor yang sering tumbuh pada bagian metafisis
tulang tubular, karena itu dinamakan juga enkondroma. Biasanya ditemukan pada
ruas jari dan metakarpal. Dapat juga ditemukan di sternum, tulang rusuk,
punggung, pelvis, kranium. Jarang ditemukan pada tulang kecil di kaki.7
Dalam rongga mulut, dapat terjadi pada setiap umur, maksimum pada
dekade ke-5 dan 6. Pada rahang dapat terjadi pada kedua rahang, lebih sering
pada maksila dan tulang alveolar anterior. Pada rahang bawah, paling sering di
daerah premolar dan molar atau simfisis.7

Gambar 2.6.1 : Chondroma

Tampak proliferasi sel-sel tulang


rawan dalam matriks kartilago. Inti sel
tulang rawan berukuran kecil,
beraturan, meskipun ada yang agak
besar. Kadang-kadang ditemukan sel
setangkup (binucleated). Sitoplasma
sel tampak eosinofilik dan sering
bervakuola.7

10
Gambar 2.6.2

Gambaran klinis kondroma pada


maksila.6

Gambar 2.6.3

Gambaran klinis dan gambaran


radiologi kondroma pada tungkai
kaki.6

e) Otot polos : leiomyoma


Tumor jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan ikat yang
menumpangnya. Tumor ini di sebabkan oleh produksi hormon estrogen yang
berkepanjangan. Mioma paling banyak ditemukan pada umur 35-45 tahun.6

a b
Gambar 2.7
a. Gambaran histologi leiomyoma.6
b. Gambaran klinis leiomyoma.6

11
f) Otot lurik : rhabdomyoma
Tumor jinak yang berasal dari otot lurik. Kondisi ini sangat jarang,
umumnya terjadi di lidah, otot-otot leher, laring, uvula, rongga hidung, ketiak,
vulva, dan jantung.6

a b
Gambar 2.8
a. Gambaran histologi rabdomyoma.6
b. Gambaran klinis rabdomyoma.6

g) Pembuluh darah : Hemangioma


Hemangioma adalah suatu tumor jinak pembuluh darah dan ditandai oleh
adanya proliferasi pembuluh darah. Bersifat kongenital. Ada yang berpendapat
bahwa hemangioma bukanlah tumor sejati tetapi merupakan suatu hamartoma
(pertumbuhan berlebihan yang bersifat kongenital).7
Sebagian besar kasus dijumpai pada kulit muka dan leher. Tempat predileksi
dalam mulut : bibir, lidah, mukosa pipi dan palatum.7
Ada tiga tipe hemangima : (1) hemangioma kapiler, (2) hemangima
kavernosum, (3) hemangioma sklerosing.7
Hemnagioma kapiler berdiameter beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter, berwarna merah sampai biru, menonjol atau tidak menonjol dari
permukaan, kadang-kadang bertangkai.7

12
a b
Gambar 2.9
a. Gambaran histologi hemangioma kapiler.6
b. Gambaran klinis hemangima kapiler.6

2) Neoplasma Benigna Berasal Dari Epitel


Tumor jinak dari epitel lebih rumit karena diklasifikasikan berdasarkan pola
mikroskopik dan kadang pula makroskopik. Tumor jinak dari epitel:5
a. Adenoma
Adenoma adalah tumor jinak yang berasal dari struktur kelenjar yang
hampir mendekati bentuk kelenjar asal. Banyak kelainan pada kelenjar yang
dinamakan adenoma, meskipun seringkali hanya merupakan hiperplasia kelenjar
akibat proses kompensasi lokal.7
Contoh : adenoma tiroid (bergantung dari kelenjar asalnya)

Gambar 2.10.1
a. Histologi adenoma tiroid (tampak banyak
folikel-folikel baru dari kelenjar tiroid
yang bentuknya bulat kecil dengan selapis
epitel kubis. Folikel-folikel ada yang
berukuran kecil dan besar.7
a

13
Gambar 2.10.2

b. Gambaran klinis adenoma tiroid.6

b. Papiloma
Papiloma merupakan massa pertumbuhan esofitik pada kulit dengan
permukaan kasar (seperti kembang kol), bertangkai, diameter umumnya hanya
beberapa milimeter, kadang-kadang dapat mencapai beberapa sentimeter.7

Gambar 2.11.1

a. Gambaran histologi papiloma


skuamosa : (tampak papil-papil
dengan poros yang terdiri atas
jaringan ikat, pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan sel radang
kronis, dan dibatasi oleh sel epitel
berlapis gepeng yang mengalami
a hiperplasia.7

Gambar.2.11.2
b. Gambaran klinis papiloma skuamosa
pada lidah.6

14
c. Polip
Polip adalah suatu pertumbuhan atau tumor yang bertangkai pada mukosa
rongga tubuh yang tumbuh menonjol dan masuk ke dalam lumen. Tangkai dapat
sempit (pedunculated) atau lebar (sessile). Mukosa yang melapisi polip dapat
bermacam-macam, tergantung dari tempat polip itu berasal, dapat berupa epitel
kubis, torak bertingkat, dll.7
- Tumor ganas kadang tampak sebagai polip
- Kadang juga polip digunakan untuk menunjukkan pertumbuhan
nonneoplastik yang membentuk massa polipoid, misalnya dikolon.

