You are on page 1of 18

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. D / Laki-laki / 5 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Belum Bekerja/Belum Sekolah
c. Alamat : RT. 04 Pakuan Baru
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah anak/saudara : Anak ke-2 dari 2 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Kurang Mampu
d. Kondisi Rumah : Rumah pasien merupakan rumah semi
permanen beratap seng, ukuran rumah 7 meter x 3 meter, dengan
ketinggian 2,5 meter dari permukaan tanah. Rumah pasien terdiri dari 1
lantai dimana terdiri dari 1 ruang tamu beserta ruang keluarga, 1 kamar
tidur, 1 dapur beserta ruang makan, dan 1 kamar mandi. Lantai rumah
masih dari semen sedangkan untuk dapurnya masih tanah. Untuk
keperluan mandi, cuci piring, cuci baju, dilakukan di belakang rumah
langsung dengan menggunakan sumber air dari air sumur. Untuk buang
air besar pasien lakukan di WC yang berada di dalam rumah bagian
belakangnya. Rumah pasien tampak kotor dan berantakan. Ventilasi udara
dan sirkulasi udara kurang hanya mengandalkan pintu masuk dan 2
jendela rumah, pencahayaan rumah cukup.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien sudah merupakan anak ke-2 dari
2 bersaudara. Pasien tinggal bersama ibu dan ayahnya serta saudara
kandung pasien. Ayah pasien merupakan pekerja buruh dan ibunya adalah
IRT. Keharmonisan keluarga pasien baik. Tidak ada masalah dalam
hubungan satu sama lain.

1
III. Aspek Psikologis di Keluarga :
Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain baik.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

V. Keluhan Utama :
Terdapat benjolan di kelopak mata kiri bagian bawah

VI. Riwayat Penyakit Sekarang : (alloanamnesa)


Pasien datang ke Puskesmas Pakuan Baru bersama ibunya
dengan keluhan timbul benjolan di kelopak mata kiri bagian bawah
sejak 4 hari yang lalu.
Ibu pasien mengaku bahwa benjolan timbul awalnya kecil
sebesar ujung jarum pentul dan lama-kelamaan semakin membesar
sebesar biji jagung, tetapi tidak semakin membesar lagi. Pasien
mengeluh benjolan tersebut terasa nyeri dan gatal. Pasien merasa tidak
nyaman karena benjolan tersebut seperti mengganjal matanya dan
sedikit mengganggu penglihatan.
Pasien menyangkal adanya belekan dan tidak berair. Tidak ada
keluhan mata merah. Demam tidak ada, sakit kepala, mual dan muntah
tidak ada.

2
VII. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 36,8C
4. Tekanan darah : 110/70 mmHg
5. Nadi : 76 x/menit
6. Pernafasan
- Frekuensi : 20 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorakoabdominal
7. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
8. Berat badan : 21 kg
9. Tinggi badan : 108 cm
IMT : BB/TB2 = 21/1,08 = 18,01 (normal)

Pemeriksaan Organ
1. Kepala : Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata

STATUS OPHTHALMOLOGIS

OD OS
Visus 6/6 6/6
Kedudukan bola mata Ortoforia

3
Pergerakan bola mata

Versi : baik Versi : baik


Duksi : baik Duksi : baik
PEMERIKSAAN EXTERNAL

Palpebra supp Edem (-), hiperemis (-), Edem (-), hiperemis (-),
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Palpebra inf Masa (-), Edem (-), Masa (+), Edem (+),
hiperemis (-), nyeri tekan hiperemis (+), nyeri tekan
(-) (+)
Cilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Conj. Tars Supp Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Conj. Tars Inf Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Conj. Bulbi Inj. Konjungtiva (-), Inj. Inj. Konjungtiva (-), Inj.
Silier (-), Sekret (-) Silier (-), Sekret (-)
Kornea Jernih, edem (-), ulkus (-) jernih, edem (-), ulkus (-)
desmetokel (-), infiltrat (-) desmetokel (-), infiltrat (-)
COA Fibrin (-), hipopion (-), Fibrin (-), hipopion (-), flare
flare (-) (-)

