You are on page 1of 16

RANGKUMAN FARMAKOLOGI TERAPI IBU TRI

1. Ny CN 62 tahun berkunjung ke poliklinik penyakit dalam untuk kontrol rutin. Ny CN


mengeluhkan sekitar 1 jam sesudah makan merasakan nyeri seperti terbakar di dada bagian
tengah dan kadang-kadang merasakan makanan yang dimakan tidak bisa turun, seperti tidak
tertelan. Ny CN mempunyai riwayat GERD sejak 5 tahun yang lalu, pada akhir-akhir ini terjadi
peningkatan frekuensi terjadinya nyeri dada setelah makan. Ny CN rutin menggunakan antasida
dan H2-receptor antagonist untuk mengatasi nyerinya. Ny CN juga mengeluhkan sering bangun
tidur di malam hari karena merasa tidak nyaman pada epigastric.
Diagnosa : Gastroesophageal Reflux Disease
GERD ; gejala atau kerusakan mukosa yang disebabkan refluks yang abnormal dari isi
lambung menuju esofagus.
Keadaan refluks yang terlalu lama dapat menyebabkan inflamasi pada esofagus
Patofisiologinya terjadi penurunan tekanan atau penurunan fungsi LES (lower esophageal
spincter)
Faktor agresif: asam lambung, pepsin, asam empedu dan enzim pankreas.
Tujuan Terapi: Menghilangkan atau mengurangi gejala refluks, mengurangi kekambuhan
atau lama penyakit GERD, mempercepat penyembuhan mukosa eshopagus.
Sasaran Terapi, menurunkan sekresi asam lambung, melapisi mukosa lambung, menaikan
PH dan mengurangi refluks.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan : Endoscopy, Monitoring pH esofagus selama 24 jam,
esophageal manometry.
Monitoring : penurunan gejala penyakit GERD pada pasien.
Non Farmakologi : kurangi BB jika overweight, makan sering tapi dalam jumlah sedikit,
hindari makan 2-3 jam sebelum tidur, hindari makanan yang menyebabkan iritasi pada
eshopageal.
ALGORITME TERAPI GERD
Pengobatan
Pengobatan sebelumnya menggunakan antasida dan H-2receptor antagonist namun tidak
efektif lagi dalam mengatasi GERD pasien.
Sehingga direkomendasikan untuk mengganti H2-receptor antagonis dengan PPI yaitu
omeprazol
PPI (omeprazole)
Dapat menurunkan sekresi asam lambung 1xsehari 20 mg/hari selama 4-8 minggu
Dalam jangka pendek perlu monitoring penurunan gejala yang dirasakan pasien seperti
rasa panas dalam perut sehingga tidak mengganggu kualitas hidup pasien.
2. Ny, CN 42 tahun berkunjung ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan nyeri epigastrik
selama lebih dari satu bulan dan semakin memburuk pada 10 hari terakhir. Nyerinya tidak
menyebar dan terjadi pada epigastrik sebelah kanan. Nyeri terjadi tiap hari, intensitasnya tidak
teratur, dan meningkat pada malam hari dan diantara makan. Ny. CN sudah menggunakan
antasida tetapi tidak dapat mengatasi nyeri yang dirasakan. Ny. CN juga mengalami konstipasi
satu minggu yang lalu, 4 hari yang lalu fesesnya berwarna hitam. Ny. CN tidak ada riwayat
penyakit pendarahan lambung dan mempunyai riwayat diabetes sejak 6 tahun.
Diagnosa : Ulkus peptic, anemia mikrositik dan hipertensi.
Algoritme PUD