Gambar 2.12.1
a. Papil-papil yang dibatasi oleh mukosa
dengan kelenjar serta mempunyai poros
yang terdiri dari jaringan ikat dan pembuluh
darah. Tampak pula sebukan sel-sel radang
kronis.7

Gambar 2. 12.2
b. Gambaran klinis polip yang ada di
hidung.6

d. Kistadenoma: Massa kistik berongga; khas ditemukan di ovarium

15
B. Neoplasma Maligna (Tumor Ganas)
a. Definisi Neoplasma Maligna (Tumor Ganas)
Neoplasia maligna merupakan pembelahan sel abnormal serta terjadi
berulang. Perumbuhan maligna ini terjadi pada kanker disertai dengan invasi
atau penyerangan jaringan sekitar dan metastasis ke sisi yang jauh.6

b. Ciri-Ciri Neoplasma Maligna (Tumor Ganas)


1. Diferensiasi/anaplasia
Beberapa berdiferensiasi buruk, anaplasia, strukturnya sering atipikal.2
2. Laju pertumbuhan
Tidak beraturan (dari lambat sampai cepat), banyak dijumpai gambaran
mitotik yang abnormal.2
3. Invasi lokal
Secara lokal, invasif, menginfiltrasi jaringan normal disekitarnya,
kadang terlihat kohesif dan ekspansif tetapi disertai invasi mikrositik.2
4. Metastasis
Sering, semakin besar dan tidak berdiferensiasinya lesi primer, semakin
besar kemungkinannya bermetastasis.2

c. Proses Pertumbuhan Neoplasma Maligna (Tumor Ganas)


1) Sel tumor
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh
secara autonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga
bentuk dan struktur sel ini berbeda dengan sel normal. Perbedaan sifat sel
tumor ini bergantung pada besarnya penyimpangan bentuk, dan fungsi,
autonominya dalam sifat pertumbuhan, dan kemampuannya berinfiltrasi,
dan bermetastasis.2
Sel tumor memiliki beragam bentuk (polimorfik) serta warna
(polikromasi) karena banyaknya asam nukleat dalam inti dan tidak
meratanya distribusi kromatin inti. Inti sel relatif besar dibandingkan
dengan rasio inti/neoplasma pada sel normal. Insiden mitosis lebih tinggi

16
dan sifatnya abnormal. Susunan sel yang tidak teratur disebut susunan
anaplastik. Sel tumor bersifat tumbuh terus tanpa batas sehingga tumor
makin lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya.2
Selain bersifat menyusup, sel kanker dapat melepaskan diri,
meninggalkan tumor induknya dan masuk ke dalam pembuluh limfe atau
pembuluh darah, terutama pembuluh kapiler. Dengan cara ini, terjadi
metastasis (penyebaran) limfogen dan hematogen. Akhirnya, sel-sel ganas
ini dapat merusak bentuk dan fungsi organ yang bersangkutan. Tumor
dapat menyumbat saluran tubuh dan menimbulkan obstruksi. Oleh karena
kecepatan tumbuh sel kanker kadang-kadang tidak seimbang dengan
pasokan darah, sebagian sel kanker akan mengalami hipoksia atau anoksia
sehingga terjadi nekrosis yang menyebabkan ulkus di permukaan tumor.2

Gambar 2.13
Penyumbatan saluran karena tumor.2
a. Tumor menonjol ke dalam lumen
b. Tumor sirkuler disertai pengerutan
c. Tekanan tumor dari luar saluran

Secara morfologik, pertumbuhan sel dapat dibedakan menjadi dua fase,


yaitu fase mitosis dan interfase. Pada interfase, sel baru tumbuh menjadi sel
dewasa, sementara terjadi sintesis DNA, RNA. Enzim, dan protein baru, serta
duplikasi untai tunggal kromosom menjadi untai ganda. Lamanya interfase sangat
beragam dari beberapa jam sampai bertahun-tahun, bahkan ada sel yang tidak
akan mengalami lagi fase mitosis (lihat gambar 2.2). Sel normal dalam keadaan
tidak aktif akan masuk ke dalam siklus G0, yaitu fase istirahat, dan akan aktif
kembali memasuki siklus sel G1 S G2 M, jika diperlukan dapat memasuki

17
siklus G1, gap -1:S, sintesis DNA;G2, gap -2, dan M, mitosis atau pembelahan sel
(lihat gambar 2.2). Dalam keadaan fisiologis, sel membelah diri untuk mengganti
sel yang mati.2
Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di suatu tempat
(unisentrik), tetapi kadang-kadang tumor berasal dari beberapa organ
(multilokuler), pada waktu bersamaan (sinkron) atau berbeda (metakron). Selama
pertumbuhan tumor disebut masih dalam fase lokal. Akan tetapi, jika telah terjadi
infiltrasi ke organ sekitarnya, tumor telah mencapai fase lokal ini disebut
penyebaran per kontinuitatum karena masih berhubungan langsung dengan tumor
induknya.2
Untuk mengukur kecepatan pertumbuhan tumor dipakai parameter waktu
ganda (doubling time), yakni waktu yang diperlukan oleh tumor untuk mencapai
volume menjadi dua kali semula. Semakin pendek waktu ganda, semakin cepat
pertumbuhannya dan pada umumnya semakin ganas pula tumor tersebut.2
Sebesar 5-10% neoplasma disebabkan oleh kelainan genetik (loss of
heterozygocities, LOH), yaitu ketidakstabilan genom pada sebuah rantai alel
berupa kerusakan satu rantai alel yang dalam waktu singkat akan diikuti oleh
pasangan alel-nya sehingga menimbulkan neoplasma.2

Gambar 2.14 : Daur pembiakan sel

(fase G1 atau fase tumbuh pertama


sangat bervariasi. Sel yang tidak melanjutkan
pertumbuhan masuk ke fase G0 dan
menjalankan faalnya sampai mati. Contoh sel
yang menetap dalam fase G0 adalah sel saraf
normal. Fase S1 atau fase sintesis dan fase G2
atau fase tumbuh-kedua, merupakan fase
persiapan menjelang fase mitosis.2

