You are on page 1of 6

Serat Acitya Jurnal Ilmiah

UNTAG Semarang

Berbahasa Dengan Logika


Oleh : Drs. Trismanto, M.Pd.
trismanto_tris@yahoo.co.id
Fakultas Bahasa dan Budaya
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Abstraksi

Logika merupakan salah satu teknik untuk meneliti suatu penalaran. Penalaran merupakan suatu bentuk
pemikiran. Peranan logika dalam penggunaan bahasa sangatlah penting. Logika berbahasa berhubungan
erat dengan kebenaran kalimat. Suatu kalimat dikatakan benar jika kalimat itu benar-benar melambangkan
suatu peristiwa tertentu. Sebuah kalimat tentu mengandung makna. Kalimat yang logis merupakan
kalimat yang maknanya sesuai dengan kaidah-kaidah penalaran. Untuk menyusun kalimat logis, kita harus
memperhatikan pemilihan kata (diksi), penggunaan kata bentukan, dan konjungsi. Sedangkan logika
bahasa dapat dilihat pada kalimat, hubungan antarkalimat, dan hubungan antarbagian dalam wacana.

Kata Kunci : Logika, Penalaran, Diksi,

Abstract

Logic is one of the techniques to investigate a reasoning. Reasoning is a form of thought. The role of logic
in the use of language is very important. The logic of using language is closely related to the meaning of
the sentence. A sentence is said to be true if the sentence truly symbolizes a particular event. A sentence
surely has a meaning.A logical sentence is a sentence whose meaning is in accordance with the rules of
reasoning. To compose a logical sentence, we must pay attention to the choice of words (diction), the use
of word formation, and conjunctions. Meanwhile the logic of language can be seen in the
sentences,relationships among sentences, and relationships between parts of the discourse.

Memang, logika merupakan unsur penting


di dalam kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah
1. PENDAHULUAN harus didasari dengan penggunaan logika
Logika merupakan salah satu teknik untuk yang benar.
meneliti suatu penalaran. (Soekadijo,
1993:3). Penalaran itu merupakan suatu
bentuk pemikiran. Penalaran adalah suatu 2. PEMBAHASAN
proses berpiki dengan menghubung-
hubungkan data atau fakta sampai pada 2.1. Logika Berbahasa Sehari-
suatu kesimpulan. Bentuk pemikiran yang Hari
dituangkan dengan bahasa tentu Dalam penggunaan bahasa sehari-hari,
mengandungpenalaran yang dapat ditelusuri seperti percakapan, umumnya penutur
melalui logika. Dengan demikian, logika sering tidak memperhatikan logika
dalam berbahasa berarti penggunaan logika berbahasa. Hal ini juga terjadi di setiap
di dalam menyampaikan hasil pemikiran bahasa. Dalam percakapan, misalnya,
yang dituangkan dalam bahasa. penutur menggunakan kata-kata yang
Logika itu sangat penting dalam dunia kontroversial seperti berikut ini.
keilmuan. Bahkan, logika sering (1) Mendung gelap, nanti mungkin
diasosiasikan dengan kegiatan ilmiah. pasti hujan.