Anemia Mikrosistik adalah anemia yang disebabkan karena defisiensi besi, terjadi penurunan
konsentrasi besi, dan anomali genetik.
Hubungan antara anemia dan ulkus peptikum adalah salah satu penyebab terjadi
ulkus adalah tingginya asam lamubng sehingga menyebabkan terjadinya luka pada
lambung, terjadi pendarahan pada lambung sehingga menyebabkan Hb turun,
Monitoring Monitoring Terapi:
Subjektif
Rasa nyeri pasien pada epigastrik kanan terutama pada malam hari dan setelah makan
dimonitoring. Pemantauan efek samping dari preparat besi (gangguan GI).
Monitoring terapi laboratorium objektif)
- Kadar Hb ( 12-16 g/d- Kadar eritrosit ( 3,8-5,2 juta/cmm )
- Kadar serum iron ( 50-150 l )
- Kadar Hct ( 37-43% )
- Uji H Pylori ( negatif )
- Diperiksa apakah terjadi hipotensi atau tidak.
- TD 130/80 mmHg

Hipertensi
Algoritme

Assesmant
Ulkus peptikum : Nyeri epigastrik (1 bulan) -> memburuk 10 hari terakhir
Nyerinya tidak menyebar (epigastrik sebelah kanan)
Nyeri terjadi tiap hari, intensitasnya tidak teratur
Nyeri meningkat pada malam hari dan diantara makan
Konstipasi 1 minggu yg lalu
Feses hitam 4 hari yg lalu.
Hasil endoskopi lambung terjadi perdarahan.
Anemia : Hb 10 g/dl
Rb 2,8 jt/cmm
Hct 25 %
TIBC 390 l
Saturasi transferrin 16
Obat MK Alasan ESO KET
Omeprazole Penghambat Dapat menurunkan Sakit kepala, Minum sebelum
pompa proton gejala dan diare, ruam, makan
sehingga kerusakan mukosa gatal-gatal dan
mengurangi lambung pusing
sekresi asam
lambung

Klaritromisin Terikat pada sub Efektivitas sangat Efektivitas Minum saat perut
unit 50 S dan baik untuk sangat baik kosong
menghambat eradikasi H Pylori untuk eradikasi
translokasi H Pylori

Metronidazol Menghambat Efektivitas sangat Insomnia, Minum setelah


sintesis DNA baik untuk urtikaria, diare, makan
eradikasi H Pylori mual muntah,
hipersensitivitas

Ferro sulfat Mengganti Anemia defisiensi Mual muntah, Pemantauan


defisiensi besi besi konstipasi, diare kadar Hb harus
naik 100-200 mg
per 100 ml per
hari, pemantauan
efek samping dari
obat (jika timbul
semakin parah) -
> penggantian
preparat besi
Losartan Menghambat Pasien hipertensi Angiodema Minum sebelum
reseptor stage 1, ada riwayat (jarang) makan Malam
angiotensin II DM hari

Pengaturan deposit besi pasien jika menggunakan sediaan parenteral


= berat badan ( kg) x (target Hb-Hb saat ini) (gr/dl) x 0.24 + depot besi ( mg ).
= 55 kg x ( 15 10 ) x 2,4 + 500
= 1160 mg
Ketentuan : Berat 35 kg, deposit besi = 500 mg
target Hb = 15 g/dL
Berat < 35 kg, deposit besi = 15 mg/kg
target Hb = 13 g/dL
Non Farmakologi
Modifikasi gaya hidup
Diet rendah garam dan gula (sesuai kebutuhan tubuh)
Olahraga ringan ( misalnya senam )
Makan makanan yang mengandung zat besi (Bayam, daging)
Kurangi konsumsi makanan pedas dan kafein
3. Tn MM 78 tahun berkunjung ke rumah sakit dengan keluhan sejak 3 hari yang lalu merasa
kedinginan, batuk dan semakin memburuk, dan sekarang merasakan kesulitan bernafas.
Sputumnya jernih dan tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. Tn MM mempunyai
riwayat merokok, bronchitis kronis kurang lebih 5 tahun, dan mempunyai riwayat
hipertensi sejak 15 tahun yang lalu yang dikontrol dengan Atenolol 100 mg per oral 1 kali
sehari, hydrochlorothiazide 25 mg per oral sekali sehari.
Diagnosa: Pnemumonia dan Hipertensi
Pneumonia Adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya
pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa
disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru
meradang secara mendadak
Tujuan Terapi
Memperbaiki keadaan obstruksi saluran nafas
Mencegah dan mengatasi eksaserbasi akut
Menurunkan progresivitas penyakit
Meningkatkan keadaan fisik dan psikis
Menurunkan jumlah hari tidak masuk kerja
Menurunkan lama tinggal di RS
Menurunkan angka kematian
Algoritme terapi

