You are on page 1of 7

konsep/ LP Arterial ulcer (ulkus arteri)

Arteri Ulcer

A. Definisi
Arterial ulcer biasa juga disebut ischemic ulcer merupakan luka pada kaki yang disebabkan
oleh tidak adekuatnya perfusi pada kaki. Hal ini disebabkan oleh sumbatan partial atau total artery
yang menyuplai darah ke extrimitas inferior. Penyakit paling umum yaitu arteriosclerosis dimana
dinding arteri menjadi menebal, biasa juga disertai dengan atherosclerosis dimana terjadi
pembentukan plak pada lapisan terdalam dari pembuluh darah.
B. Tanda dan Gejala
a. Full-thickness
b. Tampilan menekan keluar
c. Tepi luka halus
d. Nyeri meskipun tanpa infeksi; nyeri dapat dikurangi dengan menurunkan kaki dibawah
permukaan jantung (menggantung kaki di tepi tempat tidur).
e. Klien lebih suka tidur di kursi yang berdampak negatif pada penyembuhan potensial
f. Terletak terutama di kaki lateral, tetapi dapat terjadi di mana saja pada tungkai bawah atau kaki
g. Ekstremitas bawah dingin
h. Kulitpucat, mengkilap, kencang, dan tipis
i. Periwound kulit pucat
j. Pertumbuhan rambut pada tungkai bawah minimal/ tidak ada
k. Drainase minimal
l. Dasar luka mengandung jaringan granulasi merah terang
m. Mungkin akibat dari penyakit arteri perifer

C. Faktor resiko
a. Insufisiensi vaskular
b. Diabetes Mellitus dengan kontrol glikemik yang buruk
c. Mobilitas sendi terbatas
d. Alas kaki tidak memadai
e. Kelainan struktural kaki.
f. Retinopati
g. Penyakit ginjal
h. Riwayat ulkus
i. Peningkatan usia
D. Prognosis
Arterial ulcer termasuk jenis luka kronis yang sulit sembuh (hard to heal wound), sebab
penyembuhan luka bergantung pada suplay oksigen ke jaringan. Pada arterial ulcer apabila proses
penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan maka perlu dilakukan pengkajian ulang dan
investigasi mendalam untuk mengidentifikasi penyebab dan memastikan patofisiologi luka.
Beberapa kondisi yang mungkin mempersulit yaitu:
a. Infeksi.
b. Benda asing.
c. Diabetes mellitus.
d. Blood dyscrasias.
e. Deep venous thrombosis.
f. Progressive arterial disease.
g. Lymphoedema.
h. Osteoarthritis.
i. Rheumatoid arthritis.
j. Gout.
k. Oateomyelitis.
l. Atrophie blanche.
m. Vasculitis.
n. Pyoderma gangrenosum.
o. Neoplasma, benigna atau maligna.
p. Fictitious wounding

E. Pengkajian
Pada pengkajian mungkin ditemukan nyeri saat berjalan dan hilang saat istirahat, hal ini
dikenal sebagai intermittent claudication. Nyeri juga bisa terjadi di malam hari ketika pasien
berbaring dan hilang bila kaki ditinggikan. Riwayat kesehatan masa lalu perlu dikaji adanya
peripheral vascular disease atau arterial surgery. Riwayat merokok juga perlu untuk diperhatikan.
Kaki mungkin teraba dingin saat palpasi, dan nampak mengkilap serta bulu-bulu kaki
mungkin berkurang sampai menghilang. Kaki nampak pucat bila ditinggikan dan
kemerahan/kebiruan bila direndahkan. Nadi dorsal pedis mungkin menurun bahkan menghilang.
Apabila terjadi ischemic maka pemeriksaan ABPI dibawah 0.9. Bila pasien telah terkena
intermittent claudication maka nilai ABPI antara 0.5-0.9. Adanya nyeri saat istirahat dengan nilai
ABPI dibawah 0.5 menunjukkan adanya critical ischemia sehingga pasien perlu dirujuk ke bedah
vascular