46
Serat Acitya Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

(2) Putri Solo cantik-cantik semua. Dengan cara itu, proses komunikasi yang
Pada contoh (1) kata mungkin dilakukan dapat berlangsung dengan baik
secara logika tidak dapat digabung dengan dan lancar. Dalam hal ini, Grice (dalam
kata pasti seperti contoh (1) di atas. Sesuatu Brown dan Yule, 1986:31) menyatakan
yang dikatakan mungkin seharusnya tidak bahwa dalam bertutur ada kaidah umum
dapat dikaitkan dengan suatu kepastian. yang mengatur suatu pertuturan yang
Mungkin berarti tidak seratus persen benar disebut dengan prinsip kerjasama dan
terjadi, sedangkan pasti berarti seratus percakapan (cooperative principles and
persen benar akan terjadi. conventional maxims). Ada empat prinsip
Makana pada contoh kalimat (2) tersebut yang dikemukakan oleh Grice.
dapat dipahami. Makna kalimat itu (1) Prinsip kuantitas, yakni
mengandung suatu proposisi faktual. memberikan informasi seperti yang
Proposisi ini benar jika semua putri Solo itu diharapkan dan tidak memberikan
cantik. Namun proposisi itu tidak logis informasi lebih atau kurang dari
karena tidak semua putri Solo itu cantik (?) yang diharapkan.
Dalam percakapan sehari-hari, hal itu terasa (2) Prinsip kualitas, yakni memberikan
wajar. Anggota masyarakat pada umumnya informasi yang benar atau
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap menghindari informasi salah, atau
kesalahan logika. Untuk menjaga yang tidak benar-benar diketahui.
keselarasan dan keharmonisan hubungan (3) Prinsip hubungan, yakni
personal, kesalahan logika semacam itu menyajikan informasi yang relevan
jarang diperdebatkan (Brown dan Yule, (4) Prinsip tatacara, yakni menghindari
1983). Para penutur pada umumnya tuturan yang berputar-putar yang
mengetahui bahwa makna kalimat (1) dan bermakna ganda, dan seharusnya
(2) tidak seperti itu. Penggunaan logika menyajikan tuturan dengan jelas,
semacam itu juga perlu diketahui pelajar singkat, padat, dan tertata (Brown
bahasa agar mereka memahami ujaran dan Yule, 1986:32).
dengan benar.
Dalam kegiatan ilmiah, penggunaan bahasa Penerapan logika berbahasa dalam
haruslah logis (masuk akal). Penggunaan berkomunikasi termasuk dalam prinsip
bahasa secara logis inilah yang dimaksud tatacara. Dalam proses pembelajaran
dengan logika dalam berbahasa. Dalam bahasa, para pelajar perlu dibekali
kegiatan ilmiah, penggunaan bahasa yang kompetensi ini agar mereka dapat
sesuai dengan kaidah-kaidah logika sangat berkomunikasi sesuai dengan yang
penting. Bahkan, ciri khas suatu kegiatan diharapkan. Penguasaan logika berbahasa
ilmiah adalah cara berpikir atau bernalar mempunyai kaitan erat dengan proses
yang logis. Kegiatan ilmiah yang tidak logis penyajian informasi atau pesan mitra
dinamakan kegiatan parailmiah atau ilmiah tuturnya.
semu.
2.3. Kebenaran Kalimat
2.2. Logika Berbahasa dalam Logika berbahasa berhubungan erat dengan
Peristiwa Komunikasi kebenaran kalimat. Kebenaran kalimat
Dalam setiap penggunaan bahasa, seorang dapat dilihat berdasarkan proposisi yang
penutur diharapkan dapat menyampaikan terkandung dalam kalimat tersebut. Sebuah
gagasannya secara singkat, jelas, lengkap, kalimat dikatakan benar jika kalimat itu
benar, dan tertata seperti apa yang benarbenar melambangkan suatu peristiwa
diharapkan oleh mitra tutur (lawan bicara). tertentu. Menurut Tarski (dalam Kempson,