18
2) Induksi
Neoplasma dimulai dengan kerusakan DNA yang menimbulkan
peningkatan aktivitas, onkogen, perubahan gen yang mengatur apoptosis, dan
inaktivasi gen supresor tumor sehingga sel terpacu untuk terus ber proliferasi,
kehilangan kendali terhadap proliferasi sel, kehilangan kemampuan
menghentikan siklus sel, dan kemampuan apoptosis. Singkat kata, pertumbuhan
sel neoplasma seperti mobil yang gas nya besar dan rem nya blong, lebih cepat
pertumbuhan dan memperbanyak diri tanpa dapat dikendalikan. Sel juga
kehilangan kemampuan untuk memperbaiki DNA yang rusak serta mengalami
gangguan telomer. Mekanisme perbaikan gen yang rusak dimulai dengan
menghentikan siklus sel, perbaikan DNA, kembali ke siklus atau apoptosis jika
kerusakan DNA tidak berhasil diperbaiki.2
Pada awalnya, pertumbuhan jumlah sel berjalan eksponensial (deret ukur).
Akan tetapi, dengan semakin banyaknya jumlah sel, nutrisi dan pasokan oksigen
semakin berkurang, sehingga pertumbuhan sel melambat dan mendatar
(plateauing). Semakin berkurangnya oksigen dan nutrisi ini menyebabkan
sebagian sel kanker masuk pada fase istirahat G0 (senesscent cell). Sebagian sel
kanker lainnya bahkan masuk pada tahap apoptosis atau mengalami nekrosis.
Nekrosis sering terjadi di bagian sentral tumor, sehingga timbul tanda serupa
abses yang sering kali salah diterapi sebagai abses. Akibat iskemia, terjadi
peningkatan gangguan nutrisi intratumor sehingga sel kanker menghasilkan
protein tertentu, seperti VEGE (vascular endothelial growth factor) serta
beberapa protein lain, untuk merangsang pembentukan pembuluh darah baru
(neoangiogenesis).2
Secara klinis, pada tahap awal, terjadi inisiasi karena ada inisiator (zat
karsinogenik) yang memulai pertumbuhan sel yang abnormal. Inisiasi dapat
berlangsung selama puluhan tahun sebelum timbul gejala atau tanda penyakit.
Bersamaan dengan atau setelah inisiasi, terjadi promosi yang dipicu oleh
promotor sehingga terbentuk sel-sel yang polimorfis dan anaplastik. Pembawa
promotor mungkin merupakan karsinogen yang sama dengan pembawa inisiator,
tetapi sering kali berbeda. Selanjutnya progresi yang ditandai dengan invasi sel-

19
sel ganas ke membran basalis atau kapsul. Semua proses ini terjadi sesuai dengan
tahap induksi tumor.2

3) Invasi lokal
Salah satu sifat tumor ganas adalah mampu menginvasi dan bermetastasi
jauh. Kanker bertumbuh melalui infiltrasi, invasi, penghancuran, dan penetrasi
progresi ke jaringan sekitar. Setelah sel mengalami transformasi sampai
menunjukkan morfologi dan sifat biologi yang ganas dan khas, tercapai tahap
klinis dengan manifestasi dini gberupa karsinoma in situ yang tidak (atau belum)
invasif. Selanjutnya, tumor berkembang menjadi karsinoma infiltratif yang dapat
menyebar ke mana-mana. Penderita baru menyadari adanya karsinoma pada
tahap terakhir setelah timbul gejala atau tanda penyakit ganas ini.2

4) Metastasis
Teori metastasis tabur benih dari paget menyatakan, sel neoplasma akan
bertumbuh jika terdapat kesesuaian antara sel neoplasma dan jaringan baru di
tempatnya akan tumbuh. Pada era biomolekuler saat ini, teori baru tidak banyak
berbeda dengan yang dahulu dikemukakan oleh paget, yaitu sel kanker pertama-
tama harus terlebih dulu melapskan diri dari ikatan dengan sel sekitarnya untuk
melekatkan diri pada membran basalis. Sel kanker memproduksi enzim protease,
seperti kolagenase tipe IV, matriks-metalo proteinase, sdb. Yang akan melisis
membran basalis sehingga dapat menginvasi jaringat ikat stroma. Selain
bermigrasi untuk mendapatkan tempat yang mendukung pertumbuhannya, sel
kanker juga memproduksi produk tertentu, antara lain VEGF/VEGFR, yang
merangsang endotel untuk berproliferasi, dan membentuk kapiler darah baru
yang menjadi sarana bagi sel kanker untuk menyebar jauh. Pembentukan molekul
adhesi memudahkan sel kanker melekatkan diri pada endotel, kemudian masuk
ke pembuluh dan, menyebar melalui sirkulasi darah atau limfe, dan akhirnya
kembali melekatkan diri ke endotel, lalu melakukan ekstravasasi ke jaringan dan
bertumbuh jika lingkungan mikro jaringan setempat mendukung.2