F. Patofisiologi
Ulserasi arteri (atau ulserasi iskemik) dapat disebabkan oleh salah satu aterosklerosis progresif
atau embolisasi arteri. Keduanya menyebabkan iskemia dan ulserasi pada kulit. Ulserasi arteri
muncul akibat berkurangnya pasokan darah arteri keekstremitas bawah. Penyebab paling umum
adalah penyakit aterosklerosis pada arteri berukuran sedang atau besar. Penyebab lainnya termasuk
diabetes, thromboangitis, vaskulitis, pioderma gangren osum, thalassemia, dan penyakit selsabit,
beberapa di antaranya mungkin predisposisi pembentukan ateroma. Kerusakan lebih lanjut pada
sistem arteri terjadi pada hipertensi bersamaan dengan kerusakan lapisan tunika intima arteri.
Penurunan suplai darah berakibat pada hipoksia dan kerusakan jaringan. Episode trombotik dan
athero embolic dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan pembentukan ulkus.
G. Menejemen Ulserasi Arteri
Manajemen ulkus arteri salah satunya dilakukan dengan meningkatkan suplai darah
kedaerah yang terpengaruh. Memposisikan ekstremitas dalam posisi tergantung dapat
memfasilitasi aliran darah oleh gravitasi melalui pembuluh kolateral. Debridement jaringan yang
rusak tidak harus dilakukan dengan adanya iskemia karena aliran darah tidak cukup untuk
menyembuhkan luka yang baru. Luka tanpa aliran arteri yang memadai harus tetap kering-kontras
dengan prinsip penyembuhan luka lembab untuk ulkus dengan suplai darah yang cukup.
Kelembaban menyediakan tempat pertumbuhan bakteri jika terdapat eschar, slough, atau gangren
pada luka.
Luka dengan suplai darah yang memadai dan yang memungkinkan untuk sembuh harus
menggunakan dressing dengan produk yang mendukung prinsip-prinsip penyembuhan luka
lembab. Dressing ini termasuk hydrokoloid, film tipis, foam dan, jika tidak tersedia, kasa saline
lembab dapat digunakan. Jaringan sekitarnya yang utuh harus dilindungi dari akumulasi cairan,
yang dapat membasahi kulit yang sehat di tepiluka.
1. Manajemen Pencegahan.
Hindari paparan suhu panas atau dingin atau perubahan temperature secara tiba-tiba.
Hindari penggunaan celana yang ketat dan sepatu yang sempit.2
Perawatan kaki secara teratur.
Duduk dengan kaki dalam posisi netral atau menggantung (dependent).
Tinggikan sisi kepala tempat tidur.
Gunakan celana yang bisa menyerap keringat.
2. Manajenen Debridement.
Surgical atau Conservative sharp wound debridement (dengan mengunakan gunting dan scalpel).
Autolytic debridement; dengan menggunakan: Hydrogels, Hydrocolloid paste/powder, atau
Hydrocolloid dressing.
Mechanical Debridement, dengan menggunakan kompressi normal saline.
Enzymatic Debridement, dengan menggunakan varidase atau elase.
Manajemen Infeksi.
Perawatan kaki secara umum.
Cuci kaki dengan air hangat atau bersihkan dengan normal saline.
Penggunaan antibiotic sistemik apabila ata tanda-tanda klinis infeksi.
Tulle gras (bila dengan antiseptic gunakan dalam waktu yang tidak lama).
Calcium alginate.
Kompressi dengan normal saline (untuk intensive cleaning).
Foam dressing.
Manajemen Dermatitis/Eczema
Perawatan kaki secara umum.
Cuci dengan air hangat atau bilas dengan normal saline
Test lergi.
Hindari penggunaan allergen.
Kortikosteroid topical.
Pemilihan balutan yang tepat sesuai dengan jenis luka (hindarkan balutan sintetik).
Balutan yang dianjurkan; Cotton tulle gras, hydrogel, hydrocolloid, calcium alginate, atau foam
dressing.
Luka arteri termasuk luka yang sulit sembuh sehingga intervensi pembedahan artery menjadi
satu-satunya pilihan untuk memperbaiki aliran darah. Percutaneous transluminal angioplasty
sangat efektif untuk mendukung penyembuhan arterial ulcer (Ray, et al 1995) dimana standar
prosedur pembedahan adalah bypass graft.
Bila pasien mengalami nyeri hebat, pain control merupakan esensi utama dalam manajemen
arterial ulcer. Pasien sebaiknya dianjurkan berhenti merokok. Latihan ringan pada tungkai bisa
mendukung pembentukan collateral pembuluh darah sehingga bisa meningkatkan perfusi jaringan.
Tungkai juga dipertahankan tetap hangat sebab dingin dapat menstimulasi nyeri.
Tujuan utama manajemen arterial ulcer adalah melepaskan jaringan nekrotik dan mencegah
infeksi (dealey). Pemilihan balutan yang tepat bergantung pada penampakan luka, jumlah eksudat
dan posisi ulcer. Yang perlu diperhatikan bahwa apapun balutan yang digunakan harus dipastikan
bahwa balutan tersebut tidak mengganggu aliran darah, oleh karena itu penggunaan terapi
kompressi (compression bandage) sebaiknya tidak digunakan.