47
Serat Acitya Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

1991:28) kalimat yang benar itu memenuhi Kebenaran kondisi itu hanya terjadi pada
suatu rumusan. Contoh : penggunaan kalimat deklaratif (kalimat
(3) A : Lina itu perempuan. beita. Sebaliknya, kalimat perintah dan
Ujaran (3) di atas benar, jika orang bernama kalimat tanya tidak memerlukan kondisi
Lina yang diacu oleh A di atas benar. Kalimat tanya dan perintah itu tidak
benar-benar perempuan. mempunyai nilai kebenaran, seperti juga
Sebailknya, apabila acuan kata nama Lina kalimat performatif. Namun, kalimat tanya
yang digunakan A bukan perempuan, maka memerlukan answer conditions yang
kalimat tersebut tidak memenuhi kondisi berupa seperangkat kemungkinan jawaban
benar. yang dapat menjawab pertanyaan itu. Untuk
Ujaran (3) di atas termasuk ujaran yang kalimat perintah diperlukan compliance
mengungkapkan proposisi bersifat faktual. conditions yang berupa seperangkat
Oleh sebab itu, pengujian proposisi tindakan yang dapat memenuhi permintaan
semacam ini sangat bergantung pada atau suruhan itu. Jika dalam berkomunikasi
pengamatan. Benar tidaknya cara dan alat kondisi-kondisi itu telah terpenuhi, maka
pengamatan akan mempengaruhi hasil komunikasi yang dilakukan itu akan
pengujian. Pengujian kebenaran proposisi menciptakan suatu kondisi yang
semacam ini dilakukan dengan pengamatan. memuaskan. Setiap bahasa pada umumnya
Ini berarti pengujian itu dilakukan secara juga memiliki pengetahuan tentang kondisi
empirik. Oleh sebab itu, proposisi semacam pemuasan ini. Pengetahuan tentang kondisi
itu disebut proposisi empirik. Di samping pemuasan itu umumnya disadari oleh para
proposisi semacam itu, ada jenis proposisi penutur meskipun penutur tidak dapat
lain seperti proposisi mutlak dan proposisi mendefinisikan tentang kondisi memuaskan
hipotesis. Proosisi mutlak umumnya itu dengan sebuah kalimat. Hal ini senada
mempunyai kebenaran mutlak seperti dengan pengetahuan sintaksis dan semantik
contoh berikut. yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang
(4) Mahasiswa adalah pelajar dapat menentukan bahwa sebuah kalimat
sebuah perguruan tinggi. tidak gramatik tetapi banyak penutur yang
Proposisi pada kalimat (4) di atas tidak dapat memberikan alasannya.
mempunyai kebenaran mutlak yang telah Pengetahuan semantik, sintaksis, dan
dibuktikan. Kemudian proposisi hipotesis pengetahuan tentang kondisi memuaskan itu
merupakan proposisi yang tergantung pada membentuk suatu kesatuan dalam
sejumlah persyaratan. Misalnya: kompetensi komunikatif sehingga seorang
(5) Jika angin tidak berbelok, hujan penutur dapat berkomunikasi dengan yang
buatan itu akan jatuh seperti lain.
yang direncanakan.
Proposisi hipotesis itu benar bila semua
persyaratannya dipenuhi. 2.4. Kalimat yang Logis
Sebuah kalimat tentu mengandung makna.
Selanjtnya dalam berkomunikasi kita sering Secara semantis, makna kalimat itu tidak
mengansumsikan bahwa mitra tutur kita sama dengan penjumlahan kata-kata dalam
memahami kondisi benar tersebut. Oleh kalimat. Makna kalimat sangat ditentukan
sebab itu, jarang terjadi perbedaan tentang oleh komponen kalimat (seperti kata,
acuan dan kondisi benar tersebut. Dengan urutan, intonasi) dan konteks pemakaian.
demikian, jelas bahwa acuan itu mempunyai Perbedaan komponen dan konteks itu akan
hubungan yang erat dengan kondisi benar membedakan makna. Penyusunan kalimat
yang dapat menentukan nilai kebenaran. logis berkaitan dengan penyusunan
komponen-komponen kalimat.