20
Pertmbuhan sel neoplasma memerlukan dukungan jaringan sekitar, seperti
stroma dan sel parenkim dengan memperoduksi protein tertentu.2
Metastasis umumnya dibagi menjadi atas viseral dan non viseral. Contohnya
metastasis viseral adalah ke paru, hati, dan otak, sedangkan contoh non viseral
adalah ke tulang dan jaringan lunak. Metastasis viseral leih berbahaya bagi pasien
dari pada metastasis non viseral.2
Kanker dapat menyebar per kontinuitatum, limfogenik, hematogenik,
melalui implantasi transluminal atau di dalam rongga tubuh, dan secara
iatrogenik. Penyebaran perkontinuitatum terjadi karena sel atau jaringan kanker
menyusup keluar dari organ tempat tumor di sekitarnya, kemudian menginfiltrasi
organ atau jaringan di sekitarnya, artinya penyusupan langsung dari organ
asalnya masuk ke dalam organ atau struktur di sampingnya.2
Penyebaran limfogenis terjadi karena sel kanker penyusup ke saluran limfe,
kemudian ikut aliran limfe menyebar dan menimbulkan metastasis di kelenjar
limfe regiona. Ini disebut penyebaran regional. Pada umumnya kanker mula-mula
menyebar dengan cara ini, baru kemudian menyebar hematogen. Pada mulanya
penyebaran hanya terjadi pada satu kelenjar limfe saja, tetapi selanjutnya terjadi
pada kelenjar limfe regional lainnya. Setelah menginfiltrasi kelenjar limfe, sel
kanker dapat menembus dinsing struktur sekitar, menimbulkan perlekatan
kelenjar limfe satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar limfe.2
Penyebaran hematogenik terjadi akibat sel kanker penyusup ke kapiler darah
kemudian masuk ke pembuluh darah dan menyebar mengikuti aliran darah vena
sampai ke organ lain. Bila organ itu ideal untuk hidupnya, sel kanker lalu tumbuh
di sana menjadi tumor baru yang merupakan anak sebar yang letaknya jauh dari
tumor primer.letak metastasis jauh itu dapat dimana saja dalam tubuh. Pada
umumnya sarkoma menyebar dengan cara ini. Penyebaran hematogenik dapat
terjadi melalui sistem v.porta, sistem v.kava, atau sistem v.pulmonalis. dan sering
hinggap di hati, paru, pleura, peritoneum, omentum, ovarium, tulang, kulit, otak,
sumsum tulang dan kelenjar limfe.2
Penyebaran stransluminasi terjadi dalam dinding saluran suatu sistem
saluran napas, saluran cerna, dan saluran kemih. Implantasi sel kanker juga dapat

21
terjadi di dalam rongga tubuh. Kanker yang telah menyusup ke lapisan serosa
dapat melepaskan selnya ke dalam rongga tubuh, misalnya pleura atau
peritoneum, lalu tersebar dan menimbulkan metastasis di tempat lain.2
Penyebaran iatrogenik adalah penyebaran yang terjadi akibat tindakan
medis, misalnya karena masase, palpasi kasar, atau tindakan dalam operasi,
sehingga sel kanker lepas dari tempatnya, kemudian menyebar dan menimbulkan
metastasis. Penyebaran iatrogenik juga mungkin terjadi akibat kontaminasi
lapangan operasi yang menimbulkan residif setempat.

Gambar 2.15 : deskade proses metastasis pada kanker.2

22
Gambar 2.16 : penyebaran kaner

(1) Tumor ganas (kolon, hepar, atau ovarium), (2)Penyusupan tumor,


(3) Erosi atau tukk, (4) Vena, (5) Pembuluh limfe, (6) Peritoneum
viseral.2
a. Penyebaran per kontinuatum.
b. Penyebaran limfogen (ke kelenjar limfe regional.
c. Penyebaran hematogen (ke hati)
d. implantasi

Gambar 2.17 : penyebaran melalui vena porta

Tumor primer dari kolon atau rektum menyebar


melalui sirkulasi v.porta; saringan kapiler
pertma dalah hati.2
(1) Vena-vena mesenterika, (2) vena porta, (3)
anak sebar di hati

Gambar 2.18 : penyebaran melalui sistem v.kava

Tumor primer dibagian tubuh manapun, kecuali di


daerah aliran sistem v.porta, menyebar melalui
pembuluh balik; metastasis dibawa dengan aliran
darah melalui jantung dan a.pulmonalis komunis
masuk ke sistem kapiler paru.2
Sel ganas dari karsinoma atau sarkoma dimana saja
masuk melalui (1) v.kava inf/v.kava sup, (2) masuk
ke jantung kanan lalu ke a.pulmonalis, (3) masuk ke
paru-paru kanan/kiri, (4) menyebabkan metastasis
yang umumnya bilateral.2

23
Gambar 2.19 : penyebaran melalui sistem v.pulmonalis

Tumor diparu, primer atau sekunder, dapat menyebar melalui v.pulmonalis.


Tumor primer : karsinoma bronkus di paru kanan; (1) penyebaran melalui
v.pulmonalis kanan.2
tumor sekunder : (2) metastasis dari karsinoma atau sarkoma menyebar
melalui v.pulmonalis kiri, (3) penyebaran dari jantung masuk ke aorta, (4)
penyebaran ke otak, hati, tulang, atau kemana saja melalui arteri.2

d. Jenis Neoplasma Maligna (Tumor Ganas)


Pada dasarnya mengikuti tata nama tumor jinak, tetapi dengan
penambahan dan pengecualian tertentu.5
1) Neoplasma Maligna Berasal Dari Mesenkimal
a. Tumor ganas mesenkim : akhiran sarkoma
1. Fibrosit : fibrosarkoma
neoplasma ganas yang berasal dari sel mesenkim, dimana secara
histologi sel yang dominan adalah sel fibroblas. Pembelahan sel yang
tidak terkontrol dapat menginvasi jaringan lokal serta dapat
bermetastasis jauh ke bagian tubuh yang lain).6

Gambar 2.20 : fibrosarkoma.6

Tampak sel fibroblas dan


pembelahan sel tidak terkontrol

24
2. Lipid : liposarkoma
keganasan atau kanker di jaringan lemak. Liposarkoma bisa terjadi pada
jaringan lemak di bagian tubuh manapun, tetapi paling sering terjadi di
jaringan lemak pada bagian belakang lutut, paha, pangkal paha, bokong, atau
retroperitoneum [ruang di belakang rongga perut]).6

Gambar 2.21 : liposarkoma.6

Tampak neoplasma pada jaringan


mesenkimal dengan inti sel bulat,
nukleus pleomorfik.