4
Iris Sinekia ant & post (-) Sinekia ant & post (-)
Pupil Isokor ,D = 3 mm Isokor , D = 3 mm
Reflek cahaya langsung (+) Reflek cahaya langsung (+)
Reflek cahaya tdk langsung Reflek cahaya tdk langsung
(+) (+)

Lensa Jernih Jernih

Lain-lain
TIO Palpasi Dbn Dbn

3. Hidung : tak ada kelainan


4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan
(-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal.

5
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: Statis & dinamis :
simetris simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Auskultasi Vesikuler (+) normal, Vesikuler (+) normal,
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-
)

Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula
kiri

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula


kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS V 2 jari medial linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

8. Abdomen

Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer

6
(-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas Atas
Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 - 5
10. Ekstremitas bawah
Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 5

VIII. Pemeriksaan Laboratorium


Tidak dilakukan

IX. Diagnosis :
Hordeolum eksternum OS

X. Diagnosis Banding :
Hordeolum interna
Kalazion

XI. Manajemen
a. Preventif :
Biasakan tidak mengusap-usap mata dalam keadaan tangan kotor
atau belum mencuci tangan.

b. Promotif :
Selalu menjaga kesehatan terutama kesehatan mata.

7
Bersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan
sabun atau shampoo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti
sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
Melakukan perawatan dan pengobatan secara teratur.

c. Kuratif :
Non Medikamentosa
Makan makanan yang bergizi.
Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.

Medikamentosa
Amoxicillin tablet 3 x 250 mg
Asam mefenamat 3 x 250 mg.
Eritromisin salep mata 3 x 1

d. Rehabilitatif
Bersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun
atau shampoo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi.
Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan
mata tertutup.

8
Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas : Pakuan Baru


Dokter : Lia Trisetiany
Tanggal : 23 Juli 2015

R/ Amoxicilin tab mg 250 no. X


s 3 d d tab I
R/ Asam Mefenamat tab mg 250 no.X
s 3 d d tab I
R/ Eritromisin salep mata tube no.I
s.u.e

Pro : An. D (5 tahun)


Alamat : RT.04 Pakuan Baru

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting.
Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam
pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan
kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh
permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.
Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai
dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun
masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis.
Untungnya kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam
jiwa atau pun mengancam penglihatan.
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering
terjadi pada kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit
dibedakan dengan kalazion akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal
atau proses peradangan pada kelopak mata. Bila kelenjar meibom yang
terkena disebut hordeolum interum, sedangkan bila kelenjar Zeiss
atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum.
Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda,
namun dapat juga terjadi pada semua umur, terutama orang-
orang dengan taraf kesehatan yang kurang. Mudah timbul pada
individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.1

II. Anatomi Palpebra


Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit
yang dapat menutupdan melindungi bola mata bagian anterior.

10
Berkedip melindungi kornea dan konjungtivadari
dehidrasi.palpebra superior berakhir pada alis mata ;
palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas
lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
areolar, jaringan fibrosa(tarsus), dan lapis membran mukosa
(konjungtiva pelpebrae).1
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, danelastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa
lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal; bagian di atas septum orbitae adalah bagian
praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis
okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Aerolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan
dengan lapis subaponeurotik dan kulit kepala
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus
terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah)
5. Konjungtiva Palpebrae

11
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian
palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi
tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata,
glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi
kelenjar sebase kecil yang bermuara dalam folikel rambut
pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat
bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata,
dan sepanjang tepian ini terdapat muara -muara kecil dari
kelenjar sebasea yang telah dim odifikasi (glandula
Meibom dan tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada
ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini
berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait kesakus lakrimalis.Fisura palpebrae adalah
ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisuraini
berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus
lateralis kira-kira 0,5 cm daritepian lateral orbita dan
membentuk sudut tajam.Septum orbitale adalah fascia di
belakang bagian muskularis orbikularis yangte rletak di
antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai
sawar antara palpebraorbita. Septum orbitale superius menyatu
dengan tendo dari levator palpebra superior dantarsus superior;
septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di


palpebra superior, bagianotot rangka adalah levator palpebra
superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalanke depan
dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian

12
yang lebih dalam yangmengandung serat-serat otot polos dari
muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior,
retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang
menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus
muskulus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah
tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari
retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator
dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotor.