48
Serat Acitya Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Kalimat yang logis merupakan kalimat yang (10) Ayah membelikan sepeda
maknanya sesuai dengan kaidah-kaidah adik.
penalaran. Sebuah kalimat yang Siapakah yang ditangkap Tuti ? Capung
menyimpang dari kaidah penalaran akan atau adiknya ? Pada kalimat (9) kata
menjadi tidak logis. Kalimat yang tidak menangkapkan berarti menangkap untuk.
logis mengandung kesalahan logika. Jadi kalimat (9) itu berarti Tuti menangkap
Kesalahan logika dalam kalimat dapat adiknya untuk capung. Benarkah menurut
dilihat dari segi makna dan hubungannya akal sehat kita ? Menurut logika, objek
dengan acuan. Bila maknanya tidak sesuai langsung kalimat tersebut adalah adiknya,
dengan acuannya, maka akan terasa tidak bukan capung. Oleh karena itu, kata
logis. Contoh: adiknya harus ditempatkan di belakang
(6) Masa terus berputar predikat. Kalimat (10) juga hampir sama
Kalimat (6) merupakan kalimat yang tak dengan Ayah membeli adik untuk sepeda.
logis karena tidak masuk akal. Tentunya, Kalimat itu dapat diubah menjadi kalimat
tak seorang pun menjadi saksi bahwa ada logis seperti di bawah ini.
masa yang berputar. Masa tidak berputar (9a) Tuti menangkapkan adiknya
karena masa tidak pernah kembali. Jarum capung atau
jam atau bumilah yang berputar untuk (9b) Tuti menangkap capung
menunjukkan suatu masa tertentu. untuk adik.
Kelogisan kalimat didukung oleh (10a) Ayah membelikan adik
ketepatan diksi dan bentukan kata yang (sebuah) sepeda. atau
digunakan. Diksi yang tepat akan dapat (10b) Ayah membeli sepeda untuk
membantu memperjelas informasi yang adik.
dikandungnya. Contoh: Kalimat tidak logis dapat disebabkan oleh
(7) Polisi belum jelas atas penggunaan unsur bahasa yang tidak sesuai
keterangan saksi. dengan perannya seperti tampak pada
(8) Penjambret telah berhasil kalimat berikut.
ditangkap oleh polisi. (11) Waktu dan tempat kami
Secara semantis, kedua kalimat (7) dan (8) persilakan
di atas termasuk kalimat yang tidak logis (12) Yang merasa kehilangan
tetapi sering digunakan di masyarakat. barang harap diambil di kantor
Dalam kegiatan ilmiah, kalimat itu harus sekretariat.
dihindari. Pilihan kata jelas pada kalimat di Kalimat (11) dan (12) tersebut di atas
atas tidak tepat. Sebaliknya diganti dengan termasuk kalimat yang tak logis. Untuk
kata paham. Kata jelas berdasarkan logika kalimat (11), siapakah yang dipersilakan ?
digunakan dalam kaitannya dengan Tentunya bukan waktu dan tempat,
pengamatan, misalnya Suaranya tidak melainkan orang. Untuk kalimat (12) apa
terdengar dengan jelas. yang dapat diambil di kantor sekretaris ?
Pada kalimat (8), siapa yang berhasil ? barang ataukah yang merasa kehilangan
Polisi ataukah penjembret ? Tentunya polisi barang ?
yang berhasil sedangkan penjembret yang Ketidaklogisan suatu kalimat juga
tertangkap. Jadi, sebaiknya kata berhasil ditentukan oleh hubungan antara makna
pada kalimat (8) dihilangkan. gramatikal kalimat tersebut dengan makna
Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh leksikal katakata yang membentuknya.
pembentukan kata, seperti kalimat berikut : Makna gramatikal adalah makna yang
(9) Tuti menangkapkan capung timbul setelah dua kata atau lebih disusun
adiknya dalam suatu struktur. Ini berarti bahwa

