You are on page 1of 20

1.

PENGKAJIAN
Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pada
tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.

a. Pre Operatif
Pada tahap pre operatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk
mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik,
khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.
1. Pengkajian data dasar
Identitas : Nama , umur , jenis kelamin, agama , pendidikan , status.
Riwayat kesehatan : Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin
dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit
jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok
dan obat-obatan.
Keluhan utama : keluhan saat pertama kali masuk rumah sakit
Riwayat kesehatan sekarang : Apakah pasien tersebut di amputasi karena ada riwayat
diabetes mellitus/ tidak.
Riwayat kesehatan dahulu: Apakah klien pernah dulu menderita diabetes mellitus.
Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada keluarga pasien yang menderita diabetes melitus
sebelumnya .
2. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh
untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan
tindakan terencana / selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala
merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

SISTEM TUBUH KEGIATAN

Integumen : Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.

Kulit secara umum. Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau

kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif.


Lokasi amputasi
Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap

terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.

Sistem Cardiovaskuler : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada

klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi


Cardiac reserve
jantung.
Pembuluh darah
Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian

terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya

sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.

Memonitor intake dan output cairan.

Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.


Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan

sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

3. Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual


Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis
(respon emosi) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian
klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak
amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping
itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin
timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkat
persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien
terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh
klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan
gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-
sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi
jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk
menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha
berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk
melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan
keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pre operasi
1. CBC : dilakukan untuk mengukur WBC, hemoglobin dan hematokrit.
2. Kadar asam serum : ditunjukkan untuk mengkaji pasien yang mengalami gannguan
kseseimbangan cairan
3. Waktu pembekuan di order : untuk mengetahui penggumpalan darah
4. Analisa urin : digunakan untuk mendeteksi adanya sel darah merah, darah putih atau
protein yang mungkin mengindikasikan protein
5. Elektrokardiogram : untuk mengkaji jantung terhadap tanda- tanda luka atau iskemik
6. X-rays : dada membantu mengidentifikasi adanya ineksi di paru seperti pneumonia.

2. Post operasi
1. CBC : penurunan darah yang tiba-tiba menandakan hemoragi dan peningkatan sel darah
puih yang tiba- tiba mengidentifikasikan adanya infeksi.
2. Kimia darah : ukuran elektrolit dan pengisian cairan seimbang , selama operasi klien
sering menerima cairan iv.

4. Kebutuhan dasar manusia


1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keterbatasan aktual/antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/amputasi.
2. Integritas Ego
Gejala: Masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi orang
lain perasaan putus asa, tidak berdaya.
Tanda: Ansietas, ketakutan, peka, marah, ketakutan, menarik diri, keceriaan semu.
3. Seksualitas
Gejala: Masalah tentang keintiman hubungan.
4. Interaksi Sosial
Gejala: Masalah sehubungan dengan penyakit/kondisi. Masalah tentang peran fungsi,
reaksi orang lain.

b. Intra Operatif
Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klien. Tujuan
utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi optimal
klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen
yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan
dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuk tindakan perawatan luka, perawat membuat catatan
tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan
drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa post operatif.
c. Post Operatif
Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital,
karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan
yang mengancam jiwa.
Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan
tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi
kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.
Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif
atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar
tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.
Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu
menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.
Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat
menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk
membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan
yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom
Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat
amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien
seolah-olah merasa tidak sehat akal karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang.
Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa
apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre Operatif
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peristiwa praoperasi dan pasca
operasi.
2. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang akan di rasakan pada amputasi.

b. Post Operatif
1. Nyeri berhubungan dengan sensasi fantom , insisi bedah sekunder terhadap amputasi.
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap
amputasi
3. Risiko tinggi terjadi komplikasi berhubungan dengan amputasi.
4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan alat gerak (baik itu ekstermitas
atas/bawah)
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap informasi

3. INTERVENSI DAN RASIONAL


a. Pre Operatif
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peristiwa praoperasi dan pasca
operasi.
a. Karakteristik penentu :
Mengungkapkan rasa takut akan pembedahan.
Menyatakan kurang pemahaman.
Meminta informasi.
b. Tujuan :
Kecemasan pada klien berkurang.
c. Kriteria evaluasi :
Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.
Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.
INTERVENSI RASIONAL
Berikan bantuan secara fisik dan Secara psikologis meningkatkan
psikologis, berikan dukungan moral rasa aman dan rasa saling percaya.