3. Osteosit : osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan tumor primer jaringan mesenkim pembentuk
tulang yang paling ganas. Sering bermetastasis secara hematogen ke paru-
paru. Predileksi umur : biasanya ditemukan pada usia dekade ke 2-3, jarang
diatas 50 tahun, kecuali pada penderita penyakit paget. Predileksi tempat :
metastasis tulang panjang seperti distal femur, proksimal tibia, humerus,
fibula. Pada tulang rahang, lebih sering pada mandubula, terutama daerah
simfisis, ramus Ascendens.7
Terlihat sebagai pembengkakan yang tumbuh cepat, sakit, kesemutan
pada bibirdan dagu karena tertekannya saraf alveolaris inferior, terbatasnya
pergerakan, gigi goyang dan malposisi. Pada rahang atas dapat terjadi
obstruksi nasal dan tertekannya mata. Ulserasi pada kulit dan mukosa mulut
terjadi pada fase lanjut.7
Ada dua bentuk osteosarkoma :
1. Tipe osteoblastik/sklerosing : pada gambaran radiologi memberikan
gambaran sun ray
2. Tipe osteolitik : lebih banyak penghancuran tulang dibanding
pembentukan.

25
Gambar 2.22 : osteosarkoma

Tampak sel ganas yang sarkomatous,


dengan pembentukan tulang atau
jaringan osteoid. Terlihat sel
osteoblas dengan bentuk bervariasi,
benbentuk spindel atau polihedral,
inti hiperkromatik dan pleomorfik.7

4. Chondrosit : chondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor ganas tulang rawan.7 perdileksi tempat :
tulang panjang, anggota badan, tulang rusuk, pelvis, dapat terjadi pada tulang
rahang. Lebih sering pada daerah alveolar rahang atas. Jarang ditemukan pada
jari tengah dan kaki.7

Gambar 2.23 : kondrosarkoma

Tampak adanya sel tulang rawan primitif


yang menimbulkan kerusakan jaringan tulang
sekitarnya. Tumor mengandung jaringan
mesenkim yang maligna yang memproduksi
sel tulang rawan abnormal.7

5. Otot polos : leiomyosarkoma


Jenis kanker sarkoma. Leiomyosarcoma adalah tumor ganas yang
berkembang dari jaringan otot polos. Sel otot polos membentuk otot tak sadar
dalam tubuh kita.6

Gambar 2.24 : laiomyosarkoma

Tampak gambaran sel otot polos maligna dan


tampak nukleus yang polimorpik.6

26
6. Otot Lurik : rhabdomyosarkoma
Tumor ganas yang berasal dari jaringan lunak tubuh, terutama pada otot
serat lintang yang menempel pada tulang dan membantu tubuh untuk
bergerak. Tumor ini dapat ditemukan terutama di kepala, leher, kandung
kemih, vagina, tangan, kaki, dan batang tubuh.6

Gambar 2.25 : rhabdomyosarkoma

Tampak sel berbentuk sel benbentuk


spindel.6

7. Pembuluh darah : angiosarkoma


Neoplasma ganas [kanker] dari endotel-jenis sel yang melapisi dinding
pembuluh. Hal ini mengacu pada darah [hemangiosarkoma] atau pembuluh
limfatik [lumphangiosarcoma]. Asal usulnya biasanya mudah
memungkinkan metastasis ke tempat yang jauh.6

Gambar 2.26 : angiosarkoma

Tampak sel padat sel epitel besar


dengan sitoplasma eosinofilik dan
nukleus vesikular besar.6

8. Pengecualian
- Limfoma = (limfo sarcoma) tumor ganas jaringan limfoid.

27
b. Neoplasma Maligna Berasal Dari Epitel
1. Adenoma : adenocarcinoma
Adenokarsinoma adalah kanker yang dimulai di sel yang melapisi
organ-organ internal tertentu dan yang memiliki properti mirip kelenjar.6

Gambar 2. 27 : adenocarcinoma

Tampak formasi trabekulal dan fokal


glandular.6

2. Squamous cell papilloma : squamous cell carcinoma


Merupakan tumor ganas epitel skuamosa. Tumor ini sering terjadi
dibanding tumoe ganas epitel lainnya. Merupakan 5% dari seluruh
keganasan tubuh dan merupakan 90% dari seluruh keganasan dalam
rongga mulut. Lebih sering dijumpai pada pria.7
Tempat predileksi dalam rongga mulut : bibir, dasar mulut, gingiva,
lidah, pipi, dan palatum.
Etiologinya belum diketahui dengan apsti. Beberapa kondisi yang
di duga berperan adalah infeksi kronis yang emngikuti karies gigi,
permukaan gigi yang tajam, tambalan yang kasar, dan gigi palsu yang
tak baik. Faktor-faktor lainnya yang di duga berhubungan dengan
terjadinya tumor adalah tembakau, alkohol, sifilis, sinar matahari
jangaka waktu lama, radiasi sinar yang lama, misal pada radioterapi, lesi
intra-oral lainnya, seperti leukoplakia, herpes simpleks, liken planus,
kandidasis, serta melanosis oral. Metastasis biasanya ke kelenjar getah
bening regional.