Tata Laksana Terapi Kasusnya


Terapi suportif:
1. Oksigenasi sampai PaO2 >80%
2. Penggunaan bronkodilator (Salbutamol)
3. Hidrasi (NS)
4. Pemberian mukolitik/sekretolitik (Ambroxol, N-Acetylcystein)
Terapi kausatif:
1. Antibiotik
Terapi Empiris Antibiotik Pneumonia

Terapi Antibiotik Pneumonia


Terapi yang diberikan di rumah sakit :
1. Oksigenasi
2. Rehidrasi cairan parenteral (NS)
3. Bronchodilator (albuterol nebulizer)
4. Mukolitik ekspektoran jika diperlukan (n-asetil sistein atau ambroksol)
5. Antibiotik
azitromisin+ceftriakson
Terapi Pemeliharaan di rumah
1. Antibiotik azitromisin 1x500mg selama 7 hari
2. Salbutamol tablet 3x2mg
3. Ambroksol 3x150mg
4. Hidrasi yang cukup (minum air putih yang banyak)
Monitoring untuk melihat keberhasilan terapi:
- Penurunan nilai leukosit
- Nilai saturasi Oksigen
- Perubahan nilai PaCO2
- Perubahan nilai O2
- Penurunan intensitas sesak, batuk.
- Perubahan hasil foto toraks
- Pemeriksaan pada dahak, darah, serologi (menunjukkan negative pneumonia)
- Tekanan darah yang terkontrol
4. Tn BB berkunjung ke poliklinik dengan keluhan 1 bulan ini mengalami batuk menetap yang
menjadi produktif dalam 2 minggu terakhir. Tn BB juga mengeluh rasa tidak enak badan,
panas, berkeringat pada malam hari dan mengalami penurunan berat badan 9,1 kg dalam
2 bulan terakhir ini. Tn BB juga mempunyai riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu yang
dikontrol dengan hydrochlorothiazide 15 mg per oral 1 kali sehari, dan riwayat kejang, yang
dikontrol dengan fenitoin 300 mg per oral pada malam hari.
Diagnosis : Tuberculosis Pulmoner Aktif
SUBJECT :
Tn BB berkunjung ke poliklinik
tidak enak badan, panas, berkeringat pada malam hari
mempunyai riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu
riwayat kejang
keluhan 1 bulan ini mengalami batuk menetap yang menjadi produktif dalam 2 minggu
terakhir
OBJECT :
mengalami penurunan berat badan 9,1 kg dalam 2 bulan terakhir ini
ASSASSMENT :
Riwayat pengobatan :
HCT : 15 mg/oral 1 x 1 tab/hari
Fenitoin : 300 mg/oral 1 x 1 tab/malam hari
Diagnosis : Tuberculosis Pulmoner Aktif
DRP:
Underdose : -
Overdose :-
Indikasi tanpa obat: TB Pulmoner aktif
Obat tanpa indikasi: -
Efek samping : dijelaskan di slide
ADR : -
Obat tidak tepat : -
Interaksi antar obat : interaksi obat fenitoin dengan INH peningkatan kadar fenitoin dalam
darah dikarenakan INH mengganggu metabolism fenitoin.
PLANNING :
Pemberian terapi Anti Tuberculosis

Regimen 1 ( 2HRZE 4H3R3)