Terangkan prosedur operasi dengan Meningkatkan/memperbaiki


sebaik-baiknya pengetahuan/persepsi klien

Atur waktu khusus dengan klien untuk Meningkatkan rasa aman dan
berdiskusi tentang kecemasan klien. memungkinkan klien melakukan
komunikasi secara lebih terbuka
dan lebih akurat.

2. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang akan di rasakan pada amputasi.


a. Karakteristik penentu :
Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.
Takut kecacatan.
Rendah diri, menarik diri.
b. Tujuan :
Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
c. Kriteria evaluasi :
Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.
Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru.

INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan klien untuk mengekspresikan Mengurangi rasa tertekan dalam diri
perasaan tentang dampak pembedahan klien, menghindarkan depresi,
pada gaya hidup. meningkatkan dukungan mental.

Berikan informasi yang adekuat dan Membantu klien menggapai


rasional tentang alasan pemilihan penerimaan terhadap kondisinya
tindakan pemilihan amputasi melalui teknik rasionalisasi.

Berikan informasi bahwa amputasi Meningkatkan dukungan mental


merupakan tindakan untuk memperbaiki
kondisi klien dan merupakan langkah
awal untuk menghindari
ketidakmampuan atau kondisi yang
lebih parah.

Fasilitasi untuk bertemu dengan orang Strategi untuk meningkatkan


dengan amputasi yang telah berhasil adaptasi terhadap perubahan citra
dalam penerimaan terhadap situasi diri.
amputasi.

b. Post Operasi
1. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap
amputasi.
a. Karakteristik penentu :
Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.
Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.
Depresi.
b. Tujuan :
Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
d. Kriteria evaluasi :
Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji/pertimbangkan persiapan pasien dan Pasien yang memandang amputasi
pandangan terhadap amputasi sebagai pemotongan hidup atau
rekonstruksi akan menerima diri
yang baru lebih cepat. Pasien
dengan amputasi traumatik yang
mempertimbangkan amputasi
menjadi akibat kegagalan tindakan
berada pada resiko tinggi gangguan
konsep diri.

Dorong ekspresi ketakutan, perasaan Ekspresi emosi membantu pasien


negatif, dan kehilangan bagian tubuh mulai menerima kenyataan dan
realitas hidup tanpa tungkai

Beri penguatan informasi pascaoperasi Memberikan kesempatan untuk


termasuk tipe/lokasi amputasi, tipe menanyakan dan mengasimilasi
prostese bila tepat (segera, lambat), informasi dan mulai menerima
harapan tindakan pascaoperasi, termasuk perubahan gambaran diri dan
control nyeri dan rehabilitasi. fungsi, yang dapat membantu
penyembuhan.

Kaji derajat dukungan yang ada untuk Dukungan yang cukup dari orang
pasien terdekat dan teman dapat
membantu proses rehabilitasi.