28
Gambar 2.28 : squamous cell
carcinoma

Tampak sarang-sarang sel tumor


berukuran besar, dengan inti
hiperkromatik, pleomorfik,
ditengah sarang sel ada mutiara
keratin.7

3. Cystedenoma : cystadenocarcinoma
Cystadenocarcinoma adalah bentuk ganas dari sistadenoma dan
merupakan neoplasma ganas yang berasal dari epitel glandular, dimana akumulasi
kistik dari sekresi yang ditahan terbentuk. Sel neoplastik memanifestasikan
berbagai tingkat anaplasia dan invasif, dan perpanjangan lokal dan metastase
terjadi. Cystadenocarcinomas berkembang sering diovarium , dimana jenis
pseudomucinous dan serous dikenali. Histologi tumor serupa juga telah
dilaporkan di pankreas , meskipun merupakan entitas yang jauh lebih jarang.6

Gambar 2. 29 :
Cystadenocarcinoma

Tampak nukleus stratifikasi atypi,


stroma invasi,

4. Pengecualian :
- Hepatoma : hepatocellular carcinoma
- Basalioma : basal cell carcinoma
- Seminoma : carcinoma dari testicular epithelium
- Choriocarcinoma : neoplasma ganas dari epitel plasenta (bentuk dari
mola hidatidosa)
- Melanoma : tumor ganas sel melanosit (jinak : nevus)

29
2. TUMOR NON NEOPLASMA
1. Definisi Tumor Non Neoplasma
Non neoplasma adalah jenis tumor dimana sel-sel nya mengalami
perubahan tetapi bukan seperti sel seoplasma.6

2. Jenis Tumor Non Neoplasma


a. Kista
1. Definisi kista
Kista adalah tumor jinak yang paling sering ditemui.
Bentuknya kistik berisi cairan kental dan ada pula yang berbentuk
anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah ataupun
bahan-bahan lainnya. Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus
selaput semacam jaringan.6

2. Jenis kista
a. Kista dermoid
Kista dermoid merupakan suatu choriostoma yang bersifat
kongenital dilapisi oleh keratinizing epidermis dengan struktur
dermis di dalamnya, seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan
kelenjar sebasea. Kista dermoid berisi cairan sebasea, keratin,
kalsium, dan kristal kolesterol.6
Kista dermoid biasanya ditemukan pada beberapa tahun
pertama kehidupan. Akan tetapi, kista dermoid yang profunda
dapat tidak terdiagnosis pada beberapa tahun kehidupan dan
biasanya akan terdiagnosis pertama kali pada usia dewasa.6,7
Kista dermoid ditemukan berupa massa berbentuk oval,
membesar perlahan, teraba lunak, dan tidak nyeri. Namun, juga
bisa ditemukan pada kista dermoid tipe profunda.6

30
b. Kista aterom
Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat
dan berdinding tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebasea) dan
terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar tersebut. Oleh karena
itu kista ateroma ini ditemukan di daerah yang mengandung sebasea seperti di
daerah muka, kepala, dan punggung. Kadang terdapat multiple dalam berbagai
ukuran seperti di kepala atau strotum. 7
Produk dari kelenjar sebasea, ayitu sebum, tertimbun dan membentuk
benjolan (tumor), berbentuk bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebas dari
dasar dan dapat di gerakkan tetapi melekat pada kulit (dermis) di atasnya.6,7

c. Kista epidermis
Kista epidermal merupakan tumor jinak yang tidak perlu dihilangkan
kecuali mengganggu secara kosmetik atau terinfeksi. Kista epidermal yang
terinfeksi berwarna merah, bengkak, dan terasa nyeri.6

b. Radang/Inflamasi
1. Definisi Radang/Inflamasi
Menurut kamus kedokteran dorland, inflamasi adalah proses jaringan
protektif terhadap cedera atau kerusakan jaringan, yang befungsi
menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen yang menyebabkan
cedera maupun jaringan yang cedera itu.8
Radang berfungsi sebagai netralisasi dan pembuangn agen
penyerangan, menghancurkan jaringan kecrosis, membantu mempersiapkan
proses perbaikan dan pemulihan.

31
2. Tanda Radang
Beberapa tanda pokok peradangan antara lain :
1. Rubor (kemerahan)
Rubor merupakan hal pertama yang terlihat pada daerah peradangan. Waktu
reaksi peradangan mulai timbul maka anteriol yang mensuplai daerah tersebut
melebar, dengan lebih banyak daerah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.
Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang
dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau
kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.6
2. Kalor (panas)
Pada daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya
sebab daerah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena lebih
banyak dari pada yang disalurkan ke daerah normal.6
3. Dolor (rasa sakit)
Perubahan PH lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf.
Selain itu pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan
tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit.6
4. Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstisial. Campuran dari cairan dan sel yan tertimbun
di daerah peradangan disebut eksudat.6

c. Hipertrofi
1. Definisi Hipertrofi
Hipertrofi adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jariangn.
Hipertrofi adalah suatu respons adaptif yang terjadi apabila terdapat
peningkatan beban kerja sutau sel. Kebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi
meningkat, menyebabkan pertumbuhan sebagian besar struktur intrasel,
termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, vesikel intrasel, dan protein
kontraktil. Kondisi ini membuat sintesis protein meningkat.6