Penurunan dosis fenitoin 150 mg 1 x 1 tab/malam hari
5. Ny CP 78 tahun berkunjung ke rumah sakit dengan keluhan merasakan nyeri yang menetap pada
pinggang dan kaki sebelah kiri. Ny CP mempunyai riwayat lower back pain sejak kecelakaan
10 tahun Ny CP kemudian menjalani operasi (laminectomy) untuk mengatasi nyeri setelah
kecelakaan, Ny CP juga mempunyai riwayat diabetes melitus tipe 2 sejak 8 tahun yang lalu yang
diterapi dengan insulin 70/30 sebanyak 10 unit pagi hari dan 20 unit malam hari. Pada saat ini
kadar HbA1C 9,1%.
Diagnosis : Lower back pain kronis sedang sampai berat dan diabetes melitus yang tidak
terkontrol.
LBP adalah nyeri kronik dalam lumbar atau tulang belakang yang disebabkan karena terdesaknya
otot dan syaraf.
Subjektif
Data diri :
Nama : Ny. CP
Umur : 78 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Keluhan :Merasakan nyeri yang menetap pada pinggang dan kaki sebelah kiri.
Riwayat penyakit dan pengobatan pasien :
lower back pain sejak kecelakaan 10 tahun yang lalu,
operasi (laminectomy) untuk mengatasi nyeri setelah kecelakaan.
diabetes mellitus tipe 2 sejak 8 tahun yang lalu
humulin 70/30 sebanyak 10 unit pagi hari dan 20 unit malam hari
Objektif

Pemeriksaan Hasil Nilai


fisik Normal

RR 19x/menit 14-
20x/menit

Nadi 95x/menit 80-


100x/menit

Blood 135/85 120/80


Pressure mmHg mmHg

Suhu 37,5 0C 36.5 0C


37,5 0C

PROBLEM MEDIK TERAPI ANALISIS DRP


LBP kronik sedang- Belum diterapi Ada indikasi tanpa
berat obat

DM tipe 2 Humulin 70/30 Tepat indikasi: insulin Tidak tepat dosis dan
dengan dosis 10 unit diindikasikan untuk obat tidak efektif
pagi hari dan 20 unit pasien DM tipe 1 dan mengontrol kadar gula
di malam hari 2 (DIH, Insulin pasien
Regular)
Tepat pasien: tidak
kontraindikasi dengan
keadaan patofisiologi
pasien (DIH, Insulin
Regule)
Tepat obat: Insulin
merupakan drug of
choice pada pasien
lanjut usia karena
relatif aman dan dapat
mengontol GD
(Dipiro, 1265)
Tepat dosis: tidak
tepat, dikarenakan
penggunaan dosis
sebenarnya adalah 2/3
bagian di pagi hari dan
1/3 bagian di malam
hari

PLAN
LBP Farmakologi : Acetaminophen+Tramadol
Non Farmakologi : akupuntur, behaviour therapy, exercise therapy,
DM Farmakologi: Insulin basal (Long acting insulin) disarankan insulin lantus /
glargline 3 ml opticlick pen catridge; Insulin bolus (Short acting insulin)
disarankan insulin Novolin R 3 ml insulin pen catridge
Nonfarmakologi: Pemberian edukasi mengenai DM; Pengaturan diet; Olahraga;
Pengaturan pola hidup sehat.
Rekomendasi Tepat Indikasi Tepat Pasien Tepat Obat Tepat Dosis
Kombinasi Parasetamol Parasetamol dan Kombinasi Parasetamol :
parasetamol merupakan tramadol tidak parasetamol 0,5 g 1 g tiap
dengan tramadol analgesik non kontraindikasi dengan 4 6 jam,
opioid untuk dengan keadaan tramadol maksimal 4
nyeri ringan patofisiologi pasien merupakan drug g/hari
sedang dan (DIH, of choice pada (BNF, 259 )
tramadol Acetaminophen; pasien dengan Tramadol: 50
merupakan Tramadol). Selain kronis lower 100 mg tiap 4
analgesik opioid itu, kombinasi back pain 6 jam ,
untuk nyeri parasetamol karena lebih maksimal 400
sedang-berat dengan tramadol efektif untuk mg/hari
(DIH, lebih mengurangi (Merchante et
Acetaminophen; direkomenasikan serangan lower al., 2013)
Tramadol). daripada back pain kronis
Kedua obat penggunaan dan dapat
tersebut di NSAID pada memberikan
indikasikan pada pasien elderly efek profilaksis
penatalaksanaan (Merchante motivasi pada
Lower Back Pain et al, 2013) pasien lower
kronis (Last & back pain kronis
Hulbert, 2009) (Tetsunaga et al,
2015)

