Professional Documents
Culture Documents
PENGKAJIAN
Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pada
tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.
a. Pre Operatif
Pada tahap pre operatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk
mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik,
khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.
1. Pengkajian data dasar
Identitas : Nama , umur , jenis kelamin, agama , pendidikan , status.
Riwayat kesehatan : Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin
dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit
jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok
dan obat-obatan.
Keluhan utama : keluhan saat pertama kali masuk rumah sakit
Riwayat kesehatan sekarang : Apakah pasien tersebut di amputasi karena ada riwayat
diabetes mellitus/ tidak.
Riwayat kesehatan dahulu: Apakah klien pernah dulu menderita diabetes mellitus.
Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada keluarga pasien yang menderita diabetes melitus
sebelumnya .
2. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh
untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan
tindakan terencana / selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala
merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
Kulit secara umum. Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau
Sistem Cardiovaskuler : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada
2. Post operasi
1. CBC : penurunan darah yang tiba-tiba menandakan hemoragi dan peningkatan sel darah
puih yang tiba- tiba mengidentifikasikan adanya infeksi.
2. Kimia darah : ukuran elektrolit dan pengisian cairan seimbang , selama operasi klien
sering menerima cairan iv.
b. Intra Operatif
Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klien. Tujuan
utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi optimal
klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen
yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan
dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuk tindakan perawatan luka, perawat membuat catatan
tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan
drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa post operatif.
c. Post Operatif
Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital,
karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan
yang mengancam jiwa.
Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan
tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi
kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.
Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif
atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar
tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.
Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu
menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.
Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat
menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk
membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan
yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom
Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat
amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien
seolah-olah merasa tidak sehat akal karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang.
Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa
apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre Operatif
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peristiwa praoperasi dan pasca
operasi.
2. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang akan di rasakan pada amputasi.
b. Post Operatif
1. Nyeri berhubungan dengan sensasi fantom , insisi bedah sekunder terhadap amputasi.
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap
amputasi
3. Risiko tinggi terjadi komplikasi berhubungan dengan amputasi.
4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan alat gerak (baik itu ekstermitas
atas/bawah)
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap informasi
Atur waktu khusus dengan klien untuk Meningkatkan rasa aman dan
berdiskusi tentang kecemasan klien. memungkinkan klien melakukan
komunikasi secara lebih terbuka
dan lebih akurat.
INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan klien untuk mengekspresikan Mengurangi rasa tertekan dalam diri
perasaan tentang dampak pembedahan klien, menghindarkan depresi,
pada gaya hidup. meningkatkan dukungan mental.
b. Post Operasi
1. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap
amputasi.
a. Karakteristik penentu :
Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.
Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.
Depresi.
b. Tujuan :
Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
d. Kriteria evaluasi :
Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji/pertimbangkan persiapan pasien dan Pasien yang memandang amputasi
pandangan terhadap amputasi sebagai pemotongan hidup atau
rekonstruksi akan menerima diri
yang baru lebih cepat. Pasien
dengan amputasi traumatik yang
mempertimbangkan amputasi
menjadi akibat kegagalan tindakan
berada pada resiko tinggi gangguan
konsep diri.
Kaji derajat dukungan yang ada untuk Dukungan yang cukup dari orang
pasien terdekat dan teman dapat
membantu proses rehabilitasi.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala Membantu dlam evaluasi kebutuhan
0-10). Selidiki perubahan karakteristik dan keefektifan intervensi. Perubahan
nyeri. Contoh kebas, kesemutan dapat mengindikasikan terjadinya
komplikasi, contoh nekrosis/infeksi
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi, contoh Menurunkan nyeri/spasme otot.
analgetik, relaksan otot, instruksi pada Catatan: ADP menentukan obat tepat
ADP waktu yang mencegah fluktuasi nyeri
sehubungan dengan tegangan/spasme.
3. Risiko tinggi terjadi komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan
dengan amputasi.
a. Karakteristik penentu :
Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.
b. Tujuan :
Tidak terjadi komplikasi.
c. Kriteria evaluasi :
Tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan perawatan luka adekuat. Mencegah terjadinya infeksi.
Pantau kondisi balutan tiap 4-8 jam Indikator adanya perdaraham masif
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Awasi tanda vital. Palpasi nadi Indikator umum status sirkulasi dan
perifer, perhatikan kekuatan dan keadekuatan perfusi
kesamaan
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Pertahankan teknik antiseptik bila Meminimalkan kesempatan introduksi
mengganti balutan/merawat luka bakteri.
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan alat gerak (baik itu
ekstermitas atas/bawah)
a. Dapat dihubungkan dengan :
Kehilangan tungkai (terutama ekstermitas bawah)
Nyeri/ketidaknyamanan
Gangguan perseptual
b. Kemungkinan dibuktikan oleh :
Menolak gerak upaya
Gangguan koordinasi
Penurunan kekuatan otot, control dan massa
c. Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan
keamanan
Menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas
Mempertahankan posisi fungsi seperti dibuktikan oleh adanya kontraktur
Menunjukkan teknik/perilaku yang memampukan tindakan aktivitas
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Berikan perawatan puntung secara Memberikan kesempatan untuk
teratur, contoh inspeksi area. mengevaluasi penyembuhan dan
Bersihkan dan keringkan, dan tutup komplikasi (kecuali ditutup dengan
kembali puntung dengan balutan prostese cepat), penutupan puntung
elastik atau belat udara, atau mengontrol edema dan membantu
berikan penyusut puntung (kaus membentuk puntung kedalam bentuk
kaki stokckinette berat) untuk kerucut untuk memudahkan
kelambatan prostese. Ukur memasang prostese. Catatan: udara
lingkarannya secara periodik. penekan mungkin lebih baik katena
memungkinkan inspeksi luka.
Pengukuran dilakukan untuk
memperkirakan usia-pengisutan untuk
meyakinkan kecocokan yang tepat
terhadap kaus kaki dan prostese
Segera tutup kembali puntung Edema akan terjadi dengan cepat dan
dengan balutan elastis, tinggikan rehabilitasi dapat melambat
bila gips berubah posisi
segera/dini secara tak disengaja.
Siapkan penggunaan gips ulang
Kolaborasi
Rujuk ke tim rehabilitasi, contoh Memberikan bentuk latihan/program
terapi fisik dan kejuruan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
dan kekuatan individu, dan
mengidentifikasi mobilitas fungsional
membantu meningkatkan
kemandirian. Penggunaan dini
prostese sementara meningkatkan
kesehatan umum/pandangan positif.
Catatan; konseling kejuruan/latihan
ulang juga mungkin diindikasikan.
Berikan tempat tidur busa Menurunkan tekanan pada
kulit/jaringan yang dapat mengganggu
sirkulasi, potensial resiko iskemia
jaringan/kerusakan