Dorong/berikan kunjungan oleh orang Teman senasib yang telah melalui


yang telah diamputasi, khususnya pengalaman yang sama bertindak
seseorang yang berhasil dalam sebagai model peran dan dapat
rehabilitasi memberikan keabsahan pernyataan
jua harapan untuk pemulihan dan
masa depan normal.
2. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi.
a. Dapat dihubungkan dengan :
Cedera fisik/jaringan dan trauma saraf
Dampak psikologi terhadap kehilangan bagian tubuh
b. Karakteristik penentu :
Menyatakan nyeri.
Merintih, meringis.
Focus diri menyempit
Respon autonomic, perilaku melindungi/berhati - hati
c. Kriteria evaluasi :
Menyatakan nyeri hilang.
Ekspresi wajah rileks
Menyatakan pemahaman nyeri fantom dan metode untuk menghilangkanya

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala Membantu dlam evaluasi kebutuhan
0-10). Selidiki perubahan karakteristik dan keefektifan intervensi. Perubahan
nyeri. Contoh kebas, kesemutan dapat mengindikasikan terjadinya
komplikasi, contoh nekrosis/infeksi

Tinggikan bagian yang sakit dengan Mengurangi terbentuknya edema


meninggikan kaki tempat tidur atau dengan aliran balik vena, menurunkan
menggunakan bantal/guling untuk kelelahan otot dengan tekanan
amputasi tungkai atas kulit/jaringan. Catatan: setelah 24 jam
pertama dan pada tak adanya edema,
punting mungkin meluas dan datar

Beri tindakan kenyamanan (contoh Memfokuskan kembali perhatian,


ubah posisi sering, pijatan punggung) meningkatkan relaksasi, dapat
aktivitas terapeutik. Dorong meningkatkan kemampuan koping dan
penggunaan teknik manajemen stress dapat menurunkan terjadinya nyeri
(contoh latihan napas dalam, fantom tungkai
visualisasi, pedoman khayalan) dan
sentuhan perapeutik

Berikan pijatan lembut pada puntung Meningkatkan sirkulasi, menurunkan


sesuai toleransi bila balutan telah teangan otot.
dilepas

Selidiki keluhan nyeri lokal/kemajuan Dapat mengindikasikan terjadinya


yang tak hilang dengan analgetik. sindrom kompartemen, khususnya
cedera traumatik

Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi, contoh Menurunkan nyeri/spasme otot.
analgetik, relaksan otot, instruksi pada Catatan: ADP menentukan obat tepat
ADP waktu yang mencegah fluktuasi nyeri
sehubungan dengan tegangan/spasme.

Pertahankan alat TENS bila Memberikan rangsangan saraf terus


menggunakan menerus, blok trasmisi sensasi nyeri.

Berikan pemanasan lokal sesuai Mungkin digunakan untuk


indikasi meningkatkan relaksasi otot,
meningkatkan sirkulasi, dan
membantu perbaikan edema

3. Risiko tinggi terjadi komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan
dengan amputasi.
a. Karakteristik penentu :
Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.
b. Tujuan :
Tidak terjadi komplikasi.
c. Kriteria evaluasi :
Tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.

INTERVENSI RASIONAL
Lakukan perawatan luka adekuat. Mencegah terjadinya infeksi.

Pantau masukan dan pengeluaran Menghindari resiko kehilangan cairan


cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada
daerah amputasi

Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam. Sebagai monitor status hemodinamik.

Pantau kondisi balutan tiap 4-8 jam Indikator adanya perdaraham masif

Monitor pernafasan. Memantau tanda emboli lemak sedini


mungkin.

Persiapkan oksigen. Untuk mempercepat tindakan bila


sewaktu-waktu dperlukan untuk
tindakan yang cepat

Pertahankan posisi flower atau tetap Mengurangi kebutuhan oksigen


tirah baring selama beberapa waktu jaringan atau memudahkan pernafasan

4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perifer, resiko tinggi terhadap


a. Faktor resiko meliputi :
Penurunan aliran darah vena/arteri
Edema jaringan
Pembentukan hematoma
b. Kemungkinan dibuktikan oleh :
Tidak dapat diterapkan, adanya tanda tanda dan gejala gejala membuat diagnose
aktual
c. Kriteria hasil :
Mempertahankan perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan nadi perifer teraba, kulit
hangat/kering, dan penyembuhan luka tepat waktu

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Awasi tanda vital. Palpasi nadi Indikator umum status sirkulasi dan
perifer, perhatikan kekuatan dan keadekuatan perfusi
kesamaan