6. Ny CP 36 th berkunjung ke klinik neurologi untuk melakukan kontrol terhadap migraine yang


sudah di derita selama 3 tahun terakhir. Ny CP mengalami serangan migraine 2x sebulan namun
saat ini terjadi peningkatan serangan menjadi 4-5xsebulan, karena Ny CP baru sja dipecat dari
pekerjaan lamanya dan sedang menjalani pekerjaaan barunya. Migraine biasanya terjadi pada
pagi hari dan tidak terkait dengan menstruasi nyeri kepala yang dirasakan berkembang cepat (dlm
1 jam) berdenyut-denyut , pd unilateral dengan sifat temporal dan didahului dengan aura. Sering
disertai fotophobia dan mual, pada nyeri yang hebat disertai muntah. Ny CP mempunyai riwayat
hipertensi diderita 3 tahun yang lalu
Diagnosis : peningkatan frekuensi serangan migrain dan hipertensi.
Informasi yang mengindikasikan NY CP mengalami serangan migrein adalah Ny CP
mengalami serangan migrein meningkat menjadi 4-5 kali sebulan terjadi pada pagi hari
dirasakan sakitnya berkembang dengan cepat dalam 1 jam.
Sasaran terapi untuk keadaan migrein akut adalah mengurangi frekuensi keparahan
serangan akut, memperbaiki kualitas hidup pasien, mencegah serangan berikutnya,
menghindarkan penggunaan obat yang makin bertambah, mengeedukasi pasien untuk dapat
menatalaksana penyakitnya.
Tujuan Terapi untuk jangka panjang terhadap pasien migrein yang dialami Ny CP
adalah mengurangi frekuensi terjadinya migren, keparahan, mencegah sakit kepala,
meningkatkan kualitas hidup, menghindari peningkatan penggunaan obat.
Pasien diberikan profilaksis migreine karena pasien mengalami serangan yang sering dan
berulang dan terjadi pada waktu yang sama di pagi hari dan sakitnya berkembang dalam 1
jam.
Ny CP diberikan profilaksis maka obat yang direkomendasikan adalah propanolol 80-
240 mg/hari karna pasien memiliki riwayat hipertensi dan golongan bloer merupakan drug
of choice profilaksis migreine.

PLAN
Serangan Migren akut (Dipiro 9 Ed, 2015)
Metoklopramid: 10 mg diminum 15-30 menit sebelum meminum obat migren

Sumatriptan oral tablet 25mg saat serangan, dosis efektif 50-100mg, diulang setelah 2 jam prn
(maksimal penggunaan 200mg/hari)