Home

PENDIDIKAN

JUDUL KTI

ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEPERAWATAN
OBAT HERBAL

Error

Home Asuhan Keperawatan Pendidikan perawatan luka Ruang Konseling Tips - Triks Venous Ulcer

Venous Ulcer
Bangfad

Asuhan Keperawatan, Pendidikan, perawatan luka, Ruang Konseling, Tips - Triks

Friday, July 2, 2010

Luka venous adalah luka yang mengenai lapisan kulit sampai jaringan subkutan dan terjadi pada bagian kaki
akibat terhambatnya aliran darah vena.

Etiologi

Luka venous dapat disebabkan meningkatnya tejanan hidrostatik, dan kemudian berkembang yang akan
menimbulkan hipertensi vena dan memicu pula terjadinya vasokontriksi. Adapun penyebab lain adalah thrombus,
kehamilan, postplebitis sindrome, gagal jantung, pembuluh yang tidak kompeten, kegemukan, adanya
regurgitasi pada vena superfisial, dan kelemahan otot karena paralisis atau artritis. Faktor lain yang dapat
mengkontribusi adalah malnutrisi, hipoalbuminemia, imobilisasi dan trauma.
Patofisiologi

Pasien dengan penyakit pembuluh vena (tidak kompeten katup vena, sumbatan atau difesiensi otot betis,
fibrosis, neuropati, inflamasi, dll). Telah diprediksikan adanya jatuhnya sistem vena dalam meskipun berjalan
dan latihan pergerakan kaki. Hasil tekanan tinggi vena dalam dilakukan melalui vena komunikan ke dalam sistem
vena superfisial. Kondisi kronik terpapar sistem vena superfisial dengan tekanan tinggi dan berdilatasi sepanjang
vena dan vena-vena kecil sepanjang jaringan subkutaneus, dan menyebabkan gangguan normal mikrosirkulasi.

Otot bagian betis mempunyai peranan yang dapat memacu darah bergerak ke arah jantung bila berkontraksi.
Kemudian klep pembuluh pembuluh mencegah terjadinya aliran balik dari jantung yang menuju kebagian disatal
dan vena superfisial.

Selama melakukan aktivitas seperti berjalan, otot pada betis berkontraksi dan tekanan vena dalam menurun,
darah menuju ke sistem vena yang dalam dari vena superfisial melalui vena komunikan. Pada pasien yang
mengalami luka venous, disebabkan karena vena yang mengalami insufisiensi sekunder dari aliran balik dan
menyebabkan terjadinya venous hypertensi. Venous hypertensi akan berdampak pada peningkatan tekanan
hidrostatik dan akan memicu untuk terjadinya vasokontriksi. Adanya vasokontriksi menghasilkan penurunan
perfusi jaringan, terjadinya iskemik epidermal hingga mengalami perlukaan.

Pada pasien dengan luka venous pada kaki disebabkan oleh disfungsi segmen katup dan sistem pembuluh vena
dalam. Secara lengkap mengenai luka venous belum diketahui secara mendetail. Sistem pembuluh vena pada
ekstremitas bawah terdiri dari vena dalam, superfisial dan vena komunikan. Sistem vena superfisial mulai pada
mikrosirkulasi kuteneus pada papilaris dermis dan berhubungan setelah pembuluh kapilari di lapisan dalam pada
dermis dan lemak. Saluran vena kuteneus dan subkutaneus ke dalam dua vena superfisial; besar dan vena
saphenous kecil dan lebih kecil.

Manifestasi klinik

Terdapat beberapa perbedaan manifestasi klinis luka venous dengan luka arterial. Karakteristik luka pada
venous adalah sebagai berikut:

Sekeliling luka tampak kemerahan atau kecoklatan dan kedalamnya dangkal

Lukanya tidak beraturan

Eksudatnya sedikit dan bisa banyak

Adanya piting edema (tanda yang paling umum)

Inflamasi dan selulitis

Adanya granulasi pada jaringan

Nyeri yang minimal


Nadi perifer dapat dipalpasi

Pemeriksaan ABI normal

Pengisian kembali kapiler normal

Lokasinya sedikit dibawah betis (Gaitor area), diatas lateral dan medial mata kaki

You might also like