32
Hipertrofi terutama dijumlai pada sel-sel yang tidak dapat beradaptasi
terhadap peningkatan beban kerja dengan cara meningkatkan jumlah mereka
(hiperplasia) melalui mitosis. Contoh sel yang tidak dapat mengalami mitosis,
tetapi mengalami hipertrofi, hiperplasia. Terdapat tiga jenis utama hipertrofi :
fisiologis, patologis, dan kompensasi.6
Hipertrofi fisiologis, terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja
suatu sel secara sehat. Hipertrofi patologis terjadi sebagai respon terhadap
hipertensi kronil dan peningkatan beban kerja jantung. Hipertrofi kompensasi
terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran sel lain yang telah mati.
Contoh, hilangnya satu ginjal menyebabkan sel-sel di ginjal yang masih ada
mengalami hipertrofi sehingga terjadi peningkatan ukuran ginjal secara
bermakna.6

d. Hiperplasia
1. Definisi Hiperplasia
Hiperplasi merupakan peristiwa meningkatnya jumlah sel yang terjadi
pada organ tertentu akibat peningkatan proses mitosis. Menurut kamus
kesehatan hiperplasia adalah peningkatan abnormal dalam jumlah sel dalam
suatu organ atau jaringan.6
Hiperplasia adalah meningkatnya jumlah sel sehingga merubah ukuran
dari organ, contohnya pembesaran dari epithelium sel mamae pada anak
remaja putri atau pada ibu hamil.6

2. Proses Erjadinya Hiperplasia


Hiperplasia dapat terjadi dan ditemui pada sel yang dirangsang dengan
peningkatan beban kerja, pensinyalan oleh hormon, atau yang dihasilkan
secara lokal sebagai respon terhadap penurunan kepadatan jaringan. Hiperplasi
hanya dapat terjadi pada sel-sel yang mengalami proses mitosis. Hiperplasi
adalah respon normal dari jaringan tubuh.6

33
3. Contoh Hiperplasia
Berdasarkan penyebab terjadinya, hiperplasia dapat terbagi menjadi 3, yaitu
hiperplasia fisiologis, hiperplasia patologis, hiperplasia kompensasi.
1. Hiperplasia fisiologis
Adalah hiperplasia yang terjadi setiap bulan pada sel-sel jaringan
endometrium uterus (rahim) selama stadium folikuler pada siklus menstruasi.
Contoh yang paling sering kita temukan pada kasus hiperplasia fisiologis yaitu
bertambah besarnya payudara wanita ketika memasuki masa pubertas.6
2. Hiperplasia patologis
Hiperplasi yang dapat terjadi karena perangsang hormon yang
berlebihan. Contoh peristiwa ini terjadi pada kasus akromegali, suatu penyakit
yang terjadi pada jaringan ikat yang ditandai oleh meningkatnya hormon
pertumbuhan. Hiperplasia patologis sering kita temukan pada serviks uterus
yang dapat mengakibatkan kanker uterus. Sel-sel pada serviks tersebut
mengalami penambahan jumlah. Biasanya hiperplasi ini diakibatkan oleh
sekresi hormonal yang berlebihan atau faktor pemicu pertumbuhan yang
besar.6
3. Hiperplasia kompensasi
Adalah hiperplasia yang terjadi karena sel jaringan berproliferasi untuk
menggantikan jumlah sel yang telah mengalami penurunan pada jaringan
tertentu. Hiperplasia ini ditemui pada sel-sel hati setelah pengangkatan
sebagian jaringan hati melalui pembedahan. Hiperplasia ini terjadi dengan
kecepatan yang signifikan. Misalnya, hiperplasia hati setelah hepatektomi
parsial. Setelah hepatektomi parsial, pembelahan sel di hepar mencapai berat
normal.6

34
3. ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI TUMOR
A. Karsinogen Kimiawi
Bahan kimia dapat berpengaruh langsung (karsinogen) atau
memerlukan aktvitas terlebih dahulu (ko karsinogen) untuk menimbulkan
neoplasia. Bahan kimia ini dapat berupa bahan alami (aflatoksin, fumonisin,
mikotoksin, pestisida alami) atau bahan sintetik/semisintetsik yang merupakan
bahan antara (vinilklorida). Benzo (a)piren, suatu pencemar lingkungan yang
terdapat dimana saja, berasal dari pembakaran tak sempurna pada mesin mobil
atau mesin lain (jelaga dan ter)dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi
hewan maupun manusia. Berbagai zat karsinogenik lainnya antara lain nikel
(kanker paru), arsen (kanker kulit), aflatoksin (kanker hati), vinilklorida
(angiosarkoma atau karsinoma hepatoseluler, tumor otak atau paru).2
Salah satu jenis benzo (a) piren yakni, hidrokarbon aromatik polisiklik
(PAH), yang banyak dijumpai di dalam makanan yang dibakar menggunakan
arang, menimbulkan kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus,
payudara, atau prostat. Karsinogen lain yang berasal dari makanan antara lain
adalah akrilamid dan senyawa N-nitroso (ikan asin, ikan asap).2
Kemungkinan adanya bahan karsinogenik akibat pekerjaan di
lingkungan kedokteran juga penting di ingat, misalnya akibat penggunaan
kemoterapi dalam onkologi.2

B. Karsinogen Fisik
Sinar ionisasi ternyata dapat bersifat karsinogenik. Radiasi gelombang
radioaktif yang menyebabkan radiasi hematologis, payudara dan tiroid.
Sumber radiasi lain antara lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan
bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon pada hemisfer bumi bagian
selatan; radiasi UV meningkatkan beberapa jenis keganasan tertentu terutama
kulit.iritasi pada klit berperan dalam proses karsinogenesis karsinoma sel
skuamosa planoseluler di kulit, contohnya karsinoma pada sikatrik luka bakar
lama (ulkus marjolin), pada ulkus kronik lain, seperti ulkus kruris, dan pada
sinus akibat osteomielitis, sinus pilonidalis, dan fistel perianal. Karsinoma

35
esofagus juga dapat terjadi akibat iritasi kronik oleh bahan korosif atau karena
refluks cairan lambung, misalnya pada esofagus barret.2