Lakukan pengkajian neurovaskuler Edema jaringan pascaoperasi,


periodik, contoh sensasi, gerakan, pembentukan hematoma, atau balutan
nadi, warna kulit dan suhu. terlalu ketat dapat mengganggu sirkulasi
pada puntung, mengakibatkan nekrosis
jaringan

Inspeksi alat balutan/drainase, Kehilangan drah terus menerus


perhatiakan jumlah dan karakteristik mengindikasikan kebutuhan untuk
balutan tambahan penggantian cairan dan
evaluasi untuk gangguan koagulasi atau
intervensi bedah untuk ligasi perdarahan

Berikan tekanan langsung pada sisi Tekanan langsung pada perdarahan


perdarahan, bila terjadi perdarahan. dapat diteruskan dengan penggunaan
Hubungi dokter dengan segera balutan serat pengaman dengan balutan
elastis bila perdarahan terkontrol.

Evaluasi tungkai bawah yang tak Peningkatan insiden pembentukan


dioperasi untuk adanya inflamasi, thrombus pada pasien dengan penyakit
tanda Homan positif. vaskuler perifer sebelumnya/perubahan
diabetik.
Kolaborasi
Berikan cairan IV/produk darah sesuai Mempertahankan volume sirkulasi
indikasi untuk memaksimalkan perfusi jaringan

Gunakan kaus kaki Dapat meningkatkan aliran balik vena


antiembolitik/pengurut untuk kaki menurunkan pengumpulan vena dan
yang tak dioperasi. resiko tromboflebitis

Berikan antikoagulan dosis rendah Mungkin berguna dalam mencegah


sesuai indikasi. pembentukan thrombus tanpa
peningkatan resiko perdarahan
pascaoperasi/pembentuka hematoma

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan amputasi


a. Faktor resiko meliputi :
Ketidakadekuatan pertahanan primer (kulit robek, jaringan traumatik)
Prosedur invasf, terpajan pada lingkungan
Penyakit kronis, perubahan status nutrisi
b. Kemungkinan dibuktikan oleh :
Tidak dapat diterapkan : adanya tanda tanda dan gejala gejala membuat diagnose
actual
c. Kriteria hasil :
Mencapai peenyembuhan tepat pada waktunya
Bebas drainase purulen atau eritema dan tidak kram

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Pertahankan teknik antiseptik bila Meminimalkan kesempatan introduksi
mengganti balutan/merawat luka bakteri.

Inspeksi balutan dan luka, perhatikan Deteksi dini terjadinya infeksi


karakteristik drainase memberikan kesempatan untuk
intervensi tepat waktu dan mencegah
komplikasi lebih serius (contoh;
osteomielitis).

Pertahankan patensi dan Hemovac. Drain Jackson-Pratt


pengosongan alat drainase secara membantu membuang drainase,
rutin meningkatkan penyembuhan luka dan
menurunkan resiko infeksi

Tutup balutan dengan plastik bila Mencegah kontaminasi pada amputasi


menggunakan pispot atau bila tungkai bawah.
inkontinensia

Awasi tanda vital. Peningkatan suhu/takikardia dapat


menunjukkan terjadinya sepsis.
Kolaborasi
Ambil kultur luka/drainase dengan Mengidentifikasi adanya
tepat infeksi/oranisme khusus.

Berikan antibiotik sesuai indikasi Antibiotik spectrum luas dapat


digunakan secara profilaktik. Atau
terapi antibiotik mungkin disesuaikan
terhadap organism khusus