49
Serat Acitya Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

makna gramatikal suatu kalimat sangat selesai mengerjakan soal lah yang
berkaitan dengan makna atau isi dikumpulkan. Untuk apa mereka yang
kalimatnya, fungsi kata-kata atau kelompok sudah selesai mengerjakan soal itu
kata yang terdapat di dalamnya, dan satuan- dikumpulkan ? bukan. Maksudnya,
satuan makna yang ada. Perhatikan pekerjaannyalah yang dikumpulkan, dan
beberapa contoh kalimat tak logis di bawah mereka yang sudah selesai mengerjakanlah
ini. yang diharapkan mengumpulkan. Dengan
(13) Buku itu membicarakan demikian, bentuk kalimat logisnya adalah:
sistem ekonomi negara (14a) Yang sudah selesai
berkembang. mengerjakan soal harap mengumpulkan
(14) Yang sudah selesai hasil pekerjaannya. Atau
mengerjakan soal harap (14b) Pekerjaan yang sudah selesai
dikumpulkan. harap dikumpulkan.
Ketidaklogisan kalimat (13) di atas terletak
pada makna leksikal kata buku yang
menduduki fungsi subjek dalam kalimat 3. PENUTUP
aktif. Sesuai dengan fungsinya, kata buku Logika merupakan proses penalaran yang
tersebut mempunyai makna gramatikal mengikuti alur berpikir. Logika berbahasa
yang melakukan pekerjaan dalam percakapan sehari-hari tidak dituntut
(membicarakan). Padahal buku merupakan seperti dalam kegiatan ilmiah. Penutur
suatu benda mati yang tidak dapat bahasa pada umumnya mempunyai toleransi
melakukan apa-apa, melainkan suatu benda yang tinggi dalam kegiatan berbahasa
yang seharusnya menjadi sasaran dari suatu sehari-hari. Sebaliknya, dalam kegiatan
pekerjaan atau perbuatan. Melalui kalimat ilmiah penerapan logika dalam berbahasa
(13) di atas, sebetulnya pembuat kalimat sangat diperlukan.
bermaksud mengatakan bahwa Penyusun kalimat yang logis sangat
pengarangnya dalam buku itu berhubungan dengan kebenaran kalimat.
membicarakan. Oleh karena itulah, kalimat Kebenaran kalimat itu tergantung pada
di atas dapat diubah menjadi : proposisinya. Kalimat yang tidak memiliki
(13a) Di dalam buku itu, nilai kebenaran cenderung tidak logis.
pengarangnya membicarakan sistem Untuk menyusun kalimat logis, kita harus
ekonomi negara-negara memperhatikan pemilihan kata (diksi),
berkembang. Atau penggunaan kata bentukan, dan konjungsi.
(13b) Pengarang membicarakan Selain itu, makna kalimat sangat
sistem ekonomi negara-negara menentukan kelogisan kalimat. Logika
berkembang dalam buku itu. bahasa dapat dilihat pada. Selain itu, makna
Kemudian ketidaklogisan kalimat (14) di kalimat sangat menentukan kelogisan
atas dilihat dari pertalian antara makna dan kalimat. Logika bahasa dapat dilihat pada
fungsi kelompok kata yang sudah selesai kalimat, hubungan antarkalimat, dan
mengerjakan soal sebagai subjek dengan hubungan antarbagian dalam wacana.
kelompok kata harap dikumpulkan. Akhirnya, sebagai daasar untuk
Sesuai dengan fungsi dan bentuk kalimat menghindari bentuk kalimat yang tidak
yang dilekatinya, yaitu kalimat pasif, maka logis, berikut ini dikemukakan beberapa
subjek tersebut adalah subjek penderita atau pedoman.
subjek yang menjadi sasaran perbuatan 1. Makna leksikal suatu kata atau
yang dinyatakan dalam predikatnya. satuan makna dari suatu kelompok
Berdasarkan itu pula, maka yang sudah kata, harus kita sesuaikan dengan

50
Serat Acitya Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

fungsi kata atau kelompok kata itu Brown, Gillian dan george Yule. 1983.
dalam kalimat. Discourse Analysis. Cambridge:
2. Karena subjek kalimat aktif berupa Cambridge University Press.
subjek elaku, maka hindarilah
untuk menempatkan kata benda Kempson, Ruth M. 1991. Teori Semantik.
mati sebagai subjek dalam kalimat. Terjemahan Rahman, Zaiton AB.
3. Karena subjek kalimat pasif adalah Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan
subjek penderita, janganlah Pustaka Kementerian Pendidikan
meletakkan kata benda mati sebagai Bahasa Malaysia.
objek langsungnya.
4. Mengingat bahwa setiap bentuk Rani, Abdul. 1996. Logika Berbahasa
kata mempunyai arti dan fungsi Indonesia. Makalah Seminar
yang berbeda-beda, maka kita harus KIPBIPA II Padang.
hati-hati memilih bentuk kata untuk
fungsi-fungsi tertentu dalam Santoso, Kusno Budi. 1990. Problematika
kalimat. Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka
Cipta.

Soekadijo, R.G. 1983. Logika Dasar,


DAFTAR PUSTAKA Tradisional, Simbolik dan Edukatif.
Jakarta : PT. Gramedia.

51

You might also like