C. Karsinogen Virus
Virus penyebab neoplasia dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan asam
ribonukleatnya, yakni virus DNA serta RNA, virus DNA yang sering
dihubungkan dengan kanker antara lain human papilloma virus i(HPV), Epstein-
Barr virus (EBV), hepatitis B virus (HBV), dan hepatitis C virus (HCV). HPV
tipe 16, 18, dan 31 berhubungan erat dengan karsinoma genital, seperti karsinoma
penis dan kanker leher rahim. EBV menyebabkan limfoma burkitt pada anak-
anak dan adenokarsinoma nasofaring pada orang dewasa. HBV dan HCV
menyebabkan karsinoma hepatoseluler.2
Salah satu virus RNA yang merupakan karsinogen adalah Human T-Cell
leukemia virus I (HTLV-I). HTLV-I menginfeksi limfosit T dan merangsangnya
untuk berproliferasi sehingga menyebabkan leukemia sel T.2

D. Parasit
Schistosoma hematobium adalah parasit penyebab keganasan buli-buli non
trasisional.2

E. Inflamasi Kronik
Karsinome kolorektal biasanya di dahului oleh kelainan inflamasi. Berupa
kolitis ulseratif atau penyakit Chron kronik. Demikian juga, seperti karsinoma sel
basal, atau sel skuamosa, sering di dapatkan pada pasien yang emnderita
neoderma pigmentosum, suatu kelainan gen perbaikan DNA.

F. Faktor Genetik
Faktor genetik tampaknya berperan pada keganasan tertentu, seperti
poliposis koli, kanker payudara dan kanker ovarium. Prinsipnya, semua bahan
karsinogenik menyebabkan kerusakan rantai DNA sel, seperti delesi, insersi,
translokasi, dan amplifikasi, yang jika tidak diperbaiki, akan menghasilkan sel

36
baru yang telah berubah. Akan tetapi, keganasan dalam suatu keluarga umumnya
dipengaruhi oleh gaya hidup dan lingkungan (faktor kimiawi dan fisika).2
Sebanyak 5-10% keganasan tertentu muncul pada usia yang relatif muda. Ini
terjadi karena penderita terlahir dengan defek rantai DNA (satu alel) pada gen
tertentu. Misalnya, pada karsonoma payudara, terjadi LOH (loss of
heterozygocities) gen BRCA-1 dan BRCA-2; pada karsinoma kolorektal, terjadi
mutasi gen FAC dan HNPCC. Selain mutasi gen, biasanya juga terjadi
ketidakstabilan genom yang menyebabkan timbulnya berbagai keganasan di atas
dalam waktu singkat.2

G. Peranan Hormon
Hormon dapat merupakan promotor keganasan; pemberian sediaan estrogen
pada wanita pasca menopause memengaruhi perkembangan karsinoma korpus
uteri. Pemberian dietilstilbestrol (DES) yang lazim dilakukan untuk mencegah
abortus pada beberapa dasawarsa yang lalu menyebabkan wabah karsinoma Clear
cell carcinoma.2

H. Faktor Gaya Hidup


Gaya hidup, khususnya pola makan, merupakan salah satu penyebab
meningkatnya resiko kanker. Asupan kalori berlebihan terutama yang berasal dari
lemak binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat meningkatkan
resiko berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara dan karsinoma kolon.2
Asap rokok merupakan bahan yang mengandung berbagai macam
karsinogen. Akibat buruk asap rokok tidak tertandingi oleh asap atau bahan kimia
lain yang mencemari udara. Dampak negatif lain kebiasaan merokok adalah
mempercepat perkembangan arteriosklerosis, yang juga terjadi pada usia muda.2
Alkohol mempengaruhi selaput lendir mulut, faring, dan esofagus sehingga
lebih mudah mengalami keganasan. Selain itu, meningkatkan kejadian kanker
hati. Pengaruh karsinogenik rokok diperbesar oleh alkohol.2

37
I. Sunat Dan Fimosis
smegma yang tertimbun antara gland dan prepusium pada keadaann fimosis
menyebabkan iritasi kronik yang mungkin disertai balanopostitis. Rangsangan
setempat yang menahun ini dapat menyebabkan karsinoma planoselular di gland
penis atau permukaan dalam prepusium.2
sunat atau sirkumsisi mencegah karsinoma kecuali bila dilakukan secara
tidak lege artis karena sirkumsisi yang tidak lengkap justru dapat menyebabkan
fimosis.2

J. Penurunan Imunitas
Penurunan imunitas karena tindak kedokteran (iatrogen), misalnya terapi
kemoterapi, kortikosteroid jangka lama, atau penyinaran luas dapat menyebabkan
keganasan setelah sepuluh tahun atau lebih. Keganasan yang timbul pada
defisiensi imunitas ini antara lain berupa limfoma maligna dan leukemia.
Imunosupresi oleh infeksi HIV dapat menyebabkan tumor kaposi.2

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Willie japaries. 2011. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta. FKUI
2. Sjamsihidrajat,R. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah-de Jong. Edisi 3.Jakarta. EGC
3. Jong, wim de. 2004. Kanker, Apakah Itu ? Pengobatan, Harapan Hidup, Dan
Dukungan Keluarga. Jakarta. Arcan
4. http://www.klinikindonesia.com/kamus-kedokteran-t/tumor-non-
neoplasma.php. Diakses tanggal 16 juli 2017.
5. Vinay kummar. 2007. Buku Ajar patologi Robbins. Volume 1. Edisi 7. Jakarta.
EGC
6. https://www.google.co.id. Diakses tanggal 18 juli 2017
7. Drg.Janti sudiono,MDSc.dkk. 2001. Penuntun Praktikum Patologi Anatomi.
Jakarta. EGC
8. Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC

39

You might also like