Profilaksis dan Hipertensi


Propanolol: 40 mg 2x sehari (Terapi profilaksis diberikan 3-6 bulan, setelah frekuensi dan keparahan
sakit kepala berkurang dilakukan tapering dan pengobatan profilaksis dihentikan)
7. Tuan WM 64 tahun dengan riwayat penyakit paru obstruksi kronis dan asthma berkunjung ke
rumah sakit karena mengalami batuk, sesak nafas, dan peningkatan produksi sputum, tetapi tidak
mengalami dan tidak berkeringat di malam hari. Tn WM mengalami nyeri otot dan tubuhnya
terasa agak lemah . Tn WM sudah mengatasi keluhan yang terjadi dengan albuterol MDI, namun
tidak bisa mengatasi keluhan yang dirasakan. Tanda vital sign BP 160/95 mmHg, suhu 37,90C.
Lab: pO2 100 mmHg CO2 55 mmHg SaO2 98%.
Pengobatan yang selama ini diberikan adalah theopilin 100 mg 2xsehari, Albuterol MDI 2 puff
jika perlu, Atrovent MDI 2 puff 2xsehari, Nadolol 40 mg PO sekali sehari dan furosemid 20 mg
PO sekali sehari.
Gejala dan tanda bahwa Tn WM mengalami penyakit PPOK : gejala
Terapi Non Farmakologi
Menghentikan kebiasaan merokok
Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan OR dan latihan pernafasan
Perbaikan Nutrisi
Tujuan Terapi
Mencegah dan mengatasi eksaserbasi akut
Menurunkan progresivitas penyakit
Meningkatkan keadaan fisik dan psikis
Menurunkan jumlah hari tidak masuk kerja
Menurunkan lama tinggal di RS
Menurunkan angka kematian
Tahap terapi pada PPOK yang stabil
Tahap 1 : Ipratropium bromida (MDI) atau nebulizer, 2-6 puff 4 x sehari, tunjukkan cara
penggunaan yang tepat, advis pasien ttg pentingnya penggunaan teratur dan efek samping yg
mungkin timbul (mulut kering & rasa pahit), jika hasil trial : perbaikan FEV1< 20%.
Tahap 2 : Tambahkan -agonis MDI atau nebulizer, tunjukkan cara penggunaan yang tepat, advis
pasien ttg pentingnya penggunaan teratur dan efek samping yg mungkin timbul (takikardi,
tremor) jika tidak ada perkembangan: hentikan -agonis, jika ada perbaikan tapi kecil.
Tahap 3: Tambah teofilin,mulai dari 400 mg/hari dlm bentuk sustained released, sesuaikan dosis
setiap interval 3 hari untuk menjaga serum level antara 10-15 g/ml, pantau ESO takikardi,
tremor, nervous, efek GI; jika tidak ada perbaikan hentikan teofilin dan go to step 4.
Tahap 4: Coba dengan kortikosteroid : prednison 30-40 mg/hari selama 2-4 minggu, cek dengan
spirometer (perbaikan 20%), titrasi dosis ke dosis efektif terkecil (< 10 g sehari),
pertimbangkan penggunaan kortikosteroid inhalasi jika pasien tidak berespon baik kembali
ke steroid oral
Terapi antibiotika
Berdasarkan evidence terbaru yang tersedia, antibiotika harus diberikan pada pasien-pasien PPOK
yang :
Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 3 tanda utama yaitu : increased dyspnea, increased
sputum volume, increased sputum purulence (Evidence B), atau
Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 2 tanda utama, jika peningkatan purulensi sputum
merupakan salah satunya (Evidence C)
Pasien dengan eksaserbasi parah yang membutuhkan ventilasi mekanik, baik invasif maupun
non-infvasif (Evidence B)

Karakteristik Pasien Patogen Penyebab yang mungkin Terapi yang direkomendasikan


Eksaserbasi tanpa S. pneumoniae, H. influenzae,H. makrolid (azitromisin,
komplikasi parainfluenzae, danM. catarrhalis klaritromisin)
< 4 x eksaserbasi setahun umumnya tidak resisten sefalosporin generasi 2 atau 3
tidak ada penyakit doksisiklin
penyerta
FEV1 > 50%
Eksaserbasi kompleks seperti di atas, ditambah H. Amoksisilin/klavulanat
umur > 65 th, influenza dan M. catarrhalis Fluorokuinolon (levofloksasin,
> 4 eksaserbasi pertahun penghasil beta-laktamase gatiflokasin, moksifloksasin)
FEV1 < 50% tapi > 35 %
Eksaserbasi kompleks seperti di atas, ditambah P. Fluorokuinolon (levofloksasin,
dengan risikoP. aeruginosa aeruginosa gatiflokasin, moksifloksasin)
Terapi I.V. jika diperlukan :
sefalosporin generasi 3 atau 4

You might also like