III. Definisi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar
meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut
hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil
dan lebih superficial adalah infeksi kelenjar zeiss atau moll. 1

Hordeolum Eksterna Hordeolum Interna

IV. Etiologi
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95 % kasus
hordeolum.

13
V. Factor Resiko
1. Penyakit kronik
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti blefaritis.
4. Diabetes.
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya
7. Hygiene dan lingkungan yang tidak bersih
8. Kondisi kulit, seperti dermatitis seboroik.2

VI. Patofisiologi
Hordeolum eksternum timbul timbul dari blockade dan infeksi dari
kelenjar zeiss atau moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada
kelenjar meibom yang terletak didalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-
kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.
Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. 3,4

VII. Manifestasi Klinik


Gejala : 3,4
Pembengkakan
Rasa nyeri pada kelopak mata
Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
Riwayat penyakit yang sama

Tanda :5
Eritema
Edema
Nyeri bila ditekan didekat pangkal bulu mata

14
Seperti gambaran abses kecil.

VIII. Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. 6
Umum :
Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya
untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
Bersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan
sabun atau shampoo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti
sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.

Obat :
Antibiotic diindikasikan bila dengan kompres hangat selama
24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar
kedaerah sekitar hordeolum.

Antibiotic topical
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam
selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk
kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan.7

Antibiotic sistemik.
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat
tanda pembesaran kelenjar limfe periaurikular. Pada kasus hordeolum
internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan

15
cephalexin atau dicloxacin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7
hari.7

Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka
prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase
pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi
topical dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan
prokain atau lidokain didaerah hordeolum dan dilakukan insisi.
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus,
tegak lurus pada margo palpebra. Hordeolum eksternum dibuat insisi
sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan insisi dilakukan
ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang didalam
kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotic. 8

16
BAB III
ANALISA KASUS

Dasar diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.


Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan data berupa adanya benjolan pada kelopak
mata bawah pada mata sebelah kiri.
a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
- Tidak ada hubungan antara penyakit yang diderita pasien dengan keadaan
rumah pasien dan lingkungan sekitar.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
- Tidak ada hubungan antara penyakit yang diderita pasien dengan keadaan
keluarga dan hubungan keluarga.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar
- Pasien kurang memperhatikan kebersihan diri sehingga akan mudah terkena
penyakit.
- Ada hubungan antara diagnosis dengan perilaku kesehatan. Pasien sering
bermain di luar rumah dan jarang disuruh membersihkan diri setelah bermain.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien
ini
- Higiene dan lingkungan tempat bermain yang tidak bersih
- Perilaku kesehatan yang kurang baik.
e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan faktor
resiko atau etiologi pada pasien ini
- Segera lakukan pembersihan jika mata terpapar kotoran atau debu dengan
membilasnya dengan air bersih
- Segera membersihkan diri setelah bermain pada kondisi yang kurang higienis.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika,


Jakarta, 2000: Hal 17-20
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2004: Hal 92-94
3. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta 2003: Hal15 -16
4. Michael, P. 2009. Hordeolum. Online :
http://emedicine.medscape.com/article/1213080
5. American academy of opthalmology. 2008. Clasification and management of
eyelid disorders. In orbit, eyelids, and lacrimal system. Singapore : lifelong
education opthalmologist. Pp 165-167.
6. Maria,B.2007.Hordeolum.Online:
http://www.empowher.com/media/reference/hordeolum.

18

You might also like