6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan alat gerak (baik itu
ekstermitas atas/bawah)
a. Dapat dihubungkan dengan :
Kehilangan tungkai (terutama ekstermitas bawah)
Nyeri/ketidaknyamanan
Gangguan perseptual
b. Kemungkinan dibuktikan oleh :
Menolak gerak upaya
Gangguan koordinasi
Penurunan kekuatan otot, control dan massa
c. Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan
keamanan
Menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas
Mempertahankan posisi fungsi seperti dibuktikan oleh adanya kontraktur
Menunjukkan teknik/perilaku yang memampukan tindakan aktivitas
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Berikan perawatan puntung secara Memberikan kesempatan untuk
teratur, contoh inspeksi area. mengevaluasi penyembuhan dan
Bersihkan dan keringkan, dan tutup komplikasi (kecuali ditutup dengan
kembali puntung dengan balutan prostese cepat), penutupan puntung
elastik atau belat udara, atau mengontrol edema dan membantu
berikan penyusut puntung (kaus membentuk puntung kedalam bentuk
kaki stokckinette berat) untuk kerucut untuk memudahkan
kelambatan prostese. Ukur memasang prostese. Catatan: udara
lingkarannya secara periodik. penekan mungkin lebih baik katena
memungkinkan inspeksi luka.
Pengukuran dilakukan untuk
memperkirakan usia-pengisutan untuk
meyakinkan kecocokan yang tepat
terhadap kaus kaki dan prostese

Segera tutup kembali puntung Edema akan terjadi dengan cepat dan
dengan balutan elastis, tinggikan rehabilitasi dapat melambat
bila gips berubah posisi
segera/dini secara tak disengaja.
Siapkan penggunaan gips ulang

Dorong latihan aktif/isometrik Meningkatkan kekuatan otot untuk


untuk paha atas dan lengan atas. membantu pemindahan/ambulasi

Berika gulungan untuk paha sesuai Mencegah rotasi eksternal puntung


indikasi. tungkai bawah

Tunjukkan/bantu teknik Membantu perawatan diri dan


pemindahan dan penggunaan alat kemandirian pasien. Teknik
mobilitas, contoh trapeze, kruk atau pemindahan yang dpat mencegah
walker. cedera abrasi/kulit karena lari cepat.

Kolaborasi
Rujuk ke tim rehabilitasi, contoh Memberikan bentuk latihan/program
terapi fisik dan kejuruan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
dan kekuatan individu, dan
mengidentifikasi mobilitas fungsional
membantu meningkatkan
kemandirian. Penggunaan dini
prostese sementara meningkatkan
kesehatan umum/pandangan positif.
Catatan; konseling kejuruan/latihan
ulang juga mungkin diindikasikan.
Berikan tempat tidur busa Menurunkan tekanan pada
kulit/jaringan yang dapat mengganggu
sirkulasi, potensial resiko iskemia
jaringan/kerusakan

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap informasi


a. Kemungkinan dibuktikan oleh :
Kurang terpajan/mengingat
Salah interpretasi informasi
b. Kemungkinan dibuktikan oleh :
Pertanyaan/permintaan informasi, menyatakan masalah
Tidak akurat mengikuti instruksi/terjadinya komplikasi yang dapat dicegah
c. Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan
Melakukan dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alas an tindakan
Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji ulang proses penyakit/prosedur Memberikan dasar pengetahuan dimana
bedah dan harapan yang akan dating pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.

Instruksikan perawatan balutan/luka. Meningkatkan perawatan diri


Inspeksi puntung menggunakan kompeten; membantu penyembuhan
cermin untuk melihat semua area, dan pemasangan prostese dan
pijat kulit, dan tutup puntung dengan menurunkan potensial untuk
tepat. komplikasi.

Tunjukkan perawatan alat prostase, Dorong pemasangan tepat, menurunkan


Tekanan pentingnya pemeliharaan resiko komplikasi dan memperpanjang
rutin/pemasangan ulang periodik. hidup prostase

Dorong kesinambungan program Meningkatkan sirkulasi/penyembuhan


latihan pascaoperasi dan fungsi bagian yang sakit, membantu
adaptasi terhadap alat prostese.

Merokok berpotensi untuk


Anjurkan penghentian merokok. vasokonstriksi perifer, gangguan
sirkulasi juga oksigenasi jaringan

You might also like